LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, memberikan
kewenangan kepada Desa, antara lain kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal skala Desa. Pemerintah berupaya meningkatkan
kapasitas keuangan Desa, khususnya melalui transfer Dana Desa dan Alokasi
Dana Desa (ADD). Desa diharapkan meningkat kemampuannya untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya secara efektif, guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
Kapasitas Desa dalam menyelenggarakan pembangunan dalam perspektif “Desa
Membangun” disadari masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan itu tampak dalam kapasitas
aparat Pemerintah Desa dan masyarakat, kualitas tata kelola Desa, maupun sistem pendukung
yang diwujudkan regulasi dan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Desa. Sebagai
dampaknya, kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan kegiatan
pembangunan Desa kurang optimal dan kurang memberikan dampak terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa.
Pemerintah terendah yang berada dalam sistim undang undang Republuk Indonesia
adalah desa. Dalam sistem undang undang nomor 22 tahun 1989 tentang pemerintah desa
khususnya diatur bahwa sebutan desa dapat diganti dengan istilah lain yang dikenal dalam
sebuah tatanan kemasyarakatan di daerah bersangkutan misalnya Nagari, Kampung dan
sebagainya.
Sebagai sebuah lembaga yang langsung bersentuhan dan berhadapan dengan masyarakat,
maka Desa menjadi ujung tombak pembangunan, oleh karena itu dibutuhkan suatu
integrialitas, sinergisitas dan kontinuitas pembangunan desa yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat yang bersangkutan.
Sektor-sektor yang pada umumnya masih dirasakan sangat kurang oleh masyarakat Desa
antara lain sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi produtif dan sektor sarana prasarana
perhubungan khususnya sarana jalan dan jembatan, demikian pula halnya dengan kondisi yang
dihadapi oleh Desa Rawasari kecamatan Plered kabupaten Purwakarta.
Jika dilihat dari geografisnya, Desa Rawasari kec. Plered kab. Purwakarta dikelilingi oleh
daerah persawahan, yang sebagiannya adalah sawah tadah hujan Desa dengan jumlah
penduduk ± 3325 jiwa pada tahun 2007 dan mempunyai luas wilayah ± 248.56 hektar ini
sebagian wilayahnya adalah pertanian.
Desa Rawasari secara geografis memiliki beberapa potensi belum tergarap seperti
pemeliharaan kambing jenis etawa belum lagi jenis ternak yang lain seperti sapi dan kerbau.
Beberapa potensi khususnya antara lain adalah keberadaan lahan persawahan yang cukup luas,
lahan perladangan dan tanah tegalan yang masih menghampar luas serta bahan baku makanan
ternak yang cukup banyak (seperti areal untuk menggembalakan ternak dan melimpahnya
makanan untuk ternak).
Sehubungan dengan keunggulan dan potansi tersebut, Tim Pengelola Kegiatan Kemitraan
(TPKK) PIID-PEL Desa Rawasari Kecamatan Plered berkeinginan untuk meningkatkan taraf
hidup dengan mencari bidang atau sumber penghasilan alternatif sehingga taraf hidup dan
pendapatan anggota dapat meningkat kegiatan tesebut adalah pemeliharaan kambing jenis
etawa.
Perawatan kambing tidak memerlukan perawatan yang neko- neko, usaha ini sudah
banyak digeluti oleh petani bahkan sudah ada puluhan tahun namun belum ada yang
menjadikan usaha ini sebagai penghasilan pokok, jadi petani dalam pengelolaannya masih
menggunakan sistem tradisionil, inipun bagi mereka sudah sangat membantu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Supaya dapat memberikan hasil yang maksimal dan bisa menjadi investasi di masa depan
maka tata cara tradisional yang selama ni mereka terapkan harus diubah ke arah yang lebih
professional lagi, upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui pendekatan
kemitraan dengan lembaga kemasyarakatan yang memiliki kemampuan di bidang
pemeliharaan kambing dan lembaga penyedian dana yang dapat memberikan bantuan dana.
II.Visi dan MISI
– Visi
Menciptakan peternak yang professional dan unggul
– Misi
Menghasilkan Output warga Masyarakat yang mandiri Tumbuhnya jiwa kewirausahaan untuk
mencapai kemandirian
III.Maksud Dan Tujuan.
– Maksud
Dalam Rangka untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat Pondok Pesantren
Nurul Huda Kelurahan Rawasari kec. Plered kab. Purwakarta Propinsi Lampung bermaksud
mengajukan permohonan bantuan Ternak Kambing Etawa kepada Bapak sebagai usaha
peningkatan ekonomi kerakyatan dan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.
– Tujuan
1. Sebagai Usaha tambahan yang dikelola sungguh-sungguh diharapkan mampu menambah
pendapatan petani.
2. Mendidik petani untuk wirausaha ternak kambing Etawa.
3. Sebagai wahana peternak dalam bersilaturahmi yang dapat mempererat persaudaraan antar
anggota masyarakat.
4. Mengurangi angka pengangguran dan Urbanisasi.
5. Menambah pengetahuan, Kemandirian dan meningkatkan pendapatan peternak.
11. Perkandangan
Untuk kambing kambing jenis etawa oleh para peternak dibuatkan kandang khusus yaitu
kandang yang dibuat dengan panggung, karena kambing etawa bisa dikatakan hampir tidak
pernah keluar kandang, jika tidak dibuatkan kandang yang panggung maka kandang akan
menjadi lembab, becek, kotor dan menimbulkan penyakit. Dengan jarak antara tanah
dengan lantai kandang setinggi 75 Cm -100 cm dan bentuk atap kandang yang miring ini
diharapkan agar sistem sirkulasi udara dapat berlangsung secara kontinyu dan cepat. Untuk
ukuran kandang yang ideal tiap 1 (Satu) meter persegi diisi 1 (Satu) ekor kambing.
Usahakan agar kandang kambing dapat terkena sinar matahari langsung sehingga bibit
penyakit yang akan berkembang bisa di minimalisir sekecil mungkin.
A. INVESTASI TETAP
Kambing betina 45 ekor @ Rp. 2.500.000
• 45 ekor x Rp. 2.500.000 = Rp. 112.500.000
• Kambing jantan 5 ekor @ Rp. 3.500.000
• 5 ekor x Rp. 3.500.000 Rp. 17.500.000
• Kandang 20 unit Rp. 20.000.000
• Peralatan kandang Rp 1.000.000
Total investasi tetap : Rp. 112.500.000 + Rp. 17.500.000 + Rp. 20.000.000 + Rp. 1.000.000 =
Rp. 151.000.000
B. BIAYA PRODUKSI
Biaya pemeliharaan kambing induk (50 ekor)
• Gaji karyawan
• Rp. 500.000 : 30 hari 24 ekor= Rp. 700/ekor/hari
• Pemberian vitamin tambahan Rp. 100/ekor/hari
• Total biaya pemeliharaan induk per 5 tahun adalahRp. 800 x 5 tahun x 12 bulan x50 ekor x
30 hari = Rp. 72.000.000
C. PROYEKSI PENDAPATAN
• Penjualan cempe 607 ekor x Rp. 1.000.000 = Rp. 607.000.000
• Penjualan induk afkir 50 ekor x Rp. 1.000.000 = Rp. 50.000.000
• Penjualan pupuk kandang 7,5 kg x 12 bulan x 5 tahun x Rp. 200 x 24 ekor = Rp. 4.500.000
• Penjualan urine 60 liter x 12 bulan x 5 tahun x Rp. 1000 x 50 ekor = Rp. 180.000.000
D. REKAPITULASI PENDAPATAN
Biaya-biaya:
1. Biaya investasi Rp. 151.000.000
2. Biaya pemeliharaan selama 5 tahun Rp. 72.000.000
Rp 151.000.000 + Rp 72.000.000 Total biaya Rp 223.000.000
Pendapatan;
• Penjualan cempe Rp. 607.000.000
• Penjualan induk afkir Rp. 50.000.000
• Penjualan pupuk kandang Rp. 4.500.000
• Penjalan urine Rp. 180.000.000
• Total pendapatan Rp. 841.500.000
Keuntungan yang bisa diperoleh adalah sbb:
Rp. 841.500.000– Rp. 223.000.000= Rp. 618.500.000
VI. PENUTUP
Demikian Proposal permohonan ini dibuat dan diajukan semoga dapat berkenan mengabulkan
permohonan kami, sehingga benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani
desa kami