Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL RENCANA PENELITIAN

ANALISIS RANTAI PASOK KOPI ARABIKA FLORES BAJAWA (AFB)


DI KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA

MARTHA ISABELA NGADHA REO

A0012020048

PRODI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN FLORES BAJAWA

BAJAWA

2023
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS RANTAI PASOK KOPI ARABIKA FLORES


PROPOSAL BAJAWA (AFB) DI KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN
NGADA

NAMA : MARTHA ISABELA NGADHA REO

NIM : A0012020048

Disetujui oleh:

Pembimbing 1

VICTORIA AYU PUSPITA, S.T .,M.Si

NIDN: 1502039201

Pembimbing 2

VICTORIA COO LEA,SP.,M.Si

NIDN: 1521058501

Diketahui Oleh:

Ketua Program Studi Agroteknologi

UMBU A. HAMAKONDA S,TP., M.T

NIDN: 0829069104

Ketua Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa

Dr.NICOLAUS NOYWULI S.Pt, M.Si

NIDK: 8954110021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan
cintanya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “ANALISIS RANTAI
PASOK KOPI ARABIKA FLORES BAJAWA (AFB) DI KECAMATAN GOLEWA
KABUPATEN NGADA” dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Nicolaus Noywuli, M. Pt, M. Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Pertanian
Flores Bajawa dan Civitas Akademika yang telah menyediakan sarana dan prasarana
selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Sekolah Tinggi Pertanian Flores
Bajawa.
2. Bapak Umbu A. Hamakonda, S.TP., M.T selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa.
3. Ibu Victoria Ayu Puspita, S.T.,M.Si selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Victoria
Coo Lea, S.P.,M.Si selaku dosen pembimbing dua yang dengan sabar telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian.
4. Ayahanda Heronimus Reo dan Ibunda Prima Lusia Regina Sela Toa serta saudara/i
saya atas doa dan kasih sayang, pengorbanan dan dorongan semangat sehingga
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian.
5. Sahabat-sahabat tercinta saya yang senantiasa selalu mendukung dan memberi
semangat bagi penulis dan teman-teman tercinta yang sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal yang penulis susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
mendukung penulisan proposal selanjutnya.

Bajawa, Agustus 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iv

BAB I

Pendahuluan.............................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................7
1.3 Tujuan............................................................................................................................7
1.4 Manfaat..........................................................................................................................7

BAB II

Tinjauan Pustaka......................................................................................................................8

2.1 Tanaman Kopi.................................................................................................................8

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kopi..........................................................................8


2.1.2 Morfologi Tanaman................................................................................................9
2.1.3 Syarat Tumbuh.....................................................................................................10
2.1.4 Varietas Kopi Arabika.........................................................................................12

2.2 Analisis Rantai Pasok....................................................................................................12


2.3 Anggota Primer Rantai Pasok......................................................................................14
2.4 Anggota sekunder rantai pasok..............................................................................15
2.5 Pemasaran......................................................................................................................15
2.6 Penelitian Terdahulu.....................................................................................................16
2.7 Kerangka Pemikiran.....................................................................................................17

BAB III

METODE PENELITIAN......................................................................................................19

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................19


3.2 Jenis dan Sumber Data.......................................................................................19
3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................19
3.4 Defenisi Operasional.......................................................................................................20
3.5 Analisis Data....................................................................................................................22
3.5.1 Analisis Karakteristik Pelaku Rantai Pasok Kopi............................................22
3.5.2 Analisis Mekanisme Distribusi Rantai Pasok....................................................22
3.5.3 Analisis Efisien Rantai Pasok..............................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan internasional sejak abad ke-19.
Kebutuhan kopi di dunia setiap tahunnya terus meningkat. Data International Coffee
Organization (ICO) tahun 2014 menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi dunia
periode tahun 2008 – 2012 sebesar 6,9%, dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya
1,7%. Berdasarkan data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) tahun
2014, konsumsi kopi di Indonesia pun mengalami pertumbuhan, tercatat dalam periode
tahun 2008 – 2012 meningkat sebesar 9,1% atau rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya
2,3%.
Peningkatan konsumsi (kebutuhan) kopi perlu diimbangi dengan peningkatan
produksi, tetapi saat ini produksi kopi Indonesia cenderung menurun. Satu di antaranya
dipengaruhi luas areal perkebunan kopi yang menurun, hal ini berdasarkan data pada
tahun 2008 luas areal perkebunan kopi adalah 1.295.110 ha dan tahun 2012 menjadi
1.235.289 ha, mengalami penurunan sebesar 4,62%. Penurunan ini dapat menyebabkan
berkurangnya pasokan bahan baku kopi yang akan diolah. Menyikapi hal tersebut maka
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian melakukan program untuk
meningkatkan produksi kopi nasional di antaranya dengan mempercepat perluasan areal
tanam perkebunan kopi (Ditjenbun, 2014).
Budiman Haryanto (2012) kelompok kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan
diperdagangkan secara luas adalah jenis arabikia dan robusta. Jenis kopi arabika
memiliki kualitas cita rasa yang sangat tinggi dan kadar kafien lebih rendah
dibandingkan dengan jenis robusta sehingga kopi jenis arabika memiliki harga yang lebih
mahal (Rahardjo Pudji, 2012). Menurut data AEKI (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi
Indonesia), pada 2010 konsumsi kopi Indonesia mencapai 800 gram per kapita dengan
total kebutuhan kopi mencapai 190 ribu ton. Sedangkan pada 2014, konsumsi kopi
Indonesia telah mencapai 1,03 kilogram per kapita dengan kebutuhan kopi mencapai 260
ribu ton. Mulai banyaknya variasi yang diberikan untuk minuman kopi semakin
memudahkan masyarakat memilih minuman kopi untuk dikonsumsi. Di Indonesia ada
beberapa provinsi yang banyak menghasilkan produksi kopi salah satunya adalah
provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

5
6

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), hasil
perkebunan kopi di NTT pada Tahun 2017 adalah 21.364,00 Ton, Tahun 2018 adalah
23.729,69 Ton, Tahun 2019 adalah 23.781,96 Ton, Tahun 2020 adalah 26.552,00 Ton,
Tahun 2021 adalah 25.896,00 Ton. Dengan melihat data statistik tersebut diketahui
bahwa hasil perkebunan kopi pada Tahun 2020 tertinggi dengan hasil produksi adalah
26.552,00 Ton sedangkan hasil produksi terendah adalah Tahun 2017 yaitu
21.364,00 Ton ((BPS), 2022).
Salah satu Kabupaten di Provinsi NTT yang memiliki potensi yang baik pada
komoditi kopi adalah Kabupaten Ngada. Wilayah Kabupaten Ngada memiliki luas tanam
sebesar 6.147 ha. Dari luasan tersebut, 5.351 ha diantaranya merupakan area pertanaman
kopi Arabika dan sisanya 796 ha kopi Robusta dengan tingkat produktivitas 500-750
kg/ha. Pengembangan agribisnis komoditas kopi Arabika di Kabupaten Ngada masih
cukup terbuka, baik melalui program perluasan, intensifikasi untuk meningkatkan
produktivitas, maupun perbaikan mutu dan pengembangan industri hilir (Dinas Pertanian
Kabupaten Ngada, 2015).
Dalam meningkatkan produksi kopi di Kabupaten Ngada terdapat beberapa masalah
yang sering di hadapi oleh petani dimana, antara lain kurangnya akses terhadap modal
atau keterbatasan modal. Hal ini membuat harga bahan baku menjadi lebih fluktuatif dan
dapat berdampak langsung terhadap kontinuitas produksi industri kopi. Permasalah
lainnya adalah keseragaman kualitas bahan baku yang sulit didapat sepanjang tahun.
Selain itu masalah kemitraan juga merupakan salah satu masalah penting yang berakibat
pada pengembangan industri kopi dan unit pengolahan hasil. Hal ini dikarenakan oleh
adanya kepentingan dan kemauan yang berbeda, antara petani dan unit pengelolah hasil.
Petani seringkali mengalami kesulitan dalam mendistribusikan kopi hasil panen ke UPH.
Hal ini disebabkan oleh akses transportasi terbatas, harga beli rendah, kuantitas hasil
panen tidak mampu mencukupi permintaan bahan baku dari UPH. Berdasarkan uraian di
atas peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai Analisis Rantai Pasok Kopi Arabilka
Flores Bajawa di Golewa Kabupaten Ngada.
7

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana analisis rantai pasok Kopi Arabika Flores Bajawa di Kecamatan Golewa
Kabupaten Ngada?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rantai pasok Kopi Arabika Flores
Bajawa di Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.

1.4 Manfaat
1. Untuk pemerintah sebagai pertimbangan dan masukan dalam membuat kebijakan
yang berhubungan dengan Rantai Pasok Kopi Arabika Flores Bajawa.
2. Untuk mahasiswa sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dalam
Rantai Pasok Kopi Arabika Flores Bajawa.
3. Untuk usahatani sebagai bahan untuk menambah meningkatkan Rantai Pasok
Kopi Arabika Flores Bajawa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kopi


Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang pertama kali ditemukan oleh
bangka Etiopia di afrika pada 3000 tahun yang lalu (1000 SM) sebagai minuman
berkhasiat dan berenergi yang berasal dari pengolahan biji tanaman (Budiman, 2012).
Kopi termasuk salah satu hasil komoditas perkebunan dengan nilai ekonomis tinggi
diantara tanaman perkebunan lainnya. Kopi berperan penting sebagai penghasil devisa
bagi negara, selain berperan dalam memberikan devisa bagi negara, kopi juga berperan
penting sebagai penunjang kehidupan sosial ekonomi masyarakat (Musfirah, 2020). Kopi
memiliki nilai ekonomis dan produktivitas yang tinggi diantara tanaman perkebunan lain.
Menurut data Baban pusat statistic, pada tahun 2019 produktivitas kopi dapat dikatakan
cukup tinggi yakni mencapai 10,01 ribu ton (BPS, 2019).
Tanaman kopi umumnya dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, namun
tidak semua kondisi lingkunganyang ditanami kopi dapat mencapai hasil optimal. Faktor
iklim paling banyak mempengaruhi budidaya kopi adalah faktor elevasi (tinggi tempat),
temperature udara dan tipe curah hujan (maulana, 2019).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kopi


Klasifikasi tanaman kopi adalah sebagai berikut (Rahardjo, 2012):
Kindom : Plantae

Super divisi : spermatophyta

Divisi : magnoliophyta

Kelas : magnoliopsida

Sub kelas : asteridae

Ordo : rubiales

Famili : rubiaceae

Genus : coffea

Spesies : coffea arabica

8
9

2.1.2 Morfologi Tanaman Kopi


Morfologi tanaman kopi secara garis besar dapat dielompokan menjadi
beberapa bagian yaitu:
a) Akar
Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak rebah,
perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari berat akar
terdapat lapisan tanah 0-30 cm (Najiyati dan Danarti, 2012)
b) Batang
Batang tanaman kopi merupakan tumbuhan berkayu, tumbuh tegak ke
atas dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang terdiri dari 2 macam
tunas yaitu tunas seri (tunas reproduksi) yang tumbuh searah dengan
tempat asalnya dan tunas legitim yang hanya dapat tumbuh sekali
dengan arah tumbuh membentuk sudut nyata dengan tempat aslinya
(Arief dkk, 2011).
c) Daun
Daun berbentuk menjorong, berwarna hijau dan pangkal ujung
meruncing. Bagian tepi daun bersipah, karena ujung tangakai tumpul.
Pertulangan duan menyirip, dan memiliki satu pertulangan terbentang
dari pangkal ujung hingga terusan dari tangkai daun. Selain itu, daun
juga berombak dan tampak mengkilap tergantung dengan spesiesnya.
Daun kopi memiliki panjang antara 15-40 cm dan lebarnya antara 7-30
cm serta memiliki tangkai daun dengan panjang antar 1-1,5 cm. Daun
kopi memiliki 10-12 pasang urat daun dengan pangkal daun tumpul
dan ujung meruncing (Backer & Bakhuizen van den Brink, 1968). Tepi
daunnya berombak dengan urat daun yang tenggelam. Akibatnya,
permukaan daun kopi nampak berlekuk-lekuk. Daun tanaman kopi
tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-ranting (van
Steenis et al., 2008).
d) Bunga
Bunga pada tanaman kopi memiliki ukuran relatif kecil, mahkota
berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna
hijau. Bunga dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka dan segera
mengadakan penyerbukan sehingga akan terbentuk buah. Waktu yang
diperlukan terbentuk bunga hingga buah menjadi matang 8-11 bulan,
10

tergantung dari jenis dan faktor lingkungannya (Direktorat Jendral


Perkebunan, 2009).
Apabila bunga sudah dewasa akan terjadi penyerbukan dengan
membukanya kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi
buah. Penyerbukan yang terjadi pada tanaman kopi robusta merupakan
jenis penyerbukan silang (Sudarka et al., 2009), yaitu proses jatuhnya
serbuk sari yang berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang sejenis
(Tjitrosoepomo, 2005) pada kepala putik. Hal tersebut terjadi karena
kedudukan tangkai putik pada kopi robusta menjulang tinggi dari posisi
benang sari, sehingga kemungkinan benang sari dapat jatuh di tangkai
putik sendiri sangat kecil (Sudarka et al., 2009).
e) Buah dan Biji
Buah kopi juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan biji
kopi lainnya. Secara umum, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya
yang agak bulat, lengkungan bijinya yang lebih tebal dibandingan kopi
arabika dan garis tengah dari atas ke bawah hampir rata (Panggabean
2011). Daging buah terdiri atas 3 bagian yaitu lapisan kulit luar
(eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk
(endokarp) yang tipis dan keras. Buah kopi menghasilkan dua butir biji
tetapi da juga yang tidak menghasilkan biji atau hanya menghasilkan
satu butir biji. Biji kopi terdiri atas kulit biji dan lembaga. Secara
morfologi, biji kopi berbentuk bulat telur, berstekstur keras dan
berwarna kotor (Najiyati dan Danarti, 2012).
2.1.3 Syarat Tumbuh
Syarat dan lokasi tumbuh tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik apabila
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman
dapat dioptimalkan dengan baik. Berikut ini beberapa syarat pertumbuhan
kopi menurut (DaMatta, 2011).
a. Tanah
Tanah digunakan sebagai media tumbuh tanama kopi. Salah satu ciri
tanah yang baik adalah memiliki lapisan topsoil yang tebal. Umumnya,
kondisi tanah di dataran tinggi memiliki kandungan organik yang
cukup banyak dan tidak terlalu banyak terkontaminasi polusi udara.
Tanaman kopi sebaiknya ditanam di tanah yang memiliki kandungan
11

hara dan organik yang tinggi. Rata-rata pH tanah yang dianjurkan 5-7.
Jika pH tanah terlalu asam, tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2
(kapur atau dolomit). Sementara itu, untuk menurunkan pH tanah dari
basa ke asam, tambahkan urea. Caranya taburkan kapur atau urea
secukupnya sesuai kondisi tanah, lalu periksa keasaman tanah dengan
pH meter. Tambahkan urea jika pH tanah masih basa atau tambahkan
kapur jika terlalu asam hingga pH tanah menjadi 5-7.
b) Curah Hujan
Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga hingga menjadi buah.
Untuk arabika, jumlah curah hujan yang masih bisa ditolerir sekitar
1.000-1.500 mm/tahun. Sementara itu, curah hujan untuk kopi robusta
maksimum 2.000 mm/tahun. Penanaman atau pembangunan perkebunan
kopi di suatu daerah perlu melihat data klimatologi daerah tersebut
selama 5 tahun terakhir. Daerah yang berada di atas ketinggian 1.000
meter dpl dan memiliki curah hujan yang baik umumnya justru memiliki
musim kering relatif pendek. Sebaliknya, tanaman kopi membutuhkan
musim kering yang agak panjang untuk memperoleh produksi yang
optimal.
c) Suhu
Selain curah hujan, lingkungan memegang peranan penting untuk
pembentukan bunga menjadi buah. Kopi arabika mampu beradaptasi
dengan suhu rata-rata 16-22̊ C. Untuk kopi robusta, tanaman ini dapat
tumbuh dan beradaptasi pada suhu 20-28̊ C. Karena itu, investor atau
petani kopi perlu mengetahui kondisi suhu suatu daerah yang ingin
dijadikan perkebunan kopi.
d) Angin
Sebelum mulai menanam kopi, petani kopi perlu memperhatikan kondisi
topografi wilayah. Pasalnya, jika terdapat anomali iklim, petani dapat
melakukan beberapa rekayasa. Khusus untuk di lokasi atau daerah yang
memiliki tiupan angin yang kencang, petani sebaiknya menanam pohon
pelindung, seperti dadap (Erythrina lithosperma atau Erythrina
subumbrans), lamtoro (Leucaena glauca), dan sengon laut (Albizzia
falcate). Untuk kopi jenis arabika yang tumbuh di ketinggian di atas
1.000 meter dpl, biasanya kondisi angin yang bertiup cukup kuat. Karena
12

itu, gunakan tanaman pelindung. Tujuannya, untuk menahan angin yang


cukup kencang.
e) Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk perkebunan kopi arabika sekitar 1.000-2.100
meter dpl. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi arabika, rasa atau
karakter kopi yang dihasilkan menjadi semakin baik dan enak.

2.1.4 Varietas Kopi Arabika


Kopi arabika merupakan salah satu keluarga kopi-kopian dari genus Coffea.
Akar tunggang merupakan jenis akar yang dimiliki oelh tanaman kopi serta
termasuk dalam tumbuhan dikotil. Tanaman kopi arabika berbentuk pohon
kecil atau semak tegak dengan tinggi sekitar 5-6 meter dan diameter sekitar 7
cm saat setinggi dada orang dewasa (Sianturi, 2018).
Kopi arabia memiliki bunga dengan mahkota yang berukuran kecil,kelopak
berwarna hijau dan pangkal menutupi bakal buah yang mengandung dua
bakal biji. Bunga kopi arabika memiliki 5-7 benang sari berukuran pendek.
Pada umumnya kopi arabika mulai berbunga pada umur 2 tahun dengan
bunga berada di ketiak daun pada batang utama atau cabang reproduksi.
Kuncup bunga yang ada akan berkembang menjadi bunga dengan serempak
dan bergerombol (budiman, 2012). Kopi arabika memiliki ukuran biji yang
cukup besar, dengan bobot 18-22 g tiap 100 biji.
Menurut Rezki (2020), kopi arabika memiliki sifat antara lain :
1. Tumbuh pada daerah dengan ketinggian 700-1700 mdpl dengan suhu
berkisar antara 16-200C.
2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
3. Memiliki kualitas dan harga yang relative tinggi dibanding jenis kopi
lain.
4. Pada umumnya panen raya dilakukan setahun sekali.

2.2 Analisis Rantai Pasok


Rantai pasok adalah jaringan-jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja
dengan memasok bahan baku, memproduksi barang, hingga mengirimkannya ke
pemakai akhir (Punjawan 2005).
13

Rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem yang dilalui organisasi bisnis
untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan. Mata rantai ini juga
merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang
mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang atau jasa tersebut (Indrajit, 2002)
Rantai pasokan merupakan suatu proses yang dimulai dari pengumpulan sumber daya
yang ada dilanjutkan dengan pengelolaan menjadi produk jadi untuk selanjutnya
didistribusikan dan dipasarkan sampai pelanggan akhir dengan memperhatikan biaya,
kualitas, ketersediaan, pelayanan purna jual, dan faktor reputasi. Rantai pasok
melibatkan supplier, manufaktor, dan retailer yang saling bersinergis dan bekerja
sama satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung (Wisner, et al., 2012).
Rantai pasok secara luas tidak hanya dalam hal peningkatan nilai tambah, tetapi juga
untuk memenuhi permintaan konsumen, peningkatan daya saing, peningkatan
keuntungan, dan membangun relasi yang baik antara aktor dalam rantai pasok
(Chauhan et al. 2008). Rantai pasok tidak hanya mementingkan pabrik atau proses
produksi saja, tetapi terdapat komponen lain yang harus diperhatikan, salah satunya
membangun koordinasi dan kolaborasi dengan aktor lain sepanjang rantai pasok.

Pemasok Persediaan Perusahaan Distributor Konsumen

 Arus Kredit
 Arus Bahan Baku
14

Gambar 2.2 Skema Rantai Pasok

Sumber : (Rabani., 2016)

Rantai Pasok Kopi Arabika Flores Bajawa

Pada rantai pasok suatu komoditas, terdapat 2 jenis anggota rantai pasok, yaitu anggota
primer dan anggota sekunder. Anggota primer adalah pihak-pihak yang terlibat secara
langsung dalam kegiatan produksi dalam rantai pasok. Anggota sekunder adalah anggota
rantai pasok yang tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi rantai pasok, namun
memiliki pengaruh pada kegiatan bisnis dalam rantai pasok tersebut.

Anggota primer rantai pasok

Anggota rantai pasok primer Kopi Bajawa ini adalah petani Kopi Bajawa sebagai pemasok
utama, pengumpul, KUD, dan konsumen kopi. Petani sebagai penghasil biji kopi kering
menjual hasil olahan biji kopi kering kepada pedagang pengumpul dan koperasi pengolah
hasil. Kemudian dari pedagang pengumpul dijual ke pasar tradisional dan luar kota Bajawa,
kemudian koperasi UPH mulai menjual kepada pengusaha kopi. Berikut merupakan alur
rantai pasok kopi Bajawa:

Pemasok Petani UPH Kopi Pedagang


Input Pengepul

Konsumen Pedagang
Pengecer

Gambar 5. Anggota Rantai Pasok Kopi Arabika Flores Bajawa

Keterangan: Anggota rantai pasok sekunder

Anggota Rantai Pasok Primer


15

Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing titik Supply chain management kopi Arabika
Flores Bajawa:

Petani dalam hal ini adalah para produsen kopi yang menghasilkan biji kopi kering yang
belum diolah menjadi kopi siap konsumsi.

Koperasi UPH (Unit Pengolah Hasil) merupakan koperasi yang membeli kopi dari petani
untuk selanjutnya diolah menjadi kopi siap konsumsi.

Pedagang pengecer merupakan pedagang yang melakukan proses penjualan kopi hasil olahan
ke konsumen.

Konsumen kopi merupakan para pembeli kopi hasil olahan.

Anggota sekunder rantai pasok

Anggota sekunder rantai pasok adalah pihak yang memperlancar kegiatan rantai pasok dalam
menyediakan bahan baku yang dibutuhkan, mulai dari kebutuhan budidaya, pemeliharaan dan
pemanenan. Bahan baku untuk penanaman dan pemeliharaan berupa alat sarana dan produksi
pertanian, dan untuk pemanenan berupa keranjang panen dan timbangan.

Pemasaran

Pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis yang
bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder (pelanggan, karyawan,
dan pemegang saham). Marketing merupakan ilmu pengetahuan yang objektif yang diperoleh
dengan penggunaan instrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktivitas
bisnis dalam membentuk, mengembangkan, mengarahkan pertukaran yang saling
menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau pemakai. Sebagai
strategi bisnis, marketing merupakan tindakan penyesuaian suatu organisasi yang berorientasi
pasar dalam menghadapi kenyataan bisnis, baik dalam lingkungan mikro maupun lingkungan
makro yang terus berubah (Hasan, 2014)

Menurut Hasyim (2012) pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk
memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Dalam pemasaran terjadi suatu aliran barang
dari produsen ke konsumen dengan melibatkan lembaga perantara pemasaran. Seluruh
lembaga perantara pemasaran memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
16

saluran pemasaran, karena jika terdiri dari rantai pemasaran yang panjang, maka biaya
pemasaran yang dikeluarkan menjadi besar.

Pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang


ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan
barang dan jasa dalam memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial (Swastha dan Sukotjo, 2002), Dan merupakan proses sosial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain (Kotler, 2002)

Penelitian Terdahulu

Hidayati (2017), melakukan penelitian tentang Analisis Rantai Pasok (Supply Chain)
Pemasaran Komoditas Kacang Tanah di Kabupaten Bangkalan Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui rantai pasok komoditas kacang tanah di Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini
menggunakan data primer dengan pengumpulan data secara snowball sampling di beberapa
wilayah utama penghasil kacang tanah yakni Konang, Geger, Modung, Socah. Data dianalisis
secara deskriptif kualitatif untuk membuat saluran pemasarannya serta menghitung margin
pemasaran dan farmer’s share.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok pemasaran kacang tanah di


Kabupaten Bangkalan terdiri dari tiga saluran pemasaran yakni petani- konsumen, petani-
pedagang perantara – konsumendan petani – pedagang perantara – pedagang besar –
konsumen. Perolehan tingkat keuntungan tertinggi pada saat petani menjual langsung ke
pasar sebesar Rp 12.141,00 sedangkan margin pemasaran tertinggi diperoleh pedagang
perantara sebesar Rp 10.050,0. Farmer’s share tertinggi pada saluran satu sebesar 100%,
saluran dua sebesar 68.26% dan terendah pada saluran tiga sebesar 38.59%.

Hidayat dkk (2017), melakukan penelitian tentang Analisis Rantai Pasok Jagung (Studi
kasus Pada Rantai Pasok Jagung Hibrida (Zea Mays) di Kelurahan Cicurug Kecamatan
Majalengka Kabupaten Majalengka). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi rantai
pasok jagung di Kelurahan Cicurug menggunakan kerangka Food Supply Chain Network
(FSCN), menganalisis kinerja rantai pasok jagung di Kelurahan Cicurug, yang dilakukan oleh
para anggota rantai pasok di Kelurahan Cicurug. Metode yang digunakan adalah metode
17

deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yaitu penelitian dengan cara mendeskripsikan keadaan di
lapangan dari sejumlah individu yang di wawancara secara langsung yang dijadikan sampel
dengan menggunakan kuisioner. teknik penarikan responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah snowball sampling, dimana peneliti menggunakan metode ini secara
sengaja dalam menentukan responden jumlahnya bisa kurang atau lebih banyak dari anggota
rantai pasok ini dianggap sesuai dalam memberikan informasi yang diperlukan sesuai dengan
kriteria tertentu yang diinginkan peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi rantai pasok jagung di Kelurahan Cicurug
belum berjalan dengan baik. Sasaran pasar memiliki target yang jelas namun terdapat
permsalahan dalam optimalisasi sasaran rantai pasok, yaitu petani tidak ditunjang dengan
pengetahuan mengenai kualitas jagung yang baik. Pengukuran kinerja rantai pasok yang
dilakukan dengan pendekatan efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa rantai pasok masih
belummencapai kinerja yang optimal, satu dari dua saluran pemasaran memiliki nilai rasio
biaya dan keuntungan rendah walaupun margin dan farmer’s share bernilai tinggi.

Soka (2017) melakukan penelitian tentang Kinerja Rantai Pasok Sayuran Komersial di
Pasar Tradisional Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis komponen dan kinerja
rantai pasok sayuran di Kota Bogor, dilaksanakan Maret – Oktober 2017 di dua pasar
tradisional. Metode purposive sampling dan snowball sampling.

Hasil penelitian menunjukkan aliran informasi terlaksana hubungan dagang sebelum


transaksi antara penjual dan pembeli kecuali Bayam, aliran barang dilakukan pedagang
perantara disertai perlakuan pasca panen, dan arus aliran uang dari konsumen ke pengecer
kontan dan pengecer ke pemasok secara tunda bayar. Saluran yang efisien Bayam: saluran II,
margin Rp 518,8/kg, farmer’s share sebesar 27,83%, Tomat: saluran V margin Rp 4.916,6/kg,
farmer’s share: 35,86%, Kentang: saluran III, margin Rp 4.800/kg, farmer’s share 68%,
Bawang Merah saluran I margin Rp 9.000/kg, farmer’s share 38,96%. Kegiatan pasokan
dilakukan perencana sudah dilakukan namun belum mengintegrasikan dengan aspek
kebutuhan konsumen antara maupun konsumen akhir, pengadaan masih bertumpu pada
tengkulak yang berhubungan langsung dengan petani, pengiriman dilakukan langsung ke
pengecer atau melewati pedagang di pasar induk, dan pengembalian barang yang tidak terjual
karena rusak.

Josine (2018) melakukan penelitian tentang Analisis Rantai Pasok Komoditi Cabai
Rawit di Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme rantai pasok
18

yang didalamnya terdapat aliran produk, aliran informasi dan aliran keuangan di Kota
Manado. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling), pengambilan
sampel ditentukan melalui Survey Accidental. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif, prosedur dalam analisis kualitatif menurut
Miles and Huberman (1992), yaitu Reduksi Data, Penyajian Data, dan Menarik.

2.6 Kerangka Pemikiran

Analisis Rantai Pasok Kopi Arabika Flores Bajawa

Mekanisme Distribusi Efisiensi Rantai Pasok:


Karaktersitik Pelaku
Rantai Pasok: Rantai Pasok:
1. Biaya
1. Aliran Produk Distribusi
1. Umur
2. Pendidikan 2. Aliran Informasi Rantai Pasok
3. Jenis Kelamin 2. Margin
3. Aliran Keuangan
4. Pengalaman Distribusi
Berusaha Rantai Pasok
5. Jumlah 3. Farmer’s Share
4. Efisiensi
Tanggungan
Distribusi Rantai
Keluarga
Pasok

Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif


BAB III

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada dengan waktu


penelitian pada bulan September sampai bulan Desember 2023.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Menurut Hasan (2002) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002).

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik pelaku rantai pasok
pisang kapok meliputi (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengalaman berusaha dan lain
sebagainya), luas areal komoditi kopi, jumlah produksi, harga pokok petani, harga yang
diterima petani, saluran distribusi yang digunakan, alasan-alasan memilih saluran tersebut,
jumlah pembelian pedagang pengumpul dan pengecer, harga beli/jual pedagang pengumpul
dan pengecer, harga ditingkat konsumen, perilaku pelaku rantai pasok dalam pendistribusian
semangka seperti perjanjian harga, kualitas, dan sebagainya. Hubungan para petani dengan
pemasok input produksi dan pedagang serta informasi lain yang diperlukan dalam penelitian
ini. Data primer diperoleh dengan cara pemberian kuisioner dan wawancara kepada para
responden antara lain: Pemilik UPH, 40 orang petani kopi, 5 pedagang pengumpul, 10
pedagang pengecer dan 15 konsumen dengan berpedoman kepada daftar pertanyaan yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.

19
20

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002). Data sekunder yang diperlukan
dalam penelitian ini antara lain: monografi desa, luas usaha pertanian hortikultura, jumlah
penduduk, pendidikan dan mata pencaharian penduduk, keadaan iklim dan lain sebagainya.
Data ini diperoleh dari laporan penelitian atau instansi terkait yang sudah resmi
dipublikasikan.

3.4 Definisi Operasional

Batasan-batasan mengenai konsep yang dipakai dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

Petani kopi adalah petani yang mengusahakan usaha tani kopi sebagai mata pencaharian
utama.

Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian
ini dilakukan (Tahun).

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah di ikuti oleh responden
secara formal (Tahun).

Pengalaman berusaha adalah lamanya responden melakukan usahatani kopi sampai penelitian
ini dilakukan (Tahun).

Rantai pasok adalah merupakan sekumpulan aktivitas dan keputusan terkait dengan
penyediaan barang dari produsen hingga pembeli dimana didalamnya terdapat aliran produk,
aliran keuangan dan aliran informasi.

Jumlah produksi adalah besarnya hasil produksi kopi yang dijual oleh petani yang dihasilkan
dalam satu kali musim panen (kg/bulan).

Pemasaran pisang kapok adalah suatu proses kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa
atau menyiapkan barang dari produsen ke konsumen.

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli produk dari petani dan menjualnya ke
pedagang besar (Rp/Kg).

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli produk dari pedagang pengumpul dan di
jual kepada konsumen akhir (Rp/Kg).
21

Konsumen adalah orang yang menggunakan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Fungsi pemasaran kopi adalah kegiatan atau fungsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran dalam meningkatkan nilai guna komoditi yang terdiri dari fungsi pembelian dan
penjualan, fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, fungsi pembiayaan, fungsi
standarisasi, fungsi resiko dan fungsi informasi pasar.

Lembaga pemasaran adalah badan baik perorangan maupun lembaga yang menyelenggarakan
kegiatan pemasaran, menyalurkan komoditi dari petani ke konsumen. Lembaga pemasaran
antara lain petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer.

Saluran pemasaran merupakan saluran yang digunakan oleh lembaga- lembaga dalam
memasarkan suatu barang ke pembeli.

Harga jual adalah harga yang diterima oleh suatu lembaga pemasaran ketika lembaga
pemasaran tersebut menjual kopi (Rp/Kg).

Harga beli adalah harga kopi yang dibayarkan oleh pedagang pengumpul, pedagang pengecer
dan konsumen (Rp/Kg).

Biaya distribusi adalah biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu produk
(Rp/Kg).

Keuntungan pemasaran adalah penjumlahan dari semua keuntungan yang diperoleh dalam
tiap lembaga pemasaran merupakan selisih margin pemasaran dan biaya pemasaran (Rp/Kg).

Efisiensi pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran diukur dengan margin pemasaran
dan farmer’s share.

Margin distribusi adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang
diterima petani.

Farmer’s share adalah perbandingan harga yang diterima pembudidaya dengan harga yang
dibayarkan oleh konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase (%).
22

Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran setiap pelaku
rantai pasok seperti (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengalaman berusaha dan jumlah
tanggungan keluarga), dan mendapatkan informasi tentang kondisi saluran pemasaran kopi
didaerah penelitian. Analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui harga jual kopi dan
menganalisis biaya distribusi rantai pasok, margin distribusi rantai pasok, farmer’s share dan
efisiensi distribusi rantai pasok kopi berdasarkan perhitungan biaya yang dikeluarkan oleh
lembaga pemasaran.

3.5.1. Analisis Karakteristik Pelaku Rantai Pasok Kopi

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik petani, pedagang


pengumpul, pengecer dan konsumen semangka yaitu dianalisis dengan menggunakan
deskriptif kualitatif (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengalaman berusaha dan jumlah
tanggungan keluarga) pada tiap-tiap pelaku rantai pasok. Analisis yang digunakan meliputi
jumlah, rata-rata dan persentase.

3.5.2.Analisis Mekanisme Distribusi Rantai Pasok

Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan kedua mengenai
mekanisme rantai pasok terkait aliran produk, aliran informasi serta aliran keuangan pada
rantai pasok kopi di Desa Were III Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada adalah
dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan survei
lapangan dengan observasi dan wawancara sampel. Hal ini nantinya memberi gambaran
mengenai mekanisme aliran produk, aliran informasi dan aliran keuangan. Hasil analisis
penelitian ini berupa bentuk struktur dalam rantai pasok kopi di Desa Were III Kecamatan
Golewa Selatan Kabupaten Ngada.

3.5.3.Analisis Efisiensi Rantai Pasok

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi dalam rantai pasok adalah
dengan menggunakan pendekatan perhitungan biaya distribusi rantai pasok, margin distribusi
rantai pasok, farmer’s share dan efisiensi distribusi rantai pasok.

Dalam penelitian ini menghitung efisiensi menggunakan biaya distribusi rantai pasok,
margin distribusi rantai pasok, farmer’s share dan efisiensi distribusi rantai pasok.
23

Biaya Distribusi Rantai Pasok

Biaya distribusi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan atau mengirimkan suatu
produk yang meliputi biaya angkutan, biaya pengiriman, dan lain-lain. Menghitung besarnya
biaya distribusi dapat menggunakan rumus menurut Soekartawi (1993) sebagai berikut:

BP = B1 + B2… (1)

Keterangan:

BP = Biaya Distribusi (Rp/Kg)

B1 = Biaya Bongkar Muat (Rp/Kg)

B2 = Biaya Transportasi (Rp/Kg)

Margin Distribusi Rantai Pasok

Margin distribusi adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu
produk dan harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama. Untuk menghitung
margin distribusi rantai pasok digunakan rumus (Prayitno, et al. 2013), yaitu:

M = Pr – Pf......(2)

Keterangan:
M = Margin Distribusi (Rp/Kg)
Pr = Harga Ditingkat Pengecer (Rp/Kg)
Pf = Harga Ditingkat Petani (Rp/Kg)
Farmer’s Share
Analisis ini digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau petani
dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang biasa disebut dengan farmer’s
share. Dapat digunakan rumus menurut (Hanafiah dan Saefuddin, 2011), sebagai berikut:

Pfi
FS¿ x 100.................(3)
Pri

Keterangan:

FS = Farmer’s Share (%)


24

Pfi = Harga Ditingkat Petani (Rp/Kg)

Pri = Harga Ditingkat Pedagang (Rp/Kg)

Kaidah Keputusan menurut Downey dan Erickson (1992) adalah:

> 40% : Efisien


< 40% : Tidak Efisien

Keterangan
Ski = Persentase Keuntungan Lembaga Pemasaran Ke-I
Sbi = Bagian Upaya Untuk Melaksanakan Fungsi Pemasaran Oleh Lembaga Ke-i
Ki = Keuntungan Lembaga Pemasaran KeI (%)
Bi = Biaya Untuk Melaksanakan Fungsi Pemasaran Oleh Lembaga Ke-i
Pr = Harga Ditingkat Pedagang (Rp/Kg)
Pf = Harga Ditingkat Petani (Rp/Kg)
Efisiensi Distribusi Rantai Pasok

Untuk menghitung efisiensi pemasaran secara umunya dapat digunakan rumus menurut
Soekartawi (2002), sebagai berikut:

Keterangan:

EP = Efisiensi Distribusi Rantai Pasok (%)

TBP = Total Biaya Produk (Rp/Kg)

TNP = Total Nilai Produksi (Rp/Kg)

Kaidah keputusan menurut Roesmawaty (2011) adalah:

0 – 33% : Efisien

34 – 67% : Kurang Efisien

68 – 100% : Tidak Efisien.

x 100% (6)
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai