Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDIDAYA IKAN TUNA

DOSEN PENGAMPU:M. Edwin Fadillah, S.Pi., MP

Di susun Oleh:

Muhammad Syarif Hidayat (2022010001)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AMUNTAI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam saya haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia keluar dari zaman jahiliyah
menuju zaman berilmu. Sebagai seorang manusia, saya menyadari bahwa kesempurnaan
hanyalah milik Allah saja. Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
demikian, saya mengharapkan adanya kritik dan saran bersifat membangun, sehingga makalah
ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi setiap orang yang membaca dan mempelajarinya.

Babirik Hilir,05 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................2
C. TUJUAN PENELITIAN........................................................................................................................2
D. MANFAAT PENELITIAN.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. PENGERTIAN TUNA..........................................................................................................................4
B. JENIS JENIS IKAN TUNA....................................................................................................................5
C. Teknik Pembudidayaan Ikan Tuna.......................................................................................................7
D. Kandungan Gizi Ikan Tuna...................................................................................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN....................................................................................................................................8
B. SARAN..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ikan merupakan salah satu pangan hewani yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
Kandungan protein pada ikan sebesar 18-30% yang tersebar diseluruh bagian tubuh ikan.
Tubuh ikan terdiri atas bagian daging, tulang, kulit, sisik, hati, telur, kepala, gelembung
renang dan alat-alat pencernaan (Adawyah 2007).
Daging ikan merupakan bagian yang paling banyak digunakan untuk kegiatan
pengolahan lebih lanjut, hati dan telur ikan digunakan sebagai suplemen makanan,
sedangkan sisanya berupa tulang, kulit, kepala, gelembung renang, alatalat pencernaan
adalah bagian yang tidak atau belum termanfaatkan secara optimal. Sisa-sisa bagian ikan
yang tidak termanfaatkan melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kini telah
dapat dimanfaatkan.
Salah satu contoh pemanfaatan bagian ikan yang tidak terpakai adalah pemanfaatan
tulang ikan menjadi gelatin dan tepung tulang ikan. Jika dinilai dari segi ekonomis, nilai
ekonomis gelatin bubuk perkilogram berkisar Rp. 90.000 dan gelatin berbentuk lembaran
Rp. 755.000- Rp.1.338.000 (Zainudin 2010).
Menurut Zainudin (2010), sampai tahun 2007, negara Indonesia masih mengimpor
gelatin. Sebagai bahan impor, bahan baku yang digunakan untuk gelatin didominasi oleh
gelatin mamalia yaitu kulit jangat sapi sebesar 28,7%, kulit babi sebanyak 44,5%, kulit
sapi sebesar 29,8% serta 0,1% dari ikan (Setiawati 2009). Semua bahan baku tersebut,
tidak semua dapat dijadikan sebagai bahan baku gelatin yang aman jika ditinjau dari
beberapa aspek. Dari aspek religi, bahan baku gelatin dari babi merupakan masalah bagi
umat muslim. Dari kesehatan, gelatin yang berbahan dasar jangat sapi dan kulitnya
dikhawatirkan adanya penyakit sapi gila. Oleh karena itu, bahan baku ikan dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk pembuatan gelatin dan didukung pula dengan kondisi
Indonesia yang mempunyai potensi sumberdaya ikannya.
Ikan tuna (Thunnus sp.) adalah salah satu ikan ekonomis konsumsi penting. Ikan tuna
dapat diolah menjadi produk tuna loin, steak, dan tuna saku yang dalam kegiatan

1
pengolahannya akan menghasilkan limbah berupa kulit dan tulang. Junianto dkk (2006)
menyatakan bahwa tulang pada ikan menyusun sekitar 12,4% dari tubuhnya. Berdasarkan
data Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Kota Gorontalo (2012), produksi ikan tuna
pada tahun 2012 sebanyak 7.109,2 ton 3 sehingga ditaksir jumlah limbah tulang ikan
yang dapat diperoleh adalah 881,52 ton. Jumlah ini belum termanfaatkan secara optimal.
Ikan tuna umumnya diolah menjadi tuna loin, untuk memperoleh “zerowaste” dari hasil
pengolahan tuna, maka tulang ikan sisa pengolahan dapat dijadikan sebagai bahan baku
dalam proses pembuatan gelatin.
Proses pembuatan gelatin dapat menghasilkan 2 jenis gelatin berdasarkan mutunya, yaitu
gelatin tipe A dan gelatin tipe B. Gelatin tipe A memiliki kualitas lebih baik sebab
diekstraksi dengan menggunakan zat asam dibandingkan dengan gelatin tipe B yang
diekstraksi dengan zat basa. Jenis asam yang dapat digunakan adalah asam klorida, asam
sitrat, asam pospat dan asam asetat(Astawan dan Aviana 2003; Wiratmaja 2006; Fatimah
2008; Minarti dan Hidayat 2009; Karlina dan Atmaja 2010). Jenis asam-asam ini
umumnya masih bersifat sintesis, dan diproduksi oleh pabrik.
Cuka aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu sumber alami yang diketahui
mengandung berbagai macam jenis asam salah satunya adalah asam asetat yang
dihasilkan dari proses fermentasi air nira. Penelitian pembuatan gelatin menggunakan
asam asetat telah dilakukan oleh Karlina dan Atmaja (2010) dengan bahan baku tulang
ikan pari. Namun, penelitian terhadap pembuatan gelatin tulang ikan tuna dengan
memanfaatkan asam alami seperti cuka aren masih jarang dipublikasikan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis beinisiatif untuk melakukan penelitian mengenai
pembuatan gelatin tulang ikan tuna dengan menggunakan cuka aren.Dua hal yang
mendasari penelitian ini adalah pemanfaatan limbah tulang ikan 4 tuna yang ada di
Gorontalo dan untuk mengetahui pengaruh cuka aren yang digunakan dalam pembuatan
gelatin terhadap karakteristik kimia dan fisik gelatin.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh volume cuka aren
terhadap karakteristik kimia dan fisik gelatin tulang ikan tuna.

C. TUJUAN PENELITIAN

2
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dengan
menggunakan cuka aren dan mengetahui pengaruh penggunaan volume cuka aren yang
berbeda terhadap karakteristik kimia dan fisik gelatin.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat di antaranya :

1. Hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada masyarakat pada umumnya dan
dunia industri khususnya.

2. Penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai pemanfaatan


limbah hasil perikanan menjadi produk menjadi gelatin yang memiliki nilai ekonomis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TUNA

Tuna (Thunnus sp.) merupakan jenis ikan laut pelagis yang termasuk dalam keluarga
Scombroidae. Tubuh ikan ini seperti cerutu, mempunyai sirip punggung, sirip depan yang
biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan
(finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip
perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup
seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua
dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan yang
berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan, 1983).

Tuna merupakan ikan ekonomis penting dalam perdagangan perikanan dunia dan
termasuk golongan ikan pelagis. Ikan tuna dapat hidup di air yang lebih dingin dan
bertahan dalam kondisi yang beragam. Ikan tuna memiliki kebiasaan untuk bermigrasi
sepanjang hidupnya. Kebiasaan ikan tuna untuk bermigrasi didukung oleh sistem
metabolisme ikan tuna yang dapat mengatur jumlah panas yang ada di dalam tubuh untuk
mencapai kondisi biologis yang efektif (Nurjanah, 2011).

Menurut Saanin (1984), ikan tuna berdasarkan taksonominya dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Teleostei

Subkelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Scombridei

4
Family : Scombridae

Genus : Thunnus

Spesies : Thunnus sp

B. JENIS JENIS IKAN TUNA

Menurut Kuncoro dan Wiharto (2009), terdapat beberapa jenis ikan tuna antara lain tuna
mata besar, tuna albakor, tuna sirip kuning, tuna sirip biru dan juga tuna gigi anjing.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Tuna Mata Besar (Thunnus Obesus)

Tuna mata besar dapat tumbuh mencapai 2,5 meter dengan berat hingga 210 kg. Umurnya
dapat mencapai 11 tahun. Ikan Tuna jenis ini tersebar luas di Samudra Hindia, Lautan
Atlantik dan Pasifik di daerah tropis dan subtropis. kan tuna jenis ini dapat hidup di laut
lepas sampai kedalaman 250 meter, waktu untuk penggandaan populasinya dari 1,4 tahun
sampai 4,4 tahun dengan jumlah telur mencapai 2 juta butir.

b. Tuna Albakor (Thunnus Alalunga)

Tuna Albakor termasuk jenis ikan tuna yang paling kecil, dapat tumbuh mencapai 1,4
meter dengan berat 60 kg, umurnya dapat mencapai 9 tahun dan ikan tuna jenis ini
tersebar luas di seluruh daerah tropis. Ikan ini hidup di laut lepas sampai kedalaman 600

5
meter, biasanya tuna jenis ini bergerombol dalam jumlah sangat besar dengan ikan tuna
lainnya.

c. Tuna Sirip Biru (Thunnus Maccoyii)

Tuna sirip biru mempunyai 2 jenis, yaitu tuna sirip biru selatan dan tuna sirip biru utara.
Tuna sirip biru dapat tumbuh mencapai 245 cm dengan berat maksimal mencapai 269 kg
dan umurnya dapat mencapai 10 tahun. Ikan jenis ini hidup di kedalaman 50 sd 2.443
meter di bawah air dan tersebar di Lautan Atlantik, Pasifik, dan Samudra Hindia.

d. Tuna Sirip Kuning (Thunnus Albacares)

Tuna sirip kuning dapat tumbuh mencapai 239 cm dengan berat maksimal mencapai 2
kwintal, dapat berumur mencapai umur 9 tahun. Ikan ini tersebar luas di perairan tropis
dan subtropis akan tetapi tidak ada pada laut Mediterania.
Ikan tuna jenis ini dapat hidup di laut sampai kedalaman 250 meter, mempunyai daya
perkembangbiakan yang cepat karena hanya butuh waktu 1,4 sampai 4,4 tahun untuk
menggandakan populasinya.

e. Tuna Gigi Anjing (Gymnosarda Unicolor)

6
7
Jenis tuna ini dinamakan sebagai tuna gigi anjing karena mempunyai mulut seperti anjing.
Ikan ini dapat tumbuh mencapai 2,5 meter tetapi rata-rata hanya mencapai 1,5 meter. Ikan
ini tersebar luas di perairan tropis dunia, dapat hidup di laut lepas dengan kedalaman 20-
300 meter. Ikan jenis ini yang masih kecil lebih suka dan lebih sering berada di sekitar
karang karena untuk memangsa ikan-ikan karang dan ikan pelagis kecil di sekitar pantai
sedangkan ikan jenis ini yang sudah besar biasanya berada di laut dalam.

C. Teknik Pembudidayaan Ikan Tuna

1.Tentukan metode dan media budidaya ikan tuna yang akan digunakan.
Apakah akan menggunakan keramba jaring apung atau jaring tancap, kolam tanah, kolam
sistem tertutup atau resirkulasi. Ikan tuna biasanya di budidayakan di jaring tancap, yaitu
kolam dari jaring yang ditancapkan di dasar dengan jarak beberapa meter dari pantai.
Tetapi budidaya ikan tuna dapat juga dilakukan di dalam kolam dengan sistem resirkulasi.
Pada kolam dengan sistem resirkulasi tertutup, memungkinkan ikan tuna tidak dapat
meloloskan diri dan budidaya tidak akan mencemari lingkungan luar dengan sampah,
parasit dan penyakit. Salah satu kendala dari budidaya sistem resirkulasi ini adalah
kebutuhan akan listrik dan biayanya yang tinggi.

2. Kumpulkan Benih Tuna dari Alam.


Umumnya benih ikan tuna yang akan dipelihara diperoleh dari penangkapan di alam,
yang kemudian dibesarkan di kolam budidaya dengan tujuan untuk meningkatkan
kandungan “lemak” nya (di Jepang disebut “toro”) untuk membuat ikan tuna menjadi
lebih lezat. Untuk sementara hanya jenis tuna sirip biru yang benihnya berasal dari induk
yang dipelihara di kolam penangkaran. Sudah banyak kemajuan dalam pengembangan
budidaya tuna sirip biru secara penuh, tetapi biaya produksi untuk budidaya ikan ini
masih sangat tinggi.

3.Pemberian Pakan Tuna

Budidaya ikan tuna yang layak membutuhkan sekitar 2.000 bibit ikan setiap periode
budidaya, dan ikan-ikan ini mengkonsumsi beberapa ton pakan. Ikan tuna adalah jenis

8
ikan karnivora dan memakan ikan jenis lainnya, umumnya jenis ikan pilchard, sarden,
ikan haring dan ikan teri (anchovy). Ikan-ikan jenis ini memiliki kandungan lemak yang
tinggi.

4.Panen Ikan Tuna.

Panen ikan tuna biasanya dilakukan dengan cara pekerja panen turun ke dalam keramba
jaring tancap dan melemparkan ikan-ikan yang tertangkap ke dalam perahu kecil yang
disediakan, sampai ikan di kolam tersisa sedikit dan sulit untuk ditangkap. Pekerja panen
yang berada di tepi kolam kemudian memanen sisa ikan tuna secara konvensional
menggunakan pancing (rawai tuna).

D. Kandungan Gizi Ikan Tuna

Daging ikan tuna berwarna merah muda sampai merah tua, karena otot ikan tuna lebih
banyak mengandung myoglobin dibandingkan ikan lainnya. Tuna memiliki kandungan
protein yang tinggi dan lemak yang rendah. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 -
26,2 gr/100 gr daging. Lemak antara 0,2 - 2,7 gr/100 gr daging. Ikan tuna juga
mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B
(thiamin, riboflavin dan niasin).

Secara umum bagian tuna yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara 50-60 %
dari tubuh ikan (Stansby 1963). Kadar protein dalam daging putih ikan tuna lebih tinggi
daripada daging merah, namun kadar lemak daging putih lebih rendah daripada daging
merah. Daging merah ikan tuna kaya akan lemak, suplai oksigen,dan mioglobin, sehingga
memungkinkan untuk berenang pada kecepatan tetap.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Indonesia sebagai negara maritim dengan kekayaan laut yang melimpah termasuk tuna
dapat diharapkan suatu saat mampu juga mengikuti jejak Jepang, Australia dan mexico
dalam pembudidayaan ikan tuna. Khusus untuk jenis southern bluefin tuna yang daerah
pemijahannya di selatan jawa dan perairan nusa tenggara mungkin dapat menjadi contoh
lokasi pemeliharaan tuna masa depan. Begitupun daerah-daerah dekat perairan pasifik
seperti utara Maluku dan Irian. Usaha-usaha pembudidayaan Tuna di Indonesia
sebenarnya sudah mulai dirintis oleh Balai Riset Budidaya Besar Laut Gondol Bali
namun masih mngalami kendala-kedala teknis utamanya teknologi pembenihan. Terlepas
dari semua itu budidaya tuna menjadi suatu keniscayaan mengingat sumberdayanya yang
semakin menipis dari tahun ke tahun. Penghasilan devisa negara dari bidang perikanan
dapat ditingkatkan bila di masa depan Indonesia mampu untuk membudidayakan jenis
ikan yang mahal dan menjadi primadona ekspor ini.

B. SARAN

Kita harus mengadakan penelitian tentang distribusi ikan tuna di indonesia.karena untuk
sekarang ini ikan tuna belum dimanfaatkan dengan baik diindoesia. Sehingga kita dapat
mengekspor ikan tuna ini ke Negara-negara luar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perikanan. 1983. Sumberdaya Perikanan Laut di Indonesia. Jakarta: Dirjen
Perikanan.

Nurjannah. 2011. Pengetahuan dan Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan. Bogor: IPB Press.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung: Bina Tjipta.

Kuncoro, E.B, dan Wiharto, F.E.A. 2009. Ensiklopedi Populer Ikan Air Laut. Yogyakarta:
ANDI.

Maghfiroh, I. 2000. Skripsi: Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Terhadap Karakteristik


Nugget dari Ikan Patin (Pangasius hypothalamus). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Fadly, Nuzul. 2009. Skripsi: Asesmen Risiko Histamin Ikan Tuna (Thunnus Sp.) Segar
Berbagai Mutu Ekspor Pada Proses Pembongkaran (Transit). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kumai, H. (1995). Process and present status of bluefin tuna. Saibai, JASFA, 76: 43-47

Kumai, H. (1998). Studies on artificial hatchery, rearing and reproduction of bluefin tuna.
Nippon suisan Gakkaishi 64(4): 601-605.

11

Anda mungkin juga menyukai