Anda di halaman 1dari 16

Makalah Prakarya

Budi Daya Ikan Hias


Ikan Botia

Disusun Oleh

Kelompok 4:

1. Fresca Ernatasya
2. Nadilaturahmi

Guru Pembimbing:

Nurdiyati

MTs Negeri 3 Padang

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah singkat ini adalah “Budi Daya Ikan Hias, khususnya Ikan Botia”.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada guru mata
pelajaran prakarya yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah singkat ini.
Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat
makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Semoga Allah Ta’ala memberikan pahala yang berlimpah atas segala bentuk bantuan
yang telah diberikan kepada kita. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dari berbagai kalangan.

Padang, 1 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Ciri dan Karakteristik Ikan Botia 3
B. Klasifikasi Ikan Botia 4
C. Cara Perkembangbiakan Ikan Botia 7
D. Pakan Ikan Botia 8
E. Pembesaran dan Pembibitan Ikan Botia 12
F. Pemijahan Ikan Botia 13
G. Lahan Ikan Botia 15
H. Panen Ikan Botia 15
I. Pascapanen Ikan Botia 16
BAB III PENUTUP 17
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan  hias  merupakan salah satu ikan  yang memiliki prospek  penting dan
mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Indonesia mampu
melakukan penjualan senilai USD24 juta pada 2014 (KKP, 2014). Pasar yang sangat
luas baik dalam negeri terutama laur negeri, ikan hias menjadi prospek yang baik
terutama dikalangan penghobi hiasan ikan.
Potensi Ikan hias di Indonesia sangat besar spesies ikan hias Indonesia paling
terbesar dan pengekspor ke 5 terbesar. Ikan hias yang paling digemari oleh pasar yaitu
ikan yang berwarna cerah, bentuk unik dan mudah dipelihara. Ikan hias yang paling
populer pada saat ini yaitu arwana, ikan koki, ikan koi, ikan diskus dan ikan rainbow.
Ikan Botia merupakan ikan hias asli Indonesia yang mempunyai nama daerah Ikan
Bajubang, ikan ini hanya bisa dijumpai di dua tempat di Indonesia yakni Sungai
Batanghari, Jambi dan Sungai Barito, Kalimantan. botia ini menjadi peluang dalam
kegiatan budidaya untuk menghasilkan peospek keuntungan yang besar.
Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan
atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya
perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya
dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun
tumbuhan air.  Akuakultur atau budidaya perikanan merupakan suatu proses
pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai
pemasaran (Wheaton, 1977).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah ciri dan karakteristik ikan botia?
2. Apa klasifikasinya ikan botia?
3. Bagaimanakah cara perkembangbiakan ikan botia?
4. Apa pakan ikan botia?
5. Bagaimanakah pembesaran dan pembibitan ikan botia?
6. Bagaimanakah pemijahan ikan botia?
7. Bagaimanakah lahan ikan botia?
8. Bagaimana cara panen ikan botia?
9. Bagaimana pascapanen ikan botia?
1
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai ikan dengan rincian sebagai
berikut:
1. Ciri dan karakteristik ikan botia
2. Klasifikasi ikan botia
3. Cara perkembangbiakan ikan botia
4. Pakan ikan botia
5. Pembesaran dan pembibitan ikan botia
6. Pemijahan ikan botia
7. Lahan ikan botia
8. Cara panen ikan botia
9. Pascapanen ikan botia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri dan Karakteristik Ikan Botia


Ikan Botia memiliki bentuk tubuh pipih dan bulat memanjang yang ditutup
sisik halus (sikloid). Kepala ikan Botia memiliki bentuk seperti torpedo yang agak
meruncing ke arah mulut. Di mulut ikan Botia terdapat empat buah sungut/patil
sebagai alat perlindungan diri jika merasa terancam/merasa dalam bahaya. Ikan ini
juga memiliki sepasang sirip dada (pectoral), sirip perut (ventral) serta sirip punggung
(dorsal) serta sirip ekor yang bercagak. Sirip punggung pada ikan botia didominasi
oleh warna kehitaman dan sedikit oranye, sirip dada serta sirip perut ikan Botia
memiliki warna orange, sedangkan sirip ekornya berwarna orange terang (Satyani dan
Subamia, 2008).

Tubuh ikan Botia berwarna kuning cerah (Satyani dan Subamia, 2008),
sedangkan menurut Kottelat (2004), ikan Botia memiliki warna dasar tubuh oranye
cerah-merah. Namun dari hasil pengamatan, warna dasar ikan Botia secara umum
terbagi atau merupakan kombinasi dari warna kuning dan oranye (Ruby, et. al., 2012).
Di tubuhnya, terdapat tiga garis hitam lebar yang berada di bagian kepala, depan sirip
punggung, serta di bagian belakang sirip punggung. Garis pertama melingkari kepala
dan melewati mata, garis kedua berada di bagian depan sirip punggung, sedangkan
garis ketiga berada di bagian belakang sirip punggung hingga pangkal ekor (Satyani
dan Subamia, 2008).

3
Warna serta pola pada ikan hias seperti ikan Botia ini memiliki peran dan
fungsi yang penting. Beberapa biota menggunakan warna serta pola ini untuk
berkomunikasi, untuk memilih pasangan, atau untuk berkamuflase (Hubbard et al.,
2010; Doucet & Meadows, 2009; Price et al., 2008). Selain itu, warna dan pola pada
ikan hias biasanya dijadikan sebagai penentu keindahan (Ruby et al. 2012).

B. Klasifikasi Ikan Botia


Ikan Botia/clown loach/tiger botia (Chromobotia macracanthus) merupakan
salah satu ikan endemik dari Indonesia. Ikan ini dapat ditemukan di perairan tawar
Kalimantan dan Sumatera. Menurut tata nama dalam Nomenkaltur Bleeker tahun
1852, ikan botia dinamakan Botia macracanthus, tetapi direvisi menjadi Chromobotia
macracanthus oleh Kottelat (2006). Kottelat (2004) menjelaskan, ikan botia tidak
masuk ke dalam Genus Botia karena adanya perbedaan karakteristik. Perbedaan ini
terlihat terutama pada pola atau corak warna tubuhnya. Nama latin ikan ini berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu chromo yang memiliki arti warna, botia yang memiliki arti
pelindung karena ikan memiliki patil/duri sebagai alat perlindungan diri, serta
macracantha yang memiliki arti ikan berduri besar.
Dalam dunia perdagangan, ikan Botia lebih dikenal dengan sebutan Clown
loaches atau Tiger botia. Di Indonesia, ikan Botia ini memiliki nama lokal tersendiri
di tiap wilayahnya. Di wilayah Kalimantan, nama daerah/lokal ikan ini adalah ikan
Jono, ikan Langli, atau ikan Languli, sedangkan di wilayah Sumatera, ikan Botia biasa
disebut ikan Macan, ikan Gejobang, ikan Cubing, ikan Kecubang, ikan Biju Bana,
ikan Merah, atau ikan Bajubang (DKP, 2006).

4
Klasifikasi ikan Botia menurut Kottelat (2004) adalah sebagai berikut :

C. Cara Perkembangbiakan Ikan Botia


Dalam reproduksinya, ikan betina dewasa yang berukuran 13 cm/60 gram
sudah dapat mengandung telur, sedangkan jantan dewasa berukuran 10 cm/40 gram
sudah dapat mengeluarkan sperma. Benih ikan Botia banyak diambil pada musim
hujan (Oktober - Januari). Hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut
ikan Botia memijah. Benih ikan ini banyak ditemukan di tempat air pasang sampai ke
hilir sungai. Hal ini juga mengindikasikan bahwa biota ini memijah di daerah dengan
karakter tersebut.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sudarto, et. al. (2008) dijelaskan
bahwa populasi ikan Botia (Chomobotia macracanthus) yang diteliti memijah di
daerah aliran-aliran sungai utama yang melibatkan ratusan induk serta bermigrasi ke
hulu ke seluruh anak sungai secara acak. Namun, tingkah laku reproduksi dan migrasi
ini tidak sama seperti ikan salmon karena ikan botia tidak homing (tidak kembali ke
tempat induknya memijah).
Botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu
sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk
botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran
sungai.

5
Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak. Telur
botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan. Benih ikan
botia berkelompok dalam jumlah besar sehingga mudah ditangkap. Botia mulai
matang gonad setelah ukurannya ± 40 gram untuk botia jantan, dan untuk botia betina
± 70 gram, atau panjangnya lebih dari 15 cm.
Tingkat Kematangan Gonad (TKG), TKG dapat dibagi menjadi 6 fase, yaitu
sebagai berikut:
1. TKG I
Sel telur baru mengalami perbanyakan dari sel epitel dan membentuk oogonia.
Kumpulan oogenia berbentuk bulat yang dilapisi oleh satu dinding epitel.
Sitoplasmanya berwarna merah jambu dengan nucleus yang besar;
2. TKG II
Oogonia berkembang menjadi oosit dengan sitoplasma yang bertambah besar
dengan nucleus yang terletak ditengah – tengahnya. Selama perkembangannya, oosit
ditutupi satu baris epitel. Diameter oosit berkisar antara 100 – 150 um;
3. TKG III
Fase ini adlah fase berkembangnya dinding sel. Oosit semakin membesar dan
inti sel mulai tampak. Sitoplasma yang berwarna biru merupakan awal/ persiapan
vitelogenesis. Diameter telur antara 200 – 300um;
4.TKG IV
Membrane inti mulai tampak berwarna terang, melingkari inti sel. Inti
berwarna merah jambu sedangkan sitoplasma berwarna biru yang lebih terang
dibandingkan pada TKG II dan III. Pada fase ini vitelogenesis berlangsung dan mulai
terbentuk granula dan vakuola pada sitoplasma. Juga mulai terbentuk zona radiate
yang berasal dari sel epitel. Diameter telur antara 300 – 500 um;
5. TKG V
Pada fase ini nucleus tampak jelas dengan granula yang masih kasar.
Sitoplasma berwarna biru, sedangkan nucleus berwarna merah jambu agak cerah
dibandingkan dengan cairan yang mulai mengalami deregerasi. Lapisan zona radiate
tampak lebih jelas, tersusun dari sel berbentuk kubus dan sel tiang. Diameter telur
antara 500 – 600 um;
6. TKG VI
Fase ini merupakan fase maksimum perkembangan oosit, dimana sudah
mengalami perkembangna optimal dengan vakuola yang berukuran besar dan
6
jumlahnya sangat banyak. Nucleus serta granula tampak lebih jelas, memenuhi
sitoplasma. Dinding folikel terdiri atas zona radiate, teka interna dan eksterna. Pada
bagian tertentu dari teka terdapat epitel yang menipis, membentuk mikrofil. Diameter
telur mencapai kisaran antara 600 – 700 um.

D. Pakan Ikan Botia


Ikan botia pada awalnya dikenal sebagai ikan karnivora. Namun, ikan botia
ternyata juga mau mengonsumsi tanaman. Hal inilah yang kemudian mendasari
sebagian orang berpendapat bahwa ikan botia adalah jenis ikan omnivora. Jika Anda
membudidayakan ikan botia, Anda bisa memberi sejenis pelet halus yang berasal dari
ikan kering. Selain itu, ikan botia juga bisa diberi makan seperti siput, cacing darah
yang dibekukan, udang air asin, daging ikan yang dihaluskan, dan juga cacing tubifex.
Untuk makanan dari tumbuh-tumbuhan, Anda bisa memberi mereka selada,
mentimun, bayam, kacang polong yang telah direbus, dan tanaman hijau lainnya. Ada
kemungkinan jika mereka lapar, tanaman air pada akuarium mungkin akan habis
dimakan. ikan botia yang dibudidayakan dalam akuarium mungkin akan memiliki
perkembangan yang sangat lambat dibanding ketika hidup dalam habitat asli mereka.
Anda bisa mengoptimalkan pakan ikan supaya ikan botia bisa tumbuh mencapai 15
cm dalam kurun waktu satu tahun.

E. Pembesaran dan Pembibitan Ikan Botia


Penebaran benih bertujuan untuk memasukkan ikan dalam wadah budidaya dengan
padat penebaran tertentu. Pilihlah benih sesui ukuran untuk tujuan pembesaran. Cari
benih yang bergerak aktif tandanya benih tersebut berkualitas baik kondidi fisik yang
normal serta kulit ikan/sisik tidak gugus.

Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih benih yang bisa dibesarkan pada sistem


teknologi budidaya yang digunakan, diantaranya adalah:
a) Ketersediaan spesies benih yang akan dibesarkan. Apabila spesies atau jenis benih
yang tersedia banyak, maka kita tidak menemukan masalah dalam menggunakan
sistem teknologi buddidaya (wadah) yang akan kita pakai.
b) Kecocokan spesies benih. Apabila kita sudah memilih sistem teknologi budidaya
tertentu (misalnya kolam), maka kita harus memilih spesies apa yang cocok hidup dan
tumbuh dengan baik di kolam.
7
c) Daya adaptasi benih (Survival Rate atau tingkat kelangsungan hidup) ketika
dipelihara.
d) Ukuran benih. Ukuran benih merupakan kriteria yang umum menjadi pertimbangan
dalam menentukan benih yang akan ditebar.
e) Harga benih. Harga benih yang terlalu mahal bisa menjadi pertimbangan untuk
tidak memilih benih tersebut untuk dibesarkan, apalagi kalau ikan sudah dipanen dan
ketika dipasarkan harga jualnya tidak sesuai harapan (ekspektasi) maka pengelola dan
pemilik usaha akan merugi.

Hal yang perlu diperhatikan saat penebaran benih adalah kepadatan pada tiap meter
persegi wadah. Kepadatan ini ditentukan oleh jenis ikan dan sistem budidaya
pembesaran yang dilakukan (ekstensif, semi intensif dan intensif).

Padat penebaran benih ikan yang ditebar di kolam dan tambak bervariasi menurut pola
pemeliharaannya, serta komoditas ikan kulturnya. Di bawah ini padat penebaran
beberapa jenis ikan :
a) Padat penebaran ikan bandeng dalam SNI th 2009 5 – 10 ekor/m2, dengan ukuran
benih 40 – 70 mm, bobot 8 gram – 15 gram. Dengan lama waktu pemeliharaan 90 –
120 hari diperoleh hasil panen 8 ekor/kg, atau 125 gram/ekor.
b) Padat tebar lele dumbo 50 ekor/m2, dengan biomasa benih 7 gram- 10 gram. Lama
waktu pembesaran 60 – 75 hari, diperoleh hasil panen 8 – 10 ekor /kg atau 100 – 125
gram/ekor.
c) Padat tebar ikan mas 5 – 10 ekor/m2, biomassa benih 8 – 10 gram/ekor lama waktu
pemeliharaan 120 hari,
d) Padat tebar ikan nila 5 – 10 ekor/m2 biomassa benih 8 – 10 gram/ekor lama waktu
pemeliharaan 120 hari,

Penebaran benih harus dilakukan dengan hati hati. Lakukan penebaran benih pada
pagi atau sore hari. Hal ini dilakukan agar benih yang ditebar tidak mengalami sress
atau tingkat kematian tinggi. Biarkan benih keluar dengan sendirinya atau dikeluarkan
pelan-pelan dari kemasan benih (plastik). Sebelumnya masukan air kolam ke dalam
plastic sedikt demi sedikit agar mudah beradaptasi dengan kondisi kolam
(aklimatisasi)

8
Aklimasi adalah proses penyesuaian biota air terhadap satu parameter kualitas air di
perairan tempat budidaya. Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian biota air
terhadap faktor-faktor kualitas air pada lingkungan barunya seperti suhu, pH,
alkalinitas, dan sebagainya.

F. Pemijahan
Teknik pemijahan merupakan proses perkawinan yang terjadi antara indukan
jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel telur dan terjadi
diluar tubuh ikan (eksternal). Umumnya pemijahan dalam usaha pembenihan
dilakukan yaitu untuk melestarikan dan mendapatkan benih unggul yang nantinya
dapat memiliki harga jual, sedangkan untuk usaha pembesaran pemijahan
dilakukan untuk mendapatkan calon indukan baru yang lebih berkualitas
(Khairuman, 2002).

Teknik Pemijahan Alami yaitu teknik pemijahan tanpa melibatkan bantuan


dari manusia pada saat proses pemijahan yang dilakukan dengan cara menyeleksi
indukan terlebih dahulu yang sudah matang gonad dengan perbandingan jantan dan
betina 1 : 1, kemudian induk jantan dan induk betina diletakkan kedalam kolam
khusus pemijahan dan didalam kolam tersebut sudah dimasukkan alat kakaban
(ijuk yang diapit oleh bambu) guna menempelnya telur setelah proses pemijahan,
kemudian proses pemijahan memerlukan waktu 1 x 24 jam (Susanto, 2011).

Teknik Pemijahan Semi Alami, teknik pemijahan ini memiliki metode yang
hampir sama teknik pemijahan buatan, dimulai dengan cara merangsang indukan
betina dengan menggunakan tambahan suntikan kelenjar hipofisa atau suntikkan
hormon jenis ovaprim kemudian dipijahkan alami dalam satu kolam khusus
pemijahan. Perbedaan pemijahan semi alami dengan pemijahan buatan yaitu
terdapat pada proses setelah melakukan penyuntikkan hormon, kemudian indukan
jantan dan betina diletakkan kedalam kolam pemijahan hingga proses pembuahan
selesai dan telur menempel pada kakaban yang telah disediakan. Sedangkan pada
proses pemijahan buatan dilakukan dengan mengambil sel sperma indukan jantan
dan sel telur indukan betina kemudian proses dilakukan diluar kolam pemijahan
atau diwadah khusus sampai proses pembuahan selesai kemudian ditebar kedalam
kolam pemijahan hingga telur menetas (Susanto, 2011).

9
Teknik Pemijahan Buatan yaitu dilakukan dengan cara merangsang
indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan hormon seperti ovaprim
untuk mempercepat matangnya gonad, kemudian dipijahkan secara buatan. Pada
pemijahan buatan, induk betina dan jantan yang digunakan adalah dengan
perbandingan 1 : 1 (sel telur dari 1 kg indukan betina dapat dibuahi dengan sperma
dari indukan jantan 1 kg) dan dilakukan diluar kolam pemijahan. Metode
pengambilan sperma indukan jantan yaitu dengan melakukan pembedahan dimulai
dari bagian anus hingga kebelakang insang dan dipotong secara vertikal tepat
dibelakang insang sehingga ikan terpisah antara badan dan kepala (Susanto, 2011).
Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Hernowo (2008) pengambilan kantung
sperma dengan cara pembedahan pada indukan jantan dimulai dari anus dengan
menggunakan garis diagonal seperti huruf “Y”.

G. Lahan
Siapkan wadah budidaya sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan dan
lokasi budidaya. Wadah budidaya bisa berupa kolam, bak atau jaring apung/ keramba
jaring apung/ tancap. Lakukan persiapan wadah budidaya dengan cara pengeringan,
pemupukan, pengecekan saluran air, pemeriksaan kwalitas air dan sanitasi.
a) Pengeringan dan penjemuran dasar kolam/tambak dapat dilakukan dengan bantuan
sinar matahari. Pengeringan tanah dasar kolam/tambak yang baik juga efektif untuk
membunuh benih-benih ikan liar, ikan-ikan buas, benih kepiting, dan hama-hama lain,
serta bibit-bibit penyakit.
b) Pemupukan kolam/tambak merupakan faktor penting untuk memperoleh
keberhasilan dalam pembesaran ikan. Tanpa pemupukan maka keberadaan plankton
tidak bisa dipertahankan atau ditingkatkan lebih banyak lagi. Unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh plankton dapat berkembang dalam kolam dengan pemupukan.
c) Pengecekan saluran air dan pemeriksaan kualitas air. Debit air yang cukup besar
merupakan persyaratan utama untuk membuat wdah budidaya. Debit air yang besar
akan menjamin ketersediaan air yang berguna bagi kolam seperti memudahkan
penggantian air.

10
Pemantauan kualitas air pada sumber air dan pada media budidaya pada hakekatnya
bertujuan ;
a) Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi.
b) Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan nilai kualitas air yang ideal
untuk budidaya tambak.
c) Menilai kelayakan suatu sumberdaya air untuk kepentingan tertentu.

H. Panen
Panen dilakukan setelah ikan konsumsi mencapai bobot atau ukuran tertentu sesuai
permintaan konsumen. Cara pemanen yang tepat menentukan mutu ikan konsumsi
yang dihasilkan. Penaganan ini akan mempengaruhi tinggat kematian saat panen.
Kegiatan panen meliputi persiapan penampungan ikan, pengeringan kolam,
penangkapan ikan, dan pengangkutan serta pengemasan. Pemanenan sebaiknya
dilakukan pagi atau sore hari.

I. Pascapanen
Pengemasan ikan hasil pembesaran harus memperhatikan jarak dan waktu tempuh,
jumlah benih yang diangkut dalam wadah, dan kondisi kualitas air selama
pengangkutan yang terpenting yaitu suhu air, salinitas air, pH dan oksigen dalam
wadah. Pengemasan bisa tertutup menggunakan plastik dan terbuka dengan
menggunakan drum,ember dan wadah lainnya.

J. Pembesaran
Dalam kegiatan pembesaran ikan kita akan mempelajari tentang aspek-aspek yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan yang akan kita besarkan melalui mekanisme
tahapan-tahapan pada teknik pembesaran ikan, sehingga benih ikan yang mulanya
sangat kecil dapat tumbuh menjadi ikan besar berukuran konsumsi.

Pembesaran ikan konsumsi merupakan proses budidaya yang bertujuan untuk


memperoleh ikan ukuran konsumsi. Budidaya pembesaran ikan merupakan salah satu
segmen usaha yang banyak dilakukan para pembudidaya ikan. Pembesaran ikan
relatif lebih mudah karena keterampilan yang dibutuhkan sangat sederhana
dibandingkan melakukan pembenihan.
11
Teknik yang perlu diperhatikan adalah memilih wadah budidaya, memilih benih,
padat penebaran, pola pemberian pakan, pencegahan hama dan penyakit ikan,
pengontrolan pertumbuhan (sampling, grading dan sortasi), pengelolaan kualitas air
yang tepat serta, panen dan pasca panen.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ikan adalah hewan yang mudah kita jumpai, misalnya di pasar, di sungai, di rawa,
atau di waduk. Hewan ikan juga sering dipelihara oleh banyak orang. Mereka
memelihara ikan ditempatkan di sebuah akuarium atau di kolam khusus ikan, bahkan
ada juga yang memelihara ikan di bak mandi. Hewan ikan memiliki banyak jenisnya
dan setiap ikan tidak semua dapat hidup di air yang sama. Ada ikan yang hidup di air
asin, di air tawar, dan lain-lain.

B. Saran
Penulisan makalah lanjutan, kami sarankan untuk membahas lebih detail mengenai
perkembangan dan cara budidaya ikan yang lebih mudah diterapkan di masyarakat.
Sehingga makalah tersebut dapat menjadi sumber pembelajaran bagi masyarakat pada
umumnya dan pelajar pada khususnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://elfianpermana010.wordpress.com/2016/06/20/makalah-pembenihan-ikan-botia/
https://kkp.go.id/bpsplpadang/artikel/46594-ikan-botia-chromobotia-macracanthus
https://www.minapoli.com/info/teknologi-pembenihan-ikan-hias-botia
https://www.pinhome.id/blog/ikan-hias-botia/

13

Anda mungkin juga menyukai