Anda di halaman 1dari 15

SISTEM LINGKUNGAN INDUSTRI

REVIEW JURNAL: PEMANFAATAN LIMBAH IKAN SEBAGAI SUMBER


ALTERNATIF PRODUKSI GELATIN DAN PEPTIDA BIOAKTIF
Dosen Pengampu: Muhammad Qurthuby, AMd., ST., MT., CIPM

Dibuat oleh:

HANAN SURURI 210103072

ALFA RIZKY MAHARANDA 210103073

RICO MAHARANDI 210103074

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 3 Januari 2021

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
RINGKASAN JURNAL ......................................................................................... 5
A. Identitas Jurnal.............................................................................................. 5
B. Ringkasan Bagian Jurnal .............................................................................. 5
PEMBAHASAN...................................................................................................... 9
A. Relevansi Jurnal dengan Karya Penulis........................................................ 9
B. Pokok-Pokok Argumentasi Penulis dalam Pendahuluan.............................. 9
C. Pemilihan serta Cakupan Kajian Teori ....................................................... 11
D. Metodologi Penelitoam yang Digunakan dan Relevansinya ..................... 13
E. Kerangka Berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan................................ 14
F. Kesimpulan dan Saran tang Diajukan Penulis ............................................ 14
PENUTUP ............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
4

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir sekitar ¾ dari total berat ikan merupakan limbahnya. Limbah ikan terdiri
dari tulang, kulit, sirip, kepala, sisik dan jeroan Sehingga, limbah ikan merupakan
salah satu permasalahan terbesar dalam industri pengolahan ikan. Limbah ikan
dapat mencemari lingkungan baik di darat maupun di perairan. Padahal, limbah
ikan masih mengandung protein yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatan
limbah ikan menjadi suatu produk akan mengurangi pencemaran lingkungan dan
juga dapat meningkatkan nilai tambah hasil perikanan.

Hal yang mendasari penulis memilih jurnal ini untuk dijadikan sebagai bahan dasar
pembuatan makalah dikarenakan isinya yang sangat menarik bagi penulis, makalah
ini memberikan solusi yang sanagt menguntungkan bagi orang banyak dan
memberikan informasi yang berguna dan jurnal ini juga tidak terlalu sulit untuk
dipahami.
5

RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal

Judul: PEMANFAATAN LIMBAH IKAN SEBAGAI SUMBER ALTERNATIF


PRODUKSI GELATIN DAN PEPTIDA BIOAKTIF: REVIEW

Penulis : Yoni Atma

Lembaga Penulis: Universitas Trilogi, Jakarta Selatan

Penerbit: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

B. Ringkasan Bagian Jurnal

Pendahuluan :

Hampir sekitar ¾ dari total berat ikan merupakan limbahnya (Koli et al 2012).
Limbah ikan merupakan salah satu permasalahan terbesar dalam industri
pengolahan ikan. Salah satu produk yang dapat dibuat dari limbah ikan adalah
gelatin. Gelatin telah lama digunakan dalam industri pangan, farmasi, kosmetik
dan fotografi. Permintaan gelatin terus mengalami peningkatan. Indonesia
mengimpor gelatin 2000-3000 ton atau senilai USD 25.036,10 dari berbagai
negara. Namun sebagian besar gelatin saat ini diproduksi dari kulit babi, tulang
sapi dan kulit sapi. Pada dekade terakhir ini penelitianpenelitian tentang
pencarian gelatin dari sumber laut terutama ikan terus mengalami
perkembangan. Perkembangan terbaru yakni penggunaan gelatin atau kolagen
dari limbah ikan untuk menghasilkan derivat-derivat peptida bioaktif. Hal ini
tentu saja menjadikan limbah sisa pengolahan ikan menjadi bahan yang potensial
karena disamping dapat menjadi sumber gelatin alternatif (saat ini) juga dapat
6

digunakan sebagai sumber peptida bioaktif yang akan dapat terima semua
kalangan terutama masyarakat Indonesia.

Metode :

Penelitian dilakukan dengan studi pustaka dan review jurnal. Pemilihan jurnal
dilakukan secara purposive. Jurnal penelitian yang dipilih adalah jurnal-jurnal
yang publikasinya 10 tahun terakhir. Jurnal yang telah dipilih berdasarkan judul
dan topik penelitian kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis limbah dan
jenis ikan yang diteliti. Selanjutnya dibandingkan potensi masing-masing jenis
limbah dan jenis ikan. Setelah diperoleh jurnal yang membahas peptida bioaktif
dari jenis limbah terpilih, maka langkah terakhir adalah mempelajari dan review
aktivitas atau kemampuan peptida bioaktif dari limbah ikan tersebut.

Pembahasan :

Gelatin

Bagian limbah sisa pengolahan ikan yang telah diteliti dan dapat digunakan
untuk produksi gelatin adalah kulit, tulang, kepala, jeroan dan sisik
(Choonpicharn et al. 2015). Ikan yang dapat digunakan kulitnya untuk produksi
gelatin antara lain: tuna, hiu, kurisi, salmon, pari, mas, ikan sturgeon, baung,
kakap, kakap merah, rohu, nila, patin, beloso, catla, gelik dan ikan kod. Ikan
yang telah diteliti dan dapat dimanfaatkan tulangnya untuk produksi gelatin yaitu
ikan mackerel, kakap merah, kurisi, nila,, patin, lele, kerapu, blue whiting
(sejenis ikan kod), beloso, dan ikan gelik. Kepala ikan yang telah diteliti dan
dapat dimanfaatkan untuk produksi gelatin yakni kepala ikan kod dan mackerel.
Bagian jeroan yang telah diteliti dan dimanfaatkan untuk produksi gelatin
adalah ikan sturgeon. Dan sisik ikan yang dapat dimanfaatkan untuk produksi
gelatin yaitu sisik ikan rohu, nila, catla, gurami dan ikan beloso. Bagian
limbah ikan yang paling banyak diekstraksi untuk produksi gelatin adalah kulit
dan tulang. Secar umum proses ektraksi dilakukan dengan 2 tahap yaitu
pretreatment dan ekstraksi utama. Pretreatment dapat dilakukan dengan asam,
7

basa, asam lemah atau kombinasi asam basa. Sedangkan ekstraksi utama bisa
dilakukan dengan menggunakan basa, air atau kombinasinya. Gelatin yang telah
diekstraksi dari masing-masing bagian limbah dan jenis ikan juga telah
dilakukan analisis terhadap sifat fisiko-kimianya. Karakteristik fisiko kimia
yang telah diteliti meliputi kekuatan gel, viskositas, reologi, titik leleh,
kandungan dan komposisi asam amino, struktur protein serta kadar proksimat.
Karakteristik fisiko-kimia perlu diketahui untuk membandingkan dengan standar
gelatin komersial. Gelatin dari ikan perairan hangat mengandung asam amino
yang lebih baik dibandingkan gelatin dari ikan perairan dingin (Wang et al.
2015).

Peptida Bioaktif

Peptida biaktif merupakan fragmen protein yang tersusun atas beberapa asam
amino dan memiliki aktivitas fisiologis positifbagi tubuh. Peptida bioaktif dapat
berasal dari kasein, laktobumin dan laktoglobulin, protein whey, kolagen,
albumin, dan gelatin (Oseguera-Toledo et al 2014). Jenis ikan yang dihidrolisis
gelatin limbahnya (kulit dan tulang) untuk produksi peptida bioaktif meliputi
ikan perairan hangat dan ikan perairan dingin seperti patin, kod, hiu, nila, tuna,
sturgeon dan salmon. Hidrolisis gelatin menjadi peptida bioaktif dilakukan secara
enzimatik. Bioaktivitas peptida dipengaruhi oleh ukuran molekul dan komposisi
asam amino (Gomez-Guillen et al. 2011). Terdapat beberapa fraksi peptida
yang diperoleh dari gelatin kulit dan tulang ikan. Masing-masing fraksi
memiliki bioaktivitas yang berbeda-beda. Semakin kecil ukuran fraksi peptida
maka bioaktivitasnya semakin meningkat (Aleman et al. 2011). Biasanya dari
satu gelatin kulit dan tulang ikan bisa diperoleh beberapa fraksi peptida bioaktif.
Berbeda dengan sifat fisiko-kimia gelatin yang diketahui bahwa ikan perairan
hangat lebih unggul dibandingkan ikan perairan dingin, maka peptida bioaktif
dari gelatin ikan tidak dipengaruhi langsung oleh tempat atau lingkungan
spesies ikan hidup.

Simpulan dan saran :


8

Limbah sisa pengolahan ikan yang paling banyak diteliti dan digunakan untuk
produksi gelatin adalah kulit dan tulang. Gelatin dari kulit dan tulang juga
terbukti dapat dihidrolisis sebagai derivat-derivat peptida bioaktif yang
memberikan manfaat kesehatan. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan penelitian
tentang pemanfaatan limbah ikan menjadi gelatin dan peptida bioaktif terutama
di Indonesia.
9

PEMBAHASAN

A. Relevansi Jurnal dengan Karya Penulis

Penulis merupakan seorang mahasiswa (jurusannya). Ia memiliki karya lain yang


juga membahas tentang pembuatan gelatin dari bahan dasar ikan. Karya yang dibuat
oleh penulis dapat dipastikan kebenarannya karena penulis membuat kjarya sesuai
dengan bidang yang dipelajarinya.

B. Pokok-Pokok Argumentasi Penulis dalam Pendahuluan

Hampir sekitar ¾ dari total berat ikan merupakan limbahnya. Limbah ikan terdiri
dari tulang, kulit, sirip, kepala, sisik dan jeroan Sehingga, limbah ikan merupakan
salah satu permasalahan terbesar dalam industri pengolahan ikan. Limbah ikan
dapat mencemari lingkungan baik di darat maupun di perairan. Padahal, limbah
ikan masih mengandung protein yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatan
limbah ikan menjadi suatu produk akan mengurangi pencemaran lingkungan dan
juga dapat meningkatkan nilai tambah hasil perikanan. Salah satu produk yang
dapat dibuat dari limbah ikan adalah gelatin. Gelatin merupakan suatu polipeptida
hasil hidrolisis kolagen. Gelatin telah lama digunakan dalam industri pangan,
farmasi, kosmetik dan fotografi. Gelatin digunakan sebagai bahan penstabil
emulsifier, pembentuk gel, edible coating, mikroenkapsulasi dan foaming agent,
serta pembentuk film (film former). Gelatin digunakan pada pembuatan lem,
lipstick, shampo dan sabun. Gelatin juga digunakan untuk pembentukan tekstur
gummy pada produk permen dan jelly dengan penambahan pektin dan pati
termodifikasi. Gelatin dapat pula digunakan sebagai pengikat pada fabrikasi katioda
sulfur dalam baterai litium-sulfur Jurnal yang telah dipilih berdasarkan judul dan
topik penelitian kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis limbah dan jenis ikan
yang diteliti.
10

Selanjutnya dibandingkan potensi masing-masing jenis limbah dan jenis ikan.


Limbah ikan yang paling banyak digunakan untuk produksi gelatin kemudian
diteliti lebih lanjut melalui pencarian jurnal atau publikasinya yang memiliki topik
peptida bioaktif. Setelah diperoleh jurnal yang membahas peptida bioaktif dari jenis
limbah terpilih, maka langkah terakhir adalah mempelajari dan review aktivitas atau
kemampuan peptida bioaktif dari limbah ikan tersebut.Gelatin Bagian limbah sisa
pengolahan ikan yang telah diteliti dan dapat digunakan untuk produksi gelatin
adalah kulit, tulang, kepala, jeroan dan sisik (Choonpicharn et al. 2015).Ikan yang
dapat digunakan kulitnya untuk produksi gelatin antara lain: tuna, hiu, kurisi,
salmon, pari, mas, ikan sturgeon, baung, kakap, kakap merah, rohu, nila, patin,
beloso, catla, gelik dan ikan kod.Tahapan ekstraksi gelatin dari masingmasing
bagian berbeda-beda. Secar umum proses ektraksi dilakukan dengan 2 tahap yaitu
pretreatment dan ekstraksi utama. Pretreatment dapat dilakukan dengan asam, basa,
asam lemah atau kombinasi asam basa. Sedangkan ekstraksi utama bisa dilakukan
dengan menggunakan basa, air atau kombinasinya. Air merupakan pengekstrak
paling aman namun kemampuan ekstraksinya masih rendah. Oleh sebab itu
beberapa peneliti menggunakan air panas atau air destilata panas. Selain dengan
memaksimalkan fungsi pelarut, optimasi ekstraksi juga dikembangkan dengan
menggunakan model statistik matematik dan secara enzimatik. Teknik ekstraksi
selain mempengaruhi hasil ekstraksi juga dapat mempengaruhi karakteristik fisiko-
kimia gelatin .Gelatin yang telah diekstraksi dari masing-masing bagian limbah dan
jenis ikan juga telah dilakukan analisis terhadap sifat fisiko-kimianya. Karakteristik
fisiko kimia yang telah diteliti meliputi kekuatan gel, viskositas, reologi, titik leleh,
kandungan dan komposisi asam amino, struktur protein serta kadar proksimat
Karakteristik fisiko-kimia perlu diketahui untuk membandingkan dengan standar
gelatin komersial. Karena gelatin dari sumber alternatif masih memiliki beberapa
kelemahan terkait kekuatan gel dan komposisi kimianya. Karakteristik fisik gelatin
seperti kekuatan gel sangat dipengaruhi oleh kandungan asam aminonya. Gelatin
dari ikan perairan hangat mengandung asam amino yang lebih baik dibandingkan
gelatin dari ikan perairan dingin (Wang et al. 2015). Oleh sebab itu, kekuatan gelnya
pun akan lebih baik.Sedangkan kemampuan gelatin sebagai emulsifier dipengaruhi
11

oleh kandungan asam amino hidrofobiknya (Zakaria & Abu Bakar 2015). Selain
itu, dari aspek komposisi proksimat, gelatin yang akan diaplikasikan pada produk
pangan, farmasi dan kosmetik harus sesuai standar gelatin komersial.Pada sebagain
peneliti dan publikasi tidak melakukan ektraksi pada semua bagianlimbah ikan dari
satu spesies. Hal ini dimungkinkan karena fokus pada satu target limbah yang
paling potensial untuk diekstrak.

Peptida Bioaktif merupakan fragmen protein yang tersusun atas beberapa asam
amino dan memiliki aktivitas fisiologis positifbagi tubuh. Peptida bioaktif dapat
berasal dari kasein, laktobumin dan laktoglobulin, protein whey, kolagen, albumin,
dan gelatin. Gelatin dari kulit dan tulang ikan ternyata juga dapat dihidrolisis lebih
lanjut menjadi peptida bioaktif. Bioaktivitasnya telah teruji sebagai antioksidan,
antihipertensi, mereduksi diabetes tipe 2 dan antimikroba. Jenis ikan yang
dihidrolisis gelatin limbahnya (kulit dan tulang) untuk produksi peptida bioaktif
meliputi ikan perairan hangat dan ikan perairan dingin seperti patin, kod, hiu, nila,
tuna, sturgeon dan salmon. Hidrolisis gelatin menjadi peptida bioaktif dilakukan
secara enzimatik. Enzimenzim yang telah digunakan untuk menghasilkan derivate
peptida bioaktif dari gelatin dan kolagen kulit dan tulang ikanantara lain seperti
alkalase, pepsin, tripsin,kemotripsin, papain, flavourzyme, properase, neutrase dan
multifact neutral. Bioaktivitas peptida dipengaruhi oleh ukuran molekul dan
komposisi asam amino.

C. Pemilihan serta Cakupan Kajian Teori

Akuakultur merupakan salah satu kegiatan yang saat ini memiliki pertumbuhan
yang pesat dikarenakan fungsinya sebagai salah satu penyuplai kebutuhan protein
bagai manusia. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, maka perlu dilakukan
peningkatan produksi melalui intensifikasi lahan. Salah satunya dengan
penggunaan padat tebar tinggi dan penggunaan pakan buatan dengan kandungan
protein yang tinggi. Akibat dari penerapan model intensifikasi lahan adalah
12

meningkatnya jumlah limbah buangan budidaya yang nantinya dapat


mempengaruhi lingkungan.

Jenis limbah buangan dari budidaya adalah berupa limbah organik dan anorganik.
Adapun limbah organik yang tinggi pada limbah buangan memberikan potensi
untuk dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bagi organisme lainnya karena
kandungan nutrisinya yang cukup tinggi. Beberapa jenis organisme yang diketahui
dapat memanfaatkannya adalah cacing sutera (Tubifex sp) dan kutu air (Daphnia
sp). Cacing sutera (Tubifex sp) dan kutu air (Daphnia sp) adalah merupakan jenis
pakan alami yang mempunyai peranan penting terutama pada kegiatan pembenihan
ikan. Hal ini disebabkan tingginya kandungan nutrisi salah satunya adalah
kandungan proteinnya yang berkisar 41,10 % dan 42,65%.

Daphnia sp. adalah merupakan jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang dapat
ditemukan di kolam, sawah dan perairan umum. Kandungan bahan organik di
dalam perairan akan berpengaruh dalam pekembangan Daphnia sp. karena berguna
sebagai sumber nutrisi dan energi untuk pertumbuhannya (Pennak, 1989). Daphnia
sp. Merupakan jenis organisme air yang memiliki sifat filter feeder yaitu mampu
menyaring detritus, fitoplankton, bakteri sebagai sumber makanannya, dan juga
dapat memakan berbagai ukuran partikel di dalam air (Ojutiku 2008). Cacing sutera
(Tubifex sp) merupakan organisme akuatik yang hidup pada sungai atau

aliran air dengan kandungan bahan organik yang tinggi.

Beberapa penelitian tentang pemanfaatan limbah cair maupun padatan dari


budidaya ikan memiliki pengaruh terhadap pakan alami yang dibudidayakan.
Berdasarkan dari hasil penelitian tentang pemanfaatan limbah padatan antara lain
dari budidaya ikan nila dengan sistem BFT, mampu meningkatkan biomass dari
cacing sutera (Tubifex sp) yang dipelihara selama 60 hari dengan penambahan
13

biomassa adalah 2, 0 kg m-2 (Pardiansyah, 2014). Hasil dari penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa limbah padatan flok mampu menaikkan jumlah populasi dari
Daphnia magna selama 14 hari masa pemeliharaaan. Sedangkan berdasarkan dari
hasil penelitian pemanfaatan limbah cair, penggunaan 75% dan 100% air buangan
dari budidaya ikan lele dapat meningkatkan jumlah populasi dari Daphnia sp selama
20 hari masa pemeliharaan.

Kemampuan dari pakan alami untuk tumbuh dipengaruhi oleh kandungan nutrisi
yang melimpah pada limbah padatan maupun cair. Pada limbah padatan Bioflok
dapat ditemukan berbagai jenis mikroorganisme, antara lain bakteri, alga, partikel
organik, pemakan bakteri seperti protozoa dan zooplankton. Kandungan protein
dari limbah padat dari budidaya ikan nila dengan BFT adalah berkisar 28-31 %.
Sedangkan kandungan limbah padat dari budidaya ikan nila dengan sistem
autotroph adalah 7,58 %. Untuk limbah berupa air buangan dari budidaya ikan lele
mengandung limbah nitrogen 33,55 – 36,45% (Darmawan, 2014). Limbah air
buangan dari budidaya ikan lele banyak ditemukan fitoplankton terutama dari
golongan Chlorophyceae, Cyanophyceae dan Bacillariophyceae.

D. Metodologi Penelitoam yang Digunakan dan Relevansinya

Limbah merupakan sisa dari proses pengolahan hasil perikanan yang tidak
dimanfaatkan dan tidak mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat merugikan.
Menurut Hardjo et al ( 1989) pengertian limbah industri hasil pertanian adalah
produk suatu proses industri yang belummempunyai nilai ekonomis, yang dibatasi
oleh ruang dan waktuSelanjutnya dinyatakan bahwa limbah seyogyanya dapat
dianggapsebagai sumberdaya tambahan yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan
limbah disamping mempunyai nilai ekonomis juga mempunyai arti penting bagi
lingkungan dan dampak perlakuan yang tidak wajar terhadap limbah pada pola
kehidupan perlu ditekankan. Pengambilan kembali danpengubahan limbah bahan
pangan menjadi semakin penting dilihat dari segi ekonomi pada industri pangan.
Hal ini memungkinkan pemanfaatan maksimal dari bahan mentah dan memperkecil
14

persoalan polusi danpenanganan limbah. Selanjutnya dinyatakan bahwa dengan


meningkatnyajumlah penduduk dunia dan adanya kekurangan pangan yang
bermutu tinggi dengan harga murah di beberapa bagian dunia, penggunaakembali
zat-zat makanan dari sumber - sumber yang selama ini terbuang dan
pemanfaatannya sebagai makanan manusia dan binatang merupakan hal yang
penting

E. Kerangka Berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan

Penulis menggunakan metode yang tepat untuk menemukan limbah ikan mana yang
paling baik dijadikan bahan dasar gelatin. Penulis juga membandingkan gelatin
yang berbahan dasar ikan dengan gelatin yang sudah banyak beredar di pasaran
untuk mengetahui layak atau tidaknya gelatin berbahan dasar ikan unutk menjadi
alternatif gelatin yang sudah beredar. Cara tersebut sangat efektif sehigga kita dapat
memperkirakan berhasil atau tidaknya cara pengolahan limbah ikan jika dijadikan
gelatin.

F. Kesimpulan dan Saran tang Diajukan Penulis

Kesimpulan dan saran yang ditulis oleh penulis sudah mencakup intisari dari
keseluruhan makalahnya, kesimpulan dan saran ditulis dengan jelas dan juga ditulis
dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh orang banyak.
15

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan gelatin dari kulit ikan gabus dengan
penambahan kasein yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dari dua
perlakuan yang digunakan konsentrasi asam asetat dan suhu ekstraksi berpengaruh
nyata terhadap kualitas gelatin yang dihasilkan. Semakin meningkatnya konsentrasi
asam asetat dan suhu ekstraksi hasil rendemen akan semakin menurun. Perlakuan
terbaik diperoleh pada perlakuan konsentrasi asam asetat 0,1 M dan suhu ekstraksi
60 oC dengan hasil rendemen 17,54 %. Hasil kadar air sebesar 4,10 %, kadar abu
2,35 %, pH 6, viskositas sebesar 22,82 cP, kekuatan gel sebesar 171,46 bloom, dan
kadar protein sebesar 73,75 % serta memiliki warna kuning kecoklatan dan berbau
khas susu. Nilai parameter sampel dari seluruh perlakuan yang telah didapat untuk
nilai kadar air, kadar abu, pH, viskositas, dan kekuatan gel memenuhi persyaratan
SNI No. 8622:2018, sedangkan untuk kadar protein belum memenuhi standar pada
GMIA (2012) dan pada parameter warna dan bau juga belum memenuhi
persyaratan SNI No. 3537:1995. Gelatin yang dihasilkan belum memenuhi
beberapa persyaratan sulit bersaing dengan gelatin komersial.

B. Saran

Saran yang diberikan peneliti dalam penelitian ini adalah diperlukan penelitian
lebih lanjut dan lebih efektif untuk menghasilkan rendemen gelatin yang jauh lebih
besar. Sehingga akan berpengaruh terhadap harga gelatin hasil produksi dan bisa
bersaing secara harga dengan gelatin komersial. Hal lain yang harus diteliti lebih
lanjut mengenai kualitas gelatin yang dihasilkan seperti kadar protein yang tidak
memenuhi persyaratan Gelatin Manufactures Institute of America serta warna dan
bau yang belum memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia. Kualitas ini
pun akan menjadi penentu laku atau tidaknya gelatin yang diproduksi di pasar.

Anda mungkin juga menyukai