DISUSUN OLEH
ERIKA MELINDA PUTRI (190400603)
NOVITA FAUZIAH PUTRI (190400540)
RAMA BEKA SARIY MZ (190400541)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Ilmu
Bahan Makanan II yang bertema tentang makanan fungsional untuk penyakit kanker.
Dalam penyelesaian tugas ini penyusun mendapat materi dari berbagai sumber
jurnal.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca atau dosen
pembimbing mata kuliah ilmu bahan makanan agar dapat membantu perbaikan
selanjutnya.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Tujuan Penelitian...........................................................................................
1. Tujuan umum ................................................................................... . .
2. Tujuan khusus .................................................................................. . .
BAB II ISI
A. Morfologi dan Anatomi Teripang Gama (Stichopus variegatus)................
B. Biologi Teripang..........................................................................................
C. Potensi Teripang..........................................................................................
D. Klasifikasi Teripang....................................................................................
E. Komposisi Gizi Teripang.............................................................................
F. Komponen Bioaktif Teripang......................................................................
G. Mekanisme Teripang Sebagai Pangan Fungsional Antikanker...................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Perumusan Masalah
Prevalensi penyakit kanker diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
perubahan pola konsumsi pangan. Konsumsi pangan merupakan salah satu faktor risiko
dominan penyebab penyakit kanker. Prevalensi kanker sebenarnya dapat dihindari
melalui konsumsi pangan fungsional, yaitu pangan alami utuh atau pangan olahan yang
mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif bagi
kesehatan manusia. Teripang gama layak untuk dikembangkan sebagai pangan
fungsional, salah satunya adalah peptida bioaktif sebagai komponen bioaktif dari teripang
yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Berdasarkan hasil laporan penelitian menyebutkan
bahwa toksin pada teripang gama bersifat larut air, dan ditemukan pada bagian kulit dan
dagingnya. Pada penelitian ini, tepung teripang gama dibuat dari campuran kulit dan
daging dengan menggunakan oven vakum. Sebelum dikembangkan, tepung teripang akan
diuji yang melibatkan in vitro dan hewan uji untuk melihat ada atau tidak efek samping
yang merugikan dan efek khasiat bagi kesehatan.
Permasalahan yang diangkat dari penelitian ini adalah karakteristik tepung
teripang gama yang dibuat menggunakan oven vakum. Komponen bioaktif teripang
masih memiliki khasiat jika diproses dengan oven vakum, baik diekstrak dengan pelarut
air maupun dihidrolisis dengan enzim pencernaan, yaitu pepsin, tripsin dan kimotripsin
secara bertahap. Oleh karena itu, pengujian daya penghambatan ekstrak air (EA) dan
hidrolisat protein (HP) dari tepung teripang dilakukan terhadap sel kanker kolon WiDr,
sel kanker payudara T47D dan sel normal Vero secara in vitro, kemampuan induksi
apoptosis, aktivitas antioksidan, dan karakteristik kimia seperti komposisi proksimat,
profil asam amino total, total fenol, berat molekul, gugus fungsional dari keduanya belum
diketahui, serta tepung teripang gama (Stichopus variegatus) sebagai bahan pangan
fungsional belum diketahui keamanannya untuk dikonsumsi.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui komponen kimia yang terdapat pada tepung teripang gama
b) Mengetahui aktivitas antioksidan ektrak air dan hidrolisat dari tepung teripang
gama
c) Mengetahui potensi daya penghambatan ektrak air dan hidrolisat dari tepung
teripang gama terhadap sel kanker kolon WiDr, sel kanker payudara T47D dan sel
normal Vero secara in vitro, serta kemampuan induksi apoptosis.
d) Mengetahui keamanan konsumsi melalui uji akut ekstrak air tepung teripang
dengan berbagai dosis terhadap karakteristik fisik dan tingkah laku mencit
BALB/c.
e) Mengetahui keamanan konsumsi melalui uji subkronis ekstrak air tepung teripang
dengan berbagai dosis terhadap karakteristik fisik dan tingkah laku, profil serum,
histologi organ hati,ginjal dan limfa mencit BALB/c.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan suatu informasi ilmiah tentang potensi
aktivitas antioksidan serta kemampuan penghambatan terhadap sel kanker WiDr, sel
T47D, dan sel Vero dari ekstrak air dan hidrolisat protein dari tepung teripang gama,
serta uji akut dan subkronis pada mencit BALB/c. Semua data tersebut bisa menjadi
rujukan potensi khasiat pangan fungsional dan keamanan konsumsi dari tepung teripang
gama (Stichopus variegatus) sehingga diharapkan adanya peningkatan nilai tambah dari
teripang gama melalui pengembangan pangan fungsional berbasis teripang gama.
Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap penelitian, yaitu 1) tahap karakterisasi
tepung teripang gama, sediaan ekstrak air dan hidrolisat tepung teripang; 2) tahap
pengujian tepung teripang dalam menghambat sel kanker WiDr, T47D dan sel Vero
secara in vitro dan aktivitas antioksidannya; dan 3) tahap pengujian keamanan konsumsi
tepung teripang gama melalui uji akut dan subkronis pada mencit BALB/c.
Rincian bagan alir ruang lingkup penelitian ditunjukkan pada
Gambar 1.
Tahap I
Teripang gama
Tepung teripang
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Tubuh teripang gama memiliki warna coklat kehijauan dengan garis hitam
terputus-putus mengelilingi tuberkel di seluruh permukaan dorsal; kulit tebal dan keras;
di permukaan ventral terdapat garis-garis hitam yang hampir memenuhi permukaan.
Papila tersebar tidak teratur; sangat pendek dan berwarna abu-abu, ujung tumpul dan
berwarna hitam, dasar munculnya papila berukuran besar. Pada awetan alkohol, spesimen
dari Stichopus varigatus (S. vastus) memiliki bentuk dan warna tubuh yang sangat mirip
dengan teripang jenis Stichopus herrmanni dan Stichopus quadrifasciatus. Penyebarannya
meliputi Indonesia, Papua Nugini, Kepulauan Palau, Mikronesia, dan Australia (Tuwo
2004).
B. Biologi Teripang
Cara makan teripang menggunakan tentakel, yaitu dnegan cara tentakel tersebut
dijulurkan ke dalam pasir di sekitar mulut tersebut kemudian ditarik ke dalam rongga
mulut. Cara makan tersebut menunjukkan bahwa teripang termasuk ke dalam biota yang
bersifat deposit feeder atau pemakan endapan, karena kemampuan teripang untuk
menangkap plankton sangat terbatas (Azis, 1997). Teripang termasuk jenis hewan
dioecious atau berumah dua, artinya setiap individu hanya memiliki satu jenis kelamin
(satu organ seksual). Namun demikian sangat sulit membedakan jenis kelamin secara
morfologis, sehingga untuk membedakannya harus dilakukan pembedahan untuk diambil
organ kelaminnya.
C. Potensi Teripang
D. Klasifikasi Teripang
Klasifikasi teripang pasir menurut Wibowo et al. (1997) dan Martoyo et al. (2004)
adalah: Filum Echinodermata, Sub-filum Echinozoa, Kelas Holothuroidea, Sub-kelas
Aspidochirotda, Ordo Aspidoochirota dan Dendrochirota, Famili Aspidochirotae dan
Holothuridae, Genus Holothuria, Stichopus, Thelonota, Actinopyga, dan Muelleria.
Genus Holothuria terdiri dari 6 spesies yaitu Holothuria scabra, Holothuria edulis,
Holothuria argus, Holothuria vacabunda, Holothuria impatiens, dan Holothuria
marmorata. Untuk genus Stichopus terdiri dari 3 spesies yaitu Stichopus variegatus,
Stichopus ananas, Stichopus chloronatus. Sedangkan genus Muelleria hanya memiliki
satu spesies yaitu Muelleria lecanora.
Jenis teripang yang sudah dibudidayakan adalah teripang pasir. Daerah yang
sudah membudidayakan teripang tersebut antara lain Sulawesi Tenggara, Lampung, dan
Nusa Tenggara Barat. Teripang dipelihara di laut dengan sistem “pen” (kurungan) atau
dapat juga dipelihara di dalam kolam air laut (tambak). Kendala yang dihadapi adalah
belum tersedianya benih teripang. Walaupun pembenihan teripang sudah berhasil
dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, namun hasilnya
belum dapat dilakukan secara massal. Saat ini benih teripang untuk budidaya masih
diperoleh dari hasil penangkapan di alam (Murdjiyo, 1997).
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa zat gizi yang terkandung dalam teripang
antara lain protein 6,16%, lemak 0,54%, karbohidrat 6,41% dan kalsium 0,01% (kondisi
segar kadar air 86,73%), teripang kering mempunyai kadar protein tinggi yaitu 82%
dengan kandungan asam amino yang lengkap, dan asam lemak jenuh yang penting untuk
kesehatan jantung. Selain itu teripang juga mengandung phosphor, besi, yodium, natrium,
vitamin A dan B (thiamin, riboflavin dan niacin) (Wibowo et al., 1997). Sedangkan
menurut Ibrahim (2003) cairan dan tubuh teripang mengandung protein lebih dari 44%,
karbohidrat antara 3-5% dan lemak 1,5%. Sedangkan Martoyo et al. (2000) menyatakan
bahwa kandungan gizi teripang kering adalah protein 82%, lemak 1,7%, air 8,9%, abu
8,6% dan karbohidrat 4,8%. Menurut Departemen Obat dan Makanan Amerika Serikat
(USDA), teripang memiliki kandungan gizi yang lengkap, antara lain 9 jenis karbohidrat,
59 jenis asam lemak, 19 jenis asam amino, 25 komponen vitamin, 10 jenis mineral, dan 5
sterol.
Kandungan gizi teripang kering adalah protein 82%, lemak 1.7%, air 8.9%, abu
8.6% dan karbohidrat 4.8%. Teripang juga mengandung fosfor, besi, iodium, natrium,
vitamin A dan B (thiamin, riboflavin dan niasin ). Ekstrak dinding tubuh Stichopus
variegatus tersusun dari 37% asam amino, 21% hidrokarbon, 16% ester, serta campuran
fenol, alkohol dan senyawa tak diketahui berada pada konsentrasi rendah (Patar et al.
2012).
Dibanding ikan lainnya, kadar lemak teripang relatif rendah yaitu 1,7 g/100 g
teripang kering, tetapi cukup kaya akan asam lemak omega-3. dengan demikian, daging
teripang aman dikonsumsi oleh mereka yang memiliki kadar kolesterol serum tinggi.
Mineral dominanpada teripang adalah natrium, kalsium, kalium, fosfor dan besi
(Astawan, 2008). Kandungan gizi teripang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Komponen asam amino dari teripang juga memiliki fungsi dalam regulasi imun.
Sebagian besar (70%) dari protein dinding tubuh teripang terdiri dari kolagen (Saito et al.
2002). Kolagen dikenal sebagai komponen jaringan ikat, yang lebih lanjut dapat diubah
menjadi gelatin sehingga mampu bertindak sebagai zat bioaktif fungsional. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa serangkaian zat bioaktif dalam teripang berpotensi
meningkatkan immunitas, antikanker dan antikoagulasi (Bordbar et al. 2011).
F. Komponen Bioaktif Teripang
Teripang telah lama dimanfaatkan sebagai makanan dan obat oleh masyarakat
Asia dan Timur Tengah.6 Di Asia Tenggara teripang dan produknya digunakan sebagai
makanan suplemen dan obat berbagai macam penyakit. Teripang, apabila dikonsumsi
secara teratur dapat mengurangi resiko hipertensi, asma, menyembuhkan luka dalam dan
kanker (Sulastri., et.al. 2014). Ekstrak air dan hidrolisat protein diuji potensi antioksidan
dan penghambatan terhadap sel kanker kolon, sel payudara, sel normal secara in vitro,
dan kemampuan induksi apoptosis.
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh sel abnormal jaringan tubuh yang
tumbuh dan berkembang dengan cepat serta tak terkendali. Pengobatan penyakit kanker
yang selama ini dilakukan adalah pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi
(Van de Velde 1999). Biaya kemoterapi dan pengobatan kanker tinggi namun tingkat
keberhasilan terapi yang belum optimal, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
mengkaji dan menemukan obat baru yang lebih efektif dan selektif. Pemanfaatan teripang
terutama Holothuria atra sebagai antikanker belum banyak dilakukan (Nursid., et.al.
2017). Teripang adalah hewan invertebrata laut yang merupakan anggota hewan
berkulit duri (Echinodermata) memiliki potensi ekonomi yang cukup besar karena
mengandung berbagai bahan yang bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber
protein hewani, obat luka dan anti inflamasi. Teripang diketahui bermanfaat sebagi bahan
baku obat karena banyak mengandung senyawa bioaktif (Gianto., et.al. 2017).
Penggunaan teripang sebagai antiseptik tradisional dan obat serba guna sudah
dikenal sejak 300 tahun yang lalu pada masyarakat Pulau Langkawi, yaitu sebuah pulau
kecil di Semenanjung Malaya. Biasanya, air sari teripang diminumkan kepada wanita
sehabis melahirkan untuk menghentikan pendarahan dan mempercepat proses
penyembuhan luka khitan pada anak laki-laki masyarakat Pulau Langkawi. Namun air
sari teripang ini masih memiliki kelemahan, seperti warna tidak menarik, dan berbau
tidak sedap. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa teripang memiliki khasiat lain
yaitu dapat melancarkan peredaran darah dalam tubuh, mencegah penyumbatan
kolesterol pada pembuluh darah, melancarkan fungsi ginjal, meningkatkan kadar
metabolisme, membantu arthritis, diabetes mellitus dan hipertensi serta mempercepat
penyembuhan luka, baik luka luar maupun luka dalam.
Kaswandi et al. (2000) dan Lian et al. (2000) melaporkan bahan aktif yang
dihasilkan Holothuria sp. sebagai antibakteri dan antifungi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahan aktif dari teripang Holothuria tubolosa tersebut dapat menghambat
pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Disamping mengandung antibakteri, teripang
juga mengandung berbagai asam lemak tak jenuh seperti linoleat, oleat, eikosa
pentaenoat (EPA), dan docosaheksaenoat (DHA).
Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian tidak hanya di negara
maju, karena 64% kasus kematian terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Kasus kanker diperkirakan 15 juta pada tahun 2020, mortalitas ± 12 juta jiwa (Jemal et al.
2011). Menurut National Cancer Institute (2012), kanker paru-paru tertinggi terjadi pada
pria, kanker payudara tertinggi pada wanita, sedangkan kanker kolon menempati urutan
ketiga kematian di dunia. Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh kerusakan
DNA dan menyebabkan mutasi pada gen vital yang mengontrol pembelahan sel.
Peptida dan kolagen dari teripang gama dapat dijadikan sebagai salah satu agen
preventif kanker (Guadalupe et al. 2012). Hasil hidrolisis enzimatik kemungkinan besar
dapat meningkatkan aktivitas antioksidan. Bioaktif peptida yang ditemukan dalam
hidrolisat protein lautmemiliki potensi antioksidan menunjukkan potensi antikanker,
imunostimulan dan efek antiproliferatif (Picot et al. 2006). Antioksidan merupakan
senyawa aktif potensial yang cocok untuk digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan
penyakit yang berhubungan dengan spesies oksigen aktif, terutama berlaku untuk
penyakit kanker.
Proliferasi sel kanker akan terjadi secara tidak terkendali, jika penghambatan sel
kanker melalui jalur apoptosis tidak berhasil. Pertumbuhan sel kanker sangat tergantung
dari penghantaran sinyal oleh protein kinase untuk berproliferasi. Protein kinase yaitu
kelompok enzim yang dapat mentransfer gugus fosfat dari ATP ke residu asam amino
berbagai protein yang disebut proses fosforilasi. Kelompok enzim protein kinase yang
berperan sebagai penanda inisiasi keganasan, proliferasi sel kanker, progresi tumor, dan
metastasis adalah enzim ERK ½ (extracellular signal regulated kinase-1/2) dan JNK ½
( c-Jun NH2-terminal kinase). Keberadaan kedua enzim ini di dalam sel kanker sebagai
penanda progresivitas keganasan kanker (Xing et al. 2011).
Beberapa penelitian antitumor dari peptida dari sumber kelautan telah banyak
dilakukan, seperti sifat biologis dan mekanisme aktivitas peptida laut yang berbeda, serta
keanekaragaman molekul juga telah diinformasikan. Peptida dapat menginduksi jalur
sinyal apoptosis, mempengaruhi keseimbangan tubulinmikrotubulus dan menghambat
angiogenesis. Peptida dapat sebagai antikanker,salah satunya karena kemampuannya
menginduksi apoptosis (Lan Hong et al. 2011). Apoptosis sebagai bentuk kematian sel
terprogram merupakan salah satu mekanisme utama dari kematian sel dalam merespon
terapi kanker.
Apoptosis merupakan proses yang terjadi secara alami dan secara evolusi, sel-sel
yang tidak berguna lagi diarahkan ke kematian. Apoptosis berperan dalam proses
mendasar pada perkembangan, fisiologi, dan homeostatis. Deregulasinya yakni hilangnya
sinyal pro-apoptosis atau ada sinyal anti-apoptosis dapat menyebabkan berbagai kondisi
patologis seperti inisiasi kanker, promosi dan progresi atau kegagalan pengobatan.
Apoptosis biasanya tidak memicu respon inflamasi atau kekebalan tubuh; apoptosis
menjadi cara kematian sel kanker selama pengobatan kanker (Lan-Hong et al. 2011).
Modulasi jalur apoptosis dan induksi apoptosis selektif oleh agen kimia cenderung
menjadi pendekatan yang menjanjikan untuk terapi kanker. Pada mamalia, ada dua sistem
sinyal utama yang mengakibatkan aktivasi caspase, yaitu jalur reseptor kematian
ekstrinsik dan jalur mitokondria intrinsik. Kedua jalur tersebut banyak cross talk diantara
mereka seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Protein kinase merupakan kelompok enzim yang berperan pada proses transduksi
sinyal dengan cara mentransfer gugus fosfat dari ATP ke residu asam amino berbagai
protein (fosforilasi). Fosforilasi oleh tirosin kinase berperan penting sebagai molekul
pemulai atau penghenti suatu cascade seluler dan sebagai pengikat antara dua protein.
Kebalikan protein kinase adalah fosfatase yang berfungsi mengkatalisis pembuangan
gugus fosfat dari spesies terfosforilasi. Gangguan ekspresi kedua enzim ini menyebabkan
pembentukan kanker dan penyakit proliferasi lain. Peranan protein kinase pada kanker
adalah pada inisiasi keganasan, proliferasi sel kanker, progresi tumor, dan metastasis
(Lan-Hong et al. 2011).
Sel kanker sangat tergantung pada penghantaran sinyal oleh protein kinase untuk
berproliferasi, sementara sel normal jarang menggunakan jalur ini. Sel akan merespon
berbagai pemicu seperti menghantarkan sinyal dari membran sel ke inti sel. Kelompok
protein kinase MAPK (Mitogen Activated Protein Kinase) memegang peranan penting
dalam proses ini. MAPK terbagi 3 sub famili yaitu ERK (Extracellular signal Regulated
Kinase), JNK (c-Jun N-terminal Kinase) dan p38.
Keseimbangan antara gen pro-hidup Bcl-2 dan gen pro-apoptosis Bax juga
berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup sel. Oleh karena itu, penghambatan
Bcl-2 atau induksi Bax menjadi strategi yang baik untuk memicu proses apoptosis.
Identifikasi aktivator caspase menjadi pendekatan lain untuk penemuan agen antikanker
baru karena caspase terlibat dalam jalur apoptosis intrinsik dan ekstrinsik. Beberapa
peptida antikanker dari laut dapat mengaktifkan Jun N-terminal kinase (JNK) dan
mitogen-activated protein kinase p38 (MAPK) jalur yang mengarah pada pelepasan
sitokrom c (CYT C) dari mitokondria (Lan Hong et al. 2011).
Jalur instrinsik disebut pula dengan jalur mitokondria, umumnya diaktifkan oleh
stress. Sinyal/perubahan intraseluler mengakibatkan sitokrom-c lepas ke dalam sitosol.
Sitokrom-c berikatan dengan Apaf-1 (Apoptotic-proteaseactivating factor-1) dan
procaspase-9 untuk membentuk apoptosom. Fungsi apoptosom dalam mengaktifkan
caspase-9 (Cysteinyl aspartic acid-protease-9) di jalur apoptosis intrinsik, yang
selanjutnya mengaktifkan procaspase-3 menjadi caspase-3 aktif sehingga terjadi caspase
cascade menghasilkan apoptosis.
Sel yang mati pada tahap akhir apoptosis mempunyai suatu fagositotik molekul
pada permukaannnya (contohnya fosfatidilserin). Fosfatidilserin ini pada keadaan normal
berada pada permukaan sitosolik dari plasma membran, tetapi pada proses apoptosis
tersebar pada permukaan ekstraseluler melalui protein scramblase. Molekul ini
merupakan suatu penanda sel untuk fagositosis oleh sel yang mempunyai reseptor yang
sesuai, seperti makrofag. Sitoskeleton memfagosit melalui proses penelanan (engulfment)
molekul yang mengalami apoptosis tersebut. Pengangkatan sel yang mati melalui fagosit
terjadi tanpa disertai dengan respon inflamasi.
A. Kesimpulan
Teripang adalah hewan tidak bertulang belakang dengan tubuh berbentuk silinder
memanjang dengan garis oral dan aboral sebagai sumbu yang menghubungkan bagian
anterior dan posterior. Bentuk tersebut menyerupai mentimun sehingga teripang dikenal
dengan nama mentimun laut (sea cucumber). Jenis teripang yang sudah dibudidayakan
adalah teripang pasir. Teripang merupakan sumber protein yang sangat baik. Kandungan
protein pada teripang kering adalah 82 g per 100 g dengan nilai cerna yang tinggi. Kandung
dalam teripang antara lain protein 6,16%, lemak 0,54%, karbohidrat 6,41% dan kalsium
0,01% (kondisi segar kadar air 86,73%), teripang kering mempunyai kadar protein tinggi
yaitu 82% dengan kandungan asam amino yang lengkap, dan asam lemak jenuh yang penting
untuk kesehatan jantung. Selain itu teripang juga mengandung phosphor, besi, yodium,
natrium, vitamin A dan B (thiamin, riboflavin dan niacin). Dibanding ikan lainnya, kadar
lemak teripang relatif rendah yaitu 1,7 g/100 g teripang kering, tetapi cukup kaya akan asam
lemak omega-3. dengan demikian, daging teripang aman dikonsumsi oleh mereka yang
memiliki kadar kolesterol serum tinggi.
Bahan bioaktif dalam teripang juga dikenal sebagai antioksidan yang membantu
mengurangi kerusakan sel dan jaringan tubuh. Kandungan antibakteri dan antifungi teripang
dapat meningkatkan kemampuannya untuk tujuan perawatan kulit. Teripang juga diketahui
mempuyai efek antinosiseptif (penahan sakit) dan anti inflamasi (melawan radang dan
mengurangi pembengkakan). Peptida dan kolagen dari teripang gama dapat dijadikan sebagai
salah satu agen preventif kanker. Hasil hidrolisis enzimatik kemungkinan besar dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan. Bioaktif peptida yang ditemukan dalam hidrolisat
protein laut memiliki potensi antioksidan menunjukkan potensi antikanker, imunostimulan
dan efek antiproliferatif.
DAFTAR PUSTAKA