Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH GIZI LANSIA

DISUSUN OLEH

VIVI MEILIZA MAJID 190400544

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
TAHUN 2020
MIND Diet pada Lansia untuk Mencegah Demensia

A. Pendahuluan
Demensia atau yang biasa kita kenal dengan nama pikun, sering terjadi pada orang
dengan usia lanjut diatas 60 tahun. Demensia merupakan kelainan menurunnya fungsi
pengendalian otak. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke III
(PPDGJ-III) menyatakan demensia merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh
penyakit atau gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif dimana terdapat
gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel termasuk didalamnya daya ingat, daya pikir,
orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya ahli dengan
kemerosostan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup.(1)
Berdasarkan sebuah penelitan, demensia juga dapat dipengaruhi oleh asupan zat gizi
yang kurang, riwayat penyakit, genetik, riwayat benturan di kepala, kebiasaan merokok,
tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, serta aktivitas fisik dan aktivitas kognitif. Asupan
makan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan vitamin apabila kurang akan
menimbulkan stress oksidatif, yang akan menimbulkan proses penyakit merupakan faktor
ririsko demensia. Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani serta diabaikan
juga dapat memicu terjadinya demensia.(2)
Sebuah teori yang dikemukakan oleh Gorrelick (2014) mengemukakan bahwa gizi
merupakan salah satu faktor untuk mencegah kejadian demensia. Radikal bebas yang
berlebih dapat mengakibatkan peroksidasi lemak yang berlebihan sehingga mempercepat
proses degeneratif saraf otak. Degeneratif saraf otak tersebut menganggu proses recall
memory yang akhirnya menyebabkan kondisi demensia. Oleh karena itu makanan
mempunyai peran yang sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit demensia.
Penelitian lain terkait demensia dan status gizi yang dilakukan oleh Dadang di
BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul menyimpulkan bahwa status gizi
lansia mempengaruhi terjadinya penyakit demensia. Semakin buruk status gizi lansia maka
semakin berat kejadian demensia yang dialami. Oleh karena itu, tidak hanya terfokus pada
menyumplai nutrisi otak penting juga untuk memperhatikan status gizi lansia. Nafsu makan
lansia mudah terpengaruh oleh kondisi psikologis seperti stress, kecemasan dan kesedihan
seperti berpisah dari keluarga ataupun perasaan tidak berguna. Sehingga sangat perlu untuk
menjaga kesimbangan hormonal supaya nafsu makan tidak terpengaruh.(3)
Konsumsi aneka ragam makanan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
nafsu makan, selain bisa menjadi variasi masakan juga bisa menjadi pelengkap nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh lansia baik
yang sudah atau pun belum terkena demensia antara lain membatasi makanan yang
mengandung lemak jenuh dan kolesterol, membatasi diri dalam mengkonsumsi gula dan
garam, konsumsi air putih yang cukup, konsisten mengkonsusmi makanan yang lebih
bergizi dan jadikan makan sebagai momen yang menyenangkan sehingga nafsu makan
bertambah.(4)

B. Pembahasan
1. Lansia
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yaitu kurang bergerak, mudah
jatuh, gangguan intelektual / demensia, infeksi, gangguan pendengaran, penglihatan dan
penciuman, depresi, malnutrisi, kemiskinan, penyakit pengaruh obat-obatan, sulit tidur,
sistem kekebalan tubuh menurun, gangguan seksual, gangguan buang air besar dan buang
air kecil.(5)

Pemenuhan gizi pada lansia perlu mengetahui status gizinya, kebutuhan gizinya,
mengimplentasikannya dan memberikan edukasi. Masalah gizi pada lansia yang sering
terjadi adalah berkurangnya nafsu makan, berat badan turun, perubahan indera pengecap,
gangguan mengunyah, gangguan menelan, konstipasi, kesulitan akses makanan, gizi
kurang, kelebihan berat badan dan obesitas(6).

2. Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (DASH) Diet


Pendekatan diet untuk menghentikan hipertensi (DASH) diet terutama
mengandung asupan tinggi makanan nabati, buah-buahan, sayuran, ikan, unggas, biji-
bijian, produk susu rendah lemak, dan kacang-kacangan, di samping asupan rendah
daging merah, natrium, permen, dan minuman yang dimaniskan dengan gula(7). Pola diet
DASH menjadi populer dalam konteks untuk mengurangi kelainan kesehatan
kardiovaskular, namun hanya ada beberapa uji coba yang telah dilakukan untuk
menunjukkan kesehatan yang bermanfaat dalam kognisi terkait pemyakit Alzheimer’s.
3. Diet Mediterania
Konsep teoritis dari diet Mediterania pada awalnya diciptakan dan
didokumentasikan oleh Ancel Keys(8), dalam Seven Countries Study. Namun, pola makan
Mediterania (MedDi) ditandai dengan tingginya asupan sayuran, kacang-kacangan, buah-
buahan, dan sereal; asupan tinggi minyak zaitun extra virgin sebagai asam lemak tak
jenuh, tetapi rendahnya asupan asam lemak jenuh; asupan ikan yang cukup tinggi; asupan
produk susu rendah hingga sedang; rendahnya asupan daging dan unggas; dan etanol
dalam jumlah biasa tapi sedang, terutama dalam bentuk anggur selama makan(9). Dari
sekian banyak komponen MedDi, lemak mencapai 40% dari total kalori, namun hampir
semuanya berasal dari minyak zaitun. Menurut USDA (Departemen Pertanian Amerika
Serikat), minyak zaitun extra virgin mengandung 73,33 g asam lemak tak jenuh tunggal,
13,33 g asam lemak jenuh, dan 6,67 g asam lemak tak jenuh ganda per 100 mL dan
dianggap sebagai minyak terbaik untuk dikonsumsi(10).
MedDi, terutama dikenal sebagai model makanan, meningkatkan kualitas dan keamanan
makanan dan diterima di seluruh dunia termasuk Australia(11) karena berbagai efek
farmakologis dan manfaat kesehatan termasuk pencegahan penyakit kardiovaskular pada
populasi termasuk individu dengan diabetes(12). Penelitian menunjukkan bahwa manfaat
utama MedDi adalah karena kaya akan lemak tak jenuh dan biofenol dari komponen inti
zaitun(13).
3. MIND Diet
Sebuah studi observasi yang menggabungkan dua rencana diet termasuk diet MedDi dan
DASH yang disebut diet Mediterranean-DASH diet Intervention for Neurological Delay
(MIND) diet (lima belas komponen diet membentuk diet MIND(14), mengamati
penurunan 53% dalam tingkat AD(15) dan menyarankan bahwa diet MIND secara
substansial memperlambat penurunan kognitif seiring bertambahnya usia(16,17). Secara
umum, diet MIND berbeda dari MedDi dengan mengalokasikan kategori terpisah untuk
sayuran berdaun hijau dan beri, dan kategori untuk kue dan kue kering. Berbeda dengan
MedDi, buah dikeluarkan, dan ikan tidak diresepkan setiap hari karena bukti
menunjukkan dua sampai tiga kali seminggu cukup untuk efek neuroprotektif(16). Dalam
studi terbaru(18), pola diet MIND dikaitkan dengan kognisi yang lebih baik di antara
subjek lansia yang tinggal di negara berpenghasilan menengah ke bawah.

C. Kesimpulan
Penelitian di Australia menemukan diet Mediterranean-DASH Intervention for
Neurodegenerative Delay atau yang lebih dikenal sebagai diet MIND mengurangi risiko
gangguan kognitif ringan atau demensia ketika berusia lanjut dan untuk meningkatkan
kesehatan otak. Diet MIND sebagian didasarkan pada diet Mediterania dan DASH diet.
Komponen yang harus diikuti diantaranya mendorong untuk makan sayuran berdaun hijau
dan sayuran lain, berry, biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, ikan, unggas dan
minyak zaitun.
Pencegahan dementia secara umum dilakukan dengan menjaga sistem kardiovaskuler
yang sehat, olah raga yang teratur, gizi yang bervariasi, jaga berat badan, batasi lemak jenuh
dan kolesterol, kurangi gula dan garam, banyak minum air dan memilih cemilan yang sehat.

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Pedoman Diagnosis


Gangguan Jiwa Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
2. Tumipa,S.Y, Bidjuni,H, Lolong, J. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kejadian Demensia Pada Lansia Di Desa Tumpaan Baru Kecamatan Tumpaan Amurang
Minahasa Selatan. E-Jurnal Keperawatan Volume 5 No.1.
3. Noviansyah, Dadang. 2017. Hubungan Status Gizi dengan kejadian Demensia pada
Lansia Di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul. Yogyakarta : UNISA
4. Alzheimer Association. 2021. What is Dementia?. Diakses di
https://www.alz.org/alzheimers-dementia/what-is-dementia pada tanggal 4 Februari 2021.
5. Safitri, Nedya. 2018. Masalah Kesehatan yang Sering Dialami oleh Lansia. Magelang:
RSJS Prof. Dr. Soerojo Magelang. Diakses di https://rsjsoerojo.co.id/2018/08/02/masalah-
kesehatan-yang-sering-di-alami-oleh-lansia/ pada tanggal 4 Februari 2021.
6. Pangastuti, Retno. 2019. Gizi pada Lansia dengan Dimensia. Yogyakarta: RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Diakses di https://sardjito.co.id/2019/10/30/gizi-pada-lansia-dengan-
demensia/ pada tanggal 4 Februari 2021.
7. Hankey, G.J. Nutrition and the risk of stroke. Lancet Neurol. 2012, 11, 66–81. [Google
Scholar] [CrossRef]
8. Keys, A. Coronary heart disease in seven countries. Summary. Circulation 1970, 41,
I186–I195. [Google Scholar]
9. Trichopoulou, A.; Costacou, T.; Bamia, C.; Trichopoulos, D. Adherence to a
mediterranean diet and survival in a greek population. N. Engl. J. Med. 2003, 348, 2599–
2608. [Google Scholar] [CrossRef]
10. Nocella, C.; Cammisotto, V.; Fianchini, L.; D’Amico, A.; Novo, M.; Castellani, V.;
Stefanini, L.; Violi, F.; Carnevale, R. Extra virgin olive oil and cardiovascular diseases:
Benefits for human health. Endocr. Metab. Immune Disord. Drug Targets 2018, 18, 4–13.
[Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
11. Mayr, H.L.; Tierney, A.C.; Kucianski, T.; Thomas, C.J.; Itsiopoulos, C. Australian
patients with coronary heart disease achieve high adherence to 6-month mediterranean
diet intervention: Preliminary results of the ausmed heart trial. Nutrition 2018, 61, 21–31.
[Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
12. Becerra-Tomas, N.; Blanco Mejia, S.; Viguiliouk, E.; Khan, T.; Kendall, C.W.C.;
Kahleova, H.; Rahelic, D.; Sievenpiper, J.L.; Salas-Salvado, J. Mediterranean diet,
cardiovascular disease and mortality in diabetes: A systematic review and meta-analysis
of prospective cohort studies and randomized clinical trials. Crit. Rev. Food Sci.
Nutr. 2019, 1–21. [Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
13. Martinez-Gonzalez, M.A.; Salas-Salvado, J.; Estruch, R.; Corella, D.; Fito, M.; Ros, E.;
Predimed, I. Benefits of the mediterranean diet: Insights from the predimed study. Prog.
Cardiovasc. Dis. 2015, 58, 50–60. [Google Scholar] [CrossRef]
14. Marcason, W. What are the components to the mind diet? J. Acad. Nutr. Diet. 2015, 115,
1744. [Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
15. Morris, M.C.; Tangney, C.C.; Wang, Y.; Sacks, F.M.; Bennett, D.A.; Aggarwal, N.T.
Mind diet associated with reduced incidence of alzheimer’s disease. Alzheimers
Dement. 2015, 11, 1007–1014. [Google Scholar] [CrossRef]
16. Morris, M.C.; Tangney, C.C.; Wang, Y.; Sacks, F.M.; Barnes, L.L.; Bennett, D.A.;
Aggarwal, N.T. Mind diet slows cognitive decline with aging. Alzheimers
Dement. 2015, 11, 1015–1022. [Google Scholar] [CrossRef] [PubMed]
17. Koch, M.; Jensen, M.K. Association of the mind diet with cognition and risk of
alzheimer’s disease. Curr. Opin. Lipidol. 2016, 27, 303–304. [Google Scholar]
[CrossRef] [PubMed]
18. Calil, S.R.B.; Brucki, S.M.D.; Nitrini, R.; Yassuda, M.S. Adherence to the mediterranean
and mind diets is associated with better cognition in healthy seniors but not in mci or
ad. Clin. Nutr. ESPEN 2018, 28, 201–207. [Google Scholar] [CrossRef]

Anda mungkin juga menyukai