DISUSUN OLEH
A. Pendahuluan
Demensia atau yang biasa kita kenal dengan nama pikun, sering terjadi pada orang
dengan usia lanjut diatas 60 tahun. Demensia merupakan kelainan menurunnya fungsi
pengendalian otak. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke III
(PPDGJ-III) menyatakan demensia merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh
penyakit atau gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif dimana terdapat
gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel termasuk didalamnya daya ingat, daya pikir,
orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya ahli dengan
kemerosostan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup.(1)
Berdasarkan sebuah penelitan, demensia juga dapat dipengaruhi oleh asupan zat gizi
yang kurang, riwayat penyakit, genetik, riwayat benturan di kepala, kebiasaan merokok,
tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, serta aktivitas fisik dan aktivitas kognitif. Asupan
makan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan vitamin apabila kurang akan
menimbulkan stress oksidatif, yang akan menimbulkan proses penyakit merupakan faktor
ririsko demensia. Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani serta diabaikan
juga dapat memicu terjadinya demensia.(2)
Sebuah teori yang dikemukakan oleh Gorrelick (2014) mengemukakan bahwa gizi
merupakan salah satu faktor untuk mencegah kejadian demensia. Radikal bebas yang
berlebih dapat mengakibatkan peroksidasi lemak yang berlebihan sehingga mempercepat
proses degeneratif saraf otak. Degeneratif saraf otak tersebut menganggu proses recall
memory yang akhirnya menyebabkan kondisi demensia. Oleh karena itu makanan
mempunyai peran yang sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit demensia.
Penelitian lain terkait demensia dan status gizi yang dilakukan oleh Dadang di
BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul menyimpulkan bahwa status gizi
lansia mempengaruhi terjadinya penyakit demensia. Semakin buruk status gizi lansia maka
semakin berat kejadian demensia yang dialami. Oleh karena itu, tidak hanya terfokus pada
menyumplai nutrisi otak penting juga untuk memperhatikan status gizi lansia. Nafsu makan
lansia mudah terpengaruh oleh kondisi psikologis seperti stress, kecemasan dan kesedihan
seperti berpisah dari keluarga ataupun perasaan tidak berguna. Sehingga sangat perlu untuk
menjaga kesimbangan hormonal supaya nafsu makan tidak terpengaruh.(3)
Konsumsi aneka ragam makanan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
nafsu makan, selain bisa menjadi variasi masakan juga bisa menjadi pelengkap nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh lansia baik
yang sudah atau pun belum terkena demensia antara lain membatasi makanan yang
mengandung lemak jenuh dan kolesterol, membatasi diri dalam mengkonsumsi gula dan
garam, konsumsi air putih yang cukup, konsisten mengkonsusmi makanan yang lebih
bergizi dan jadikan makan sebagai momen yang menyenangkan sehingga nafsu makan
bertambah.(4)
B. Pembahasan
1. Lansia
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yaitu kurang bergerak, mudah
jatuh, gangguan intelektual / demensia, infeksi, gangguan pendengaran, penglihatan dan
penciuman, depresi, malnutrisi, kemiskinan, penyakit pengaruh obat-obatan, sulit tidur,
sistem kekebalan tubuh menurun, gangguan seksual, gangguan buang air besar dan buang
air kecil.(5)
Pemenuhan gizi pada lansia perlu mengetahui status gizinya, kebutuhan gizinya,
mengimplentasikannya dan memberikan edukasi. Masalah gizi pada lansia yang sering
terjadi adalah berkurangnya nafsu makan, berat badan turun, perubahan indera pengecap,
gangguan mengunyah, gangguan menelan, konstipasi, kesulitan akses makanan, gizi
kurang, kelebihan berat badan dan obesitas(6).
C. Kesimpulan
Penelitian di Australia menemukan diet Mediterranean-DASH Intervention for
Neurodegenerative Delay atau yang lebih dikenal sebagai diet MIND mengurangi risiko
gangguan kognitif ringan atau demensia ketika berusia lanjut dan untuk meningkatkan
kesehatan otak. Diet MIND sebagian didasarkan pada diet Mediterania dan DASH diet.
Komponen yang harus diikuti diantaranya mendorong untuk makan sayuran berdaun hijau
dan sayuran lain, berry, biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, ikan, unggas dan
minyak zaitun.
Pencegahan dementia secara umum dilakukan dengan menjaga sistem kardiovaskuler
yang sehat, olah raga yang teratur, gizi yang bervariasi, jaga berat badan, batasi lemak jenuh
dan kolesterol, kurangi gula dan garam, banyak minum air dan memilih cemilan yang sehat.
Daftar Pustaka