Disusun oleh:
FAJAR ARDIAN AJI PRADANA
(201902040042)
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak
dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral
pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang
dapat diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus
dilakukan untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM
(Hasdiana, 2012).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien
tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan
klien tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari,
memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan
serat yang adekuat dalam diet mereka (Hasdiana, 2012).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan
sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan
sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe
aktivitas lainnya juga sama-sama bermanfaat. Khususnya, aerobik yang
menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM harus
melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari (Hasdiana, 2012).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan
untuk menambah suplai dari tubuh (Hasdiana, 2012).
b. Wawancara
1. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
2. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
3. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
4. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
6. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
8. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
9. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
2. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe.
d. Psikologis
1. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
4. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
6. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
8. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
e. Sosial ekonomi
1. Darimana sumber keuangan lanjut usia
2. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
3. Dengan siapa dia tinggal.
4. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
5. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
6. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
7. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
8. Seberapa besar ketergantungannya.
9. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada.
f. Spiritual
1. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
2. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
3. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
4. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
C. Diagnosa keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
dan neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2015).
2. Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2015).
3. Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat
diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan
social, kurang sosiokultural (NANDA, 2015).
D. Intervensi keperawatan (NANDA, 2015)
No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 (eating disorder
berhubungan dengan jam pasien diharapkan management)
tidak mampu dalam mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukkan, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna, bermasalahS untuk memuat
mengabsorbsi makanan 2. Asupan makanan dan perencanaan
karena factor biologi. cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 urin
dengan keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.
4. Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien
kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.