Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KOMUNITAS RENTAN PADA PASIEN RESIKO TINGGI DM / DM


DI WILAYAH JANTI KABUPATEN MALANG

Oleh :
Mahasiswa Prodi D4 Keperawatan
Kelompok 13 dan 14

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
2016

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan


gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial,

perbaikan lingkungan

fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan. (menurut WHO, 1959 dalam Keperawatan
Komunitas: upaya memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, Ekasari, dkk. 2012.
Trans Info Media).
Perawatan kesehata komunitas merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertaan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dafi individu,keluarga, dan
masyarakat.

(Depkes

RI,

1986

dalam

Keperawatan

Komunitas:

upaya

memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, Ekasari, dkk. 2012. Trans Info Media)
Dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidan
dalam ilmu keperawatn yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran dukungan peran serta masyarakat,
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif serta berkesinambungan
dengan tanpa mengabaikan pelayann kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh
dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai
satu kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan fungsi kehidupan manusia secara optimal. (Keperawatan
Komunitas: upaya memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, Ekasari, dkk. 2012.
Trans Info Media)
2. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren


glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan ,
kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan
diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi
diabetes, yang dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari

: Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes,

Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien
dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan
penggunaan obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan
ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,
jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150
juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang
lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994.
Di Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan
jumlah penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 =
5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM,

penderita memerlukan perawatan

yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan
dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan
instruksiinstruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat
dikontrol dengan baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat
kepada dokter selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu
hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan keluhan tersebut maka
kepatuhannya untuk berobat berkurang.

Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak


pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain : pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak
menjalankan diet dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur
(Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan
suatu proses yang berkesinambungan

dan sesuai dengan prinsip-prinsip

penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :


1.

Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.

2.

Pemberian informasi secara bertahap.

3.

Mulai dengan hal sederhana

4.

Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).

5.

Lakukan pendekatan dan stimulasi


Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J :

jenis, jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu
materi penyuluhan difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan
obat anti diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok
keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program
terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat
khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.
2.1 Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas,
aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta,
penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi
insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa

keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia
lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia
(Jeffrey) :
1.

Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi
insulin.

2.

Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot
dan perubahan vaskuler.

3.

Obesitas, banyak makan.

4.

Aktivitas fisik yang kurang

5.

Penggunaan obat yang bermacam-macam.

6.

Keturunan

7.

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress

2.2 Gambaran Klinis


Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
lansia umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada
DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan
lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :

Katarak

Retinopati

Glaukoma

Gatal seluruh badan

Pruritus Vulvae

Infeksi bakteri kulit

Infeksi jamur di kulit

Dermatopati

Neuropati perifer

Neuropati viseral

Amiotropi

Ulkus Neurotropik

Penyakit ginjal

Penyakit pembuluh darah perifer

Penyakit koroner

Penyakit pembuluh darah otak

Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak
bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi
pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien
DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi
insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan
ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan
hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia
seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia
lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan
koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
2.3 Komplikasi
2.4 Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati.
2.5 Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600
mg/dL)
2.6 Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L)
2.4 Penatalaksanaan
Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan
sebagian besar DM pada usia diatas 18tahun termasuk tipe I dan dalam
penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan gizi
dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta ada/tidaknya komplikasi
DM.
Pedoman penatalaksanaan DM adalah :
1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya.

2. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti rasa haus,


sering kencing, lemas, gatal-gatal.
3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220
mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya terjadinya
hipoglikemia.
Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemia.

2.5 Pathway

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa.
Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani
dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan
perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan
Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari

: Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes, Latihan

Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Mellitus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam
menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan
obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM
terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah
pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun
2000= 175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994)
dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar
prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM,

penderita memerlukan perawatan yang

komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap
penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksiinstruksi
ataupun

anjuran

dokternya

agar

penyakit

DM

nya

dapat

dikontrol

dengan

baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia


masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu
ia bebas dari keluhan keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan

ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor

[ 1991]. La

Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti
cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.

Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien


tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik
dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu proses
yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatalaksanaan DM. Prinsip
tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal
dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi penyuluhan
difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara
realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi, sehingga hasil
penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan
asuhan keperawatan pada pasien DM.
1.2

Tujuan
1.2.1

Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada pasien resiko tinggi DM/DM


berBPJS;

1.2.2

Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien


resiko tinggi DM/DM berBPJS;

1.2.3

Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada pasien resiko tinggi DM/DM


berBPJS;

1.2.4

Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pasien DM dalam


menjalankan program terapi.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Di klub prolanis wilayah janti terdapat ? orang yang menderita diabetes mellitus, ?%
wanita yaitu sebanyak ? orang dan ?% laki-laki sebanyak ? orang. Dari jumlah peserta klub
prolanis yang menderita diabetes mellitus tersebut sebanyak ? orang ( ?%usiadewasa dan ?%
usia lansia). Dari data tersebut diketahui penderita Diabetes Mellitus dengan tipe IDDM ?%
sebanyak ? orang, NIDDM ?% sebanyak orang. Dari peserta yang menderita DM sebagian

besar peserta rutin memeriksakan kadar gula darahnya. Mereka memeriksakan kesehatannya
melalui posyandu lansia yang telah diikutinya. Asuhan keperawatan ini menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat,
perumusan diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan
keperawatan melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.
3.2 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data
sub sistem.
3.2.1 Data Inti Komunitas Meliputi ;
A. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
o

Lokasi

Propinsi daerah tingkat 1

: Jawa Timur

Kabupaten/ kotamadya

: Malang

Kecamatan

:?

Kelurahan

:?

Luas wilayah

: ? m2

Batas wilayah/wilayah
Utara

:?

Selatan

:?

Barat

:?

Timur

:?

Keadaan tanah menurut pemanfaatannya

Pemukiman

: 4550 m2

B. Data demografi
1. Jumlah penderita hipertensi
2. Jumlah penderita DM
o

Berdasarkan jenis kelamin

: ?orang
: ?orang

Laki-laki
Perempuan
o

Berdasarkan kelompok penderita DM

Anak-anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Ibu hamil

::: ?orang (?%)


: ?orang (? %)
:-

Berdasarkan agama

: ? orang (? %)
: ?orang (?%)

Islam
Kristen
Hindu
Budha
Katolik

: ?orang (?%)
: ?orang (?%)
: ?orang (?%)
: ? orang (?%)
:-

Berdasarakan suku bangsa

Jawa

: ? orang (?%)

Madura

: ? orang (?%)

Sunda

: ?orang (?%)

WNI keturunan

: ?orang (?2%)

Jumlah penderita DM gangren : ? orang

Status perkawinan
Kawin

: ? orang (?%)

Tidak kawin

: ?orang (?%)

Duda

: ?orang (?%)

Janda

: ? orang (?%)

3.2.2 Data Sub Sistem


A. Data Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum

Penyediaan Air bersih

PAM

: ? orang (?%)

Sumur

:? orang (?%)

Sungai

:-

Penyediaan air minum

PAM

: ? orang (?%)

Sumur

: ? orang (?%)

Sungai

:-

Lain-lain/air mineral

: ? orang (?%)

Pengolahan air minum

Masak

: 300 orang (100%)

Tidak dimasak

:-

b. Saluran pembuangan air/sampah


o

Kebiasaan membuang sampah

Diangkut petugas

: ?%

Dibuang sembarangan

: ?%

Pembuangan air limbah

Got/parit

: ?%

Sungai

:-

Keadaan pembuangan air limbah

Baik/lancer

: ?%

Kotor

: ?%

c. Jamban
o

Kepemilikan jamban

Memiliki jamban

: ?%

Tidak memiliki jamban

: ?%

Macam jamban yang dimiliki

Septitank

:?%

Disungai

: ?%

Keadaan jamban

Bersih

: ?%
Kotor

: ?%

d. Keadaan rumah
o

Tipe rumah

Tipe A/permanen

: ?orang (?%)

Tipe B/semipermanen

: ? orang (?%)

Tipe C/tidak permanen

: ? orang (?%)

Status rumah

Milik rumah sendiri

: ? orang (?%)

Kontrak

: ? orang (?%)

Lantai rumah

Tanah

: ? orang (?%)

Papan

: ? orang (?%)

Tegel/keramik

: ? orang (?%)

Ventilasi

Ada

Tidak ada

: ?orang (?%)
: ?orang (?%)

Luas kamar tidur

Memenuhi syarat

: ? orang (?%)

Tidak memenuhi syarat

: ?orang (?%)

Penerangan rumah oleh matahari

Baik

: ?orang (?%)
Cukup : ? orang (?%)

e. Halaman rumah
o

Kepemilikan pekarangan

Memiliki

: 240 orang (80%)

Tidak memiliki

: 60 orang (20%)

Pemanfaatan pekarangan

Ya

: 270 orang (90%)

Tidak

: 30 orang (10%)

B. Fasilitas Umum dan Kesehatan


a. Fasilitas umum
1. Sarana Kegiatan Kelompok
o

Karang taruna

: ? kelompok

Pengajian

: ? kelompok

Ceramah agama

: ? kelompok

PKK

: 1 kali per bulan

2. Tempat perkumpulan umum


o

Balai desa

: ada (1 buah)

Dukuh

RW

: ada (1 buah)

RT

: ada (1 buah)

Masjid/Mushola

: ada (2 buah)

: ada (1 buah)

b. Fasilitas Kesehatan

1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan


o

Puskesmas

: 150 orang (50%)

Rumah Sakit

: 50 orang (16,6%)

Para Dokter Swasta

: 25 orang (8,3%)

Praktek Kesehatan Lain

: 75 orang (25%)

2. Kebiasaan check up kesehatan


o

Rutin tiap bulan

: 90 orang (30%)

Jarang

: 210 orang (70%)

C. Ekonomi
a. Karekteristik Pekerjaan
o

PNS/ABRI

: 60 orang (20%)

Pegawai swasta

: 60 orang (20%)

Wiraswasta

: 30 orang (10%)

Buruh tani/pabrik

:150 orang (50%)

b. Penghasilan Rata-Rata Perbulan


o

< dari UMR

: 150 orang (50%)

UMR 1.000.000,00

: 90 orang (30%)

> dari UMR

: 60 orang (20%)

c. Pengeluaran Rata-Rata Perbulan


o

< dari UMR

: 165 orang (55%)

UMR 1.000.000,00

: 105 orang (35%)

> dari UMR

: 30 orang (10%)

d. Kepemilikan usaha
o

Toko

: 30 orang (10%)

Warung makanan

: 15 orang (5%)

UKM

: 9 orang (3%)

Tidak punya

: 246 orang (82%)

D. Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
1.
Diet makan

2.

3.

4.

Kebiasaan makan makanan manis

: 70% ( 210 org )

Kebiasaan makan makanan berlemak

: 20% ( 60 org )

Lain-lain

: 10% ( 30 org )

Kepatuhan terhadap diet


o

Patuh

: 25% ( 75 org )

Kadang-kadang

: 30% ( 90 org )

Tidak patuh

: 45% ( 135 org )

Kebiasaan berolah raga


o

Sering

: 15% ( 45 org )

Kadang-kadang

: 40% ( 120 org )

Tidak pernah

: 45% ( 135 org )

Kebiasaan sehari-hari
o

5.

Memakai alas kaki

Setiap saat
: 60% ( 180 org )
Saat di luar rumah
: 30% ( 90 org )
Jarang memakai
: 10% ( 30 org )
Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
o

Sering

: 10%

( 30 org )

Kadang-kadang

: 15%

( 40 org )

Tidak pernah

: 75%

( 225 org )

b. Transportasi
1. Fasilitas transportasi
: Jalan Raya, Angkutan Umum, Ambulans
2. Alat transportasi yang dimiliki
o

Sepeda

: 90 orang (30%)

Motor

: 120 orang (40%)

Mobil

: 6 orang (2%)

Lain-lain/ becak

: 84 orang (28%)

3. Penggunaan Sarana Transportasi Oleh Masyarakat


o

Angkutan umum

: 165 orang (55%)

Kendaraan pribadi

: 135 orang (45%)

E. Politik dan pemerintahan


a. Struktur organisasi

b.
c.
d.
e.

: ada

Terdapat kepala desa dan perangkatnya

Ada organisasi karang taruna

Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti, posyandu)


Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
: ada yaitu puskesmas
Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM
: belum ada
Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan
: belum ada

F. Sistem Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
o

Radio

: 225 orang (75 %)

TV

: 165 orang (55 %)

Telepon/handphone

: 120 orang (40 %)

Majalah/koran

: 135 orang (45%)

b. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM


o

Poster tentang diet DM

: ada

Pamflet tentang penanganan DM

: ada

Leaflet tentang penanganan DM

: ada

c. Kegiatan yang menunjang kegiatan DM


o

Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas

: ada tapi jarang

G. Pendidikan
a. Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
o

SD

: 135 orang (45%)

SLTP

: 90 orang (30%)

SLTA

: 60 orang (20%)

Perguruan tinggi

: 15 orang (5%)

H. Rekreasi
o

Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan alun alun.

Ada program setahun sekali diadakan program wisata bersama kader


kesehatan RT 05 RW 03 Kelurahan Margo Rukun.

3.1 ANALISA DATA


No
PENGELOMPOKKAN DATA
1. Ds :
Dari hasil wawancara di dapat tingkat
pendidikan ada 50% warga yang
tidak patuh menjalankan diit

ETIOLOGI
Pengetahuan yang

MASALAH
Ketidakpatuhan

kurang

terhadap diet Di RT 3
RW 5 kelurahan Margo
Rukun

Do :
- data menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan SD sebanyak 135 orang
(45%)
- penyuluhan kader dari masyarakat
dan petugas kesehatan dari
puskesmas jarang ada

2.

- kebiasaan masyarakat makan


makanan yang manis sebanyak 210
orang (70%)
Ds:
Dari hasil wawancara didapat ketidak
patuhan masyarakat untuk
melaksanakan check up kesehatan
sebanyak 219 orang (70%)
Do:
- sebanyak 210 orang jarang check
up/bulan
- lulusan SD sebanyak 135 orang
- lulusan SLTP sebanyak 90 orang
- penghasilan < UMR sebanyak 150
orang

Faktor penghasilan

Ketidakpatuhan

yang rendah

masyarakat/penderita
DM melaksanakan
check up kesehatan Di
RT 3 RW 5 kelurahan
Margo Ruk

3.

- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
- penghasilan > UMR 60 orang
Ds:
Dari hasil wawancara didapat jumlah
penderita DM 300 orang
Do:
-jumlah penderita DM dengan
ganggren sebanyak 30% (90 orang)

Kurangnya

Resiko peningkatan

pengetahuan

penderita ganggren Di

- distribusi penderita DM berdasarkan


tingkat pendidikan formal

penderita DM

RT 3 RW 5 kelurahan

tenytang

Margo Rukun

SD

:45% (135 orang)

pencegahan

SLTP

:30% (90 orang)

terjadinya luka

SLTA

:20% (60 orang)

Perguruan tinggi:5%(15 orang)


-sebanyak 210 orang (70%) penderita
DM tidak check up secara rutin
- kebiasaan sehari hari penderita DM
yang setiap saat memakai alas kaki
sebanyak 45 orang (15%),saat
dilauar rumah 75 orang (25%) dan
jarang memakai 180 orang (60%)

ganggren

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Ketidakpatuhan terhadap diit di RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun berhubungan dengan
Pengetahuan yang kurang ditandai dengan :
Ds :
Dari hasil wawancara di dapat tingkat pendidikan ada 50% warga yang tidak patuh
menjalankan diet
Do :
- data menyebutkan bahwa tingkat pendidikan SD sebanyak 135 orang (45%)
- penyuluhan kader dari masyarakat dan petugas kesehatan dari puskesmas jarang ada
- kebiasaan masyarakat makan makanan yang manis sebanyak 210 orang (70%)
2)

Ketidakpatuhan masyarakat/penderita DM melaksanakan check up kesehatan di RT 5 RW


3 kelurahan Margo Rukun berhubungan dengan faktor penghasilan yang rendah ditandai
dengan:
Ds:
Dari hasil wawancara didapat ketidak patuhan masyarakat untuk melaksanakan check up
kesehatan sebanyak 219 orang (70%)
Do:
- sebanyak 210 orang jarang check up/bulan
- lulusan SD sebanyak 135 orang
- lulusan SLTP sebanyak 90 orang
- penghasilan < UMR sebanyak 150 orang
- penghasilan UMR-1.000.000 sebanyak 90 orang
- penghasilan > UMR 60 orang

3)

Resiko peningkatan penderita ganggren di RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun


berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang pencegahan
terjadinya luka ganggren di tandai dengan:
Ds:
Dari hasil wawancara didapat jumlah penderita DM 300 orang
Do:
- Jumlah penderita DM dengan ganggren sebanyak 30% (90 orang)
- Distribusi penderita DM berdasarkan tingkat pendidikan formal

SD
: 45% (135 orang)
SLTP
: 30% (90 orang)
SLTA
: 20% (60 orang)
Perguruan Tinggi
:5%(15 orang)
Sebanyak 210 orang (70%) penderita DM tidak check up secara rutin
Kebiasaan sehari hari penderita DM yang setiap saat memakai alas kaki sebanyak 45
orang (15%),saat dilauar rumah 75 orang (25%) dan jarang memakai 180 orang (60%)

3.3 PRIORITAS MASALAH


Diagnosa keperawatan

Pentingnya
penyelesaian masalah

Perubahan positif untuk

Penelesaian untuk

penyelesaian di

peningkatan kwalitas

komunitas

hidup

1 : rendah
2 : sedang

0 : tidak ada
1 : rendah

0 : tidak ada
1 : rendah

3 : tinggi

2 : sedang
3 : tinggi

2 : sedang
3 : tinggi

Diagnosa keperawatan

Pentingnya

Perubaha

Penelesaia

penyelesaia

n positif

n untuk

n masalah

untuk

peningkat

penyelesai

an

Skor

1.

2.
1.

1.

an di

kwalitas

komunitas

hidup

Ketidakpatuhan terhadap diit


di RT 5 RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan dengan
Pengetahuan yang kurang

Ketidakpatuhan
masyarakat/penderita DM
melaksanakan check up kesehatan di
RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun
berhubungan dengan faktor
penghasilan yang rendah

Resiko peningkatan penderita


ganggren di RT 5 RW 3 kelurahan
Margo Rukun berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan penderita
DM tenytang pencegahan terjadinya
luka ganggren

3.4 PERENCANAAN
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa. (1999). Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta : EGC.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI
R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika
Sumber:http://www.ilmukeperawatan.com
http://lizanurviana.blog.com/2010/11/28/askep-komunitas-pada-diabetes-melitus/

Anda mungkin juga menyukai