Oleh :
Mahasiswa Prodi D4 Keperawatan
Kelompok 13 dan 14
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Keperawatan Komunitas
perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan. (menurut WHO, 1959 dalam Keperawatan
Komunitas: upaya memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, Ekasari, dkk. 2012.
Trans Info Media).
Perawatan kesehata komunitas merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertaan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dafi individu,keluarga, dan
masyarakat.
(Depkes
RI,
1986
dalam
Keperawatan
Komunitas:
upaya
memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, Ekasari, dkk. 2012. Trans Info Media)
Dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidan
dalam ilmu keperawatn yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran dukungan peran serta masyarakat,
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif serta berkesinambungan
dengan tanpa mengabaikan pelayann kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh
dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai
satu kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan fungsi kehidupan manusia secara optimal. (Keperawatan
Komunitas: upaya memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, Ekasari, dkk. 2012.
Trans Info Media)
2. Definisi Diabetes Mellitus
Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien
dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan
penggunaan obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan
ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,
jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150
juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang
lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994.
Di Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan
jumlah penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 =
5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM,
yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan
dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan
instruksiinstruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat
dikontrol dengan baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat
kepada dokter selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu
hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan keluhan tersebut maka
kepatuhannya untuk berobat berkurang.
2.
3.
4.
5.
jenis, jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu
materi penyuluhan difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan
obat anti diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok
keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program
terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat
khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.
2.1 Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas,
aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta,
penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi
insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa
keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia
lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia
(Jeffrey) :
1.
Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi
insulin.
2.
Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot
dan perubahan vaskuler.
3.
4.
5.
6.
Keturunan
7.
Katarak
Retinopati
Glaukoma
Pruritus Vulvae
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit koroner
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak
bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi
pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien
DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi
insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan
ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan
hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia
seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia
lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan
koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
2.3 Komplikasi
2.4 Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati.
2.5 Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600
mg/dL)
2.6 Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L)
2.4 Penatalaksanaan
Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan
sebagian besar DM pada usia diatas 18tahun termasuk tipe I dan dalam
penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan gizi
dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta ada/tidaknya komplikasi
DM.
Pedoman penatalaksanaan DM adalah :
1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya.
2.5 Pathway
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa.
Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani
dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan
perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan
Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari
Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Mellitus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam
menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan
obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM
terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah
pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun
2000= 175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994)
dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar
prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM,
komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap
penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksiinstruksi
ataupun
anjuran
dokternya
agar
penyakit
DM
nya
dapat
dikontrol
dengan
[ 1991]. La
Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti
cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Di klub prolanis wilayah janti terdapat ? orang yang menderita diabetes mellitus, ?%
wanita yaitu sebanyak ? orang dan ?% laki-laki sebanyak ? orang. Dari jumlah peserta klub
prolanis yang menderita diabetes mellitus tersebut sebanyak ? orang ( ?%usiadewasa dan ?%
usia lansia). Dari data tersebut diketahui penderita Diabetes Mellitus dengan tipe IDDM ?%
sebanyak ? orang, NIDDM ?% sebanyak orang. Dari peserta yang menderita DM sebagian
besar peserta rutin memeriksakan kadar gula darahnya. Mereka memeriksakan kesehatannya
melalui posyandu lansia yang telah diikutinya. Asuhan keperawatan ini menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat,
perumusan diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan
keperawatan melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.
3.2 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data
sub sistem.
3.2.1 Data Inti Komunitas Meliputi ;
A. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
o
Lokasi
: Jawa Timur
Kabupaten/ kotamadya
: Malang
Kecamatan
:?
Kelurahan
:?
Luas wilayah
: ? m2
Batas wilayah/wilayah
Utara
:?
Selatan
:?
Barat
:?
Timur
:?
Pemukiman
: 4550 m2
B. Data demografi
1. Jumlah penderita hipertensi
2. Jumlah penderita DM
o
: ?orang
: ?orang
Laki-laki
Perempuan
o
Anak-anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Ibu hamil
Berdasarkan agama
: ? orang (? %)
: ?orang (?%)
Islam
Kristen
Hindu
Budha
Katolik
: ?orang (?%)
: ?orang (?%)
: ?orang (?%)
: ? orang (?%)
:-
Jawa
: ? orang (?%)
Madura
: ? orang (?%)
Sunda
: ?orang (?%)
WNI keturunan
: ?orang (?2%)
Status perkawinan
Kawin
: ? orang (?%)
Tidak kawin
: ?orang (?%)
Duda
: ?orang (?%)
Janda
: ? orang (?%)
PAM
: ? orang (?%)
Sumur
:? orang (?%)
Sungai
:-
PAM
: ? orang (?%)
Sumur
: ? orang (?%)
Sungai
:-
Lain-lain/air mineral
: ? orang (?%)
Masak
Tidak dimasak
:-
Diangkut petugas
: ?%
Dibuang sembarangan
: ?%
Got/parit
: ?%
Sungai
:-
Baik/lancer
: ?%
Kotor
: ?%
c. Jamban
o
Kepemilikan jamban
Memiliki jamban
: ?%
: ?%
Septitank
:?%
Disungai
: ?%
Keadaan jamban
Bersih
: ?%
Kotor
: ?%
d. Keadaan rumah
o
Tipe rumah
Tipe A/permanen
: ?orang (?%)
Tipe B/semipermanen
: ? orang (?%)
: ? orang (?%)
Status rumah
: ? orang (?%)
Kontrak
: ? orang (?%)
Lantai rumah
Tanah
: ? orang (?%)
Papan
: ? orang (?%)
Tegel/keramik
: ? orang (?%)
Ventilasi
Ada
Tidak ada
: ?orang (?%)
: ?orang (?%)
Memenuhi syarat
: ? orang (?%)
: ?orang (?%)
Baik
: ?orang (?%)
Cukup : ? orang (?%)
e. Halaman rumah
o
Kepemilikan pekarangan
Memiliki
Tidak memiliki
: 60 orang (20%)
Pemanfaatan pekarangan
Ya
Tidak
: 30 orang (10%)
Karang taruna
: ? kelompok
Pengajian
: ? kelompok
Ceramah agama
: ? kelompok
PKK
Balai desa
: ada (1 buah)
Dukuh
RW
: ada (1 buah)
RT
: ada (1 buah)
Masjid/Mushola
: ada (2 buah)
: ada (1 buah)
b. Fasilitas Kesehatan
Puskesmas
Rumah Sakit
: 50 orang (16,6%)
: 25 orang (8,3%)
: 75 orang (25%)
: 90 orang (30%)
Jarang
C. Ekonomi
a. Karekteristik Pekerjaan
o
PNS/ABRI
: 60 orang (20%)
Pegawai swasta
: 60 orang (20%)
Wiraswasta
: 30 orang (10%)
Buruh tani/pabrik
UMR 1.000.000,00
: 90 orang (30%)
: 60 orang (20%)
UMR 1.000.000,00
: 30 orang (10%)
d. Kepemilikan usaha
o
Toko
: 30 orang (10%)
Warung makanan
: 15 orang (5%)
UKM
: 9 orang (3%)
Tidak punya
2.
3.
4.
: 20% ( 60 org )
Lain-lain
: 10% ( 30 org )
Patuh
: 25% ( 75 org )
Kadang-kadang
: 30% ( 90 org )
Tidak patuh
Sering
: 15% ( 45 org )
Kadang-kadang
Tidak pernah
Kebiasaan sehari-hari
o
5.
Setiap saat
: 60% ( 180 org )
Saat di luar rumah
: 30% ( 90 org )
Jarang memakai
: 10% ( 30 org )
Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
o
Sering
: 10%
( 30 org )
Kadang-kadang
: 15%
( 40 org )
Tidak pernah
: 75%
( 225 org )
b. Transportasi
1. Fasilitas transportasi
: Jalan Raya, Angkutan Umum, Ambulans
2. Alat transportasi yang dimiliki
o
Sepeda
: 90 orang (30%)
Motor
Mobil
: 6 orang (2%)
Lain-lain/ becak
: 84 orang (28%)
Angkutan umum
Kendaraan pribadi
b.
c.
d.
e.
: ada
F. Sistem Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
o
Radio
TV
Telepon/handphone
Majalah/koran
: ada
: ada
: ada
Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas
G. Pendidikan
a. Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
o
SD
SLTP
: 90 orang (30%)
SLTA
: 60 orang (20%)
Perguruan tinggi
: 15 orang (5%)
H. Rekreasi
o
Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan alun alun.
ETIOLOGI
Pengetahuan yang
MASALAH
Ketidakpatuhan
kurang
terhadap diet Di RT 3
RW 5 kelurahan Margo
Rukun
Do :
- data menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan SD sebanyak 135 orang
(45%)
- penyuluhan kader dari masyarakat
dan petugas kesehatan dari
puskesmas jarang ada
2.
Faktor penghasilan
Ketidakpatuhan
yang rendah
masyarakat/penderita
DM melaksanakan
check up kesehatan Di
RT 3 RW 5 kelurahan
Margo Ruk
3.
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
- penghasilan > UMR 60 orang
Ds:
Dari hasil wawancara didapat jumlah
penderita DM 300 orang
Do:
-jumlah penderita DM dengan
ganggren sebanyak 30% (90 orang)
Kurangnya
Resiko peningkatan
pengetahuan
penderita ganggren Di
penderita DM
RT 3 RW 5 kelurahan
tenytang
Margo Rukun
SD
pencegahan
SLTP
terjadinya luka
SLTA
ganggren
3)
SD
: 45% (135 orang)
SLTP
: 30% (90 orang)
SLTA
: 20% (60 orang)
Perguruan Tinggi
:5%(15 orang)
Sebanyak 210 orang (70%) penderita DM tidak check up secara rutin
Kebiasaan sehari hari penderita DM yang setiap saat memakai alas kaki sebanyak 45
orang (15%),saat dilauar rumah 75 orang (25%) dan jarang memakai 180 orang (60%)
Pentingnya
penyelesaian masalah
Penelesaian untuk
penyelesaian di
peningkatan kwalitas
komunitas
hidup
1 : rendah
2 : sedang
0 : tidak ada
1 : rendah
0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi
2 : sedang
3 : tinggi
2 : sedang
3 : tinggi
Diagnosa keperawatan
Pentingnya
Perubaha
Penelesaia
penyelesaia
n positif
n untuk
n masalah
untuk
peningkat
penyelesai
an
Skor
1.
2.
1.
1.
an di
kwalitas
komunitas
hidup
Ketidakpatuhan
masyarakat/penderita DM
melaksanakan check up kesehatan di
RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun
berhubungan dengan faktor
penghasilan yang rendah
3.4 PERENCANAAN
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa. (1999). Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta : EGC.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.