Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA NY. L (56 tahun)


DI WISMA MAWAR PANTI WREDA HARAPAN IBU NGALIYAN
SEMARANG
Makalah Ini Digunakan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan
Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing :
Muhammad Muin, Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :
Aditya Primahuda

22020112110023

Maria Rizky Paramudhita

22020112130037

Nur Khasanah

22020112130112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang lansia merupakan orang yang sudah menginjak umur
diatas 65 tahun ke atas. Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari kehidupan manusia yang ditandai dengan
menurunnya fungsi tubuh untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
(Efendy, 2009). Usia lanjut usia dapat dikatakan sebagai usia emas karena
tidak semua orang bisa mencapai tahap ini (Maryam, 2008).
Indonesia merupakan negraka ke-4 dengan jumlah penduduk
terbesar di Dunia dengan jumlah penduduk mencapai 246,9 juta jiwa pada
tahun 2012. Indonesia termasuk negara berstruktur tua karena memiliki
jumlah penduduk lansia mencapai 7,56% (18,7 juta jiwa) di tahun 2012.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk lansia laki-laki mencapai
6,9% dan penduduk lansia perempuan mencapai 8,2% di tahun 2012
(Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI 2013).
Ketika memasuki masa lansia, seseorang akan mengalami
perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia bukan
merupakan proses patologis, melainkan proses secara alami. Perubahan ini
pada setiap orang tidaklah sama dan tergantung dari keadaan dalam
kehidupan seseorang. Proses Perubahan Fisiologis pada lansia dapat
menyebabkan gangguan kesehatan (Potter dan Perry, 2005).
Nyeri sendi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami
lansia. Menurut Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI tahun
2013 menjelaskan bahwa keluhan kesehatan paling tinggi pada lansia salah
satunya adalah nyeri sendi akibat asam urat. Kadar asam urat yang tinggi
bisa masuk ke dalam organ tubuh salah satunya adalah sendi yang bisa
menyebabkan terjadinya nyeri sendi (Kertia, 2009).
Penjelasan di atas merupakan masalah yang terjadi pada lansia.
Masalah kesehatan tersebut sesuai dengan hasil pengkajian yang ada pada
Ny. L di Panti Wredha harapn Ibu Ngaliyan Kota Semarang. Peran perawat
sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.L. Selain

itu perawat juga harus berkolaborasi dengan Tenaga medis ataupun


nonmedis lainnya untuk mempermudah dalam menjalankan asuhan
keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. L di Panti Wredha
Harapan Ibu Ngaliyan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny.L
b. Menentukan diagnosa keperawatan Pada Ny.L
c. Menyusun intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang ada
pada Ny. L
d. Mendokumentasikan implementasi pada Ny.L
e. Melakukan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan pada Ny. L

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman subyektif dan individual, karenanya
keluhan karakteristik nyeri klien harus d pertimbangkan dengan akurat
dan valid (Johnson, 2005). Nyeri adalah keadaan dimana individu
mengalami dan mengeluh adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi
ketidaknyamanan (Tucker, 1998). Secara sederhana nyeri dapat
diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara
sensori maupun emosiaonal yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain sehingga individu mersa tersiksa,
menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis
dan lain-lain.
Definisi keperawatan

tentang

nyeri

adalah

apapun

yang

menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang


ada kapanpun individu mengatakannya.Kebanyakan sensasi nyeri
adalah

akibat

dari

stimuli

fisik

dan

mental

atau

stimuli

emosional.Nyeri dibagi menjadi dua kategori dasar dari nyeri yang


secara umum meliputi nyeri akut dan nyeri kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya terjadi tiba-tiba dan umumnya
berkaitan dengan cidera spesifik.Nyeri akut mengindikasikan
bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi.Jika kerusakan tidak
lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut
biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan,
nyeri akut dapat berlangsung beberapa detik hingga enam
bulan.cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat
sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan.
Contoh pada kasus yang ringan jari yang tertusuk biasanya
sembuh dengan cepat, dengan nyeri yang hilang yang cepat,
barangkali

dalam

beberapa

detik

atau

beberapa

menit.Sedangkan pada contoh kasus yang berat, seperti fraktur


ekstermitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun
sejalan dengan penyembuhan tulang.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang
periode

waktu.Nyeri

ini

berlangsung

di

luar

waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat


dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik.Nyeri kronik
sulit untuk diobati karena nyeri ini tidak mempunyai respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri
kronik berlangsung lebih dari enam bulan sedangkan nyeri akut
berlangsung beberapa detik sampai kurang dari enam bulan.
Jenis nyeri ada yang bersifat tetap dan akut primer, walaupun
keduanya berlangsung lebih dari enam bulan, nyeri tersebut
bukan termasuk nyeri kronis melainkan nyeri akut yang dapat
dilihat dari sifat nyerinya.
Banyak orang menderita nyeri kronis setelah suatu cidera
atau proses penyakit hal ini diduga bahwa ujung-ujung syaraf
yang normalnya hanya mentransmisikan stimulus yang sangat
nyeri, mentransmisikan stimulus yang sebelumnya tidak nyeri
sebagai stimulus yang sangat nyeri. Nyeri kronis dapat terjadi
pada kanker tetapi nyeri jenis ini biasanya mempunyai
penyebab yang dapat diidentifikasikan.Nyeri kanker sering
timbul akibat kompresi saraf perifer, atau meninges atau akibat
kerusakan pada struktur setelah suatu pembedahan, kemoterapi,
atau tindakan radiasi dan infiltrasi tumor.

2. Sensasi Nyeri
Meinhart dan McCaffery (1983) mendeskripsikan tiga fase
pengalaman nyeri: antisipasi, sensasi, dan akibat (aftermath).
a. Fase antisipasi
Terjadi sebelum mempersepsikan nyeri.Antisipasi terhadap
nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan
upaya untuk menghilangkannya.
b. Fase Sensasi Nyeri
Sensasi nyeri adalah gerakan tubuh yang khas dan ekspresi
wajah yang mengidentikasikan nyeri yang terjadi ketika merasakan
nyeri.Sensasi nyeri meliputi menggeretakkan gigi, memegang
bagian tubuh yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok dan
ekspresi wajah yang menyeringai. Individu bereaksi terhadap nyeri
dengan cara yang berbeda-beda..Tingkat keparahan nyeri yang
lebih tinggi dan durasi yang lebih lama bergantung pada sikap,
motivasi, dan nilai yang diyakini seseorang.
Saat awitan nyeri akut, denyut jantung tekanan darah dan
frekuensi pernapasan meningkat.Perubahan tanda-tanda vital
merupakan

hal

yang

bermakna,

tetapi

perawat

harus

mempertimbangkan semua tanda dan gejala sebelum menetapkan


bahwa nyeri merupakan penyebab segala perubahan tersebut,
misalnya, seorang klien yang sangat cemas juga mengalami
frekuensi napas dan denyut jantung.Klien dapat mengalami
kesulitan dalam melakukan tidakan higiene normal.Nyeri dapat
sangat

melemahkan

sehingga

klien

terlalu

lelah

untuk

bersosialisasi.
Perawat mengkaji kata-kata yang diucapkan, respon vokal,
gerakan wajah dan tubuh, serta interaksi sosial.Merintih,
mendengkur dan menangis merupakan contoh vokalisasi yang
digunakan untuk mengekspresikan nyeri.Ekspresi wajah atau
gerakan tubuh yang bahkan tidak terlalu terlihat seringkali lebih
menunjukkan karakteristik nyeri dari pada pertanyaan yang akurat.

Misalnya klien mungkin meringis atau mengguling ke kiri dan ke


kanan dan akan kembali pada interval waktu yang teratur.
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh, gelisah,
atau sering memanggil perawat. Perawat dengan segera akan
belajar mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat
harus bersedia mendengarkan dan harus memahami klien, hal ini
dikarenakan

bahwa

banyak

klien

yang

tidak

mampu

mengungkapkan secara verbal mengenai ketidaknyamanan (tidak


mampu berkomunikasi).
Namun kurangnya ekspresi nyeri, seperti seorang bayi atau
klien yang tidak sadar, disorientasi atau bingung, afasia, atau yang
berbicara dengan bahasa asing tidak mampu menjelaskan nyeri
yang di alaminya, bukan berarti bahwa klien tidak mengalami
nyeri. Kecuali klien tidak bereaksi secara terbuka terhadap nyeri,
akan sulit menentukan sifat dan tingkat ketidaknyamanan yang
klien rasakan. Maka sangatlah penting bagi perawat untuk bersikap
waspada terhadap prilaku klien yang mengindikasikan nyeri.
Perawat membantu klien untuk mengkomunikasikan respons nyeri
secara efektif. Pengetahuan tentang penyakit atau suatu gangguan
membantu

perawat

mengantisipasi

nyeri

klien.

Perawat

menanyakan klien apakah nyeri mengganaggu tidurnya.


c. Fase akibat (aftermath)
Pada fase ini nyeri terjadi ketika nyeri berkurang atau
berhenti.Jika klien mnegalami serangkaian episode nyeri yang
berulang, maka respons akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat membantu klien memperoleh
kontrol dan harga diri untuk meminimalkan rasa takut akan
kemungkinan pengalaman nyeri.

3. Persepsi Nyeri
Persepsi merupakan

titik

kesadaran

seseorang

terhadap

nyeri.Stimulus nyeri ditransmisikan naik ke medula spinalis ke


Thalamus dan otak tengah.Dari thalamus, serabut menstransmisikan
kesan nyeri keberbagai area otak, termasuk korstek sensori dan kortek
asosiasi (di kedua lobus parietalis), lobus frontalis dan sistem
limbik.Ada sel-sel didalam sistem limbik yang diyakini mengontrol
emosi, khususnya untuk ansietas.Dengan demikian, sistem limbik
berperan aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah
transmisi saraf berakhir didalam pusat otak yang lebih tinggi, maka
individu akan mempersepsikan sensasi nyeri.
Pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi
reaksi

yang

berinteraksi

kompleks.
dengan

Faktor-faktor
faktor-faktor

fisiologis

dan

kognitif

neurofisiologis

dalam

mempersepsikan nyeri.Meinhart dan McCaffery (1983) menjelaskan


tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori deskriminatif,
motivasi afektif, dan kognitif evaluatif. Persepsi menyadarkan individu
dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi (Potter &
Perry,2005).
Tingkat persepsi nyeri tidak konstan misalnya ambang rangsang
nyeri seperti reaksi terhadap nyeri berubah secara signifikan dalam
berbagai keadaan. Komponen fisiologik dalam persepsi nyeri dan
reaksi nyeri terdiri atas komponen kognitif, emosional, dan faktor
simbolik.Ambang reaksi nyeri secara signifikan berubah oleh
pengalaman masa lalu dan tingkat ansietas yang dirasakan sekarang
serta status emosionalnya.
Bertujuan mengurangi ansietas pasien dan dengan demikian pasien
dapat memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai keluhan
utamanya dan dapat bekerjasama dengan baik dalam perawatannya,
maka yang harus di lakukan perawat adalah :
a. Membangun dan mempertahankan kontrol terhadap situasi
b. Membangkitkan kepercayaan pasien
c. Memberikan atensi dan simpati pada pasien.

d. Memperlakukan pasien sebagai seorang individu yang penting.


Melalui penanganan yang baik dari komponen-komponen nyeri
ini, persepsi nyeri, dan ambang reaksi nyeri akan meningkat
secara signifikansehingga akan banyak memudahkan prosedur
perawatannya (Walton,2008).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi
nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak yang masih
kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang
dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri.Anak-anak kecil yang
belum dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan
untuk mengucapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri pada
orang tua atau petugas kesehatan.Secara kognitif, anak-anak todler
dan pra sekolah tidak mampu mengingat penjelasan tentang nyeri
atau mengasosiakan nyeri sebagai pengalaman yang terjadi di
berbagai situasi. Dengan memikirkan pertimbangan perkembangan
ini perawat harus mengadaptasi pendekatan yang dilakukan dalam
upaya mencari cara untuk mengkaji nyeri yang dirasakan anakanak.
Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dialkukan
pengkajian, diagnosis dan penatalaksaan secara agresif.Namun,
lansia memiliki resiko tinggi mengalami situasi-situasi yang
membuat mereka merasakan nyeri. Kemampuan klien lansia untuk
menginterpretasi nyeri dapat mengalami komplikaasi dengan
keberadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-samar yang
mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Apabila klien lansia
ini memiliki sumber nyeri lebih dari satu maka perawat harus
mengumpulakan pengkajian yang rinci.
b. Jenis kelamin
Secara umum, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita
dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi

jenis kelamin misalnya seorang anak laki-laki harus berani dan


tidak boleh menangis sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri, sejak lama sudah menjadi
subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita.
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang
diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi

bagaimana

individu

bereaksi

terhadap

nyeri.Ada

perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri di


berbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari
segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang
asuhan keperawatan yang relevan untuk klien.
d. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan

dengan

nyeri

mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seorang beradaptasi


terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan dengan latar belakang
budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri
dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan
ancaman, suatu kehilangan hukuman dan tantangan. Derajat dan
kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan
makna nyeri.
b. Perhatian
Fokus perhatian klien pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan
perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka
perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
Biasanya, hal ini meyebabkan toleransi nyeri individu yang
meningkat khususnya terhadap nyeri yang berlebihan hanya selama
waktu pengaihan.
c. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi


nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.Individu
yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi
nyeri sedang hingga berat darpada individu yang memiliki status
emosional yang kurang stabil.Apabila rasa cemas tidak memdapat
perhatian di dalam suatu lingkungan berteknologi tinggi, maka rasa
cemas tersebut dapat menimbulkan masalah penatalaksaan nyeri
yang

serius.Nyeri

yang

tidak

kunjung

hilang

seringkali

menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.


d. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping.Hal ini dapat menjadi masalah utama pada
setiap

individu

yang

menderita

penyakit

dalam

jangka

lama.Apabila keletihan disertai kesulitan tidur maka persepsi nyeri


dapat terasa lebih berat lagi.
e. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa
individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada
masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering
mengalami seangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau
menderita nyeri yang berat.Maka ansietas atau rasa takut dapat
muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami nyeri dengan jenis
yang sama berulang-ulang, kemudia nyeri tersebut akan berhasil
dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk
menginterpretasikan sensasi nyeri sehingga klien akan lebih siap
untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan nyeri.
f. Gaya koping
Gaya koping mempengaruhi kemampuan individu untuk
mengatasi nyeri.Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik
sebagian maupun keseluruhan. Klien seringkali menemukan
berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik

dan psikologis nyeri. Penting untuk memahami sumber-sumber


koping selama klien mengalami nyeri.Sumber-sumber seperti
berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan latihan,
atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan keperawatan
dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai
tingkat tertentu.
g. Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor yang bermakna dalam mempengaruhi respons nyeri
adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap
mereka terhadap klien.Individu yang mengalami nyeri seringkali
bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan, bantuan atau perlindungan.Apabila tidak
ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat
klien semakin tertekan. Kehadiran orang tua sangat penting bagi
anak-anak yang sedang mengalami nyeri.
5. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri termasuk letak (dimana nyeri pada berbagai
organ mungkin merupakan alih), durasi (meliputi menit, jam, hari,
bulan, dsb), irama (misalnya terus-menerus, hilang dan timbul, periode
bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan nyeri) dan
kualitas (misalnya nyeri seperti ditusuk, seperti dibakar, sakit, nyeri
seperti digencet).
Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronik:
Karakteristik
Tujuan

Nyeri akut
Nyeri kronik
Memperingatkan adanya Tidak ada
cidera atau masalah

Awitan
Intensitas
Durasi
Respon Otonom

Terus-menerus

Mendadak

intermiten
Ringan sampai berat
Ringan sampai berat
< 6 bulan
a. Konsisten

dengan

> 6 bulan

dan

respons stres simpatis Tidak


ada
b. Frekuensi
jantung
otonom
meningkat
c. Volume
sekuncup

Komponen
Psikologis
Respons lainnya

dan

meningkat
d. Tekanan

darah

meningkat
e. Dilatasi

pupil

meningkat
f. Tegangan

otot

meningkat
g. Motilitas
gastrointestinal

Contoh

respon

menurun
h. Aliran saliva menurun

Depresi, mudah marah,


menarik
terganggu,

diri,

tidur
libido

menurun, nafsu makan


Cemas

menurun
Nyeri kanker, arthritis

Nyeri bedah, trauma


6. Fungsi Tubuh Terganggu Karena Nyeri Pada Lansia
Lansia dapat merasakan sakit sebagai bagian dari proses penuaan,
mengalami penurunan sensasi atau persepsi rasa sakit, Kelesuan,
anoreksia, dan kelelahan dapat menjadi indikator rasa sakit. Lansia
akan menahan keluhan sakit karena takut pengobatan, dapat
menjelaskan rasa sakit dengan cara yang berbeda dari gatal, nyeri, atau
tidak nyaman. Lansia dapat mengakui atau menunjukkan bahwa rasa
sakit adalah sesuatu yang tidak dapat diterima.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan
penghubung perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan
penuaan. Hal ini menyebabkan penurunan fleksibilitas dalam

kebangkitan, orang tua memberi kepada dampak nyeri, penurunan


kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot, kesulitan bergerak
dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Tulang rawan,tulang rawan
pada persendian menjadi lunak dan memiliki granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata. Perubahan ini sering terjadi dalam
tubuh leverage baret besarsensi. Sebagai hasil dari perubahan itu
mudah untuk menjadi sendi meradang, kekakuan, nyeri, gerak terbatas,
dan gangguan aktivitas sehari-hari. Tulang, jaringan kehilangan dan
ukuran tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan
kekakuan tulang menurun, efeknya adalah osteoporosis yang
menyebabkan rasa sakit, cacat, dan patah tulang. Sendi kehilangan
fleksibilitas sehingga penurunan luas dalam gerakan bersama.
Beberapa kelainanyang terjadi pada lansia sensi meliputi osteoartritis,
artritis reumatid, gout, dan pseudogout yang menyebabkan gangguan
dalam bentuk pembengkakan kekakuan,,nyeri sendi, keterbatasan luas
gerak sendi, gangguan jalan.
7. Pengkajian Nyeri dengan Teknik PQRST
a. P (Provoking Incident)
Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri.
Apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri
bertambah berat bila beraktivitas (aggravation), faktorfaktor yang
dapat menyebabkan nyeri (misalnya gerakan, kurang bergerak,
pengerahan tenaga, istirahat, obat obat bebas, dsb), dan apa yang
dipercaya klien dapat membantu mengatasi nyerinya.
b. Q (Quality or Quantity of Pain)
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien, apakah seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.
c. R (Region, Radiation,Relief)
Dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh
klien, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. Tekanan pada saraf atau

akar sraf akan memberikan di dalam nyeri yang disebut radiating


pain misalnya pada skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari
bokong sampai anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi
saraf. Nyeri lain yang disebut nyeri kiriman atau referred pain
adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya akibat kelainan
dari tempat lain misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada sendi
punggung.
d. S (Severity/Scale of Pain)
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien bisa
berdasarkan skala nyeri deskriptif (tidak ada nyeri, nyeri ringan,
nyeri sedang, nyeri berat, nyeri tak tertahankan) dan klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit memperngaruhi kemampuan
fungsinya terhadap aktifitas kehidupan seharihari (misalnya tidur,
nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan
fisik, bekerja, dan aktifitas aktifitas santai).Nyeri akut sering
berkaitan dengan cemas dan nyeri kronis dengan depresi.
e. T (Time)
Berapa lama nyeri berlangsung (bersifat akut atau kronis),
kapan, apakah ada waktu waktu tertentu yang menambah rasa
nyeri.
Lansia merupakan tahapan akhir dalam kehidupan manusia (Budi
Anna Keliat, 1999 dalam R.Siti Maryam dkk, 2008). Menurut UU
no 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, lansia adalah
seseorang yang memiliki usia lebih dari 60 tahun. Menurut WHO,
terdapat 3 kategori lansia yaitu elderly (seseorang yang memiliki
usia 60-74 tahun), old (seseorang yang memiliki usia 75-89 tahun).
Pengkajian nyeri yang perlu dilakukan pada lansia adalah Riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik, dengan berfokus pada bagian yang
mengalami nyeri, Review lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan faktir
yang meringankan atau memperberat nyeri dan efek nyeri terhadap
mood atau tidur, Pengkajian fungsi kognitif, Pengkajian ADL
pasien, pengkajian keseimbangan dan gaya berjalan.

8. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan
9. Intervensi
a. Farmakoterapi
Farmakoterapi selalu menjadi pilihan utama dalam mengatasi
nyeri yang dirasakan oleh lansia. Obat-obatan yang umumnya
digunakan meliputi NSAIDs, relaksasi otot, opioid, dan terapi
adjuvant lainnya.
b. Dukungan psikologis
Nyeri merupakan respon emosi dan sensori yang komplek
sehinhha intervensi psikologis juga di perlukan. Strategi koping
terhadap

nyeri

yang

dapat

dilakukan

terhadap

lansia

diantaranya relaksasi, doa, terapi napas dalam, distraksi, dan


teknik diversi atensi.
c. Rehabilitasu fisik
Aspek rehabilitasi membantu lansia dengan nyeri hidup
mandiri dan memiliki aspek fungsional yang baik. Rehabilitas
yang dapat diberikan pada lansia meliputi adaptasi terhadap
penurunan fungsi fisik, sosial, dan psikologis
10. Intervensi Keperawatan
Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
g. Kolaburasi dengan dokter untuk pemebrian analgetik untuk
mengurangi nyeri
h. Monitor tanda-tanda Vital

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
Nama lansia
Usia
Agama
Suku
Jenis kelamin
Nama wisma
Pendidikan
Riwayat pekerjaan
Status perkawinan
Pengasuh wisma

: Ny. L
: 56 tahun
: Islam
: Jawa
: Perempuan
: Panti Wreda Harapan Ibu
: SD
: Karyawan swasta
: Janda
: Ny. R

2. Alasan Berada di Panti


Klien berkata, Pengene ya dirumah, tapi kan anak pada ndak
dirumah, kerja, trus lali ora ngurusi wong tuo. Trus saya minta pak RT
ben dibawa kesini mbak (Kepinginnya ya dirumah, tapi kan anak
pada tidak dirumah, kerja trus lupa tidak mengurus orang tua. Terus
saya meminta ke ak RT untuk dibawa ke panti ini)
Klien merasa tidak ada yang menemani ataupun merawatnya saat
berada dirumah, karena anak-anaknya selalu sibuk dengan pekerjaan
masing-masing
3. Dimensi Biofisik
a. Riwayat penyakit
Klien berkata, Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo
kecapekan, seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget
koyo udun cekot-cekot kae(Kaki saya ini kadang terasa nyeri gitu
mbak kalau terlalu capek, biasanya kalau cuaca dingin itu nyerinya
terasa sakit sekali seperti sakit bisul yang tertusuk-tusuk).
Menurut keterangan klien, klien sering merasakan pegal-pegal
pada kaki, tangan, dan pinggangnya jika terlalu lelah saat
beraktivitas dan cuaca dingin.
P
: udara dingin dan kecapekan
Q
: seperti ditusuk-tusuk

R
S
T
Klien

: patella dextra dan sinistra


:5
: kadang-kadang
berkata, Dulu pernah berobat, trus jarene ndak boleh

makan tahu, tempe, bayem, kangkung (Dulu pernah berobat, lalu


katanya

tidak

boleh

mengkonsumsi

tahu,

tempe,

bayam,

kangkung).
Klien pernah berobat di suatu klinik, dan hasil dari pemeriksaan
ternyata klien terkena asam urat.
b. Riwayat penyakit keluarga
Klien berkata, Bapakku dulu kena hipertensi
Menurut keterangan klien, ayah klien memiliki riwayat hipertensi
c. Riwayat pencegahan penyakit
1) Riwayat monitoring tekanan darah
Klien berkata, Biasanya sok diukur kae seminggu dua kali
mbak, tapi ya ndak mesti (Biasanya sering diukur itu
seminggu dua kali mbak, tapi ya tidak pasti)
Menurut keterangan klien, setiap seminggu dua kali klien
diperiksa tekanan darahnya oleh petugas panti
2) Riwayat vaksinasi
Selama berada di panti, klien tidak mendapatkan vaksinasi
3) Skrining kesehatan yang dilakukan
Setiap hari pasien dilakukan pemeriksaan tekanan darah
Tanggal 19 Oktober 2015 110/80 mmHg
Tanggal 20 Oktober 2015 100/90 mmHg
Tanggal 21 Oktober 2015 120/80 mmHg
d. Status gizi
BB : 62 kg
Tinggi lutut 43 cm
TB : 84,88 - (0,24 x usia dalam th) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)
: 84,88 - (0,24 x 56 th) + (1,83 x 43 cm)
: 84,88 - (13,44) + (78,69)
: 150,13 cm
IMT : 62/(1,5)2
: 27, 55 (lebih dari rentang normal)
e. Masalah kesehatan terkait status gizi
1) Masalah pada mulut
Kondisi gigi klien banyak yang mengalami karies dan sudah
banyak yang tanggal/copot
2) Perubahan berat badan

Klien berkata, Lho padahal dulu berat badanku 60an lho


mbak, sekarang 62 ya? munggah berarti (Padahal dulu berat
badan saya 60 mbak, sekarang 62 ya? Naik berarti)
3) Masalah nutrisi
Klien mengalami masalah kelebihan nutrisi dari kebutuhan
tubuh, dilihat dari hasil pengukuran IMT yang menunjukkan
nilai 27,55.
Klien terkadang merasa makanan yang disediakan oleh pihak
panti itu tidak bergizi, sehingga menyebabkan kondisinya
kadang lemah
f. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Klien berkata, Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo
kecapekan, seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget
koyo udun cekot-cekot kae(Kaki saya ini kadang terasa nyeri gitu
mbak kalau terlalu capek, biasanya kalau cuaca dingin itu nyerinya
terasa sakit sekali seperti sakit bisul yang tertusuk-tusuk)
Klien sering merasa pegal-pegal pada kaki, tangan dan pinggannya.
g. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Klien berkata Nek pegel atau linu iku yo tak ombeni jamu mbak
(Kalo terasa nyeri ya saya minumi jamu mbak)
h. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Tidak ada tindakan spesifik yang dilakukan dalam mengatasi
masalah pada klien
i. Status fungsional (AKS)
Kegiatan
Mandi

Mandiri
1

Tergantung

Pernyataan
Ny. L dapat mandi secara
mandiri

Berpakaian

Ny. L dapat berpakaian secara


mandiri

Ke toilet

Ny. L dapat pergi ke toilet


secara mandiri tanpa bantuan

Berpindah

Ny. L dapat berpindah secara


mandiri tanpa bantuan alat
bantu

Kontinensia

Ny.

dapat

mengontrol

keinginan untuk berkemih dan


BAB
Makan

Ny. L dapat makan secara


mandiri

Nilai indeks AKS adalah 5 yang menandakan klien dapat melakukan


aktivitas sehari-hari secara mandiri.
j. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Mobilisasi
Klien masih mampu berjalan dengan kedua kakinya, klien
mampu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara
mandiri dan tanpa menggunakan alat bantu.
2) Berpakaian
Klien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri
3) Makan dan minum
Klien makan dan minum secara teratur, jika terkadang klien
tidak selera dengan menu makanannya, klien hanya makan
makanan ringan (roti)
4) Toileting
Klien mampu melakukan BAK/BAB di kamar mandi secara
mandiri
5) Personal higiene
Klien mandi secara teratur, gosok gigi 2x sehari, mencuci
rambut setiap rambut sudah lepek, kulit nampak bersih, kuku
agak sedikit panjang namun bersih, mencuci baju sendiri
6) Mandi
Klien mandi 2x sehari secara mandiri di kamar mandi
4. Dimensi Psikologi
a. Status kognitif
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Jawaban
Betul
Salah

Pertanyaan
Tanggal berapa hari ini ?
Hari apakah hari ini?
Apakah nama tempat ini?
Berapa no telepon rumah anda?
Berapa usia anda?
Kapan anda lahir?
Siapakah nama presiden sekarang?
Siapakah nama presiden sebelumnya?
Siapakah nama ibu anda?
5+6 adalah

Skor SPMSQ
Jumlah kesalahan 1
Status kognitif klien : baik
b. Perubahan yang timbul terkait status kognitif

Dari hasil pengukuran status kogniti menggunakan SPMSQ,


didapatkan hasil bahwa status kogniti klien tergolong masih baik,
karena hanya terdapat satu pertanyaan yang dijawab salah. Tidak
nampak adanya perubahan terkait status kognitif klien
c. Dampak yang timbul terkait status kognitif
Tidak ada dampak yang timbul terkait status kognitif klien karena
status kognitif klien tergolong baik
d. Status depresi
No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pertanyaan
Apakah pada dasarnya anda puas
dengan kehidupan anda?
Sudahkah anda meninggalkan aktivitas
dan minat anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup anda
kosong?
Apakah anda sering bosan?
Apakah anda mempunyai semangat
setiap waktu?
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi
pada anda?
Apakah anda merasa bahagia disetiap

8.

waktu?
Apakah anda merasa jenuh?
Apakah anda lebih suka tinggal

9.

dirumah pada malam hari, daripada

Jawaban

Jawaban

Poin

klien

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Tidak

pergi melakukan sesuatu yang baru?


Apakah anda merasa bahwa anda lebih
10.

11.
12.
13.
14.
15.

banyak mengalami masalah dengan


ingatan anda daripada yang lainnya?
Apakah anda berfikir sangat
menyenangkan hidup sekarang ini?
Apakah anda merasa tidak berguna saat
ini?
Apakah anda merasa penuh berenergi
saat ini?
Apakah anda saat ini sudah tidak ada
harapan lagi?
Apakah anda berfikir banyak orang
yang lebih baik dari anda?

Skor GDS

Jawaban yang cocok 2


Klien tidak mengalami depresi
e. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Dari hasil pengukuran status deperesi menggunakan GDS,
didapatkan hasil bahwa jawaban dari klien yang cocok dengan
kuisioner sebanyak 2 pertanyaan. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa klien tidak mengalami depresi
f. Dampak yang timbul terkait status depresi
Tidak ada dampak yang timbul terkait status depresi pada klien
g. Keadaan emosi
1) Ansietas
Klien berkata, Ya disini udah nyaman mbak, walaupun kadang
ya kangen rumah. Tapi aku ndak takut kalo sewaktu-waktu
dipundut Gusti, udah ikhlas (Ya disini sudah nyaman mbak,
walaupun kadang kangen rumah. Tapi saya tidak takut kalo
sewaktu-waktu di panggil Tuhan, sudah ikhlas)
2) Perubahan perilaku
Klien berkata, Ya kadang ngerasa sepi, sedih kalo inget
keluarga dirumah, paling saya diluar liat motor yang lewat
kalo ndak ya ndondomi klo ada baju yang sobek (Ya
terkadang merasa sepi, sedih kalau ingat keluarga dirumah,
paling saya diluar liat motor yang lewat kalau tidak ya menjahit
kalau ada baju yang sobek)
Klien berkata , Ya bosen mbak, tapi ya mau gimana lagi?
Hehe
Saat klien merasa kesepian, klien melakukan kegiatan apa saja
yang dapat mengisi kekosongan waktu, terkadang klien juga
duduk didepan panti untuk melihat kendaraan yang melintas
3) Mood
Klien tampak nyaman berada di panti. Klien ketika diajak
berbicara kooperatif, banyak bercerita tentang kisahnya. Klien
terlihat selalu bersama kakaknya
5. Dimensi Fisik
a. Luas wisma
Luas Panti Wreda Harapan Ibu 3876 m2
b. Keadaan lingkungan di dalam panti
1) Penerangan

Didalam panti terdapat pencahayaan yang terang yang berasal


dari lampu yang terpasang, terdiri dari 7 lampu. Ketika siang
hari lampu dimatikan. Kondisi pencahayaan matahari juga
baik, karena terdapat banyak jendela dan ventilasi yang
memungkinkan cahaya matahari masuk kedalam ruangan dan
pertukaran udara yang lancar
2) Kebersihan dan kerapian
Setiap hari lantai selalu di sapu oleh petugas. Namun, kondisi
kebersihan di panti dirasa masih kurang dibeberapa titik
ruangan didalam panti. Beberapa bagian lantai nampak masih
kotor. Penataan barang didalam panti lumayan teratur, hanya
saja terkadang disekitar tempat tidur para lansia masih terdapat
banyak barang yang berserakan dan tidak tertata rapi. Para
lansia menata tempat tidur secara mandiri
3) Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Lansia wanita dibagi dan tinggal dalam dua kamar. Pemisahan
ruang antara pria dan wanita dipisah dengan tembok dan lansia
pria tinggal di wisma bagian belakang
4) Sirkulasi udara
Di panti terdapat banyak jendela dan ventilasi untuk pertukaran
udara sebanyak 64 buah.. Jendela dan pintu dibuka saat pagi
dan ditutup saat malam, jeda waktu ini memaksimalkan
terjadinya pertukaran udara yang baik
5) Keamanan
Kondisi lantai di panti jarang ditemukan dalam kondisi licin,
hanya saja ada beberapa bagian yang kotor karena bekas air
yang tidak di lap lalu diinjak. Tidak ada pegangan untuk
dijadikan pengaman. Jika tidak ditemukan alarm atau alat yang
dapat digunakan jika lansia dalam bahaya
6) Sumber air minum
Air bersumber dari kemasan galon isi ulang. Kualitas air baik,
jernih.

Pengelolaan

air

untuk

kebutuhan

sehari-hari

menggunakan air sumur artetis, jarak antar kamar dengan WC


10 m

7) Ruang berkumpul bersama


Di dalam panti terdapat satu ruangan yang digunakan untuk
berkumpul para lansia. Di ruangan tersebut dilengkapi dengan
televisi, VCD yang dapat digunakan untuk memutar musik.
Kondisi ruangannya luas dan bersih

c. Keadaan lingkungan di luar wisma


1) Pemanfaatan halaman
Kondisi halaman di sekitar panti cenderung lebih gersang.
Jarang ditemukan tanaman atau pepohonan yang dapat
menimbulkan suasana hijau
2) Pembuangan air limbah
Terdapat saluran irigasi yang langsung menuju ke sungai,
sehingga tidak ada genangan air
3) Pembuangan sampah
Jenis pembuangan sampah adalah sampah rumah tangga.
Pembuangan sampah tidak dipisah antara organik dan nonoraganik. Sampah kering di bakar di halaman bagian samping
kiri. Jarak tempat pembuangan sampah 100 m
4) Sanitasi
Lingkungan wisma setiap pagi dibersihkan dengan disapu dan
dipel dengan menggunakan cairan disinfektan, pakaian kotor
dicuci oleh penghuni wisma yang bisa melakukan. Air yang
digunakan untuk kebutuhan MCK adalah air sumur.
5) Sumber pencemaran
Halaman samping kiri terkadang dijadikan tempat pembakaran
sehingga menimbulkan polusi asap. Lingkungan berada
dipinggir jalan raya, resiko polusi udara dan suara akibat
kendaraan bermotor
6. Dimensi Sosial
a. Hubungan antar lansia didalam wisma

Hubungan klien dengan lansia yang lain didalam panti terjalin


dengan baik. Klien sering berkomunikasi dengan lansia yang lain,
terkadang juga saling membantu satu sama lain

b. Hubungan antar lansia diluar wisma


Hubungan klien dengan lansia yang lain jika diluar panti juga
terjalin dengan baik
c. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Klien jarang berkomunikasi dengan pihak keluarga. Hanya
seminggu sekali terkadang anak-anaknya menjenguk klien ke
panti, itupun juga dalam waktu yang singkat
d. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Hubungan klien dengan pengasuh panti juga terjalin dengan baik.
Terkadang klien membantu pengasuh panti dalam merawat lansia
yang lain (seperti mencucikan tempat makan dan minum dari
lansia yang lain)
e. Kegiatan organisasi sosial
Klien nampak selalu ikut aktif pada semua kegiatan di panti
7. Dimensi Tingkah Laku
a. Pola makan
Klien makan 3x dalam sehari, porsi makan cukup sesuai aturan di
dalam panti, terkadang mengalami kesulitan saat mengunyah
makanan karena kondisi gigi yang tanggal. Jika klien tidak suka
dengan menu makanan yang disediakan, terkadang klien membeli
makanan diluar jika memiliki uang simpanan, namun jika tidak
memiliki uang, klien hanya minum dan makan roti
b. Pola tidur
Jam tidur klien jika siang hari dari pukul 12.45-15.00 WIB dan
malam hari pukul 22.00-03.00 WIB, lama tidur siang 2-3 jam dan
tidur malam 4-6 jam, klien bangun di tengah tidur jika merasa
ingin BAK, kualitas tidur nyenyak
c. Pola eliminasi
Klien BAK 5-6x/hari dan BAB 1x/hari

d. Kebiasaan buruk lansia


Jika dimalah hari klien merasa gerah, klien akan mandi
e. Pelaksanaan pengobatan
Berdasarkan hasil pengkajian, setiap sebulan sekali ada posyandu
lansia yang dilakukan oleh puskesmas pembantu. Jika ada lansia

yang mempunyai tekanan darah tinggi, gatal-gatal atau sakit ringan


lainnya, maka diberi obat yang sudah disediakan di panti.
f. Kegiatan olahraga
Setiap hari jumat klien mengikuti kegiatan senam yang diadakan
oleh pihak panti
g. Rekreasi
Bentuk rekreasi klien yaitu dengan berbincang dengan lansia yang
lain, menonton tv, duduk didepan panti dan terkadang jika pihak
keluarga membawa klien untuk menjenguk kondisi rumah
h. Pengambilan keputusan
Pengambil keputusan dilakukan oleh klien dan pengasuh panti
8. Dimensi Sistem Kesehatan
a. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Jika klien merasa kurang enak badan, hanya dipakai untuk istirahat
saja. Namun jika dirasa sudah tidak kuat, klien melaporkan
kondisinya pada petugas panti
b. Sistem pelayanan kesehatan
Panti terkadang didatangi oleh pihak Puskesmas untuk memeriksa
kondisi para lansia sebulan sekali. Dilakukan pemeriksaan dan
pemberian vitamin secara teratur. Selain itu, setiap seminggu dua
kali, dilakukan pengukuran tekanan darah kepada para lansia

c. Pemeriksaan fisik
No Bagian/region
1

Kepala

Hasil pemeriksaan

Masalah keperawatan

Inspeksi :
Bentuk kepala klien mesochepal,

yang muncul
Tidak ada

warna rambut hitam bercampur


putih,

penyebaran

rambut

merata, kulit rambut bersih,


tidak ada lesi pada kulit kepala
Palpasi :
Tidak ada nyeri atau benjolan
2

Wajah/muka

tekan pada kepala klien


Inspeksi :
Tidak ada
Bentuk muka klien normal, tidak
ada benjolan, kulit wajah bersih
dan lembab, tidak ada luka atau
lesi
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada

Mata

wajah klien
Inspeksi :
Tidak ada
Bentuk mata klien bulat, antara
mata kanan dan kiri simetris,
mata agak cowong, konjungtiva
tidak anemis, sklera agak ikterik,
refleks pupil terhadap cahaya
baik, kemampuan mata dalam
membaca masih normal
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan diarea
mata,

Telinga

tekanan

intraokular

teraba...
Inspeksi :
Tidak ada
Telinga klien bersih, bentuk
simetris antara kanan dan kiri,

tidak ada luaran serum, tidak ada


lesi atau luka, klien masih
mampu mendengar dengan baik
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada
5

Mulut
gigi

telinga, tidak teraba benjolan


dan Inspeksi :
Tidak ada
Mulut klien bersih, bibir lembab,
simetris antara atas dan bawah,
gigi beberapa sudah tanggal,

Leher

terdapat karies, lidah bersih


Inspeksi :
Tidak ada
Leher klien bersih, warna kulit
merata, reflek telan baik
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak
adapembesaran kelenjar limfe

Dada

Jantung

atau tiroid
Inspeksi :
Perkembangan

Tidak ada
antara

dada

kanan dan kiri simetris


Palpasi :
Taktil fremitus teraba

sama

antara dada kanan dan kiri


Perkusi :
Bunyi resonan
Auskultasi :
Suara paru vasikuler
Inspeksi :
Tidak ada
Tidak nampak pembesaran pada
permukaan jantung
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area
jantung
Perkusi :
Suara pekak/redup
Auskultasi :
Terdengar bunyi lup dup secara
teratur

tanpa

adanya

bunyi

Abdomen

tambahan
Inspeksi :
Tidak ada
Warna kulit merata, tidak ada
lesi atau luka
Auskultasi :
Bising usus 8x/menit
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area

10

11

Ekstremitas

abdomen
Perkusi :
Bunyi timpani
Kekuatan otot 5, tidak ada Tidak ada

atas

kelainan bentuk, tidak ada lesi

Ekstremitas

atau luka
Kekuatan otot 5, tidak ada Nyeri

bawah

kelainan bentuk, ada lesi pada


bagian

mata

kaki,

klien

terkadang merasa nyeri dan


pegal-pegal pada lututnya

B. Analisa Data
Tanggal
19 Oktober 2015

Data Fokus
DS :
-

Klien berkata, Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo
kecapekan, seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan
penyakit gout arthritis

koyo udun cekot-cekot kae


-

Klien berkata, Dulu pernah berobat, trus jarene ndak boleh

makan tahu, tempe, bayem, kangkung


P : udara dingin dan kecapekan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : patella dextra dan sinistra
S : skala 5
T : nyeri muncul kadang-kadang
DO :
- Klien nampak memegangi lututnya yang sakit, yaitu area
-

patella dextra dan sinistra


19 Oktober 2015

DS :
- Klien berkata, Ya kadang ngerasa sepi, sedih kalo inget
keluarga dirumah, paling saya diluar liat motor yang lewat
-

kalo ndak ya ndondomi klo ada baju yang sobek


Klien berkata , Ya bosen mbak, tapi ya mau gimana lagi?

Hehe
Klien berkata, Pengene ya dirumah, tapi kan anak pada
ndak dirumah, kerja, trus lali ora ngurusi wong tuo

Resiko

kesepian

berhubungan

dengan ketidakefektifan koping


individu

19 Oktober 2015

DO :
- Klien terlihat sedih ketika menceritakan keluarganya
DS :
- Klien berkata, Aku sekolah mung sampai kelas limo SD
- Klien berkata, Aku gak ngerti asam urat kui opo nak
- Klien berkata, Taunya dulu pas periksa ke dokter, di suruh
-

ndak makan bayam, tempe, tahu.


Klien berkata, Aku suka gorengan nak, klo bosen biasanya

beli jajan di depan panti.


DO :
- Klien terlihat bingung ketika menjawab pertanyaan
- Klien terlihat menggaruk-garuk kepala

Kurang

pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya


informasi
kesehatan

mengenai

kondisi

C. Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan

Prioritas
High

faktor fisiologis (kerusakan

Pembenaran
Urgensi :
Kondisi fisik lansia yang semakin menurun fungsinya
membutuhkan kekuatan dan kenyamanan yang cukup untuk

jaringan sendi)

menunjang aktivitas lansia. Klien merasa tidak nyaman


terhadap nyeri yang di alami. Jika nyeri tidak segera diberi
tindakan keperawatan maka akan mengganggu aktivitas klien
Dampak :
Jika nyeri yang dirasakan tidak segera ditangani, akan
menimbulkan gangguan kenyamanan pada klien dan aktivitas
klien akan terganggu sehingga klien cenderung enggan untuk
beraktivitas. Jika klien enggan beraktivitas, otot-otot akan
mengalami atrofi
Keefektifan intervensi :
Kompres hangat dan senam lansia dinilai relatif efektif dalam
meredakan nyeri yang dirasakan oleh klien. Karena dengan
kompres hangat, pembuluh darah akan bervasodilatsi dan aliran
Resiko
berhubungan

kesepian
dengan

Medium

darah akan normal


Urgensi :
Usia lansia adalah usia dimana seseorang mulai memasuki masa
akhir dalam hidupnya. Perlunya dukungan dari orang-orang

ketidakefektifan

koping

terdekat meliputi support, perhatian dan perawatan sangatlah

individu

penting. Dukungan secara psikologi ini akan mempengaruhi


kondisi kejiwaan lansia, terutama saat mendekati masa akhir
hidupnya
Dampak :
Jika lansia tidak memiliki dukungan secara psikologi dari
orang-orang terdekat, mereka cenderung akan menarik diri,
depresi dan memasuki akhir hidupnya dengan kondisi yang
tidak diinginkan
Keefektifan intervensi :
Pemberian terapi okupasi dinilai efektif membantu klien dalam
meningkatkan kualitas hidupnya. Sehingga klien tidak akan

Defisiensi
berhubungan
kurangnya

pengetahuan
dengan
informasi

mengenai kondisi kesehatan

Low

terjebak dalam situasi yang cenderung membuatnya kesepian


Urgensi :
Pentingnya informasi mengenai kondisi kesehatan pada lansia
berhubungan pada gaya hidup lansia tersebut. Jika lansia
mengetahui mengenai kondisi kesehatan dan hal apa saja yang
harus dilakukan ataupun tidak boleh dilakukan sedikit banyak
akan membantu lansia dalam mencapai kualitas hidup yang
terbaik
Dampak :
Lansia tidak akan mengetahui bagaimana kondisi fisiknya,

sehingga ia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri


ataupun melindungi dirinya dari berbagai kondisi pencetus yang
seharusnya dihindari
Keefektifan intervensi :
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah pemberian
pendidikan kesehatan mengenai kondisi kesehatan klien.
Tindakan ini dinilai cukup efektif dalam upaya peningkatan
pengetahuan klien mengenai kondisinya

D. Rencana Keperawatan
No
1

Diagnosa

Tujuan

Kode

Umum
Khusus
Keperawatan
NIC
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan 1400
dengan
fisiologis

faktor keperawatan

selama

15 keperawatan selama 1 x 15

menit x 1 pertemuan dalam 1 menit,

(kerusakan jaringan minggu, diharapkan masalah dapat


sendi)

diharapkan

nyeri

teratasi

dengan

dapat kriteria hasil :


- Pengetahuan
teratasi dengan kriteria hasil:
- Klien
dapat
penanganan

tentang

keperawatan

nyeri

menerapkan
-

cara

penanganan nyeri
Nyeri
klien
dapat
berkurang dari sekala 4
menjadi 2

nyeri

meningkat
Klien mampu
melakukan

Manajemen Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara

komprehensif

meliputi

lokasi,

karakteristik,

awitan

dan

durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas atau keparahan

untuk

intervensi

yang diajarkan.

Intervensi

nyeri,

dan

faktor

presipitasinya
2. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk

menentukan

intervensi
3. Berikan
farmakologi

terapi
:

non
Kompres

hangat (Pengaruh Kompres


Hangat Terhadap Penurunan

Skala Nyeri Pada Penderita


Gout Arthritis Di Wilayah
Kerja

Puskesmas

Bahu

Manado, oleh : Mellynda


dkk.)
4. Evaluasi Keberhasilan dari
2

Resiko

kesepian Setelah

dilakukan

asuhan Setelah dilakukan tindakan 5230

berhubungan

keperawatan

selama

45 keperawatan selama 1 x 45

dengan

menit x 1 pertemuan dalam 1 menit,

ketidakefektifan

minggu resiko kesepian pada mampu :

koping individu

klien dapat dicegah dengan


kriteria hasil :
- Klien
mengutarakan

klien

aktif

dalam

- Ikut

melakukan
tidak
respon

kesepian
- Klien tidak menunjukkan
respon kesepian

diharapkan

okupasi

terapi
yang

telah
kembali

secara mandiri mengenai


okupasi

diajarkan
- Mengisi

yang

dirasakan oleh klien


- Apresiasi setiap apa yang
diungkapkan oleh klien
- Sediakan
waktu
untuk
mendengar keluhan klien
- Bantu
klien
dalam
menentukan hal apa yang

diajarkan
- Melakukan
terapi

tindakan.
Coping Enhancement
- Identifikasi
apa

yang

disukai dan ingin dilakukan


- Fasilitasi
klien
dalam
peningkatan kualitas hidup
dengan memberikan terapi

kekosongan

okupasi

waktu

dengan

melakukan

terapi

okupasi
- Mengusir rasa kesepian
yang terkadang muncul
dengan melakukan hal
yang disukai
3

Kurang

Setelah

dilakukan

asuhan Setelah dilakukan tindakan 5510

pengetahuan

keperawatan

berhubungan

menit x 1 pertemuan dalam 1 menit,

selama

15 keperawatan selama 1x15


diharapkan

klien

dengan kurangnya minggu, pengetahuan pada mampu :


informasi
mengenai
kesehatan

klien

dapat

meningkat

kondisi dengan kriteria hasil:


- Pengetahuan
mengenai
kesehatannya

Terlibat

aktif

kegiatan
klien
akan

meningkat
- Klien mampu menjaga
kesehatan dirinya sendiri

pendidikan

kesehatan

kondisi

dalam
yang

diberikan
Menjelaskan

kembali

mengenai

kondisi

kesehatannya
Menjelaskan

kembali

mengenai

jenis

Knowledge Enhancement
- Kaji
pengetahuan
klien
mengenai kondisinya
- Beri penjelasan mengenai
kondisi klien
- Beri penjelasan mengenai
definisi asam urat
- Beri penjelasan mengenai
tanda dan gejala asam urat
- Beri penjelasan mengenai
penyebab asam urat
- Beri penjelasan mengenai
jenis makanan yang boleh
dan

yg

tidak

boleh

makanan yang boleh


dikonsumsi dan yang
tidak boleh dikonsumsi

dikonsumsi

untuk kondisi

klien
- Beri penjelasan mengenai
penatalaksanaan asam urat

E. Implementasi Keperawatan
No
1

Waktu

Diagnosa

Tujuan

Keperawatan
22 Oktober Nyeri

Implementasi
Umum
Khusus
Setelah dilakukan Setelah dilakukan Memberikan terapi non

S : Ny. L berkata

2015,

berhubungan

tindakan

pukul

dengan

11.00

fisiologis

selama 15 menit x selama

11.30 WIB

(kerusakan

1 pertemuan dalam menit,

diharapkan

tempeli banyu anget

jaringan sendi)

minggu, nyeri dapat teratasi

ya dek enak rasanya,

faktor keperawatan

tindakan

Farmakologi (Terapi Air

iyo nak penak

keperawatan

Hagat untuk menurunkan

rasane, nek sikile

diharapkan

dengan

masalah

hasil :
- Pengetahuan

keperawatan nyeri
dapat

teratasi

dengan

kriteria

hasil:
- Klien

dapat

menerapkan
cara
penanganan
nyeri

Evaluasi Formatif

15 Nyeri)

kriteria

tentang

kumat mengko tak

kalau nanti rasa


sakitnya kumat saya
lakukan tindakan
terapi air hangat.

penanganan
-

nyeri meningkat
Klien mampu

O : Ny L tampak

untuk

mendengarkan

melakukan

penjelasan dan

intervensi yang

melaksanakan terapi

diajarkan.

antusias

Nyeri klien

yang dajarkan

dapat
berkurang dari
sekala 4
menjadi 2

Rabu
Resiko kesepian Setelah dilakukan Setelah dilakukan
21/10/2015
berhubungan
asuhan
tindakan

- Mengidentifikasi
yang

dengan

keperawatan

keperawatan

ketidakefektifan

selama 45 menit x selama

koping individu

1 pertemuan dalam menit,

diharapkan

45

dirasakan

apa S : klien mengatakan


oleh terkadang

klien

sepi berada di panti


dan ingin pulang ke
rumah anaknya
O : klien terlihat

1 minggu resiko klien mampu :


kesepian

pada

klien

dapat

dicegah

dengan

kriteria hasil :
- Klien

- Ikut aktif dalam

- Mengapresiasi

setiap

melakukan

sedih
apa yang diungkapkan S : klien mengatakan

terapi

oleh klien

okupasi

yang
tidak

merasa

diajarkan
- Melakukan

senang
O : klien terlihat

telah
- Menyediakan

waktu

tersenyum

Kamis
22/10/2015

mengutarakan

kembali

respon

mandiri

kesepian
- Klien
tidak
menunjukkan
respon
kesepian

secara

untuk

mendengar S : klien mengatakan

keluhan klien

senang apabila ada

mengenai terapi
okupasi

yang

diajarkan
- Mengisi

- Membantu klien dalam karena


menentukan

kekosongan
waktu

mahasiswa

dengan

kesepian

yang

terkadang
muncul dengan
melakukan
yang disukai

hal

jadi

apa ramai
O :yang disukai dan ingin
S : Klien mengatakan
dilakukan
suka menjahit pakain
- Memfasilitasi

terapi okupasi
- Mengusir rasa

panti

hal

yang

melakukan

praktek

dalam

klien

peningkatan

robek

ketika

merasa kesepian dan


ngobrol

dengan

kualitas hidup dengan

teman
memberikan
terapi O :S : Klien mengatakan
okupasi menjahit dan
senang
dengan
membuat
kerajinan
kegiatan
menjahit
tangan dari kain flanel
dan
membuat
kerajinan tangan dari
flanel dan mencoba
membuatnya.
O : klien terlihat

mempraktekan

apa

yang diajarkan
3

Rabu
Kurang
21/10/2105
pengetahuan

Setelah dilakukan Setelah

dilakukan
- Mengkaji

asuhan

tindakan

berhubungan

keperawatan

keperawatan

dengan

selama 15 menit x selama 1x 15 menit

kurangnya

1 pertemuan dalam , diharapkan klien

informasi

mengenai

pengetahuan pada

kondisi

klien

kesehatan

meningkat dengan

pendidikan

kriteria hasil:

kesehatan

klien

pengetahuan
mengenai

kondisinya

dapat

hanya tau dulu saat

kondisi

akan
meningkat
- Klien mampu
menjaga

yang diberikan
Menjelaskan
mengenai

kesehatannya

kesehatannya
Menjelaskan
kembali

suruh

aktif

kembali

kondisi

mengetahui

periksa ke dokter di

dalam kegiatan

- Pengetahuan
klien mengenai

Terlibat

tidak

mengenai asam urat,

minggu, mampu :
-

S : klien mengatakan

- Memberi

penjelasan

mengenai kondisi klien


- Memberi

menghindari

bayam, tempe, tahu


O :S:O: klien terlihat

penjelasan

paham apa yang di

mengenai definisi asam

sampaikan perawat
S : klien mengatakan

urat

paham apa yang di


- Memberi
mengenai

penjelasan
tanda

gejala asam urat

jelaskan oleh perawat


dan O: S : klien mengatakan
paham apa yang di
jelaskan oleh perawat

kesehatan

mengenai jenis

- Memberi

dirinya sendiri

makanan yang

mengenai

boleh

asam urat

dikonsumsi
dan yang tidak
boleh
dikonsumsi

- Memberi

penjelasan O: penyebab

S : klien mengatakan
paham apa yang di

penjelasan jelaskan oleh perawat


O: mengenai jenis makanan
S : klien mengatakan
yang boleh dan yg tidak
paham apa yang di
boleh dikonsumsi untuk
jelaskan oleh perawat
kondisi klien
O: - Memberi
penjelasan
S : klien mengatakan
mengenai
paham apa yang di
penatalaksanaan asam
jelaskan oleh perawat
urat
O: -

F. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Sumatif
Nyeri berhubungan dengan S : Ny L berkata, Dek wau enjeng pun mboten
faktor

fisiologis kraos kok nak. Terapine niku kulo sampun saget

(kerusakan jaringan sendi)

nak. Matur suwun lhoo nak


O : Ny. L terlihat tenang
A : Masalah belum teratasi

P : Membuat rencana tindak lanjut


kesepian S : Klien mengatakan senang dengan kegiatan

Resiko
berhubungan

dengan menjahit dan membuat kerajinan dari flanel.

ketidakefektifan

koping Kliena mengatakan akan menjahit dan membuat

individu

kerajinan tangan apabila merasa kesepian


P : Klien telihat senang dan mempraktekan apa
yang di berikan
O : Masalah keperawatan teratasi
A : Hentikan intervensi, membuat rencana tindak

Kurang
berhubungan
kurangnya
mengenai
kesehatan

lanjut
pengetahuan S : Klien mengatakan paham mengenai apa yang
dengan di jelaskan perawaat
O : Klien terlihat paham dan dapat menjawab
informasi
pertanyaan yang di berikan
kondisi
P: Masalah keperawatan dapat diatasi
A : Hentikan intervensi keperawatan, membuat
rencana tindak lanjut

G. Rencana Tindak Lanjut


Anggota Masalah

Intervensi

Wisma
Ny.L

Kesehatan
Nyeri

telah dilakukan
Mengajarkan terapi

berhubungan

non Farmakologi :

dengan

Ny.L

yang RTL

faktor Terapi Air hangat

Paraf

- Membuat kontrak
waktu dengan Ny. L
untuk

fisiologis

memperagakan

(kerusakan

terapi non

jaringan sendi)

Farmakologi : terapi

Resiko

- Mengidentifikasi

air hangat.
- Menyarankan

Nur

kesepian

apa

yang

kepada klien untuk

berhubungan

dirasakan

oleh

melakukan kegiatan

dengan
ketidakefektifan
koping individu

klien
- Mengapresiasi

menjahit yang telah


di

setiap apa yang


diungkapkan oleh
klien
- Menyediakan
waktu

keluhan klien
- Membantu klien
hal

apa yang disukai


ingin

dilakukan
- Memfasilitasi
dalam

peningkatan
kualitas
dengan

merasa

kesepian

dan

mencari

dapat
kesepian
- Menyarankan
kepada klien untuk

dalam

klien

ketika

menghilangkan rasa

mendengar

dan

berikan

kegiatan baru yang

untuk

menentukan

Adit

hidup

berinteraksi

dan

berbincang dengan
teman

di

panti

untuk mengusir rasa


kesepian

memberikan
terapi

okupasi

menjahit

dan

membuat
kerajinan
Ny.L

Kurang

tangan

dari kain flanel


- Mengkaji

- Melakukan evaluasi Mari

pengetahuan

pengetahuan klien

pengetahuan

berhubungan

mengenai

berkala

dengan
kurangnya
informasi
mengenai
kondisi
kesehatan

kondisinya
- Memberi
penjelasan
mengenai kondisi
klien
- Memberi
penjelasan
mengenai definisi
asam urat
- Memberi
penjelasan
mengenai

tanda

dan gejala asam


urat
- Memberi
penjelasan
mengenai
penyebab

asam

urat
- Memberi
penjelasan
mengenai

jenis

makanan

yang

boleh

dan

yg

secara a

tidak

boleh

dikonsumsi untuk
kondisi klien
- Memberi
penjelasan
mengenai
penatalaksanaan
asam urat

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut
Ny. L merupakan pasien di panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan
yang memiliki keluhan nyeri lutut kirinya yang terkadang terasa sakit.
Berdsarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 Oktober
2015 didapatkan data nyeri dengan skala 4 (dari 1-10). Rasa sakit
kambuh ketika pada lingkungan yang dingin atau ketika pasien terlalu
banyak kegiatan. Pasien menjelaskan bahwa ketika nyerinya kambuh,
pasien meminum jamu.
Diagnosa yang bisa di tegakkan dari hasil pengkajian adalah
Gangguan rasa Nyaman nyeri akut berhubungan dengan gout atritis.
Gout atritis merupakan penyakit yang disebabkan karena asam urat
yang tinggi. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah nyeri pada
persendian (Wurangian et al, 2014).
Intervensi

keperawatan

yang

dilakukan

bertujuan

untuk

mengontrol nyeri dan meningkatkan rasa nyaman dan meningkatkan


kualitas hidup. Penanganan nyeri yang dilaukan salah satunya adalah
dengan memberikan kompres hangat (Wurangian et al, 2014).
Tindakan kompres hangat merupakan tindakan mandiri keperawatan
yang mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wurangian dkk. Dengan judul
Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara tindakan kompres hangat
terhadap penurunan Skala nyeri. Pada penelitian tersebut dijelaskan
bahwa rata-rata penurunan skala nyeri mencapai 1,6. Pemberian
intervensi ini diarapkan dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri.
Pelaksanaan Implementasi dilaksanakan pada 22 Oktober 2015.
Implementasi yang diberikan kepada pasien berupa Penjelasan tunjuan

dan manfaat kompress hangat, melaksanakan kompress hangat. Selain


itu pasien juga diajarkan cara melakukan kompress hangat supaya
pasien bisa melakukan secara mandiri.
Evaluasi yang diperoleh dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny. L yaitu : Ny. L merasa lebih nyaman, dan pasien merasa senang
dengan terapi yang diberikan.
B. Diagnosa Keperawatan Resiko Kesepian
1. Penegakan diagnosa
Hasil pengkajian pada Ny.L di dapatkan hasil bahwa Ny.L
mengalami resiko kesepian yang di tandai dengan klien
mengungkapkan bawha dirinya merasa kesepian di panti karena
kegiatan yang sama terus-terus dan rindu dengan keluarganya.
Klien mengatakan merasa lebih nyaman berada di rumah bersama
anaknya,

tetapi

di rumah

anaknya

klien

merasa

kurang

mendapatkan perhatian dan merasa sendiri akibatnya anaknya


sibuk bekerja. Data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa
ini adalah klien mengungkapkan rasa kesepian berada di panti dan
merasa kurang nyaman berada di panti.
2. Intervensi yang dilakukan
Intervensi yang di lakukan pada Ny.L dengan diagnosa resiko
kesepian adalah :
a. Mengidentifikasi apa yang dirasakan oleh klien
b. Mengetahui perasaan kesepian yang di rasakan klien untuk
menentukan intervensi yang tepat untuk klien.
c. Mengapresiasi setiap apa yang diungkapkan oleh klien
d. Memberikan

pujian

kepada

klien

atas

keberaniannya

mengungkapkan apa yang dirasa


e. Menyediakan waktu untuk mendengar keluhan klien
f. Mendengar keluhan klien agar mengerti apa yang sedang
dirasakan klien dan membina hubungan baik dengan klien

g. Membantu klien dalam menentukan hal apa yang disukai dan


ingin dilakukan
h. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang ingin
dilakukan klien agar klien tidak merasa kesepian lagi.
i. Memfasilitasi klien dalam peningkatan kualitas hidup dengan
memberikan terapi okupasi menjahit dan membuat kerajinan
tangan dari kain flanel.
j. Memberikan klien terapi okupasi agar klien tidak merasa
kesepian lagi
3. Konsep dan teori terkait dengan intervensi
Judul jurnal

: Pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap

Penurunan stres pada lansia di panti Werdha damai ranomuut


Manado
Oleh

: Dewantari L Ponto, Hendro Bidjuni , Michael

Karundeng
4. Pembahasan :
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi

menimbulkan

masalah

secara

umum

maupun

kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut (Kuntjoro, 2002).


Stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila
transaksi seseorang yang mengalami stres dan hal yang dianggap
mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber
daya biologis, psikologis dan sosial yang ada padanya. Jika lansia
tidak bisa mengatasi atau menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada masa tua, maka lansia tersebut akan
terus memikirkan dan memiliki persepsi yang buruk, maka dia
akan menjadi pusing, mudah lelah, sulit tidur, dan lain

sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan gejalah stress (Yosep,


2011).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemberiaan terapi
okupasi menjahit dan membuat kerajinan tangan dengan kain
flanel, klien mengatakan rasa kesepian berkurang dikarenakan
terdapat aktivitas yang di kerjakan oleh klien. Klien mengatakan
mempraktekan apa yang telah di berikan.
Menurut penelitian Graff (2007), salah satu cara untuk
mengoptimalkan

fungsi

kognitif

lansia

adalah

dengan

menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu


bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang
membangkitkan

kemandirian

edukasional untuk

secara

manual,

kreatif

dan

penyesuaian diri dengan lingkungan dan

meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi


okupasi bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan
fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui
pelatihan, remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Terapi okupasi
meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang
kinerja berikut: aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan
instrumental hidup sehari-hari.
C. Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan
Ny. L merupakan pasien di panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan
yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai kondisi
kesehatannya. Ny. L tidak mengetahui mengenai kondisinya yang
mengalami asam urat. Ia hanya mengerti bahwa jika ia terlalu lelah
atau sering terpapar udara dingin, ia akan merasa nyeri pada kedua
lututnya.
Berdsarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19
Oktober 2015 didapatkan data bahwa Ny.L tidak mengetahui mengenai

dirinya yang terkena asam urat, tidak mengetahui mengenai jenis


makanan apa saja yang boleh dimakan ataupun tidak boleh dimakan
beserta alasannya, tidak mengetahui bagaimana cara menjaga
kondisinya agar nyeri tersebut tidak terjadi secara berulang. Ny.L
menjelaskan jika nyerinya kambuh, ia hanya istirahat.
Diagnosa yang bisa di tegakkan dari hasil pengkajian adalah
kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai kondisi kesehatan.
Intervensi

keperawatan

yang

dilakukan

bertujuan

untuk

memberikan informasi mengenai kondisi Ny.L baik secara fisik


ataupun non fisik. Selain itu juga memberikan informasi mengenai halhal apa saja yang seharusnya dilakukan dan dihindari agar kondisi
Ny.L tetap terjaga.
Pelaksanaan Implementasi dilaksanakan pada 22 Oktober 2015.
Implementasi yang diberikan kepada pasien berupa penjelasan
mengenai apa itu asam urat, apa yang bisa menyebabkan dan hal apa
saja yang dapat mencegah terjadinya asam urat. Media yang digunakan
adalah flipchart sederhana.
Evaluasi yang diperoleh dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny. L yaitu : Ny. L mengatakan sedikit banyak sudah mengetahui
mengenai kondisi kesehatannya dan akan menjaga kesehatannya sesuai
dengan apa yang sudah diajarkan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian asuhan keperawatan kepada lansia memanglah tidak
mudah. Kita harus mampu mengkaji kondisi lansia secara komprehensif.
Sehingga setiap detail kondisi pada lansia dapat kita temukan terdapatnya
masalah atau tidak.
Saat melakukan pengkajian pada Ny. L , kami mendapatkan tiga
masalah yang harus kami beri intervensi keperawatan. Masalah
keperawatan itu diantaranya adalah nyeri akut berhubungan dengan faktor
fisiologis (kerusakan jaringan sendi), resiko kesepian berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu, dan kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai kondisi kesehatan. Dari ketiga
masalah tersebut kami memberikan intervensi berupa terapi kompres
hangat untuk mengurangi nyerinya, terapi okupasi menjahit untuk
mengatasi resiko kesepian yang mungkin dialami klien, dan pemberian
informasi mengenai kondisi kesehatan klien.
Intervensi keperawatan yang kami lakukan ini dirasa cukup efektif
dalam mengatasi masalah yang ada pada Ny.L . Ada beberapa perubahan
yang menunjukkan keefektifan intervensi kita. Diantaranya, Ny.L merasa
agak enakan setelah diberi kompres hangat pada lututnya, Ny. L merasa
senang saat di beri kegiatan berupa menjahit dan Ny. L mengatakan sedikit
banyak sudah mengetahui mengenai kondisi kesehatannya.
B. Saran
Untuk kedepannya, ketiga terapi intervensi yang kita berikan ini
dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang
memiliki masalah yang sama dengan kasus Ny. L dengan pengembangan
tertentu yang mungkin dapat dilakukan guna memperbaiki efektivitas
intervensi.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, sofia rhosma. 2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogjakarta :
Deepublish.
Efendy, Ferry., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Johnson, Joice Young, dkk. 2005. Prosedur Perawatan Di Rumah. Jakarta : EGC
Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol. 2. Jakarta: EGC
Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC

LAMPIRAN II
PRE PLANNING TERAPI KOMPRES HANGAT PADA KLIEN DENGAN
NYERI SENDI
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang lansia merupakan orang yang sudah menginjak
umur diatas 65 tahun ke atas. Lansia bukan merupakan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari kehidupan manusia
yang

ditandai

dengan

menurunnya

fungsi

tubuh

untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan (Efendy, 2009). Usia lanjut


usia dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang
bisa mencapai tahap ini (Maryam, 2008). Ketika memasuki masa
lansia, seseorang akan mengalami perubahan fisiologis.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia bukan
merupakan proses patologis, melainkan proses secara alami.
Perubahan ini pada setiap orang tidaklah sama dan tergantung dari
keadaan dalam kehidupan seseorang. Proses Perubahan Fisiologis
pada lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Potter dan
Perry, 2005).
Nyeri sendi merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dialami lansia. Menurut Pusat data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI tahun 2013 menjelaskan bahwa keluhan kesehatan
paling tinggi pada lansia salah satunya adalah nyeri sendi akibat
asam urat. Kadar asam urat yang tinggi bisa masuk ke dalam organ
tubuh salah satunya adalah sendi yang bisa menyebabkan
terjadinya nyeri sendi (Kertia, 2009).
Setelah dilakukan pengkajian Pada Ny. L didapatkan data
bahwa Ny. L sering mengalami nyeri sendi bagian lutut sebelah kiri
ketika dalam cuaca dingin atau kecapekan. Praktikan memilih
memberikan Terapi Kompres Hangat untuk mengurangi nyeri
berdasarkan penelitian yang telah ditemukan.
B. Data yang perlu dikaji lebih lanjut.

1. Pengkajian PQRST
P : Ketika cuaca dingin atau terlalu banyak kegiatan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Sendi Lutut sebelah kiri
S:4
T : hanya terasa nyeri ketika cuaca dingin dan terlalu banyak
kegiatan.
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Gout Atritis
II.

RENCANA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Gout Atritis
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit x 1
pertemuan dalam 1 minggu, diharapkan masalah keperawatan nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Klien dapat menerapkan cara penanganan nyeri
- Nyeri klien dapat berkurang dari sekala 4 menjadi 2
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit,
diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Pengetahuan tentang penanganan nyeri meningkat
- Klien mampu untuk melakukan intervensi yang diajarkan.

III.

RENCANA KEGIATAN
A. Topik
Topik yang diambil adalah Terapi Kompres Hangat untuk
mengurangi Nyeri
B. Metode Pelaksanaan
Sebelum dilakukan tindakan terapi, praktikan mengkaji nyeri pada
pasien, menjelaskan tujuan dan pelaksanaan serta meminta
persetujuan.
C. Sasaran dan Target
Sasaran dari kegiatan ditujukan kepada Ny. L yang memiliki
masalah Nyeri Akut agar mampu mengontrol nyeri ketika kambuh
D. Strategi Pelaksanaan
Waktu : Kamis, 22 Oktober 2015
Tempat : Ruang Mawar, Panti Wredha Harapan Ibu, Semarang.
E. Media dan Alat Bantu
Ember kecil 1 buah

Handuk Kecil 1 buah


Air Hangat + 40 C
F. Setting tempat

Keterangan
2
: Ny. L
: Praktikan

G. Susunan Acara
Kegiatan
Fase

Penyuluh

Orientasi :
- Salam

Perkenalan

Menjelaskan
Tujuan

Mengucapkan

Salam
Memperkenalkan -

Salam
Memperhatikan

Ceramah

Diri
Menjelaskan

Memperhatikan

Menyepakati

Tujuan
Menawarkan

Ceramah
Ceramah

Kontrak waktu
yang dibuat
Ember

Menyiapkan Alat

Menjelaskan

materi
kompres
hangat dengan

Metode
Ceramah

kontrak waktu

Alat
Menjelaskan

diskusi

Media

Mejawab

Membuat

kontrak waktu
Fase Kerja :
- Menyiapkan
-

Sasaran

dan -

ceramah
Melaksanakan

kecil,
Bersedia

handuk

tindakan

mendengarkan

kecil

kompres hangat

dan

ke pasien

bila tidak jelas

kompres hangat

praktik

Bersedia sesuai
dengan

tindakan

Diskusi

bertanya

atau bingung

Melaksanakan
tindakan

Praktik

waktu

yag ditawarkan

kompress
hangat
Fas Terminasi :
- Evaluasi
-

Kesimpulan

Menanyakan

Respon
Menyampaikan

Menjawab

Diskusi

Respon
Mendengarkan,

Ceramah

hasil kesimpulan

memperhatikan

dan hasil terapi


Mengucapkan

dan menyimak
Menjawab

Ceramah

Salam

salam

salam

H. Pengorganisasian
Setiap anggota ikut berpartisipasi memberikan terapi, mulai dari
pengkajian, diagnosa hingga pelaksanaan terapi.
I. Kriter Evaluasi
- Struktur
a. Klien bersedia menerima terapi perilaku
b. Terapi sudah tepat diberikan kepada Ny. L dengan masalah
Nyeri Akut
c. Kontrak waktu dilakukan kepada klien sesuai dengan

kesepakatan
d. Metode yang digunakan sudah tepat untuk klien
Proses
a. Klien mendengarkan materi tentang Terapi Kompres hangat
b. Klien mendengarkan materi yang disampaikan
c. Klien tidak meninggalkan tempat
Hasil
a. Terapi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan
b. Setelah dilakukan terapi nyeri pada klien berkurang
J. Materi
Persiapan
- Menyediakan air hangat, dan handuk
Pelaksanaan
-

Merendam handuk ke air


Handuk diperas
Tempelkan ke bagian sendi yang menglami nyeri selama 5-10
menit

Evaluasi

IV.

Menanyakan apakah pasien sudah mngerti dengan terapi

kompres hangat yang diberikan


Mengkaji respon yang dirasakan oleh klien

DAFTAR PUSTAKA
Efendy, Ferry., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas, Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
medika

Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.


Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai