Disusun oleh :
Dian Mustika Ningrum
P1337420920065
A. Konsep Lansia
1. Definisi lansia
Pengertian Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan
lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis
yang terkait dengan usia (Aru, 2009).
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang
tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang
lain untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2009).
Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65
tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap konsisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual (Efendi, 2009).
2. Penyebab terjadinya penuaan pada lansia
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui
proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah
radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem
kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor
eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan
hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan
penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa,
2014).
3. Perubahan lansia pada sistem endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula
puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah
faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid
pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai
gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
endokrin akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
serum T3 dan T4 tetap stabil.
6. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu
perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75%
karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley,
Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan
permulaan yang sanga baik untuk para pemula.
b. Pencegahan sekunder
1) Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen
dari penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain
tidak dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa
oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator
yang dapat diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus
dilakukan untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM
(Stanley, Mickey, 2006).
2) Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan
dapat mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada
klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat
mengajarkan klien tentang membaca label untuk menghindari asupan
sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan
memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka (Stanley, Mickey,
2006).
3) Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa
darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan
meningkatkan sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah
dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan
NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama bermanfaat. Khususnya,
aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan
NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari
(Stanley, Mickey, 2006).
4) Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi
kadar gula darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan
diperlukan untuk menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
3) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head
to toe.
4) Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan
masalah.
5) Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada.
6) Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
2. Diagnosa keperawatan
1) Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal dan neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)
2) Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat
dalam kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang
dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik,
peubahan keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3) Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau
sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau
pengasingan social, kurang sosiokultural (NANDA, 2006).
3. Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 (eating disorder
berhubungan dengan jam pasien diharapkan management)
tidak mampu dalam mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukkan, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna, bermasalah untuk memuat
mengabsorbsi makanan 2. Asupan makanan dan perencanaan
karena factor biologi. cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 urin
dengan keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.
4. Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien
kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.
Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara kandung
d. Genogram
Keterangan :
B. Riwayat kesehatan
a. Pola fungsional
1) Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan
makan teratur. Klien tidak ada riwayat merokok maupun minum-
minuman keras. Jika anggota keluarga sakit, keluarga meminum obat
yang ada diwarungnya maupun obat yang telah diresepkan oleh
dokter.
2) Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota
keluarga tidak sama. Ny.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu
kadang 2x atau bisa lebih, suka makan-makanan yang manis dan
kadang tidak tentu berapa kali dalam sehari namun untuk minum
klien lebih senang minum teh yang kental dan manis. Klien
mengatakan setelah mengetahui menderita diabetes, klien
mengurangi makan-makanan yang manis. Klien mengatakan setiap
makan hanya menghabiskan ½ porsi karena takut gula darah
semakin naik. Sedangkan Tn. A dan anaknya makan seadanya 3x
sehari, kebiasaan minum tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya
berat minumnya bisa lebih dari 2 liter perhari, ketika aktivitasnya
biasa hanya minum 4-5 gelas berupa air putih dan air teh.
3) Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang
Tn. A minum kalau minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3x.
Ny.S banyak minum sehingga di sering kali kencing terkadang
sampai 10 kali sedangkan untuk BAB biasanya 1 kali sehari.
6) Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan
jelas, pangangan kabur terutama menjelang malam hari. Klien
mengatakan apabila keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah
harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai sokongan. Klien
tampak berjalan sambil memegang dinding atau pakai tongkat. Klien
tampak tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat seseorang
datang kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang.
Klien mengatakan tidak tahu komplikasi dari diabetes mellitus,
penyebab dan perawatan diabetes terutama pada luka yang ada dijari
kaki sebelah kanannya.
8) Pola peran-hubungan
Tn. A mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dikeluarga
sangat penting dan berharga meskipun istri saat ini sedang
mengalami penyakit diabetes. Dan Ny. S sebagai istri hanya bisa
membantu menjahit dan mendapat penghasilan secukupnya.
9) Sexualitas
Ny.S mempunyai 4 orang anak yang sudah dewasa, ketiga anak
Ny. S sudah menikah dan anak terakhir belum menikah. Ny.S sudah
jarang melakukan hubungan seksual lagi karena menderita penyakit
diabetes dan merasa sudah tua.
2. Fungsi kognitif
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Jam berapa sekarang? √
1 Jawaban: 17.00
2. Tahun berapa sekarang? √
2 Jawaban: 2020
3. Kapan Ibu lahir? √
3 Jawaban: 31 januari 1957
4. Berapa umur Ibu sekarang? √
4 Jawaban: 63 tahun
Interpretasi Hasil :
Skor benar : 8-10 = tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 = ada gangguan
Dari pengkajian, Ny. S mengalami gangguan pada fungsi kognitifnya
atau penurunan daya ingat sebagian. Dibuktian dengan skor yang
benar yaitu 9 yang berarti Ny.S tidak mengalami gangguan
kognitifnya.
3. Status Fungsional
Tabel Instrument pengkajian dengan Indeks Barthel.
No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri 1
bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing)
1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju) 2
2 = Mandiri
1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk
seminggu)
lain
sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
duduk (2 orang) 3
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu) 3
orang
2 = Mandiri
4. Tes Keseimbangan
The Berg Balance Scale (BBS)
Keterangan Pre Post
Duduk ke berdiri tanpa bantuan tangan 3 3
Berdiri tanpa bantuan selama 2 menit tanpa berpegangan 3 3
Duduk tanpa sokongan punggung, kaki berpijak sbg tumpuan 3 3
dilantai
Berdiri ke duduk 4 4
Berpindah dari kursi ke tempat tidur 4 4
Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup 1 1
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki rapat 3 3
Meraih kedepan dengan tangan merentang kedepan sambil 4 4
berdiri
Jumlah 25 25
Keterangan
23-32 = risiko jatuh rendah
12-22 = risiko jatuh menengah
1. Analisa data
2-12-2020 15.00 1. Salam pembuka, mengingatkan dengan kontrak S : - Klien mengatakan bersedia
yang disepakati. O : - Klien melakukan senam
1
2. Menjelaskan tujuan pertemuan dilakukan. DM
3. Mengajarkan senam DM A : - Masalah teratasi sebagian
P : - Lanjutkan rencana
keperawatan
3-12-20 1 15.00 1. Mengucapkan salam kepada pasien dan keluarga. S : - Klien mengatakan bersedia
2. Salam dijawab oleh pasien dan keluarga. O : - Klien melakukan senam
3. Menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada DM
klien. A : - Masalah teratasi sebagian
4. Melakukan senam DM bersama pasien P : - Lanjutkan rencana
keperawatan
4-12-2020 15.00 1. Mengucapkan salam kepada pasien dan S : - Klien mengatakan bersedia
1
keluarga. O : - Klien melakukan senam
2. Salam dijawab oleh pasien dan keluarga. DM
3. Menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada A : - Masalah teratasi sebagian
klien. P : - Lanjutkan rencana
4. Melakukan senam DM bersama pasien keperawatan
5-12-2020 15.00 1. Mengucapkan salam kepada pasien dan S : - Klien mengatakan bersedia
1
keluarga. O : - Klien melakukan senam
2. Salam dijawab oleh pasien dan keluarga. DM, GDS: 277mg/dl
3. Menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada A : - Masalah teratasi sebagian
klien. P : - Lanjutkan rencana
4. Melakukan senam DM bersama pasien. keperawatan keperawatan.
5. Melakukan cek gula darah
LAMPIRAN 1
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan diharapkan Keluarga Tn. A
mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit dalam hal
perawatan pasien lansia dengan Diabetes Melitus (DM)/ pemenuhan diit)
untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan selama 1 x 20
menit Lansia Mampu:
1) Mengetahui pengertian DM
2) Mengetahui penyebab DM
3) Mengetahui tanda dan gejala DM
4) Mengetahui komplikasi DM
5) Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus (DM)
Ceramah
D. Susunan Acara
Proses
3. Melakukan penyuluhan tentang pengertian 15 menit
Diabetes Melitus
A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer,2002 :
1220)
B. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus:
1. Faktor keturunan
2. Gaya hidup
3. Obesitas/ kegemukan
4. Penuaan
5. Infeksi
C. Manifestasi Klinik
1. Adanya tanda-tanda klasik hiperglukemi
D. Komplikasi
1. Gangguan pada mata
2. Gangguan pada syaraf
3. Gangguan pada pembuluh darah
4. Gangguan pada otak
5. Gangguan pada ginjal
E. Penanganan
Penanganan untuk menjegah terjadinya Dm adalah:
1. Kontrol kadar gula darah yang teratur
2. Olah raga yang teratur/ latihan gerak
3. Minum obat secara teratur
4. Makanan sesuai diit
Kebutuhan Kalori
Misalnya
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan 1x20 menit Ny S dan Keluarga memahami dan melakukan
perawatan kaki dan senam kaki DM.
B. Materi
1. Pengertian Diabetes Melitus.
2. Pengertian kaki diabetes.
3. Tujuan perawatan kaki dan senam kaki diabetes.
4. Cara perawatan kaki diabetes.
5. Senam kaki diabetes.
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya-jawab
3. Demonstrasi
D. Kegiatan Penyuluhan
7. Menjawab pertanyaan
E. Media/Alat
1. Leaflet
F. Kriteria Evaluasi
1. Proses
b. Klien antusias dalam mengikuti pendidikan kesehatan dengan adana proses tanya
jawab.
2. 70 % klien mampu:
Diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pankreas
yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan atau
ketidakmampuan dalam memecah insulin (Maghfuri, 2016).
2. Berikan pelembab (body lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit tidak
menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari kaki karena sela-
sela jari akan menjadi lembab dan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur.
3. Gunting kuku harus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek dan
dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kulit tidak menjadi tajam. Hindarkan
terjadinya luka pada sekitar kuku. Bila kuku keras dan sulit dipotong, rendam kaki
dengan air hangat (37°C) selama sekitar 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku, sabun
dan air bersih. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan berikan krim
pelembab kuku.
4. Pakai alas sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, juga di
dalam rumah. Jangan gunakan sandal jepit karena dapat menyebabkan lecet di sela
jari pertama dan kedua.
5. Gunakan sandal atau sepatu yang baik sesuai dengan ukuran dan enak untuk dipakai,
dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah kaos/ stocking yang
pas dan bersih terbuat dari bahan katun. Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetes
adalah:
b. Panjang sepatu ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat berdiri
(sesuai cetakan kaki).
e. Bagian dalam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari busa
karet, plastik dengan tebal 10-12 mm.
6. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti jarum
dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki
agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu baru.
7. Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan setiap 2 jam dan periksa keadaan kaki.
8. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa apakah ada
tanda-tanda radang.
2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke
bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada
kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke
atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10
kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10 kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki harus
diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.
6. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan
ini sama dengan posisi tidur.
7. Letakkan sehelai koran di atas lantai. Bentuk kertas koran menjadi seperti bola
dengan kedua kaki. Kemudian buka bola menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua kaki. Robek koran menjadi 2 bagian, pasangkan kedua bagian
koran, pada koran yang satu disobek kecil-kecil dengan kedua kaki, pindahkan
sobekan tersebut pada koran yang utuh dengan menggunakan satu kaki secara
bergantian, lalu bungkus menjadi satu dengan 2 kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Misnadiarly. 2006. Diabetes Melitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenali Gejala, Menangg
ulangi, dan Mencegah Komplikasi. Ed.1. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Senam kaki adalah Langkah-langkah 3. Letakan tumit kaki di lantai. Bagian
kegiatan atau latihan yang
ujung kaki diangkat ke atas dan buat
dilakukan oleh pasien Cuci Tangan
diabetes melitus untuk gerakan memutar dengan pergerakkan
mencegah pada pergelangan kaki.
terjadinya luka dan membantu melancarkan Duduk dengan
peredaran darah bagian kaki
nyaman diatas kursi
Tujuan???? dengan kaki menyentuh lantai
2. Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, 5. Angkat salah satu lutut kaki, dan
Apa yang harus disiapkan?? angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
lainnya, jari-jari kaki diletakkan di turunkan kembali secara bergantian
Alat: lantai dengan tumit kaki diangkatkan kiri dan kanan.
Koran ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan
pada kaki kiri dan kanan secara
Kursi
bergantian.
6. Luruskan salah satu kaki diatas lantai, angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
pisahkan kedua bagian koran.
8. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan Bungkus semuanya dengan kedua DIAN MUSTIKA N
posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki kaki menjadi bentuk bola
kedepan dan
kebelakang.