Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY S

DENGAN MASALAH UTAMA DM DI KELURAHAN CEPU

Disusun oleh :
Dian Mustika Ningrum
P1337420920065

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Definisi lansia
Pengertian Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan
lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis
yang terkait dengan usia (Aru, 2009).
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang
tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang
lain untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2009).
Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65
tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap konsisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual (Efendi, 2009).
2. Penyebab terjadinya penuaan pada lansia
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui
proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah
radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem
kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor
eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan
hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan
penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa,
2014).
3. Perubahan lansia pada sistem endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula
puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah
faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid
pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai
gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
endokrin akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
serum T3 dan T4 tetap stabil.

4. Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan


Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan
berbagai sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme
glukosa.” Fungsi vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang
mengalami diabetes dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun
perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin
untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk
mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes
mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau
diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin
endigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini
terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung
insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe
II, adalah bentuk yang paling sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang
dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan
obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin (Stanley,
Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah
ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi
kronis yang dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi,
neurologis, dan perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh
yang telah mengalami penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia
hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa
meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang
terjadi lebih sering di antara lansia (Stanley, Mickey, 2006).

5. Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia


Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di
hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah
tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas
yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya (American Diabetes Assosiation, 2004 dalam
Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM
tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses
autoimun sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari
seluruh kasus diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan
diawali dengan resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001;
Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga
tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh
(Smeltzer&Bare, 2008).

6. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu
perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75%
karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley,
Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan
permulaan yang sanga baik untuk para pemula.

b. Pencegahan sekunder
1) Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen
dari penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain
tidak dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa
oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator
yang dapat diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus
dilakukan untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM
(Stanley, Mickey, 2006).

2) Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan
dapat mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada
klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat
mengajarkan klien tentang membaca label untuk menghindari asupan
sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan
memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka (Stanley, Mickey,
2006).

3) Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa
darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan
meningkatkan sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah
dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan
NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama bermanfaat. Khususnya,
aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan
NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari
(Stanley, Mickey, 2006).

4) Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi
kadar gula darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan
diperlukan untuk menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).

B. Konsep keperawatan gerontik


1. Pengkajian
Tujuan :
1) Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2) Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3) Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4) Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek gerontik:


1) Fisik
2) Wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
dalam minum obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

3) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head
to toe.

4) Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan
masalah.

5) Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada.

6) Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

2. Diagnosa keperawatan
1) Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal dan neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)

2) Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat
dalam kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang
dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik,
peubahan keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)

3) Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau
sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau
pengasingan social, kurang sosiokultural (NANDA, 2006).
3. Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)

No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 (eating disorder
berhubungan dengan jam pasien diharapkan management)
tidak mampu dalam mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukkan, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna, bermasalah untuk memuat
mengabsorbsi makanan 2. Asupan makanan dan perencanaan
karena factor biologi. cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 urin
dengan keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.
4. Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien
kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.

5. Seksual berhubungan Fungsi seksual Konseling seksual


dengan perubahan 1. Mengekspresikan 1. Bantu pasien untuk
struktur tubuh/fungsi kenyamanan mengekspresikan
yang ditandai dengan 2. Mengekspresikan perubahan fungsi
perubahan dalam kepercayaan diri tubuh termasuk organ
mencapai kepuasan seksual seiring
seksual. dengan bertambahnya
usia.
2. Diskusikan beberapa
pilihan agar dicapai
kenyamanan.
6. Kelemahan mobilitas Level mobilitas (mobility Latihan dengan terapi
fisik berhubungan dengan level) gerakan (exercise
kerusakan Setelah dilakukan intervensi therapy ambulation)
musculoskeletal dan keperawatan selama 2x24 1. Kosultasi kepada
neuromular. jam diharapkan pasien pemberi terapi fisik
dapat : mengenai rencana
1. Memposisikan gerakan yang sesuai
penampilan tubuh dengan kebutuhan.
2. Ambulasi : berjalan 2. Dorong untuk
3. Menggerakan otot bergerak secara bebas
4. Menyambung namun masih dalam
gerakan/mengkolabora batas yang aman.
sikan gerakan 3. Gunakan alat bantu
untuk bergerak, jika
tidak kuat untuk
berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh).

7. Kelelahan berhubungan Activity tolerance Energy management


dengan kondisi fisik Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor intake nutrisi
kurang. keperawatan selama 2x24 untuk memastikan
jam diharapkan pasien sumber energi yang
dapat: adekuat.
1. Memonitor usaha 2. Tentukan
bernapas dalam respon keterbatasan fisik
aktivitas pasien.
2. Melaporkan aktivitas 3. Tentukan penyebab
harian kelelahan.
3. Memonitor ECG dalam 4. Bantu pasien untuk
batas normal jadwal istirahat.
4. Memonitor warna kulit
8. Risiko kerusakan Kontrol risiko (risk control) Penjagaan terhadap kulit
integritas kulit Setelah dilakukan intervensi (skin surveillance)
keperawatan selama 2x24 1. Monitor area kulit
jam diharapkan pasien yang terlihat
dapat : kemerahan dan
1. Kontrol perubahan adanya kerusakan.
status kesehatan 2. Monitor kulit yang
2. Gunakan support sering mendapat
system pribadi untuk tekanan dan gesekan.
mengontrol risiko 3. Monitor warna kulit.
3. Mengenal perubahan 4. Monitor suhu kulit.
status kesehatan 5. Periksa pakaian, jika
4. Monitor factor risiko pakaian terlihat terlalu
yang berasal dari ketat.
lingkungan
9. Kerusakan memori Orientasi kognitif Pelatihan memori
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi (memory training)
gangguan neurologis. keperawatan selama 2x24 1. Stimulasi memory
jam diharapkan pasien dengan mengulangi
dapat : pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri jelas di akhir
2. Mengenal orang atau pertemuan dengan
hal penting pasien.
3. Mengenal tempatnya 2. Mengenang
sekarang pengalaman masa lalu
4. Mengenal hari, bulan, dengan pasien.
dan tahun dengan 3. Menyediakan gambar
benar untuk mengenal
ingatannya kembali.
4. Monitor perilaku
pasien selama terapi.
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif Koping (coping) Koping enhancement
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1. Dorong aktifitas
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24 social dan komunitas
dalam kemampuan jam pasien secara konsisten 2. Dorong pasien untuk
koping, dukungan social diharapkan mampu : mengembangkan
tidak adekuat yang 1. Mengidentifikasi pola hubungan.
dibentuk dari koping efektif 3. Dorong berhubungan
karakteristik atau 2. Mengedentifikasi pola dengan seseorang
hubungan. koping yang tidak yang memiliki tujuan
efektif dan ketertarikan yang
3. Melaporkan penurunan sama.
stress 4. Dukung pasein untuk
4. Memverbalkan control menguunakan
perasaan mekanisme
5. Memodifikasi gaya pertahanan yang
hidup yang dibutuhkan sesuai.
6. Beradaptasi dengan 5. Kenalkan pasien
perubahan kepada seseorang
perkembangan yang mempunyai latar
7. Menggunakan belakang pengalaman
dukungan social yang yang sama.
tersedia
8. Melaporkan
peningkatan
kenyamanan psikologis
2. Isolasi social Lingkungan keluarga : Keterlibatan keluarga
berhubungan dengan internal (family (family involvement)
perubahan penampilan environment: interna) 1. Mengidentifikasikan
fisik, peubahan keadaan Setelah dilakukan intervensi kemampuan anggota
sejahtera, perubahan keperawatan selama 3x24 keluarga untuk
status mental. jam pasien secara konsisten terlibat dalam
diharapkan mampu : perawatan pasien.
1. Berpatisipasi dalam 2. Menentukan sumber
aktifitas bersama fisik, psikososial dan
2. Berpatisipasi dalam pendidikan pemberi
tradisi keluarga pelayanan kesehatan
3. Menerima kunjungan yang utama.
dari teman dan anggota 3. Mengidentifkasi
keluarga besar deficit perawatan diri
4. Memberikan dukungan pasien.
satu sama lain 4. Menentukan tinggat
5. Mengekspresikan ketergantungan pasien
perasaan dan masalah terhadap keluarganya
kepada yang lain. yang sesuai dengan
6. Mendorong anggota umur atau
keluarga untuk tidak penyakitnya.
ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam
rekreasi dan acara
aktifitas komunitas
8. Memecahkan masalah
3. Gangguan harga diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan harga diri
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Kuatkan rasa percaya
ketergantungan, selama 2x24 jam pasien diri terhadap
perubahan peran, diharapkan akan bisa kemampuan pasien
perubahan citra tubuh dan memperbaiki konsep diri mengndalikan situasi.
fungsi seksual. dengan criteria : 2. Menguatkan tenaga
1. Mengidentifikasi pola pribadi dalam
koping terdahulu yang mengenal dirinya.
efektif dan pada saat 3. Bantu pasien untuk
ini tidak mungkin lagi memeriksa kembali
digunakan akibat persepsi negative
penyakit dan tentang dirinya.
penanganan
(pemakaian alkohol
dan obat-obatan;
penggunaan tenaga
yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan
perubahan hidup yang
diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode
ekspresi seksual
4. Cemas berhubungan Anxiety control Anxiety reduction
dengan perubahan dalam Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pasien untuk
status peran, status keperawatan selama 2x24 menidentifikasi
kesehatan, pola interaksi, jam diharapkan pasien situasi percepatan
fungsi peran, lingkungan, dapat: cemas.
status ekonomi. 1. Memonitor intensitas 2. Dampingi pasien
cemas untuk
2. Melaporkan tidur yang mempromosikan
adekuat kenyamanan dan
3. Mengontrol respon mengurangi
cemas ketakutan.
4. Merencanakan strategi 3. Identifikasi ketika
koping dalam situasi perubahan level
stress cemas.
4. Instuksikan pasien
dalam teknik
relaksasi.
5. Resiko kesendirian Family Coping Family support
Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pekembangan
keperawatan selama 2x24 harapan yang realistis.
jam diharapkan pasien 2. Identifikasi alami
dapat: dukungan spiritual
1. Mendemontrasikan bagi keluarga.
fleksibelitas peran 3. Berikan kepercayaan
2. Mengatur masalah dalam hubungan
3. Menggunakan strategi dengan keluarga.
pengurangan stress 4. Dengarkan untuk
4. Menghadapi masalah berhubungan dengan
keluarga, perasan dan
pertanyaan.
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan intervensi Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Bantu pasien untuk
perubahan dan jam pasien diharapkan mendiskusikan
ketergantungan fisik meningkatkan citra perubahan karena
(ketidakseimbangan tubuhnya dengan criteria : penyakit atau
mobilitas) serta 1. Merasa puas dengan pembedahan.
psikologis yang penampilan tubuhnya 2. Memutuskan apakah
disebabkan penyakit atau 2. Merasa puas dengan perubahan fisik yang
terapi. fungsi anggota baru saja diterima
badannya dapat masuk dalam
3. Mendiskripsikan citra tubuh pasien.
bagian tubuh tambahan 3. Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai penyakit
yang sama.
Aspek spiritual
1. Distress spiritual Pengharapan (hope) Penanaman harapan
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi (hope instillation)
perubahan hidup, keperawatan selama 3x24 1. Mengkaji pasian atau
kematian atau sekarat diri jam pasien secara luas keluarga untuk
atau orang lain, cemas, diharapkan mampu : mengidentifikasi area
mengasingkan diri, 1. Mengekspresikan pengharapan dalam
kesendirian atau orientasi masa depan hidup.
pengasingan social, yang positif 2. Melibatkan pasien
kurang sosiokultural. 2. Mengekspresikan arti secara aktif dalam
kehidupan perawatan diri.
3. Mengekspresikan rasa 3. Mengajarkan keluarga
optimis tentang aspek positif
4. Mengekspresikan pengharapan.
perasaan untuk
mengontrol diri sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa
percaya pada diri
sendiri dan orang lain
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang :


Dinkes Kota Semarang.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.

NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi


Santosa, Prima Medika, NANDA.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int.


TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. S
Tempat, tanggal lahir : Blora, 31 Januari 1957
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Golongan Darah :O
TB/ BB : 155 cm/ 45 kg
Alamat : Cepu RT 05 RW 06 Kec. Cepu, Kab. Blora

2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat


dihubungi
Nama : Ny. P
Alamat : Cepu RT 05 RW 06 Kec. Cepu, Kab. Blora
No. Telp : 082338767672
Hubungan : Anak

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


Pekerjaan saat ini : IRT
Pekerjaan sebelumnya : IRT
Sumber Pendapatan : Dari anak dan suami
Kecukupan Pendapatan : Cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok
4. Aktifitas Rekreasi
Hobi : Memasak, menjahit
Bepergian/wisata : Klien jarang melakukan wisata, hanya
sesekali ikut anaknya berwisata
Keanggotaan organisasi :-
Lain – lain : Keluarga klien mengatakan setiap pagi
klien jalan-jalan disekitar rumah dan duduk didepan rumah. Jika klien
sudah mulai bosan beliau langsung masuk kedalam rumah dan menonton
tv.

5. Riwayat Keluarga
a. Saudara kandung

Nama Keadaan saat ini Keterangan


Ny. S ( klien ) Sakit DM -
Tn. D Sehat Tidak serumah dengan klien
Ny. Y Sehat Tidak serumah dengan klien
Tn. Z Sehat Tidak serumah dengan klien

b. Riwayat kematian dalam keluarga 1 tahun terakhir


Dalam kurun waktu satu tahun ini , tidak ada keluarga klien yang
meninggal.
c. Kunjungan keluarga
Klien mengatakan saudaranya tinggal masih dalam satu kota dan
ada yang dekat rumah pasien sehingga saudara pasien masih sering
berkunjung ke rumah pasien. pasien memiliki 4 orang anak dan
ketiga anak pasien sudah menikah semua dan tidak tinggal serumah
dengan pasien. Pasien tinggal bersama suami dan anak pasien yang
nomor 4 tetapi anak pasien kerja di luar kota sehingga jarang di
rumah. Akan tetapi anak pertama pasien rumahnya berada di dekat
rumah pasien. Anak-anaknya pasien yang lain juga sering
berkunjung ke rumah.

d. Genogram
Keterangan :

Laki-laki Perempuan Identifikasi Klien yg sakit Klien meninggal

Menikah Pisah Cerai Anak

Tinggal dalam satu rumah

e. Lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapihan

Rumah Tn. A merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran


kurang lebih 100 m2. Termasuk rumah semi permanent, berdinding
kayu lantainya dari keramik. Mempunyai 1 ruang tamu, 4 kamar
tidur, 1 ruang makan, ruang keluarga, kamar sholat, 1 dapur , 1
kamar mandi dan WC. Saat dilakukan pengkajian ventilasi rumah
sudah mencukupi 10% dari total bangunan dan lingkungannya
tampak bersih.
Penerangan dalam ruangan dirumah Tn. A terang pada siang hari
dan jendela rumah selalu dibuka sehingga sirkulasi dalam ruangan
baik, keadaan kamar rapi, dapur agak berantakan karena alat-alat
dapur tidak disusun dengan rapi, kamar mandi bersih dan tidak ada
jentik nyamuk.
Keluarga memperoleh air minum dari air aqua. Kualitas air jernih
dan tidak berbau. Keluarga selalu memasak air sumur sampai
mendidih.Persediaan air mencukupi kebutuhan keluarga, apabila
pompa rusak keluarga berusaha untuk membeli air minum.
Keluarga mempunyai jamban sendiri, pembuangan tinja melalui
septik tank.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya
keluarga membakar sampah dibelakang rumahnya. Pengolahan air
limbah keluarga cukup baik, dibuang ke selokan meskipun tidak
tertutup tapi lancar.
Lingkungan rumah Ny.S tampak bersih, pekarangan tidak
dimanfaatkan secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.

B. Riwayat kesehatan

1) Status kesehatan saat ini


Keadaan Ny.S saat ini kurang membaik. Klien mengeluh dengan
penyakitnya, klien mengatakan menderita penyakit diabetes mellitus
sejak 6 bulan. Ny.S merasa banyak minum tapi juga banyak kencing
walaupun pada dasarnya Ny.S juga udah sering minum banyak. Ny. S
mengatakan lemas dan kekuatannya berkurang. Klien juga
mengatakan apabila keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah
harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai sokongan. Klien
tampak berjalan dengan lemas, sering ngantuk, berat badan menurun
dari 60 kg menjadi 45 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering dan
klien cemas dengan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan Ny.S
dibawa berobat ke dokter praktek mandiri namun penyakitnya tidak
bisa sembuh karena jarang kontrol ke dokter.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Ny. S mengatakan tidak ada penyakit masa lalu dan tidak ada
alergi terhadap makanan, obat-obatan dan tidak pernah anggota
keluarga yang mengalami kecelakaan. Ny.S mengatakan jika ada
anggota keluarga yang sakit, Ny.S hanya meminum obat yang ada
diwarungnya dan jika tidak sembuh juga Ny.S berusaha membawa
berobat ke klinik maupun dokter praktek. Keluarga juga mengatakan
tidak pernah dirawat dirumah sakit.

a. Pola fungsional
1) Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan
makan teratur. Klien tidak ada riwayat merokok maupun minum-
minuman keras. Jika anggota keluarga sakit, keluarga meminum obat
yang ada diwarungnya maupun obat yang telah diresepkan oleh
dokter.

2) Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota
keluarga tidak sama. Ny.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu
kadang 2x atau bisa lebih, suka makan-makanan yang manis dan
kadang tidak tentu berapa kali dalam sehari namun untuk minum
klien lebih senang minum teh yang kental dan manis. Klien
mengatakan setelah mengetahui menderita diabetes, klien
mengurangi makan-makanan yang manis. Klien mengatakan setiap
makan hanya menghabiskan ½ porsi karena takut gula darah
semakin naik. Sedangkan Tn. A dan anaknya makan seadanya 3x
sehari, kebiasaan minum tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya
berat minumnya bisa lebih dari 2 liter perhari, ketika aktivitasnya
biasa hanya minum 4-5 gelas berupa air putih dan air teh.
3) Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang
Tn. A minum  kalau minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3x.
Ny.S banyak minum sehingga di sering kali kencing terkadang
sampai 10 kali sedangkan untuk BAB biasanya 1 kali sehari.

4) Aktivitas pola latihan rutinitas


Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
keramas sekali 2 hari, dan ganti pakaian tiap kali selesai mandi.
Kegiatan yang biasa dilakukan Ny.S dan Tn. A adalah jalan-
jalan disekitar rumah sambil berbincang-bincang dengan tetangga
dekat rumah mereka. Tn. A mengatakan kadang-kadang kakinya
kesemutan.

5) Pola istirahat dan tidur


Tn. A jarang sekali tidur siang, karena tiap hari pergi kesawah.
Tidur siang jamnya tidak tentu dan tidur malam dari pukul 22.00
sampai dengan 04.30 WIB atau ketika adzan subuh setelah itu tidak
tidur lagi sedangkan Ny. S jarang tidur siang atau hampir tidak
pernah tidur siang, untuk malam biasanya tidur diatas pukul 21.00
sampai dengan 05.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi.

6) Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan
jelas, pangangan kabur terutama menjelang malam hari. Klien
mengatakan apabila keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah
harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai sokongan. Klien
tampak berjalan sambil memegang dinding atau pakai tongkat. Klien
tampak tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat seseorang
datang kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang.
Klien mengatakan tidak tahu komplikasi dari diabetes mellitus,
penyebab dan perawatan diabetes terutama pada luka yang ada dijari
kaki sebelah kanannya.

7) Persepsi diri-pola konsepsi diri


Ny. S beranggapan bahwa ia mampu membiayai kebutuhan
hidup. Ny. S masih tetap semangat meskipun sudah tua dan suami
tak dapat bekerja lagi. Ny.S mengatakan tetangga-tetangganya
sangat baik kepada mereka dan mau saling membantu dengan
sesama.

8) Pola peran-hubungan
Tn. A mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dikeluarga
sangat penting dan berharga meskipun istri saat ini sedang
mengalami penyakit diabetes. Dan Ny. S sebagai istri hanya bisa
membantu menjahit dan mendapat penghasilan secukupnya.

9) Sexualitas
Ny.S mempunyai 4 orang anak yang sudah dewasa, ketiga anak
Ny. S sudah menikah dan anak terakhir belum menikah. Ny.S sudah
jarang melakukan hubungan seksual lagi karena menderita penyakit
diabetes dan merasa sudah tua.

10) Koping-pola toleransi stress


Tn. A mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih
mampu untuk mengatasinya dengan cara bermusyawarah dengan
anggota keluarga dirumah.

11) Nilai keyakinan


Ny.S menganut agama Islam dan percaya terhadap agama yang
dianutnya. Ny.S mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika
keluarga ada masalah.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : compos mentis
2) TTV :
TD : 110/70 mmhg
T/P : 36,2o C/82 x/mnt
RR : 20 x/mnt
BB/TB : 60 kg/155 cm
3) Kepala :
- Rambut : pendek, lurus, hitam dan mulai memutih
- Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
- Telinga : bersih, tidak ada serumen
- Mulut : kotor dan terdapat karang gigi
- Gigi : tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan
ompong
- Bibir : tampak lembab
- Dada : simetris dan tidak ada pembengkakan
- Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan
- Kulit : berwarna sawo matang, dan tidak pucat
- Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.

C. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah kesehatan kronis

No Keluhan Kesehatan atau Selalu Sering Jarang T.Pernah


Gejala yang diarasakan (3) (2) (1) (0)
Klien dalam Waktu 3
bulan terakhir
berkaiatan dg Fungsi-
fungsi
A Fungsi penglihatan √
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair √
3. Nyeri pada mata √
B Fungsi pendengaran √
4. Pendengaran
berkurang
5. Telinga berdenging √
C Fungsi paru √
(pernapasan)
6. Batuk lama disertai
keringat malam
7. Sesak nafas √
8. Berdahak/sputum √
D Fungsi jantung √
9. Jantung berdebar-
debar
10. Cepat lelah √
11. Nyeri dada √
E Fungsi pencernaan √
12. Mual/muntah
13. Nyeri ulu hati √
14. Makanan dan √
minuman banyak
(berlebih)
15. Perubahan kebiasaan √
buang air besar
(mencret / sembelit)
F Fungsi pergerakan √
16. Nyeri kaki saat
berjalan
17. Nyeri pinggang atau √
tulang belakang
18. Nyeri persendian/ √
bengkak
G Fungsi Pergerakan √
19. Lumpuh/ kelemahan
pada kaki atau
tulang
20. Kehilangan rasa √
21. Gemeteran / tremor √
22. Nyeri/ pegal pada √
daerah tengkuk
H Fungsi saluran √
perkemihan
23. Buang air kecil
banyak
24. Sering buang air √
kecil pada malam
hari
25. Tidak mampu √
mengontrol
pengeluaran air
kemih (mengompol)
0 8 9 0
JUMLAH 0 8 21 29
Analisa hasil:
Skore : ≤ 25 :Tidak ada masalah kesehatan kronis b.d masalah kesehatan
kronis ringan
Skore :26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skore : ≥ 51 : masalah kesehatan kronis berat
Hasil pengkajian : skore 29 : Ada masalah kesehatan kronis b.d masalah
kesehatan kronis ringan
Klien sering mengeluh nyeri atau pegal pada lutut kaki bagian
kanan jika sering melakukan aktivitas yang terlalu banyak. Klien juga
kadang mengalami maag namun tidak sampai mual muntah tetapi
perut hanya merasa sebah.

2. Fungsi kognitif
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
No. Pertanyaan Benar Salah
1.           Jam berapa sekarang? √
1  Jawaban: 17.00
   
 
2.           Tahun berapa sekarang? √
2  Jawaban: 2020
    
3.           Kapan Ibu lahir? √
3  Jawaban: 31 januari 1957
    
4.           Berapa umur Ibu sekarang? √
4 Jawaban: 63 tahun

5 Dimana alamat Ibu sekarang? √


Jawaban: cepu RT 5 RW 6
5.          Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal √
6  bersama Ibu?
  Jawaban: 3
6.          Siapa nama anggota keluarga yang tinggal √
7 bersama Ibu?
Jawaban: Tn. A, Ny. S, An. A
7.          Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia? √
8 Jawaban: 1945
8.          Siapa nama presiden Republik Indonesia? √
9  Jawaban: Pak Jokowi
1       10  Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 √
   Jawaban: 1,2,3 dst
Jumlah kesalahan total 9 1

Interpretasi Hasil :
Skor benar : 8-10 = tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 = ada gangguan
Dari pengkajian, Ny. S mengalami gangguan pada fungsi kognitifnya
atau penurunan daya ingat sebagian. Dibuktian dengan skor yang
benar yaitu 9 yang berarti Ny.S tidak mengalami gangguan
kognitifnya.
3. Status Fungsional
Tabel Instrument pengkajian dengan Indeks Barthel.
No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0  =    Tidak mampu

1  =    Butuh bantuan memotong,


2
mengoles mentega dll.

2  =    Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0  =    Tergantung orang lain

1  =    Mandiri 1

3. Perawatan diri 0  =    Membutuhkan bantuan orang


(Grooming)
lain

1  =    Mandiri dalam perawatan 1

muka, rambut, gigi, dan

bercukur
4. Berpakaian 0  =    Tergantung orang lain
(Dressing)
1  =    Sebagian dibantu (misal

mengancing baju) 2

2  =    Mandiri

5. Buang air kecil 0  =    Inkontinensia atau pakai 2


(Bowel)
kateter dan tidak terkontrol

1  =    Kadang Inkontinensia (maks,

1x24 jam)
2  =    Kontinensia (teratur untuk

lebih dari 7 hari)

6. Buang air besar 0  =    Inkontinensia (tidak teratur


(Bladder)
atau perlu enema)

1  =    Kadang Inkontensia (sekali 2

seminggu)

2  =    Kontinensia (teratur)


7. Penggunaan toilet 0  =    Tergantung bantuan orang

lain

1  =    Membutuhkan bantuan, tapi


1
dapat melakukan beberapa hal

sendiri

2  =    Mandiri
8. Transfer 0  =    Tidak mampu

1  =    Butuh bantuan untuk bisa

duduk (2 orang) 3

2  =    Bantuan kecil (1 orang)

3  =    Mandiri
9. Mobilitas 0  =    Immobile (tidak mampu) 3

1  =    Menggunakan kursi roda

2  =    Berjalan dengan bantuan satu

orang

3  =    Mandiri (meskipun

menggunakan alat bantu


seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0  =    Tidak mampu

1  =    Membutuhkan bantuan (alat


2
bantu)

2  =    Mandiri

Interpretasi hasil : skor = 19


20        : Mandiri
12-19   : Ketergantungan Ringan
9-11     : Ketergantungan Sedang
5-8       : Ketergantungan Berat
0-4       : Ketergantungan Total
Dari pengkajian, Ny. S termasuk ketergantungan ringan ditandai dengan
tidak terpenuhinya point ke 7 dimana klien saat penggunaan toilet dari
jongkok ke berdiri membutuhkan bantuan seperti berpegangan bak yang
disebelahnya untuk berdiri.

4. Tes Keseimbangan
The Berg Balance Scale (BBS)
Keterangan Pre Post
Duduk ke berdiri tanpa bantuan tangan 3 3
Berdiri tanpa bantuan selama 2 menit tanpa berpegangan 3 3
Duduk tanpa sokongan punggung, kaki berpijak sbg tumpuan 3 3
dilantai
Berdiri ke duduk 4 4
Berpindah dari kursi ke tempat tidur 4 4
Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup 1 1
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki rapat 3 3
Meraih kedepan dengan tangan merentang kedepan sambil 4 4
berdiri
Jumlah 25 25

Keterangan
23-32 = risiko jatuh rendah
12-22 = risiko jatuh menengah

0-11 = risiko tinggi jatuh

Dari pengkajian, Ny. S termasuk resiko jatuh rendah. Dibuktikan dengan


klien mampu berdiri atau duduk dengan bantuan tangan minimal. Klien
mampu berdiri lama tetapi tidak berani jika dengan menutup mata.

5. Geriatri Depression Scale (GDS)


STATUS PSIKOLOGIS SKALA DEPRESI GERIATRIK
YESAVAGE
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir Jawaban

1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? Ya


2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? ya
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? Tidak
4 Sering merasa bosan? Tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? Tidak
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? Ya
7 Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan? Tidak
8 Merasa bahagia di sebagian besar waktu? Ya
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? ya
10 Sering kali merasa tidak berdaya? Tidak
11 Sering merasa gelisah atau gugup? Tidak
12 Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu ya
yang bermanfaat?
13 Seringkali merasa khawatir akan masa depan? Tidak
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat Tidak
dibandingkan orang lain?
15 Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? Ya
16 Sering kali merasa merana? Tidak
17 Merasa kurang bahagia? Tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? Tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? Tidak
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru? Ya
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? Ya
22 Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak
23 Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Tidak
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? Tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Ya
27 Menikmati tidur? Ya
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? Tidak
29 Mudah mengambil keputusan? Ya
30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya
Jumlah item yang terganggu 7
Analisa hasil :
Terganggu : Nilai 1
Normal : Nilai 0
Kategori :
16-30 : Depresi berat
6-15 : Depresi ringan sampai sedang
0-5 : Normal
Dari hasil pengkajian Ny.S didapatkan hasil skore 7 interpretasi hasilnya
yaitu termasuk kategori depresi ringan sampai sedang yang ditandai dengan
pernyataan klien yang mana mengeluh penyakit gula darahnya tidak
sembuh-sembuh dan kefikiran.Klien juga mengatkan tidak tahu tentang
komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus, pnyebab dan cara perawatannya
sehingga menambah pasien kefikiran.

6. Dukungan keluarga : keluarga sangat bertanggung jawab atas


klien. Anak klien selalu membelikan obat di apotik untuk menurunkan
hipertensinya. Dan anak klien dan cucunya juga mau mengantarkan
periksa ke puskesmas atau ke dokter terdekat jika klien mengeluh sakit.
D. Lingkungan Tempat Tinggal
1. Kebersihan dan kerapian : ruang tamu tertata rapi, lantai bersih dan
tidak licin, kamar tidur dan ruang makan klien juga tertata rapi.
Penerangan : di ruang tamu pencahayaan terang, cahaya masuk hanya
dari pintu, dan di bantu dengan lampu, untuk kamar tidur pencahayaan
terang, cahaya dapat masuk dari jendela dan pintu, di ruang makan dan
kamar mandi cahaya dapat masuk dari sela sela atap dan jendela.
2. Sirkulasi udara : udara dapat masuk dan keluar dengan baik. Atap klien
terbuat dari genting sehingga ada sela sela untuk pertukaran udara dari
luar ke dalam begitupun sebaliknya.
3. Keadaan kamar mandi dan WC : bersih , klien membersihkan
kamar mandi setiap seminggu satu kali, WC tidak licin
4. Pembuangan air kotor : ke selokan terbuka
5. Sumber air minum : Sumur pompa
6. Pembuangan sampah : Sampah dibuang di halaman belakang
rumah dan jika sudah terkumpul kemudian dibakar.

1. Analisa data

No. Sign sympton Masalah Penyebab


1. Ds : Ketidakmampuan Kurang
- Klien mengatakan tidak tahu keluarga pengetahuan
komplikasi dari diabetes mellitus, merawat anggota mengenai
penyebab dan perawatan diabetes keluarga yang penyakit
- Klien mengeluh dengan sakit diabetes mellitus
penyakitnya, klien mengatakan
menderita penyakit diabetes
melitus sejak 6 bulan. Ny.S
merasa banyak minum tapi juga
banyak kencing walaupun pada
dasarnya Ny.S juga udah sering
minum banyak
DO :
- Klien
tampak cemas dengan
kondisinya.
- GDS :
349 mg/dl
- Berat
badan menurun dari 60 kg
menjadi 45 kg
2 DS: Resiko terjadi Kelemahan fisik
- Klien mengatakan lemas dan cedera
kekuatannya berkurang
DO:
- Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan
di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan.
- Klien tampak berjalan dengan
lemas.
2. Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan


dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit diabetes mellitus yang ditandai
dengan klien mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas,
pandangan kabur terutama menjelang malam hari. Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab dan perawatan diabetes terutama
pada luka yang ada dijari kaki sebelah kanannya. Klien tampak cemas dengan
kondisinya.

2. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai


dengan klien mengatakan badannya lemes dan kekuatannya berkurang. Klien
mengatakan apabila keluar ruangan atau jalan-jalan di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih dahulu sebagai sokongan. Klien tampak berjalan
dengan lemas.
3. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa keperawatan NOC NIC Paraf


Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien
mengenai penyakit tindakan keperawatan penyebab diabetes
diabetes mellitus 5x30 menit keluarga mellitus.
berhubungan dengan dapat mengenal masalah 2. Jelaskan pada klien
ketidakmampuan kesehatan dengan tanda dan gejala
keluarga merawat kriteria: diabetes mellitus
anggota keluarga yang - Klien dapat 3. Jelaskan pada klien
sakit. menyebutkan komplikasi diabetes
penyebab diabetes mellitus yang dapat
mellitus. terjadi.
- Klien dapat 4. Jelaskan pada
menyebutkan tanda keluarga cara
dan gejala diabetes perawatan pada
mellitus. diabetes mellitus.
- Klien dapat 5. Ajarkan senam
menyebutkan diabetes melitus
komplikasi diabetes
mellitus.
- Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga yang sakit
diabetes mellitus.
2. Resiko terjadi cedera Setelah dilakukan 1. Ajarkan kepada
berhubungan dengan tindakan keperawatan keluarga untuk
kelemahan fisik selama 3x30 menit, menyediakan
cedera tidak terjadi pada lingkungan yang
klien dengan kriteria: aman untuk pasien.
- Klien terbebas dari 2. Identifikasi
cedera kebutuhan keamanan
- Klien mampu pasien, sesuai dengan
menjelaskan cara kondisi fisik dan
untuk mencegah fungsi kognitif pasien
cedera dan riwayat penyakit
- Klien mampu terdahulu pasien.
menjelaskan manfaat 3. Ajarkan kepada
senam mata keluarga dan klien
- Klien mampu untuk menghindarkan
mendemonstrasikan lingkungan yang
senam mata berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan berbahaya,
kebersihan lantai
rumah dan kamar
mandi).
.4. Implementasi dan evaluasi keperawatan

Tanggal No Dx Jam Implementasi Evaluasi Paraf


30-11-20 1 19.00 1. Mengucapkan salam dan menjelaskan kegiatan S : - Klien mengatakan sudah
hari ini akan melakukan penyuluhan tentang mengetahui keadaan
diabetes mellitus. kulitnya.
2. Menjelaskan pada keluarga dengan leaflet O : - Klien tampak merasa gatal
pengertian diabetes mellitus. dan sakit pada kulitnya
3. Menjelaskan pada keluarga dengan leaflet tanda - Klien tidak menjawab
dan gejala diabetes mellitus. semua pertanyaan dengan
4. Menjelaskan pada keluarga dengan leaflet sempurna.
penyebab diabetes mellitus - GDS : 349 mg/dl
5. Mendemontrasikan diit yang tepat untuk A : Masalah belum teratasi.
penderita diabetes mellitus P : Lanjutkan rencana tindakan.
6. Melakukan pemeriksaan gula darah
7. Memberi pujian atas kemampuan klien
mendengar ,dan menjawab sebagian pertanyaan
dari perawat.
8. Kontrak waktu kembali dengan klien.
1-12-2020 19.00 1. Menyampaikan salam, pasien menjawab. S : - Klien mengatakan
2 2. Membicarakan dengan keluarga tentang ruangan mengerti sedikit tentang
dan lingkungan yang aman terhadap resiko cedera penyakit yang dialaminya.
berhubungan dengan keadaan pasien. O : - Klien hati-hati dan defektif
3. Merapikan ruangan dan membantu keluarga untuk terhadap lingkungan dan
penataan ruangan yang aman dari kondisi pasien. ruangan.
4. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk A : - Masalah teratasi sebagian
perawatan diri. P : - Lanjutkan rencana
tindakan

2-12-2020 15.00 1. Salam pembuka, mengingatkan dengan kontrak S : - Klien mengatakan bersedia
yang disepakati. O : - Klien melakukan senam
1
2. Menjelaskan tujuan pertemuan dilakukan. DM
3. Mengajarkan senam DM A : - Masalah teratasi sebagian
P : - Lanjutkan rencana
keperawatan

3-12-20 1 15.00 1. Mengucapkan salam kepada pasien dan keluarga. S : - Klien mengatakan bersedia
2. Salam dijawab oleh pasien dan keluarga. O : - Klien melakukan senam
3. Menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada DM
klien. A : - Masalah teratasi sebagian
4. Melakukan senam DM bersama pasien P : - Lanjutkan rencana
keperawatan

4-12-2020 15.00 1. Mengucapkan salam kepada pasien dan S : - Klien mengatakan bersedia
1
keluarga. O : - Klien melakukan senam
2. Salam dijawab oleh pasien dan keluarga. DM
3. Menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada A : - Masalah teratasi sebagian
klien. P : - Lanjutkan rencana
4. Melakukan senam DM bersama pasien keperawatan
5-12-2020 15.00 1. Mengucapkan salam kepada pasien dan S : - Klien mengatakan bersedia
1
keluarga. O : - Klien melakukan senam
2. Salam dijawab oleh pasien dan keluarga. DM, GDS: 277mg/dl
3. Menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada A : - Masalah teratasi sebagian
klien. P : - Lanjutkan rencana
4. Melakukan senam DM bersama pasien. keperawatan keperawatan.
5. Melakukan cek gula darah
LAMPIRAN 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Sub Pokok Bahasan : Diabetes Melitus (DM)

Sasaran : Warga kelurahan Cepu RW 06


Tanggal Pelaksanaan : 31-11-2020
Waktu : 1x20 menit
Pukul : 19.00 wib
Tempat : Rumah keluarga Tn. A RT 05 RW 06,Cepu
Pengajar : Dian Mustika Ningrum

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan diharapkan Keluarga Tn. A
mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit dalam hal
perawatan pasien lansia dengan Diabetes Melitus (DM)/ pemenuhan diit)
untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan selama 1 x 20
menit Lansia Mampu:
1) Mengetahui pengertian DM
2) Mengetahui penyebab DM
3) Mengetahui tanda dan gejala DM
4) Mengetahui komplikasi DM
5) Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus (DM)

B. Sasaran dan Target


Sasaran ditujukan pada keluarga Tn. A dengan masalah lansia dengan DM di RT 05
RW 06 Kelurahan Cepu
C. Metode

 Ceramah

 Diskusi/ tanya jawab

D. Susunan Acara

Tahap Kegiatan Waktu


Pembukaan 1. Mengucapkan salam 2 menit

2. Penyampaian maksud dan tujuan


pertemuan sesuai kontrak waktu

Proses
3. Melakukan penyuluhan tentang pengertian 15 menit
Diabetes Melitus

4. Melakukan penyuluhan tentang penyebab


DM

5. Melakukan penyuluhan tentang tanda dan


gejala Diabetus Melitus

6. Melakukan penyuluhan tentang


Komplikasi Diabetes melitus

7. Melakukan penyuluhan tentang


penatalaksanan pasien DM (diit)

Penutup 8. Memberikan pertanyaan pada keluarga 3 menit


9. Menutup pertemuan dan mengucapkan
salam

10. Kontrak waktu untuk pertemuan


selanjutnya
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Smeltzer,2002 :
1220)

B. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus:
1. Faktor keturunan
2. Gaya hidup
3. Obesitas/ kegemukan
4. Penuaan
5. Infeksi

C. Manifestasi Klinik
1. Adanya tanda-tanda klasik hiperglukemi

 polidipsi (banyak minum)

 poliuri (banyak kencing)

 polipagi (banyak makan)


2. Kelemahan tubuh
3. Kesemutan/ rasa gatal
4. Gatal-gatal pada kulit
5. Luka yang tidak sembuh-sembuh

D. Komplikasi
1. Gangguan pada mata
2. Gangguan pada syaraf
3. Gangguan pada pembuluh darah
4. Gangguan pada otak
5. Gangguan pada ginjal

E. Penanganan
Penanganan untuk menjegah terjadinya Dm adalah:
1. Kontrol kadar gula darah yang teratur
2. Olah raga yang teratur/ latihan gerak
3. Minum obat secara teratur
4. Makanan sesuai diit

F. Diit Pada Diabetes Melitus


Pemberian diit pada DM dengan memperhatikan prinsip 3 J yaitu:
1. Jenis bahan Makanan
2. Jadual makanan
3. Jumlah makanan Diit pada DM adalah:

Tinggi karbohidrat, tinggi serat, rendah lemak, rendah protein


Tujuan Pemberian Diit pada DM:
1. Mempertahankan kadar gula agar normal
2. Mempertahankan BB yang seimbang
3. Mencegah Komplikasi akut dan kronik

 Makanan yang harus dihindari


1. Gula
2. Susu
3. Madu
 Makanan yang mengandung karbohidrat yang boleh dimakan
1. Nasi
2. Kentang
3. Roti
4. Singkong
 Bahan makanan yang mengandung protein hewani yang boleh
dimakan, seperti:
1. Ikan segar
2. Ayam
3. Telur Ayam
4. Udang
 Bahan makanan yang mengandung protein nabati yang boleh
dimakan, seperti:
1. Tahu
2. Tempe
3. Kacang tanah
4. Kacang hijau
5. Kacang merah
 Sayuran yang bebas dimakan
1. Kangkung
2. Tomat
3. Terong
4. Ketimun
5. Kol
6. Sawi
7. Gambas
 Sayuran yang boleh dimakan tapi dibatasi:
1. Buncis
2. Daun singkong
3. Kacang panjang
4. Kembang Kol
5. Bayam
 Buah yang bebas dimakan tanpa dibatasi
1. Jambu air
2. Jambu biji
3. Pepaya

 Buah yang boleh dimakan tapi dibatasi


1. Pisang, kecuali pisang ambon dan pisang hijau
2. Jeruk
3. Mangga
4. Nanas
 Buah yang tidak boleh dimakan, seperti;
1. Nangka
2. Durian
3. Sawo
4. Lecy
5. Apel merah

Kebutuhan Kalori
Misalnya

Data Tinggi badan = 150cm BB total = 150 – 100= 50 Kg ( a )


BB aktual = 47 Kg Kurus

Jenis Kelamin = Wanita


Kalori Basal = Laki laki = 30 Kal/Kg, Wanita 25 Kal/Kg ( c)
= 50 x 25
= 1250 (c)
Aktifitas = Sedang
Umur = 58 tahun
Perhitungan Kalori
Kalori Basal = a x b = 50 x 25 = 1250 kalori (c)
Koreksi
Umur  40 tahun - 5 % x c = -5/100 x 1250 = - 62,5 kalori
Aktifitas sedang + 30 % x c = + 30/100 x 1250 = 375 kalori
Kurus + 20 % x c = +20/100 x 1250 = 250 kalori +
Total kebutuhan 1812,5 kalori
DAFTAR PUSTAKA

Maulan, M.2008.Mengenal Diabetes Militus: Panduan Praktis Mengenai Kencing


Manis.Jogjakarta:Katahati.

Pramono.2012.Diit pada Diabetes


Mellitus. http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/01/diet-
pada-diabetes-mellitus/. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020.

Sutedjo, A.Y.2010.Strategi penderita Diabetes Mellitus Berusia


Panjang.Jogjakarta:Kanisius.

Syahbudin, S.2009.Diabetes Mellitus dan Pengelolaannya,Cetakan 2,Pusat    Diabetes &


Lipid RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo. Jakarta:FKUI.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi : Diabetes Mellitus

Pokok bahasan : Perawatan Kaki dan Senam Kaki Diabetes Mellitus

Hari/tanggal : Selasa, 1 Desember 2020

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Rumah Tn. A RT 05 RW 06

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan 1x20 menit Ny S dan Keluarga memahami dan melakukan
perawatan kaki dan senam kaki DM.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah diberikan penyuluhan selama 1x20 menit , diharapkan masyarakat mampu:

a. Menjelaskan tentang pengertian diabetes melitus.


b. Menjelaskan tentang pengertian kaki diabetes.
c. Menyebutkan tujuan perawatan kaki dan senam diabetes.
d. Menyebutkan cara perawatan kaki diabetes.
e. Mendemostrasikan senam kaki diabetes.

B. Materi
1. Pengertian Diabetes Melitus.
2. Pengertian kaki diabetes.
3. Tujuan perawatan kaki dan senam kaki diabetes.
4. Cara perawatan kaki diabetes.
5. Senam kaki diabetes.
C. Metode
1. Ceramah

2. Tanya-jawab

3. Demonstrasi

D. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


1 Orientasi 1. Mengucapkan salam Menjawab salam 2 menit
Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjawab
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Apersepsi

2 Kerja/Isi 1. Menjelaskan tentang pengertian Mendengarkan dan 15 menit


diabetes melitus memperhatikan
Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tentang pengertian memperhatikan
kaki diabetes Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menjelaskan tentang tujuan
perawatan kaki dan senam kaki Mendengarkan dan
diabetes memperhatikan
4. Menjelaskan tentang cara Mengikuti dan
perawatan kaki diabetes menirukan
Menanyakan hal-hal
5. Mendemostrasikan senam yang belum jelas
kaki diabetes Mendengarkan dan
memperhatikan
6. Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya

7. Menjawab pertanyaan

3 Penutup 1. Menanyakan kepada peserta Menjawab 3 menit


tentang materi yang disampaikan pertanyaan
Mendengarkan
2. Menyimpulkan hasil penyuluhan Menjawab salam
3. Salam penutup

E. Media/Alat
1. Leaflet
F. Kriteria Evaluasi
1. Proses

a. 100 persen sasaran mengikuti kegiatan hingga selesai.

b. Klien antusias dalam mengikuti pendidikan kesehatan dengan adana proses tanya
jawab.

2. 70 % klien mampu:

a. menjelaskan kembali pengertian DM


b. menjelaskan kembali pengertian kaki DM
c. menyebutkan kembali tujuan perawatan kaki DM
d. menjelaskan kembali tujuan senam kaki DM
e. menjelaskan kembali cara perawatan kaki DM
f. mendemonstrasikan langah-langkah senam kaki DM
Materi Perawatan Kaki dan Senam Kaki Diabetes Mellitus (DM)

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah karena kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap
insulin menurun atau gangguan sekresi insulin atau kadarnya (Smeltzer et al., 2010).

Diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pankreas
yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan atau
ketidakmampuan dalam memecah insulin (Maghfuri, 2016).

B. Pengertian kaki diabetes


Menurut Waspadji (2014) kaki diabetes merupakan salah satu infeksi kronik DM.
Terjadinya kaki diabetes dimulai dari glukosa yang tinggi dan akan merusak pembuluh
darah perifer kaki.

C. Tujuan perawatan kaki diabetes


Menurut Waspadji (2014) tujuan perawatan kaki diabetes adalah:

1. Mencegah agar tidak terjadi luka.


2. Mencegah kecacatan akibat luka.

D. Tujuan senam kaki diabetes


Menurut Black & Hawks (2014) tujuan senam kaki diabetes adalah:

1. Membantu dan meningkatkan sirkulasi darah pada kaki.


2. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
3. Mengurangi nyeri.
4. Mengurangi kerusakan saraf.
5. Mengontrol gula darah
E. Cara melakukan perawatan kaki diabetes.
Menurut Monalisa & Gultom (2009) dalam Diani (2013) perawatan kaki sehari-hari
meliputi:
1. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi.
Bila perlu gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung. Keringkan kaki dengan
handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari kaki, terutama sela jari kaki
ketiga-keempat dan keempat-kelima.

2. Berikan pelembab (body lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit tidak
menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari kaki karena sela-
sela jari akan menjadi lembab dan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur.

3. Gunting kuku harus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek dan
dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kulit tidak menjadi tajam. Hindarkan
terjadinya luka pada sekitar kuku. Bila kuku keras dan sulit dipotong, rendam kaki
dengan air hangat (37°C) selama sekitar 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku, sabun
dan air bersih. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan berikan krim
pelembab kuku.

4. Pakai alas sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, juga di
dalam rumah. Jangan gunakan sandal jepit karena dapat menyebabkan lecet di sela
jari pertama dan kedua.

5. Gunakan sandal atau sepatu yang baik sesuai dengan ukuran dan enak untuk dipakai,
dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah kaos/ stocking yang
pas dan bersih terbuat dari bahan katun. Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetes
adalah:

a. Ukuran: sepatu lebih dalam.

b. Panjang sepatu ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat berdiri
(sesuai cetakan kaki).

c. Bentuk: ujung sepatu lebar (sesuai lebar jari-jari kaki)

d. Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inchi.

e. Bagian dalam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari busa
karet, plastik dengan tebal 10-12 mm.

f. Ruang dalam sepatu longgar, lebar sesuai bentuk kaki.

6. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti jarum
dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki
agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu baru.

7. Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan setiap 2 jam dan periksa keadaan kaki.

8. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa apakah ada
tanda-tanda radang.

9. Segera ke dokter bila kaki.mengalami luka.

10. Periksa kaki secara rutin ke dokter.

F. Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes (Flora, dkk. 2013).


1. Posisi duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh lantai atau posisi
berbaring dengan kaki diluruskan.

2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke
bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada
kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke
atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10
kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10 kali.

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki harus
diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

6. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan
ini sama dengan posisi tidur.

7. Letakkan sehelai koran di atas lantai. Bentuk kertas koran menjadi seperti bola
dengan kedua kaki. Kemudian buka bola menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua kaki. Robek koran menjadi 2 bagian, pasangkan kedua bagian
koran, pada koran yang satu disobek kecil-kecil dengan kedua kaki, pindahkan
sobekan tersebut pada koran yang utuh dengan menggunakan satu kaki secara
bergantian, lalu bungkus menjadi satu dengan 2 kaki.
DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. 2006. Diabetes Melitus:  Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenali Gejala, Menangg
ulangi,  dan Mencegah Komplikasi. Ed.1. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Senam kaki adalah Langkah-langkah 3. Letakan tumit kaki di lantai. Bagian
kegiatan atau latihan yang
ujung kaki diangkat ke atas dan buat
dilakukan oleh pasien  Cuci Tangan
diabetes melitus untuk gerakan memutar dengan pergerakkan
mencegah pada pergelangan kaki.
terjadinya luka dan membantu melancarkan  Duduk dengan
peredaran darah bagian kaki
nyaman diatas kursi
Tujuan???? dengan kaki menyentuh lantai

a. Memperbaiki sirkulasi darah


(Catatan: Setiap gerakan dilakukan 10x)
b. Memperkuat otot-otot kecil 1. Letakkan tumit diatas lantai, 4. Letakan jari-jari kaki dilantai, angkat
luruskan jari-jari kedua belah kaki tumit dan buat gerakan memutar dengan
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk
lalu dibengkokkan kembali kebawah pergerakkan pada pergelangan kaki.
kaki seperti cakar ayam.
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan
paha

e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

2. Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, 5. Angkat salah satu lutut kaki, dan
Apa yang harus disiapkan?? angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
lainnya, jari-jari kaki diletakkan di turunkan kembali secara bergantian
Alat: lantai dengan tumit kaki diangkatkan kiri dan kanan.
 Koran ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan
pada kaki kiri dan kanan secara
 Kursi
bergantian.

6. Luruskan salah satu kaki diatas lantai, angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
pisahkan kedua bagian koran.

 Sebagian koran di sobek-sobek


menjadi kecil-kecil dengan kedua
7. Lakukan gerakan sebelumnya dengan kedua
kaki
kaki secara bersamaan.

 Pindahkan kumpulan sobekan-


sobekan tersebut dengan kedua kaki
lalu letakkan sobekkan kertas pada
bagian kertas yang utuh DISUSUN OLEH

8. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan  Bungkus semuanya dengan kedua DIAN MUSTIKA N
posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki kaki menjadi bentuk bola
kedepan dan
kebelakang.

9. Luruskan salah JURUSAN PROFESI NERS


satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
kaki , tuliskan pada udara dengan 2020
kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian.

9. Letakkan sehelai koran


dilantai. Bentuk kertas itu
menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu
menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekali saja. Kemudian
lakukan:
 Robek koran menjadi 2 bagian,
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai