Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ALFADILA SARI

NIM : 1914201094

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEMESTER/KELAS : VI / B

MATKUL : ILMU TERAPI GIZI DAN DIIT

DOSEN PENGAMPU : WANDA LASEPA, M. Gz

SOAL :

1.Jelaskan masalah gizi yang terjadi di Indonesia?

Jawaban :

Gizi buruk menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup banyak menimpa rakyat Indonesia,
terutama di wilayah bagian timur. Selain itu, masalah gizi di Indonesia umumnya meliputi anak yang
terlalu kurus, kelebihan berat badan, bertubuh pendek, dan anemia.

a.Wasting (kurus)
Di Indonesia, anak-anak cenderung memiliki tubuh yang kurus, apalagi bila dibesarkan dalam
keluarga berpenghasilan rendah atau miskin. Kurusnya tubuh anak (wasting) umumnya
disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi. Kurus akibat gizi kurang dapat meningkatkan risiko
anak terkena berbagai penyakit infeksi, dan gangguan hormonal, yang berdampak buruk pada
kesehatannya. Masalah gizi ini dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

b.Obesitas
Anak-anak di Indonesia biasanya kurang mendapat asupan serat sayur dan buah, sering
mengonsumsi makanan berpenyedap, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Obesitas juga
merupakan malnutrisi.Berbagai kebiasaan tersebut dapat membuat pola makan anak tidak
sesuai dengan gizi seimbang, sehingga meningkatkan risiko kegemukan. Obesitas dapat
meningkatkan risiko anak terkena penyakit hipertensi, diabetes melitus, kanker, osteoporosis,
dan kondisi lainnya, yang dapat menurunkan produktivitas dan usia harapan hidup.

c.Stunting (bertubuh pendek)


Kebanyakan anak di Indonesia memiliki tinggi badan yang pendek. Rata-rata tinggi anak
Indonesia, lebih pendek daripada standar WHO. Mayoritas anak laki-laki lebih pendek 12,5 cm.
Sementara itu, rata-rata anak perempuan lebih pendek 9,8 cm.Tubuh pendek (stunting) pada
masa kanak-kanak dapat diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan.Masalah gizi di Indonesia ini juga dapat menimbulkan berbagai dampak. Beberapa
di antaranya adalah penurunan kekebalan tubuh, fungsi kognitif, hingga gangguan sistem
metabolisme.Bahkan stunting disinyalir dapat mengurangi IQ sebesar 5-10 poin, memperoleh
nilai yang rendah di sekolah, dan mengurangi produktivitas anak dari waktu ke waktu.

d.Anemia
Anemia pada anak sebagian besar diakibatkan oleh kekurangan zat besi. Cukup banyak anak
Indonesia yang mengalami anemia atau kekurangan darah. Anemia dapat berdampak buruk
terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, dan produktivitas.

e. Kurang vitamin A (KVA)


kekurangan vitamin A bisa berbahaya. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan
hingga kebutaan pada anak-anak.Selain itu, kekurangan vitamin A juga meningkatkan risiko
penyakit dan kematian akibat infeksi berat, seperti diare dan campak. Namun, Indonesia telah
melakukan penanggulangan dengan pemberian kapsul vitamin A setiap 6 bulan di puskesmas.

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)


Kekurangan iodium dapat menyebabkan kerusakan otak pada anak-anak. Hal tersebut
mengakibatkan gangguan perkembangan kognitif dan motorik yang memengaruhi kinerja anak
di sekolah.Selain itu, kekurangan iodium pada anak juga dapat memicu hipotiroidisme
(rendahnya hormon tiroid) dan penyakit gondok.

2.) Jelaskan faktor resiko dari kejadian obesitas yang ada di Indonesia!

Jawaban : Faktor risiko obesitas Diindonesia


a. Faktor genetik
Genetik atau faktor keturunan termasuk penyebab obesitas yang paling sering terjadi. Anak
dari orangtua yang mengalami kegemukan lebih berisiko dibandingkan anak dengan orangtua
yang memiliki berat badan ideal.Faktor keturunan menjadi penyumbang utama karena gen
memberikan instruksi pada tubuh untuk merespon perubahan di lingkungannya. Jadi, susunan
genetik Anda berpengaruh besar terhadap berat badan.Itu sebabnya, hal tersebut akan
memengaruhi beberapa hal yang terkait dengan obesitas, meliputi metabolisme basal
(BMR),distribusi lemak,aktivitas fisik teratur yang meningkatkan laju metabolisme,sinyal tubuh,
seperti nafsu makan dan rasa lapar atau kenyang, dandiet rendah kalor yang menurunkan laju
metabolisme.Selain itu, anggota keluarga cenderung memiliki pola makan dan aktivitas yang
serupa. Maka dari itu, banyak pasien obesitas yang mempunyai anggota keluarga dengan
masalah kesehatan yang sama.

b. Pola makan tidak sehat


konsumsi kalori yang lebih banyak daripada yang dibakar tubuh tentu dapat memicu kenaikan
berat badan. Akibat dari pola makan tidak sehat ini juga dipengaruhi oleh pilihan makanan dan
kebiasaan makan, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur,makan makanan berlemak
berlebihan,minum minuman manis atau berkalori tinggi,sering melewatkan sarapan,porsi
makan yang berlebihan, dan konsumsi makanan cepat saji terlalu sering.

c. Jarang bergerak atau berolahraga


Dibandingkan pola makan tidak sehat, jarang bergerak dan berolahraga bisa menjadi penyebab
lonjakan kasus obesitas di banyak negara pola makan tetap menjadi faktor penyebab obesitas
yang diperhitungkan. Jadi, obesitas baru bisa diatasi bila Anda menjalani keduanya, yaitu pola
makan yang sehat yang dibarengi dengan rutin berolahraga.

d. Penyakit dan obat tertentu


penggunaan obat-obatan juga bisa memicu berat badan berlebih. Pasalnya, ada kemungkinan
tubuh terpapar bahan kimia dari obat-obatan tersebut dan hal ini juga turut dipengaruhi oleh
peran mikrobioma.Sederet obat yang bisa membuat berat badan naik antara lain
antidepresan,obat anti-kejang,obat diabetes,antipsikotik,steroid, dan beta blocker.

e. Usia
Tahukah Anda bahwa perubahan hormon dan gaya hidup malas gerak (kurang aktif) akan terjadi
seiring bertambahnya usia? Sayangnya, hal ini ternyata bisa menjadi faktor risiko dari
obesitas.Obesitas adalah masalah kesehatan yang dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-
anak hingga lansia. Namun, semakin tua seseorang, ternyata semakin jarang mereka
berolahraga.Gaya hidup yang kurang aktif tersebut juga diperparah dengan jumlah massa otot
dalam tubuh yang menurun. Umumnya, massa otot yang lebih rendah dapat menyebabkan
penurunan metabolisme yang membuat kebutuhan kalori berkurang Itu sebabnya, banyak lansia
yang mungkin kurang bisa mengontrol pola makan yang dibarengi dengan aktivitas fisik yang
jarang. Akibatnya, kenaikan berat badan pun tidak dapat dihindari.

f.Stres
Beberapa orang ketika merasa sangat stres membiarkan dirinya untuk memenuhi kebutuhan
emosionalnya dengan makan. Makan akibat stres ini kemungkinan besar didominasi oleh
makanan berkalori tinggi, bahkan saat Anda tidak merasa lapar.Bila kebiasaan ini diteruskan
tanpa dibarengi dengan aktivitas fisik, tentu bisa memicu kenaikan berat badan yang bisa
berakhir pada obesitas.

g. Lingkungan sekitar
kebiasaan makan dan aktivitas fisik seseorang dan keluarganya juga turut dipengaruhi oleh
lingkungan dan komunitas sekitarnya. Jadi, lingkungan sekitar juga menjadi faktor risiko obesitas
yang perlu diwaspadai.Sebagai contoh, Anda mungkin tidak dapat berjalan atau bersepeda ke
kantor atau ke toko karena trotoar atau jalur sepeda yang tidak memadai. Hal ini pun berlaku
ketika orang di sekitar tidak mengajari atau tidak memiliki akses ke makanan yang lebih
sehat.Tidak hanya rumah dan lingkungan sekitar, sekolah, perawatan kesehatan, hingga tempat
kerja juga memengaruhi aktivitas sehari-hari. Itu sebabnya, penting untuk menciptakan
lingkungan yang memudahkan aktivitas fisik dan pola makan sehat.
3.) Ny.j berusia 35 tahun seorang ibu rumah tangga datang kepoli gizi untuk menurunkan berat badan
yang rasa sangat mengganggu mobilitasnya.tareget penurunan berat badan 1kg/minggu.Data yang
diperolah BB : 72,TB : 153 cm,TD : 120/90 mmHg.respirsi 22x/menit,nadi 90x/menit.hasil lab yang
diperoleh : gula darah sewaktu 160 bmg/dl,leokosit 11.750 sel/mm3,Hb 18,6 g/dl (tinggi),Trambost
211.000 sel/mm3,hasil recall gizi (asupan semalam) : energy 664 kkal protein 42.2 gram lemak 35.4 gram
KH 98.96 gram.pola makan tidak teratur dan sering makan yang berlemak dan bersantan.silahkan tulis
asupan gii dimulai dari assessment gii,diagnose gii,intervensi gii dan monitoring dan evaluasi!

Jawab :
Nama : Ny. J
Umur : 35 tahun
BB :72 kg
TB : 153 kg
TD : 120/90 mmHg
R : 22x/menit
Nadi :90x/menit
Diagnose : obesitas
Deatary : hasil recall gizi
Energy : 664 kkal
Protein : 42,2 gram
Lemak : 35,4
Karbohidrat : 98,96
Gula darah: 160 mg/dl
Leukosit : 11.750 sel/mm3
Hb : 18.6 g/dl
Trambosit : 211.000 sel/mm3

Diagnosa
 ( NI 5.5 ) ketidak seimbangan zat gizi berkaitan dengan kelebihan asupan lemak ditandai
dengan sering memakan makanan berlemak dan bersantan
 ( NC 3.3 ) kelebihan BB/overweight/obesitas ditandai dengan kenaikan BB yang tidak
diharapakan
Intervensi
Diet rendah energy,rendah lemak
a. Planning
Terapi diet bentuk makanan dan cara pemberian biasa / oral
b. Tujuan
Untuk menurunkan berat badan
c. Syarat atau prinsip diet
 Protein lebih sedikit tinggi /15 – 20 % dari energy total
 Lemak sedang yaitu 20 – 25 % dari kebutuhan energy total .sumber lemak berasal
dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh yang kadarnya tinggi
 Karbohidrat lebih rendah yaitu 55-56% dari kebutuhan energy total
 Vitamin dan mneral cukup sesuai kebutuhan
 Cairan cukup

Status gizi normal

72/1,53 ² =72/2,3 = 31,3

Normalnya : 25

Monitoring

Yang diukur Pengukuran Evaluasi


target
Antropometri BB Seminggu sekali Normal
Biokimia Gula darah Menyesuaikan Normal
sewaktu,leokosit,Hb,Trombosi dengan dokter
t
Fisik klinis TD,Nadi dan RR Menyesuaikan Normal
dengan dokter
Asupan zat gizi Daya terima Setiap hari Normal

Anda mungkin juga menyukai