Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem
reproduksi. Kesehatan reproduksi ditujukan bagi pria maupun Wanita namun
dalam hal ini wanita mendapatkan perhatian lebih karena begitu kompleksnya
alat reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi membahas berbagai hal yang
berhubungan dengan kesehatan alat reproduksi seseorang, selain itu kesehatan
reproduksi juga membahas tentang siklus hidup serta permasalahan yang
dihadapi oleh wanita (Irianto, 2015).

Prolaps Uteri (PU) merupakan salah satu bentuk Prolaps Organ Panggul
(POP), yaitu kondisi turunnya rahim dari batas anatomi normalnya ke dalam
kanalis vagina (hingga melalui vagina). Hal ini dapat terjadi akibat kegagalan
ligamen fasia dasar panggul dalam menopang organ panggul. Pada kehamilan
dan persalinan dapat terjadi trauma yang menekan jaringan ikat, otot, dan
persarafan di daerah panggul yang menyebabkan kelemahan struktur akibat
regangan dan robekan. Kehamilan, persalinan, serta menopause juga dapat
menyebabkan kelemahan lebih lanjut dari struktur dasar panggul karena
berkurangnya hormon estrogen.

Wanita dengan segala usia dapat mengalami prolapsus uteri, namun


prolapsus lebih sering terjadi pada wanita dengan usia lebih tua. Seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup khususnya wanita di Indonesia yang
mencapai usia 74-88 tahun pada tahun 2014 maka jumlah wanita usia lanjut
akan meningkat sehingga dikhawatirkan kasus prolapsus uteri juga semakin
bertambah. Maka diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya prolapsus uteri
dan untuk meminimalisir dampak yang terjadi akibat prolapsus uteri.

Dalam uji coba yang dilakukan Women's Health Initiative (WHI) di


Amerika Serikat dari 16.616, 14,2% diantaranya ditemukan prolaps uteri. Di
Indonesia sejak zaman dahulu telah lama juga dikenal istilah peranakan turun
atau yang disebut dengan Prolaps uteri. Frekuensi kejadian prolaps uteri sendiri
di indonesia hanya 1,5% saja. Kebanyakan terjadi pada usia tua dibandingkan
pada usia muda. Hal ini disebabkan oleh kelemahan dari otot dan struktur
fascia pada usia yang lebih lanjut. (Tafonao dan Sitepu,2018).

Faktor terjadinya prolaps uteri disebut multifaktorial karena memiliki


banyak penyebab, di antara penyebab tersebut yang paling sering ditemukan
ialah, faktor usia, kehamilan, persalinan, menopause, peningkatan tekanan
intraabdomen, dan faktor genetik. Faktor risiko prolaps uteri sama dengan
prolaps organ panggul, sehingga beberapa teori pada POP dapat disangkut-
pautkan pada prolaps uteri. Gejala yang sering ditemukan seperti adanya rasa
penuh di vagina, terabanya tonjolan dari vagina dengan keadaan masih di
dalam maupun di luar, hingga rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual.
Keluhan ini mengganggu keseharian karena dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman dalam fungsi seksual sehingga menurunkan kualitas hidup seseorang.

Klasifikasi prolaps uteri dapat diukur menggunakan beberapa sistem


diantaranya sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) dan sistem
Baden-Walker. Saat sistem yang digunakan ialah POP-Q karena Teknik
pemeriksaan yang mudah dan murah, tetapi memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang baik sehingga menjadi salah satu gold standard dalam
menentukan stadium POP. Menurut sistem Pelvic Organ Prolapse
Quantification (POP-Q) derajat prolaps dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu
stadium 0, 1, 2, 3, dan 4.

Sampai saat ini data mengenai karakteristik prolaps uteri belum banyak
yang diperbarui, sehingga penulis tertarik untuk melakukan seminar untuk
membandingkan hasil kasus dengan teori dan hasil kasus penelitian-penelitian
sebelumnya. Penulis memilih Rumah Sakit RSUD Arifin Achmad karena
merupakan rumah sakit rujukan wilayah Provinsi Riau. Besar harapan penulis
ini dapat memberikan informasi yang tepat dan dapat menjadi referensi untuk
melakukan penulisan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Asuhan Keperawatan Ny.Z Dengan Prolaps Uteri di ruangan COT.lt 2
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan pengkajian dan menerapkan asuhan keperawatan

pada pasien dengan penyakit Prolaps Uteri di ruang COT.Lt 2 RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit

penyakit Prolaps Uteri di ruang COT.Lt 2 RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan

prioritas pada pasien dengan penyakit Prolaps Uteri di ruang

COT.Lt 2 RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien

dengan penyakit penyakit Prolaps Uteri di ruang COT.Lt 2

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan

penyakit penyakit Prolaps Uteri di ruang COT.Lt 2 RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

penyakit penyakit Prolaps Uteri di ruang COT.Lt 2 RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan informasi bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun

rencana keperawatan dan asuhan keperawaran yang sistematis dan

komprehensif pada pasien dengan penyakit Prolaps Uteri di ruang

COT.Lt 2 RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

2. Bagi Perawat

Sebagai sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Prolaps Uteri

di ruang COT.Lt 2 RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

3. Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang pasien dengan penyakit Prolaps Uteri di ruang COT.Lt 2 RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau

Anda mungkin juga menyukai