Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS PADA NY.

M UMUR 47
TAHUN G6P5A0 DENGAN KPD

DI RUANG BERSALIN RSUD. SELE BE SOLU KOTA SORONG

Disusun Oleh

NAMA : NAOMI CORPUTTY

NIM : 4 1540118060

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SORONG

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS PADA NY. M UMUR 47


TAHUN G6P5A0 DENGAN KPD

DI RUANG BERSALIN RSUD. SELE BE SOLU KOTA SORONG

Yang disusun oleh :

NAMA : NAOMI CORPUTTY

NIM : 41540118060

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh :

Pembimbing Klinik PembimbingInstitusi

(Martha Mansawan, S.Tr. Keb) (Harlinah, S.ST, M.Kes)

NIP.197603032006052002 NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi kesempatan, kesehatan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
laporan ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis pada Ny. I Umur 47
Tahun Dengan KPD” yang diajukan untuk memenuhi persyaratan praktik Kebidanan
Patologis program studi DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Sorong.
Selesainya laporan ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan arahan berbagai pihak,
sehingga penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ariani Pongoh, S.ST., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Sorong.
2. Sunaeni,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Sorong.
3. Adriana Egam, S.SiT., M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan.
4. Zaenab Ismail, S.ST, M.Kes selaku wali kelas DIII Kebidanan Tingkat IIIB telah
memberikan masukan dan saran guna kesempurnaan Laporan Ilmiah ini.
5. Harlinah, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan, bantuan dan masukan dalam penyempurnaan laporan ilmiah ini.
6. Direktur dan Seluruh staf Rumah RSUD. Sakit Sele Be Solu yang telah memberikan
ijin, bantuan dan fasilitas dalam pengambilan data awal dan melakukan praktik klinik
sehingga laporan ilmiah ini selesai dengan baik.
7. Klien Ny. M dan keluarga yang telah bersedia dan meluangkan waktu untuk menjawab
dan mengikuti semua pertanyaan dan arahan yang telah diberikan oleh peneliti sehingga
laporan ilmiah ini selesai dengan baik.
8. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Politeknik Kesehatan Kementrerian Kesehatan
Sorong yang telah membantu penulis dalam masa perkuliahan dan penyusunan laporan
ilmiah ini.
9. Teristimewa kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan, mengasihi dan
menyayangi, memberikan dukungan dan senantiasa memberikan yang terbaik dalam
meraih cita-citaku.
10. Kepada teman-teman jurusan DIII Kebidanan yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan saran, masukan dan motivasi dalam penulisan laporan ilmiah ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu, memotivasi
dan memberi saran sehingga penyusunan laporan ilmiah ini selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
besar harapan penulis atas kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ilmia ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan dan untuk penelitian selanjutnya.

Sorong, 06 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/ sebelum inpartu , pada pembukaan <3 cm pada primipara dan <5 cm
pada multipara. Hal ini terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan(Nugroho, 2013: 113).
KPD biasanya terjadi pada usia kehamilan yang sangat awal yaitu usia
kehamilan sebelum 28 minggu atau pada trimester ketiga (Antara 28 minggu hingga
34 minggu), hal ini biasanya di sebabkan apabila leher rahim tertutup atau melebar.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi pada KPD adalah paritas, kelainan
selaput ketuban, usia ibu, serviks yang pendek, indeksi, serviks yang inkompeten,
trauma, gemeli, hidromnion, kelainan letak, alkohol, dan merokok (Nugrahini, et
al:2017).
Komplikasi yang bisa di sebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi masa nifas,
meningkatkan operatf obstetric (khususnya SC), morbiditas, mortalitas maternal.
Sedangkan pada janin KPD dapat menyebabkan prematuritas (sindrom distress
pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan pada neonatal, perdarahan
intraventikuler, gangguan otak, dan resiko cerebral palsy, anemia, skor APGAR
rendah, ensefelopati,cerebral palsy, perdarahan intracranial,gagal ginjal, distress
pernafasan). Dan oligohidromnion (sindrom defornits janin, hipolapsia paru,
deformitas ekstrimitas dan pertumbuhan janin terhembat), morbiditas dan mortalitas
perinatal(Marni dkk,2016:105-106).
Penyebab Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menurut dinas
kesehatan RI tahun 2013 yaitu perdarahan, infeksi, dan abortus. Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum inpartu atau persalinan, yaitu
apabila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.
dalam keadaan normal ketuban pecah pada saat persalinan. Bila periode laten panjang
dan ketuban sudah pecah, maka akan menyebabkan infeksi yang bisa menyebabkan
kematian ibu (Sofian,2013).
Penyebab kematian langsung ibu akibat dari penyakit penyulit kehamilan,
persalinan, dan nifas. misalnya infeksi, eklamsia, perdarahan, emboli air ketuban,
trauma anestesi, trauma operasi, dan lain-lain. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu
sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti
febris, korioamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah KPD karena
KPD yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.
KPD disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. KPD
merupakan suatu kejadian obstetrik yang banyak ditemukan, dengan insiden sekitar
10,7% dari seluruh persalinan, dimana 94% diantaranya terjadi pada kehamilan cukup
bulan. Ini terjadi pada sekitar 6-20% kehamilan.
Kesakitan dan angka kematian ibu masih merupakan masalah serius di Negara
bekembang. Menurut World Health Organization (WHO) menegeskan setiap tahun
sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000(99%) dari Negara
berkembang. Angka Kematian Ibu(AKI) di Negara berkembang merupakan peringkat
tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika di bandingkan
dengan AKI di Negara maju yaitu 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup. AKI
tahun 2015 di dunia yaitu 303.000 menurun sekitar 44% di bandingkan dengan tahun
1990(WHO 2015).

B. TUJUAN
1) Umum
Setelah melakukan praktik Asuhan Kebidanan pada Ny. H usia 25 tahun
selama persalinan diharapkan mahasiswi dapat melaksanakan asuhan kebidanan
menurut 7 langkah varney dengan menggunakan pendekatan standar asuhan
kebidanan dan SOAP
2) Tujuan Khusus
Mahasiswi mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. H umur 25 tahun.
menggunakan pendekatan tujuh langkah varney dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara detail pada Ny. M usia 47
tahun selama persalinan
b. Mahasiswa mampu menginterprestasi data Ny. M usia 47 tahun selama
pesalinan
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah yang muncul dari
hasil pengkajian pada Ny. M usia 47 tahun selama persalianan
d. Mahasiswa dapat mengantisipasi masalah potensial yang timbul dari masalah
atau diagnosa pada Ny. M usia 47 tahun selama persalinan
e. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi Ny. M usia
47 tahun selama persalinan
f. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana dan mampu melakukan
implementasi pada masalah yang muncul dalam asuhan kebidanan pada Ny.
M usia 47 tahun selama persalinan
g. Mahasiswa dapat mengevaluasi semua tindakan yang sudah dilakukan pada
Ny. M usia 47 tahun selama persalinan
h. Mahasiswa dapat membuat pendokumentasian SOAP pada Ny. M usia 47
tahun selama persalinan.

C. MANFAAT
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan referensi, sumber literatur, sebagai bahan
dokumentasi dan bahan perbandingan untuk laporan ilmia selanjutnya, sehingga
dapat menambah wawasan dan mengembangkan teori yang ada.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan laporan ilmiah ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan prosedur dan
standar praktik kebidanan di puskesmas.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan persalinan patologis sesuai dengan 7
langkah varney dan soap.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM PERSALINAN


1. Pengertian persalinan
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
persalinan. Bayi di lahirkan spontan dalam presentase belakang kepala pada usia
kehamilanan antara 37 minggu hingga 42 minggu lengkap. Stelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses
ini di mulai dengan adanya kontrasi persalinan sejati, yang di tandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan di akhiri dengan kelahiran plasenta(eka
dan kurnia, 2014:2).
Menurut Varney (2007), Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan berbagai
rangkaian yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini
dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta
(Elisabet siwi walyani,2015).
Tujuan asuhan persalinan Salah satu hal penting daalam proses persalinan
adalah asuhan intrapartum, yang bertujuan untuk meningkatkan jalan lahir yang
aman bagi ibu dan bayi, meminimalkan resikopada ibu dan bayi, dan
meningkatkan hasil kesehatan yang baik dan pengalaman yang positif.
Tujuan dari asuhan persalinan normal adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan perilaku koping ibu
2. Memberikan lingkungan yang aman bagi ibu dan janin
3. Mendukung ibu dan keluarganya melewati pengalaman persalinan dan
melahirkan
4. Memenuhi keinginan dan pilihan ibu selama persalinan,ketika
memungkinkan
5. Memberikan tindakan rasa nyaman dan meredakan nyeri jika perlu
6. Memberikan ketenangan dan informasi, yang disertai dengan perhatian
terhadap kebutuhan budaya ibu dan keluarga
7. Untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu daan bayinya (Eka Puspita 2014).
2. Jenis-jenis persalinan
a. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui
jalan lahir.
b. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan presentase belakang kepala
dengan bantuan tenaga ibu sendiri, tanpa adanya bantuan dari luar misalnya
ekstraksi dari foceps/vakum atau sectio caessarea.
c. Persalinan Anjuran
Yaitu persalinan yang berlangsung bila kekuatan yang di perlukan untuk
persalinan di timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya
pemberian Pitocin, prostaglandin (Damayanti, dkk, 2014:oktarna,
2016;prawirohardjo,2014).
3. Sebab-sebab timbulnya persalinan
Menurut Yuni, dkk (2018), sebab-sebab terjadinya persalinan diantara yaitu:
a. Penurunan Kadar Progesteron.
Hormone ekstrogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim,
sedangkan hormone progesterone dapat menimbulkan relaksasi otot-otot
rahim. Selama masa kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan ekstrogen di dalam darah. Namun, pada akhir kehamilan
kadar progesterone menurun sehingga timbul his. Hal inilah yang
menandakan sebab-sebab mulainya persalinan.
b. Teori Oxytocin
Pada akhir usia kehamilan, kadar oxytocin bertambah sehingga
menimbulkan kontraksi otot-otot rahim.
c. Ketegangan Otot-Otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka terjadi kontraksiuntuk
mengeluarkan yang ada di dalamnya. Demikian pula dengan rahim, maka
dengan majunya kehamilan atau bertambahnya ukuran perut semakin
teregang pula otot-otot rahim dan akan menjadi semakin rentan.
d. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar-kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari
biasanya.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, diduga menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang di berikan secara intravena, dan extra amnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini
juga di dukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air
ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
4. Tanda gejala persalinan
Tanda-tanda Bahwa Persalinan Sudah Dekat diantaranya sebagai berikut:
a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia
merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar,dan sering diganggu oleh rasa
nyeri pada anggota bawah.
b) Pollakisuria
pada akhir bulan ke-IX, berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan
kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing yang disebut pollakisuria.
c) False Labor
Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh
his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
1) Nyeri
2) yang hanya terasa di perut bagian bawah.
3) Tidak teratur.
4) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
bila dibawa jalan malah sering berkurang.
5) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks.
6) Perubahan Serviks
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan serviks menunjukkan
bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang, dankurang lunak. Namun
kondisinya berubah menjadi lebih lembut, beberapa menunjukkan telah
terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-
masing ibu yag mengalami persalinan. Misalnya, pada multipara sudah
terjadi pembukaan 2 cm namun pada primapara sebagian besar masih
dalam keadaan tertutup.
6) Energi Spurt
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah bebrapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktivitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perobot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga
ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga proses
persalinan menjadi panjang dan sulit.
7) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda, seperti diare,
obstipasi, mual, dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan.
d) Tanda-Tanda Awal Persalinan
1) Timbulnya His Persalinan
a. Nyeri melingkar tubuh dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
b. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
c. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat.
d. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan serviks.
2) Bloody Show
bloody show merupakan lendir disertai darah dari jalan lahirnya
dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan
karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim
hingga capillair darah terputus.
3) Premature Rupture Of Membrane
Premature Rupture Of Membrane adalah keluarnya cairan banyak
dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban
pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan
lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Kdang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam
24 jam setelah air ketuban keluar.

e) Tanda-Tanda Pada Kala I


1) His belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan pada situasi
tersebut tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat
berjalan.
2) Lambat laun his bertambah kuat: interval lebih pendek, kontraksi lebih
kuat dan lebih lama.
3) Bloody Show bertambah banyak.
4) Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.
5) Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah: “ kemajuan
pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan 2 cm sejam bagi multi, walaupun
ketentuan ini sebetulnya kurang tepat seperti akan diuraikan nanti”.
f) Tanda-Tanda Pada Kala II
1) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya
tiap 2-3 menit.
2) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
kekuning-kuningan sekonyong-konyong dan banyak. Pasien mulai
mengejan.
3) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
4) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi
waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini
disebut : “kepala membuka pintu”.
5) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga
tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan
subocciput ada di bawah symphisis di sebut : “ kepala keluar pintu”.
6) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar,
dahi,dan mulut pada commissura posterior.
7) Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir
bagian depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat
tersebut.
8) Setelah kepala lahir dilanjut dengan putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekanoleh jalan lahir
sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
9) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul
seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan
lahir.
10) Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban , yang tidak keluar
waktu ketuban pecah, kadang-kadang bercampur darah.
11) Lama kala II pada primipara ± 50 menit sedangkan pada multipara ± 20
menit.
g) Tanda-Tanda Persalinan Kala III
Berikut adalah tanda-tanda persalinan pada kala III:
1) Setelah anka lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit
timbul lagi disebut “his pengeluaran uri” yaitu his yang melepaskan uri
sehingga terletak pada segmen bawah rahim (SBR) atau bagian atas dari
vagina.
2) Setelah anak lahir uterus teraba seperti tumor yang keras, segmen atas
lebar karena mengandung plasenta,fundus uteri teraba sedikit di bawah
pusat.
3) Bila plasenta telah lepas, bentuk uterus menjadi bundar dan tetap bundar
hingga perubahan bentuk ini dapat diambil sebagai tanda pelepasan
plasenta.
4) Jika keadaan ini di biarkan, maka setelah plasenta lepas fundus uteri
naik sedikit hingga setinggi pusat atau lebih dan bagian tali pusat di luar
vulva menjadi lebih panjang.
5) Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam SBR atau
atas vagina dan dengan demikian mengangkat uterus yang berkontraksi
dengan sendirinya akibat lepasnya plasenta maka bagian tali pusat yang
lahir lebih panjang.
6) Lamanya kala uri ± 8,5 menitdan pelepasan plasenta hanya memakan
waktu 2-3 menit.

B. Tinjauan khusus tentang KPD


1. Fisiologi air ketuban
Fisiologi Air Ketuban Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang
menyelimuti janin di dalam Rahim selama kehamilan yang memiliki berbagai
fungsi yaitu melindungi pertumbuhan janin, menjadi bantalan untuk melindungi
janin terhadap trauma dari luar, menstabilkan dari peubahan suhu, pertukaran
cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan
dalam Rahim. Selan itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, dan
pada saat persalinan, ketuban yang mendorong servik untuk membuka, juga
meratakan tekanan intera-uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuba
pecah( Mika, 2016:22-23).
Air ketuban berkembang dan mengisi kantong ketuban mulai 2 minggu
sesudah pembuahan. Kantung ketuban terbentuk saat usia kehamilan 12 hari
setelah pembuahan, dan segera terisi oleh air ketuban.
Setelah 10 minggu, kemudian air ketuban mengandung protein, karbohidrat,
lemak, fosfolipid, urea, dan elektrolit untuk membantu pertumbuhan janin. Pada
saat akhir kehamilan sebagian besar air ketuban dari urin janin.
Saat minggu-minggu awal ketuban berisi terutama air yang berasal dari ibu, setelah
20 minggu urin janin membentuk sebagian air ketuban yang mengandung nutrient,
hormon, dan anti bodi yang melindungi janin dari penyakit.
Air Ketuban terus menerus di telan/dihirup dan di ganti lewat proses eksresi
seperti juga di keluarkan lewat urin. Hal demikian merupakan hal yang penting
bahwa air ketuban di hirup dalam paru janin untuk membantu janin mengembang
sempurna. Air ketuban yang tertelan membantu pembentukan mekonium saat
ketuban pecah. Apabila ketuban pecah terjadi selama proses persalinan di sebut
dengan ketuban pecah spontan, apabila terjadi sebelum persalinan disebut dengan
KPD. Sebagian besar air ketuban akan berada dalam Rahim sampai neonatus lahir
(kosim, 2010: 1-2).
2. Pengertian ketuban pecah dini (KPD)
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara spontan dari
rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari selaput ketuban yang
mengalami kerobekan, muncul setelah usia kehamilan 28 minggu dan setidaknya
sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya(Gehwagi et al, 2015).
Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah
dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu disebut ketuban pecah dini premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm mengalami ketuban pecah
dini. (Prawirahardjo, 2014: 677).
Ada macam-macam batasan tentang KPD atau premature rupture of
membrane (PROM) yakni:
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya 2 atau 4
atau 6 jam sebelum inpartu.
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau leher
Rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan serviks 3
cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
c. Prinsipnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya(Norma Dan Dwi,
2013: 247).
3. Klasifikasinya
Menurut pogi tahun 2014, KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu KPD
preterm dan KPD aterm.
a. KPD preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia kehamilan <37 minggu
sebelum onset persalinan. KPD psangat preterm adalah pecahnya ketuban
saat umur kehamilan ibu di antara 24 minggu sampai kurang dari 34
minggu, sedangkan KPD preterm saat usia kehamilan ibu antara 34 minggu
sampai kurang dari 37 minggu .
b. KPD aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern pada usia
kehamilan ≥37 minggu.
4. Etiologi
Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun faktor-faktor yang
lebih sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang berasal dari
vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko
tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang terlalu
sering dapat mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban lebih tipis
sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan semakin banyak paritas
semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks
pada persalinan sebelumnya. Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada
usia reproduktif biasanya relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk
hamil dan melahirkan karena pada keadaan tersebut dinding uterus lebih
kuat karena belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu
sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban
dengan baik. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih
beresiko pada mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah
rapuh yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan
yang mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan.
c. Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka yang di
sebabkan karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curatage).
d. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion, gemelli
e. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya di
sertai infeksi.
f. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena
kelainan letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat
sehingga dapat menyebabkan KPD. Besar kecinya janin dan posisi janin
yang dikandung tidak menyebabkan peregangan pada selaput ketuban
seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun melintang, karena
sebenarnya yang dapat mempengaruhi KPD adalah kuat lemahnya selaput
ketuban menahan janin (Budi, Ayu Novita, 2017).
5. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibrolast, jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin, prostaglandin berfungsi untuk membantu
oksitosin dan estrogen dalam merangsang aktivitas otot polos, hormon ini
dihasilkan oleh uterus dan produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan
saja, akan tetapi karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1
dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis,
lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini. Selaput
ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
akan muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir
terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar
dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo,2014:678).
6. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai
kelahiran(Norma dan Dwi, 2013:248-249).
Adapun tanda dan gejala:
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
7. Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD sangat penting. Karena diagnosa yang positif
palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirlan bayi terlalu awal atau
melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa
yang negativ palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko
infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu dan keduanya. Oleh karena itu
di perlukan diagnosa yang cepat dan tepat.
Diagnosa KPD di tegakkan dengan cara:
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan
perlu juga di perhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lender dan darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan
menutup mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada telinga
dan tekanan pada bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air
ketuban akan keluar (Fadlun, 2011 : 114).
d. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban
sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan
toucher perlu di pertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan
yang belum dalam persalian tidak perlu di adakan pemeriksaan dalam.
Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah Rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina di lakukan bila dalam persalinan atau yang
di lakukan induksi persalinan dan di batasi sedikit mungkin.(Norma
dan Dwi, 2013:249-250).
Selain itu menentukan diagnosa dengan Tentukan pecahnya
selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak
ada dapat di coba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin
atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban
dapat di lakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.
Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
Tentukan tidak ada infeksi Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu
lebih dari 37,5oC serta air ketuban keruh dan berbau. Janin yang
mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya
kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan di lakukan
penanganan aktif (terminasi kehamilan)(prawirahardjo, 2014:680)
e. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa : warna,
konsentrasi, bau dan pHnya.
1. Tes Lakmus (tes nitrazin) Jika kertas lakmus berubah merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
(alkalis).
2. Mikroskopik (Tes Pakis) Dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan di biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
b) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini di lakukan
untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri
f. Komplikasi
1. Pada Ibu
Komplikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu intrapartal
dalam persalinan, infeksi puerparalis/masa nifas, partus lama,
pendarahan post partum, meningkatkan tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
2. Pada Janin
1) Prematuritas Kemungkinan masalah yang dapat terjadi pada
bayi dengan lahir prematur yakni sebagai berikut :
a) Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga dengan
sindrom gangguan pernapasan. Hal ini terjadi karena paru-
paru bayi belum matang sehingga tidak bisa menghasilkan
zat surfaktan dalam jumlah memadai. Surfaktan
memungkinkan permukaan paruparu mengembang dengan
baik ketika bayi keluar dari dalam rahim untuk menghirup
udara sesuai kebutuhan bayi. Akan tetapi, jika bayi lahir
sebelum paru-parunya berfungsi dengan sepenuhnya,
kemungkinan akan mengalami masalah pernapasan. Tanpa
adanya asupan oksigen yang memadai, organ-organ yang
lain juga bisa terpengaruh.
b) Hipotermia
Kondisi bayi yang prematur biasanya akan menurunkan
suhu dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan karena bayi
prematur biasanya tidak memiliki cadangan lemak yang
cukup untuk melindungi proses penurunan suhu.
Hipotermia pada bayi yang lahir prematur juga bisa
menyebabkan kondisi lain seperti gangguan pernapasan dan
kadar gula yang sangat rendah.
c) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia terjadi karena bilirubin terlalu tinggi,
ditandai oleh perubahan warna kulit dan sklera mata
menjadi kuning (bayi kuning). Bilirubin adalah pigmen
kuning yang memang ada pada sel darah.
Hiperbilirubinemia lebih umum terjadi pada bayi premature
dibandingkan pada bayi lahir cukup bulan.
d) Anemia
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya konsentrasi sel
darah merah. Sel darah merah sangat penting karena
mengandung hemoglobin, zat yang membawa oksigen ke
seluruh tubuh. Sebagian besar bayi baru lahir memiliki
level sel darah merah lebih dari 15gram. Namun bayi
premature beresiko tinggi memiliki level rendah sel darah
merah.
e) Sepsis
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri masuk ke dalam
aliran darah. Sepsis sering menyebabkan infeksi terbawa ke
paru-paru dan bisa mengakibatkan pneumonia.
f) Retinopathy Of Prematurity
(ROP) Retinopathy Of Prematurity (ROP) adalah
pertumbuhan abnormal pembuluh darah di mata yang dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini terjadi
terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu
kehamilan.
g) Intraventricular Hemorrhage
(IVH) Intraventricular Hemorrhage (IVH) disebut juga
Perdarahan Intraventrikular. Pendarahan di otak terjadi
pada beberapa bayi premature, terutama yang lahir sebelum
usia kehamilan 32 minggu. Pendarahan yang lebih parah
dapat menyebabkan struktur ventrikel otak berkembang
pesat terisi cairan, menyebabkan otak tertekan dan dapat
menyebabkan kerusakan otak seperti cerebral palsy,
gangguan belajar dan masalah perilaku.
g. Penatalaksana
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif
harus di pastikan bahwa tidak akan terjadi Respirator Distress
Syndrom (RDS) dan kalau menempuh dengan cara konservatif dengan
maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan dan
letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang
bulan adalah RDS dibandingan dengan sepsis. Oleh karena itu
kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan
waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu
atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamniotis yang
diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama meningginya
morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi
janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban
atau lamanya perode laten. Adapun penatalaksanaan ketuban pecah
dini, diantaranya :
a) Tatalaksana Umum
1. Berikan eritmisin 4x500 mg selama 10 hari.
2. Di Rumah Sakit rujukan, tatalaksana sesuai dengan usia
kehamilan ≥34 minggu.
Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi. 24-34 minggu.
Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,
lakukan persalinan segera.
Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan
janin.Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia
kehamilan 32-33 minggu.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI

NO.REGISTER : 125121
MASUK RS TANGGAL, JAM : 6 Mei 2021, 11. 00 WIT
DIRAWAT DIRUANG : VK

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. M Tn. R
Umur : 45 tahun 47 tahun
Agama : Kristen Kristen
Suku/Bangsa : Ambon/Indonesia Ambon/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : KPR pepabri Block A KPR pepabri
Block A
No. Telepon : - -
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk kamar bersalin
Rujukan dari Puskesmas
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar air ketuban sejak pukul 08.00 wit
Ibu mengatakan merasakan nyeri diperut bagian bawah pukul 16.00 wit
3. Tanda-tanda persalinan
a. Kontraksi uterus sejak tanggal 6 Mei 2021 jam 12.20 wit
Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit
Durasi : 20 detik
Kekuatan : Sedang
Lokasi ketidaknyamanan di perut bagian bawah
b. Pengeluaran per vaginan
Lendir darah : Ya
Air ketuban : Tidak
Darah : Tidak
4. Riwayat sebelum masuk bersalin
Ibu dalam keadaan baik dan sadar
5. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT 20 Agustus 2020 HPL 27 Mei 2021
Menarche umur 13 Tahun, siklus 28 Hari, lama 4 hari.
Banyaknya 50 cc
ANC tidak teratur, frekuensi 1 Kali, di Puskesmas
Keluahan/komplikasi selama kehamilan : Ibu mengatakan tidak ada
keluhan/komplikasi saat hamil.
Riwayat merokok/minum-minum keras/minum jamu : Ibu
mengatakanidak perna merokok da minum minuman keras dan sejenisnya
Imunisasi TT 1 : Ibu mengatakan tidak perna imusasi TT 1 dan TT 2
6. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Ibu mengatakan sering gerak
janinnya dan tidak terhitung.
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Ha Persalinan Nifas
Komplik
mil
asi
ke
Tgl Umur Jenis Penol Ibu Ba JK BB lak Kom
Lahir Keha Persalin ong yi Lahir tasi plika
milan an si
1 2007 Aterm Sponta Bidan - ♀ Ibu Ya -
n tidak
ingat
2 2010 Aterm Sponta Bidan - ♀ Ibu Ya -
n tidak
ingat
3 2013 Aterm Sponta Bidan - ♂ Ibu Ya -
n tidak
ingat
4 2015 Aterm Sponta Duku - ♀ Ibu Ya -
n n tidak
ingat
5 2017 Aterm Sponta Bidan - ♂ Ibu Ya -
n tidak
ingat

8. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


N Jenis Mulai memakai Berhenti/ganti cara
O Kontas Tan oleh tempat Keluh tangg oleh tempat

epsi ggal an al
1 Suntik 2007 Bidan Puskesmas Haid 2008 Mandiri -
3 bulan tidak
lancar
2 Suntik 2008 Bidan Puskesamas Haid 2009 Mandiri -
1 bulan tidak
lancar
dan
BB
menur
un
3 Implan 2013 Bidan Puskesmas BB 2014 Bidan Puskes
menur mas
un
4 Mandiri
5 Mandiri

9. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang perna/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak perna atau sedang menderita penyakit apapun.
b. Penyakit yang perna/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak perna atau sedang menderita penyakit
apapun.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar.
10. Makan terakhir : Ibu mengatakan makan terakhir tanggal 6 Mei 2021 jam
10.00 wit Jenis makanan nasi ikan dan sayur
Minum terakhir : Ibu mengatakan minum terakhir tanggal 6 Mei 2021
jam 10.00 wit jenis air putih
11. Buang air besar terakhir : Ibu mengatakan buang air besar terakhir
tanggal 6 Mei 2021 jam 06.00 wit
Buang air kecil terakhir : Ibu mengatakan buang air kecil terakhir tanggal
6 Mei 2021 jam 10.00 wit
12. Istirahat/tidur dalam 1 hari terakhir : Ibu mengatakan susah tidur dan
gelisa
13. Keadaan psiko social spiritual/kesiapan menghadapi proses persalinan
a. Pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan dan proses persalinan
Ibu mengatakan telah mengetahui tanda-tanda dan proses persalinan.
b. Persiapan persalinan yang telah dilakukan (pendamping ibu, biaya,
ddl)
Ibu mengatakan pendamping dan biaya persalinan sudah disiapkan.
c. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap proses persalinan yang dihadapi
Ibu mengatakan suami dan keluarga memberikan dukungan serta doa
untuk proses persalinannya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran :
Composmentis
b. Status emosional : Baik
c. Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Pernafasan : 22 kali per menit
Suhu : 36,8 C
d. TB : 155 cm
BB : Sebelum hamil 45 kg, BB sekarang 50
kg
LILA : 23 cm
e. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak
Cloasma gravidarum +/_ : -
Mata : Simetris
Mulut : Simetris, lembab
Leher : Tidak ada pembengkakan teroid
f. Payudara : Simetris
Bentuk areola mammae : Bulat
Putting susu : Menonjol
Colostrum : Belum keluar
g. Abdomen
Bentuk : Bulat sesuai usia kehamilan
Bekas luka : Tidak ada
Strie gravidarum : Ada
Palpasi leopold
Leopold I : TFU ½ pusat px, pada fundus
teraba bulat lunak dan tidak melenting, kesimpulan bokong.
Leopold II : Pada perut sebelah kanan ibu
teraba panjang, lurus, keras, kesimpulannya punggung janin dan
diperut sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil kesimpulannya
ekstremitas janin.
Leopold III : Pada perut bagian bawah teraba
bagian bulat, keras dan melenting, kesimpulannya kepala.
Leopold IV : Kedua ujung jari tidak menyatu,
bagian terendah sudah masuk PAP hodge 2
Osbirn tets : Tidak
TBJ : 2581 gram
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum punggung
kanan
Frekuensi : 133 kali per menit
His : Frekuensi : 2kali dalam 10
menit
Durasi : 20 detik
Kekuatan : Sedang
Palpasi supra public : Tidak
h. Punggung : Tidak ada nyeri
i. Pinggang : Tidak ada nyeri
j. Ekstremitas
Edema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patella : Kanan (+) Kiri (+)
Kuku : Bersih dan tidak pucat
k. Genetalia luar
Tanda chadwich : Tidak ada
Varices : Ada dibagian labia kiri
Bekas luka : Tidak ada
Kelenjar bartholini : Tidak ada
Pengeluaran :
l. Anus
Hemoroid : Tidak ada
m. Pemeriksaan dalam, tanggal 06 Mei 2021 jam 11.00 wit oleh bidan
Pembukaan serviks : 3 cm
Ketuban : -
Molase : Tidak ada
Denominator : UUK
Penurunan : Hodge II
Konsistensi serviks : Tebal,
Pelepasan : Lendir dan darah
n. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
HEMATOLOG HASIL NORMAL
I
WBC 9,1 3,8 - 10,6
RBC 3,67 4,4 - 5,90
HGB 9,1 12,0 - 16,0
HCT 29,6 40,0 - 54,0
PLT 209 150 - 400
PCT 0,20 0,100 - 0,500
MCV 80,7 76 – 96
MCH 24,8 27 – 32
MCHC 30,7 23 – 36
RDW 17,0 11,6 - 14,8
MPV 9,4 4,0 - 11,0
PDW 11,3 11,6 - 14,8
LYM 12,0 20,0 - 40,0
MON 6,7 4,0 - 8,0
NEUT 81,3 40,0 - 70,0

II. INTERPERTASI DATA DASAR, MASALAH DAN KEBUTUHAN


Diagnosa : Ny. M G6P5A0 umur 47 tahun hamil aterm, janin tunggal
hidup intrauterine, kala I fase laten dengan KPD
Masalah : Ibu merasa cemas karena ketuuban sudah pecah tetapi
pembukaan belum bertambah.
Kebutuhan : Memberikan support mental untuk mengurangi kecemasan ibu

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL DAN TINDAKAN ANTISIPASI


Ibu merasa cemas ketuban sudah pecah sejak pukul 08.00 wit, dari data ini dapat
menyebabkan infeksi pada ibu dapat terjadi fetal distress pada janin.
Diagnosa/masalah potensial yang akan terjadi apabila tidak dilakukan tindakan segera
dapat menyebabkan komplikasi pada ibu seperti infeksi dan pada janin akan terjadi
fetal distress.

IV. TINDAKAN SEGERA, KOLABORASI


Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk rencana asuhan yang akan diberikan.
Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG yaitu memberikan terapi tablet cefadroxil 2x1
dan induksi drip oksitosin. Pemberian drip oksitosin dengan cairan infuse rl 500 ml +
oksitosin 5 iu.
Memberikan support mental kepada ibu dan keluarga.

V. INTERVENSI
Asuhan kebidanan patologis pada Ny. M G6P5A0 umur 47 tahun hamil aterm
dengan ketuban pecah dini, direncanakan asuhan kebidanan berdasarkan interpretasi
data dasar, telah dilakukan USG dengan hasil janin tunggal, air ketuban sedikit, HPL
27 Mei 2021, presentasi kepala, diagnosa potensial serta kebutuhan penanganan
segera yaitu diantaranya :
1. observasi keadaan umum, DJJ, His karena ketuban sudah pecah dan ada
pembukaan belum lengkap.
2. Kolaborasi dengan dokter SpOG akan asuhan yang akan diberikan.
3. Berikan support mental pada ibu dan keluarga.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 06 Mei 2021 Jam : 11.00 wit
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu dan
janin dalam keadaan baik.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
3. Mengobservasi DJJ, dan his setiap 30 menit
4. Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi tablet cefadroxil 2x1
dan pemberian drip oksitosin dengan cairan infuse rl 500 ml + oksitosin 5 iu.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkosongkan kandung kemih.
6. Memberikan intake makanan dan minuman pada ibu.
7. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga.

VII. EVALUASI
Tanggal : 06 Mei 2021 Jam : 11. 30 wit
1. Ibu mengerti bahwa keadaannya dan janinnya saat ini dalam keadaan baik,
sehinnga ibu lebih tenang dan kecemasan ibu berkurang.
2. Tanda – tanda vital dalam batas normal : TD : 100/70 mmHg S : 36,6 oC N : 88
x/menit P : 22 x/menit.
3. DJJ : 133x/menit, his tidak ada.
4. Telah lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi tablet
cefadroxil 2x1 dan pemberian drip oksitosin dengan cairan infuse rl 500 ml +
oksitosin 5 iu.
5. Ibu mengerti dan telah mongkosongkan kandung kemih.
6. Ibu dan keluarga bersedia untuk memberikan intek makanan dan minuman.
7. Ibu mendapatkan support, Ibu dan keluarga merasa tenang.
DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 06 Mei 2021 Jam : 12.20 wit

A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah sejak tanggal 05 Mei 2021
2. Ibu mengatakan ketuban pecah sejak tanggal 06 Mei 2021 pukul 08.00 wit
3. Ibu mengatakan keluar lindir bercampur darah sejak pukul 08.30 wit
4. Ibu mengatakan HPHT tanggal 20 Agustus 2020
5. Ibu mengatakan nafsu makan baik dan tidak ada pantangan
6. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius
7. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti jantung,
hipertensi, asma, diabetes militus, dan penyakit menular lainnya seperti
Tubercuolosis (TBC), malaria, hepatitis, dan penyakit menular seksual
(PMS)
8. Ibu mengatakan tidak pernah di rawat di puskesmas dan di rumah sakit
karena penyakit yang serius.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Baik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 kali per menit
Pernafasan : 22 kali per menit
Suhu : 36,80C
Antropometri
TB : 155 cm
BB : Sebelum hamil 45 kg, BB sekarang 50 kg
LILA : 23 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak
Cloasma gravidarum +/_ : -
Mata : Simetris
Mulut : Simetris, lembab
Leher : Tidak ada pembengkakan teroid
3. Abdomen
Bentuk : Bulat, pembesaran sesuai usia
kehamilan
Bekas luka : Tidak ada
Strie gravidarum : Ada
Palpasi leopold
Leopold I : TFU ½ pusat px, pada fundus teraba
bulat lunak dan tidak melenting, kesimpulan bokong.
Leopold II : Pada perut sebelah kanan ibu teraba
panjang, lurus, keras, kesimpulannya punggung janin dan diperut sebelah
kiri teraba bagian kecil-kecil kesimpulannya ekstremitas janin.
Leopold III : Pada perut bagian bawah teraba bagian
bulat, keras dan melenting, kesimpulannya kepala.
Leopold IV : Kedua ujung jari tidak menyatu, bagian
terendah sudah masuk PAP hodge 2
Osbirn tets : Tidak
TBJ : 2581 gram
Auskultasi DJJ : Punctum maksimum punggung kanan
Frekuensi : 133 kali per menit
His : Frekuensi : 2 kali dalam 10
menit
Durasi : 20 detik
Kekuatan : Sedang
Palpasi supra public : Tidak

4. Ekstremitas
Edema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patela : Kanan (+) kiri (+)
Kuku : Bersih dan tidak pucat
5. Genetalia luar
Varices : Ada dilabia
Bekas luka : Tidak ada
Kelenjar bartholini : Tidak ada
Pemeriksaaan dalam : Pembukaan serviks : 3 cm
Ketuban : Jernih
Molase : Tidak ada
Denominator : UUK
Penurunan : Hodge II
Konsistensi serviks : Tebal
Pelepasan : Lendir
darah
6. Anus
Hemoroid : Tidak ada

C. ASSESMENT
Ny. M umur 47 tahun G6P5A0 aterm inpartu kala I fase laten dengan KPD.

D. PLANNING
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa
ibu dan janin dalam keadaan baik.
Hasil : Telah melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu dan
janin baik sesuai hasil pemeriksaan TD : 100/80, N : 88x/menit, R :
22x/menit, S : 36,80C , DJJ : 133x/menit, TFU : 29 cm, LP : 89 m, TBJ :
2581 gram
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
3. Mengobservasi DJJ, dan his setiap 30 menit
4. Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi tablet cefadroxil
2x1 dan pemberian drip oksitosin dengan cairan infuse RL 500 ml + oksitosin
5 iu.
Hasil : Telah diberikan terapi tablet cefadroxil 2x1 dan telah
terpasang drip oksitosin dengan cairan infuse RL 500 ml + oksitosin 5 iu.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkosongkan kandung kemih.
Hasil : Ibu bersedia mengkosongkan kandung kemih.
6. Memberikan intake makanan dan minuman pada ibu.
Hasil : Ibu bersedia diberikan intake makanan dan minuman dari
keluarga
7. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga.
Hasil : Ibu dan keluarga merasa tenang
DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 06 Mei 2021 Jam : 19.20 wit

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan rasa nyeri sudah mulai terus menerus dirasakan tembus ke
belakang.

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis TD: 100/80
mmHg
N : 80x/menit S : 36,60C R : 22x/menit DJJ : 128x/menit
His : 3x10 menit”30” VT : pembukaan 8 cm, porsio tipis penurunan
kepala hodge III.

C. ASSESMENT
Ny. M umur 47 tahun G6P5A0 aterm inpartu kala I fase aktif .

D. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Hasil : Telah melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu dan
janin baik sesuai hasil pemeriksaan TD : 100/80, N : 88x/menit, R :
22x/menit, S : 36,60C .
2. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan yaitu adanya
penekanan pada ujung-ujung syaraf dan ketegangan uterus saat
berkontraksi.
Hasil : telah di jelaskan dan ibu mengerti.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat
kontraksi dengan cara ibu menarik nafas panjang melalui hidung dan
dikeluarkan melalui mulut. Hasil : ibu bersedia melakukannya
4. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri agar suplai oksigen ke janin
menjadi lancar. Hasil : ibu bersedia melakukannya yaitu dengan
mengambil posisi miring ke kiri.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di sela-sela kontraksi agar ibu
memiliki tenaga untuk mengedan.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran yang di berikan dan ibu makan
dan minum di sela-sela kontraksi.
6. Mengobservasi His, Nadi, DJJ setiap 30 menit, dan mengobservasi VT setiap 2-4 jam
atau jika ada indikasi.

No Jam wit DJJ (x/menit) Nadi


(x/menit) His
F (x/menit) Durasi
(x/detik)
1 12:20 133x/menit 88x/menit 2x10 20-40
2 13:20 128x/menit 88x/menit 2x10 20-40
3 14.20 130x/menit 88x/menit 2x10 20-40
4 15.20 135x/menit 88x/menit 2x10 20-40
5 16.20 133x/menit 88x/menit 2x10 20-40
6 17.20 129x/menit 88x/menit 2x10 20-40
7 18.20 134x/menit 88x/menit 2x10 20-40
8 19.20 140x/menit 88x/menit 4x10 40-45
Pemeriksaaan dalam : Pukul 19:20 wit
Pembukaan serviks : 10 cm
Ketuban : 0
Molase : Tidak ada
Denominator : UUK
Penurunan : Hodge IV
Konsistensi serviks : Lunak
Pelepasan : Lendir dan darah.

7. Menyiapkan alat dan bahan penolong persalinan


a) Alat Perlindingan Diri (APD) : Penutup kelapa, masker, kacamata,
celemek, sepatu tertutup (sepatu boot)
b) Partus Set : Handscoon steril, 2 buah klem kocher, ½ kocher, 1 buah
gunting episiotomy, 1 buah gunting tali pusat, 1 buah kateter nelaton,
Kassa steril, pengisap lender, penjepit tali pusat.
c) On steril : 2 buah handuk kering dan bersih, pakaian bersih ibu dan
bayi meliputi baju, pembalut, sarung, celana dalam, pakaian bayi,
popok, topi/tutup kepala, sarung tangan/kaki, kain selimut untuk
membedong.
d) Heacting set : 1 buah pinset sirurgik, 1 buah pinset antomi, nal puder,
2 buah jarum (1 jarum circle dan 1 jarum V1 circle), gunting benang,
benang cromic, 1 pasang sarung tangan stril.
e) Obat-obatan esensial : Lidocain 1 ampul, oksytosin 10 IU 1 ampul,
cairan RL, Infus set 5.1, spoit 3 cc dan spoit 1 cc, meteregin 1 ampul
f) Peralatan lain : Larutan Clorin 0,5 o /o, air DTT, kantong plastic,
tempat sampah kering dan basah, safety box, bengkok, was lap, dan
tempat plasenta. Menyiapkan tempat, penerangan dan lingkungan
untuk kelahiran bayi,dengan memastikan ruangan sesuai kebutuhan
bayi baru lahir , meliputi ruangan bersih, hangat, pencahayaan cukup
dan bebas dari tiupan angin.
Hasil : alat dan bahan penolong persalinan telah di siapkan

8. Mendokumentasikan hasil di partograf


Hasil : telsh didokumentsikan di partograf

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 06 Mei 2021 Jam : 20.00 wit

A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan sakit yang dirasakan semakin kuat
2. Ibu mengatakan ingin BAB dan ibu merasakan adanya tekanan pada anus
3. Ibu mengatakan adanya dorongan untuk meneran
4. Ibu mengatakan sakitnya bertambah kuat dan tembus kebelakang

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran composmentis
3. Kontraksi uterus 5 x 10 menit, dengan durasi 40-45 detik. Frekuensi DJJ
140 x/menit.
4. Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg S : 37oC N : 80 x/menit P : 22
x/menit
5. Tampak tanda dan gejala kala II dimana :
a) Tampak Perineum menonjol.
b) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
c) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur dengan darah.
d) Tampak rambut bayi pada vulva

C. ASSESMENT
Ny. M umur 47 tahun G6P5A0 aterm inpartu kala II.

D. PLANNING
Tanggal : 06 Mei 2021 Jam : 20.00 wit
1. Melihat tanda dan gejala kala II
Hasil : tampak tanda dan gejala kalaII
 Adanya dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
 Perineum menonjol Vulva, vagina dan spingter ani membuka
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan 1 ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai
ke dalam wadah partus set.
Hasil : alat dan bahan telah siap.
3. Memakai celemek plastic
Hasil : celemek telah di pakai
4. Melepas semua perhiasan yang dipakai di tangan, lalu mencuci tangan di
bawah air mengalir dengan tekhnik 6 langkah
Hasil : tangan telah di cuci
5. Menggunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi pada tangan kanan
yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
Hasil : sarung tangan telah dipakai
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.
Hasil : spoit telah di isi dengan oksitosin dan telah di letakkan kembali di
wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas DTT.
Hasil : vulva dan perineum telah dibersihkan.
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap (bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi).
Hasil : pemeriksaan dalam tanggal 06 Mei 2021 pukul 20.00 wit
Pembukaan serviks : 10 cm
Ketuban : 0
Molase : Tidak ada
Denominator : UUK
Penurunan : Hodge IV
Konsistensi serviks : Lunak
Pelepasan : Lendir dan darah
9. Mendekontaminasi sarung tangan kotor kedalam larutan clorin 0,5 % dan
membukanya secara terbalik, lalu rendam selama 10 menit
Hasil : sarung tangan telah dibuka secara terbalik dan didekontaminasi di
larutan clorin 0,5 % selama 10 menit.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi, untuk memastikan DJJ dalam batas
normal yaitu 120-160 x/menit
Hasil : DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada kuadran kanan perut ibu
bagian bawah dengan frekuensi 140 x/menit.
11. Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin serta ibu dalam keadaan baik.
Hasil : ibu dan keluarga telah di beritahu
12. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman). Hasil : keluarga bersedia membantu
13. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran, diantaranya : bimbing ibu untuk meneran saat ibu
mempunyai keinginan untuk meneran, berikan dukungan dan semangat
atas usaha ibu untuk meneran, anjurkan ibu beristirahan diantara kontraksi
dan anjurkan ibu untuk minum di sela-sela kontaksi.
Hasil : telah dilakukan pimpinan meneran, ibu beristirahat dan minum
diantara kontraski, serta ibu telah diberi semangat.
14. Jika ibu tidak memiliki keinginan untuk meneran, anjurkan ibu untuk
berjalan, jongko, atau mengambil posisi yang dianggab nyaman.
Hasil : ibu telah memilih posisi yang nyaman yaitu dengan posisi miring
kiri
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu.
Hasil : handuk bersih telah di letakkan diatas perut ibu
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Hasil : telah dilakukan
17. Membuka partus set untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan.
Hasil : alat dan bahan telah lengkap
18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tanganHasil : sarung tangan
steril telah dipakai
19. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lakukan
penyokongan dengan melindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi dengan kain bersih dan kering, kemudian letakkan tangan yang
lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut untuk mencegah
terjadinya gerakan difleksi maksimal.
Hasil : telah dilakukan penyokongan dan kepala bayi telah lahir.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Hasil : tidak terjadi lilitan tali pusat
21. Tunggu kepala sampai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Hasil : kelapa telah melakukan putaran paksi luar secara spontan .
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan, lakukan
pegangan secara biparietal, dengan menempatkan kedua tangan pada sisi
muka bayi. Anjurkan ibu menerang pada kontraksi berikutnya, dengan
lembut tarik bayi kebawah untuk mengeluarkan bahu depan, kemudian
tarik keatas untuk mengeluarkan bahu belakang.
Hasil : pengangan biparietal telah dilakukan, dan kedua bahu telah lahir.
23. Setelah kedua bahu bayi lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Hasil : telah dilakukaan bahu dan lengan bayi telah lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta pegang masing-masing kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
Hasil : telah dilakukan, dan bayi lahir spontan tanggal 06 Mei 2020 pukul
20.15 wit dengan jenis kelamin perempuan.
25. Lakukan penilaian sepintas, dengan menilai apakah bayi menangis kuat,
bernafas tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif dan bagiamana warna
kulitnya. Hasil : bayi lahir segera menangis, bernafas tanpa kesulitan,
bergerak aktif dan kulit tubuh kemerahan.
26. Bersihkan dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks caseosa.Ganti
handuk yang basah dengan handuk kering dan biarkan bayi di atas perut
ibu.
Hasil : bayi telah dibersihkan dan di keringkan.
DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 06 Mei 2021 Jam : 20.15 wit

A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah.
2. Ibu tampak senang dengan kelahiran bayinya.
3. Ibu mengatakan plasenta atau ari-arinya belum lahir
B. DATA OBJEKTIF
1. Bayi lahir spontan segera menangis, tanggal 06 Mei 2020 pukul 20:15 wit,
dengan jenis kelamin perempuan, BBL = 2700 gram, PB = 48 cm, LK/LD
= 32/30 CM A/S = 8/9
2. Kontraksi uterus baik, teraba bulat dan keras
3. Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
4. Plasenta belum lahir
5. Kandung kemih ibu kosong

C. ASSESMENT
Ny. M umur 47 tahun G6P5A0 aterm inpartu kala III.

D. PLANNING
1. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak tidak ada lagi bayi dalam
uterus. Hasil : ibu hamil tunggal.
2. Memberitahu ibu bahwa ia akan oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
Hasil : ibu telah di beritahu dan ibu bersedia di suntik
3. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menuntikkan
oksitosin). Hasil : oksitosin telah disuntikkan.
4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Dengan mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. Hasil : tali
pusat telah diklem.
5. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Hasil : tali pusat telah digunting.
6. Lakukanpengikatan tali pusat dengan benang steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Atau dilakukan penjepitan tali
pusat dengan penjepit tali pusat.
Hasil : tali pusat telah di ikat dengan benang steril.
7. Letakkan bayi secara tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu dan
bayi, Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari putting payudara ibu.
Hasil : telah dilakukan.
8. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan bersih lalu pasamh topi
dikepala bayi.
Hasil : bayi dan ibu telah di selimuti dengan kain hangat dan bayi telah di
pasangkan topi.
9. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Hasil : klem telah di pindahkan.
10. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat. Hasil
: telah dilakukan
11. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso cranial)
secara hatihati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. Hasil :telah
dilakukan dorongan dorso cranial
12. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong meregangkan tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial). Hasil : telah dilakukan.
13. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban. Hasil : plasenta telah lahir 5 menit setelah bayi
lahir pada tanggal 06 Februari 2021 pukul 20.20 wit
14. Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras). Hasil :
telah dilakukan masase uterus
15. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. Hasil :
plasenta lahir lengkap kotiledon dan selaput ketubannya.
16. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum.Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Hasil : telah dilakukan,dan terjadi laserasi derajat 1 mukosa vagina dan
melakukan heacting.
17. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam. Hasil : telah dilakukan, dan uterus berkontraksi dengan baik
teraba bundar dan keras.
18. Biarkan bayi melakukan kontak kulit dengan ibu paling sedikit 1 jam.
Hasil : telah dilakukan, dengan membiarkan bayi melakukan kontak kulit
selam 1 jam.
19. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg secara intramuskuler (IM) di
paha kiri anterolateral. Hasil : bayi telah di beri tetes mata/salep mata
antibiotic profilaksis, dan telah di suntikkan vitamin K secara
intramuskuler di paha kiri anterolateral. - Hasil penimbangan/pengukuran
BBL= 2700 gram PB = 48 cm LK = 32 cm LD = 30 cm.
20. Setelah satu jam pemberian suntikkan vitamin K, lakukan penyuntikan
imunisasi hepatitis B pada paha kanan antero lateral secara intramuscular.
Hasil : telah dilakukan penyuntikkan hepatitis B di paha kanan antero
lateral secara intramuscular (IM).

DATA PERKEMBANGAN V

Tanggal : 16 Mei 2021 Jam : 20.20 wit

A. DATA SUBJEKTF
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, setelah melahirkan.
2. Ibu mengatakan belum BAB setelah melahirkan dan sudah BAK.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal TD = 100/70 mmHg S =36,6oC N =
80 x/menit P = 21x/menit
4. Plasenta dan selaput ketuban telah lahir lengkap
5. Ibu tampak kelelahan setelah proses persalinan
6. Konraksi uterus baik, teraba bundar dan keras
7. Jumlah perdarahan ± 150 cc

C. ASSESMENT
Ny. M umur 47 tahun G6P5A0 aterm inpartu kala IV.

D. PLANNING
1. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam,
15 menit pada jam pertama pasca persalinan, dan 30 menit pada jam
kedua pasca persalinan.
Hasil : telah dilakukan pemantauan dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam, serta kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.
2. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
Hasil : telah dilakukan dan ibu mengerti yang diajarkan.
3. Mengevaluasi dan mengstimulasi jumlah kehilangan darah setiap 15 menit
selama 1 jam pasca persalinan, dan setiap 30 menit pada jam kedua pasca
persalinan.
Hasil : jumah perdarahan tanggal 06 Mei 2021 pada pukul 20.20 wit
adalah 150 cc
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu , tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca
persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.
Hasil :
N Waktu TD Nadi Suh Tinggi Kontraksi Kantong Perdarah
o (wit) (mmHg (x/m u fundus uterus kemih an
) enit) uteri
I 20.20 100/80 80 36,6o 1 Jrbpst Baik Kosong 150 cc
C
20.35 100/80 80 1 Jrbpst Baik Kosong 100 cc
20.50 100/80 80 1 Jrbpst Baik Kosong 50 cc
21.25 100/80 80 1 Jrbpst Baik Kosong 40 cc
II 21.40 100/80 80 36,6o 2 Jrbpst Baik Kosong -
C
22.10 100/80 80 2 Jrbpst Baik Kosong -

5. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40- 60 x/menit) serta suhu tubuh normal yaitu (36.5oC - 37.5oC).
Hasil : telah dilakukan pemeriksaan dan bayi bernafas normal dengan
pernapasan 48 x/menit dan suhu tubuh normal yaitu 37oC
6. Tempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0.5 %
untuk didekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas setelah
didekontaminasi.
Hasil : telah dilakukan, dan peralatan telah direndam dilarutan klorin
untuk didekontaminasi.
7. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang
sesuai.
Hasil : telah dilakukan
8. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. dan bantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering.
Hasil : ibu telah dibersihkan, dan ibu telah memakai pakaian bersih dan
kering.
9. Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya, dan anjurkan keluarga untuk member ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
Hasil : ibu telah merasa nyaman, ibu telah menyusui bayinya, dan ibu
telah makan dan minum di bantu oleh keluarga.
10. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5 %
Hasil : telah dilakukan
11. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5 %, dan buka
secara terbalik dengan bagian dalam ke luar, lalu rendam dalam laruran
klorin 0.5 % selama 10 menit.
Hasil : telah dilakukan.
12. Cuci kedua tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan
menggunakan teknik cuci tangan 7 langkah.
Hasil : telah dilakukan dan tangan telah di cuci.
13. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
Hasil : partograf telah di lengkapi.

Sorong, 05 Mei 2021


Pembimbing Klinik
Praktikan

(Martha Mansawan, S.Tr.Keb)


(Naomi Corputty)
Nip : 197603032006052002
Nim : 41540118060
Mengetahui
.........................
Pembimbing Institusi

(Harlinah, S.ST, M.Kes)


BAB IV

PEMBAHASAAN
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tenatang asuhan kebidanan pada Ny “M”
dengan persalinan patologis di RSUD. Sele Be Solu Kota Sorong. Asuhan ini dilakukan
selama satu hari yang dimulai saat pasien masuk di puskesmas sampai pasien dipindahkan ke
ruang nifas, dimana asuhan yang dilakukan berlanjut pada proses pengakhiran kehamilan
yang mencakup kala I-IV persalinan.

Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan
asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney yaitu : pengumpulan data dasar, merumuskan
diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan
tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan
tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar


Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang bersalin RSUD. Sele Be Solu
Kota Sorong, yakni pengumpulan data subjektif yang terdiri dari alasan utama ibu
masuk ke Rumah Sakit, riwayat keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang
lalu, riwayat nifas yang lalu, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat
penyakit keluarga. Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara
objektif yang terdiri dari pemeriksaan umum ibu, pemeriksaan fisik (head to toe),
dan pemeriksaan dalam.
Ny “M” usia 47 tahun G6P5A0, datang kerumah sakit pada tanggal 06 Mei
2021 pukul 11.00 wit dirujuk dari puskesmas dengan keluhan KPD dan nyeri pada
perut bagian bawah, yang di sertai dengan adanya pelepasan lendir bercampur
dengan darah sejak tanggal 16 februari 2021 pukul 08.00 wit, dan rasa nyeri yang
dirasakan oleh ibu hilang timbul, ibu mengatakan selama hamil pergerakan
janinnya kuat dan bergerak pada bagian sebelah kiri perut ibu, pasien mengatakan
melakukan kunjungan antenatal care (ANC) sebanyak 1x di puskesmas, pasien
mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 20 Agustus 2021, dan usia
kehamilannya sekarang sudah mencapai ±9 bulan, pasien mengatakan selama
hamil ia tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum
baik, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 22x/menit, dan
suhu 36,8°C. tidak ada edema dan pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva
mata tidak anemis dan tidak ikterik, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid,
limfe dan vena jugularis, payudara tampak simetris, hiperpigmentasi pada areola
mammae. Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU)
½ pusat Prosesus Xipoideus, 29 cm, teraba bokong dan sesuai usia kehamilan
punggung kanan, presentasi kepala, situs memanjang, bergerak dalam panggul
(BDP) dengan penurunan bagian terbawah janin hodge II, pada auskultasi
terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi 133 x/menit, janin intrauterine,
tuggal dan hidup.
Pada pemeriksaan dalam pertama tanggal 06 Mei 2021 pukul 11.00 wit yaitu,
tidak ditemukan varises pada labia, keadaan portio tebal dan kaku, terdapat
pembukaan 3 cm, ketuban sudah pecah, presentase kepala yaitu ubun-ubun kecil
kanan lintang, penurunan hodge II, tidak ada molase dan penumbungan, serta
kesan panggul normal.
Pada persalinan kala I yang di tandai dengan adanya his atau kontraksi dimana
mempunyai ciri seperti, pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, his yang
bersifat teratur, interval semakin pendek dan kekuatannya semakin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks. Selain his, persalinan juga
ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dari kanalis servikalis karena terjadi
pembukaan dan pengeluaran darah dikarena kapiler pembuluh darah pecah.
Persalinan juga dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang
sebagian besar baru pecah menjelang pembukaan lengkap dan tanda in partu,
meliputu adanya bloody show, peningkatan rasa sakit, perubahan bentuk serviks,
pendataran serviks, pembukaan serviks (dilatasi), pengeluaran cairan yang banyak
atau selaput ketuban yang pecah dengan sendirinya (Nurul jannah, 2017 : 3).
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang
timbul pada kala I persalinan normal. Hal ini membuktikan bahwa tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala II yang telah di dapatkan
pada kasus Ny “M” didapatkan data subjektif Ibu merasakan adanya desakan
untuk mendorong yang tidak bisa lagi ditahan-tahan, dimana ibu mulai mengatur
napas dengan lebih banyak menahannya atau menggumam selama kontraksi, ibu
merasakan adanya tekanan pada anus dan ibu merasakan kepala bayinya seperti
mulai menyembul mau keluar lewat vaginanya.
Data objektif pada kasus Ny “M” yang didapat dimana tampak perineum
menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani mulai membuka, meningkatnya produksi
pengeluaran lendir bercampur dengan darah dan pada pemeriksaan tanda pasti
kala II di tentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks
telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Sedangkan teori menerangkan bahwa Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap
sampai lahirnya bayi, gejala dan tanda kala II yaitu dimana kontraksi uterus
menjadi lebih kuat dan sering (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa mengedan,
dimana air ketuban yang keluar membuat dinding uterus menjadi lebih dekat
dengan fetus, sehingga kekuatan kontrakis lebih intensif untu mendorong keluar
fetus, dan juga vagina yang merengang karena turunnya kepala bayi akan
membuat kotraksi menjadi lebih baik.
Berdasarkan pegkajian yang di lakukakan pada Ny ”M” di kala II tidak di
temukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Berdasarkan pengkajian data asuhan kebidanan perlangsungan kala III pada
kasus Ny “M” didapatkan data subjektif ibu lelah setelah melahirkan dan
merasakan nyeri pada perut bagian bawah, dan pada data objektif didapatkan dari
hasil pemeriksan yaitu bayi lahir spontan pada tanggal 06 Mei 2021, jam 20.00,
kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar) tinggi fundus uteri setinggi pusat
perdarahan ± 150 cc, kala II berlangsung selama ± 15 menit tanpa ada penyulit
serta tali pusat masih nampak di vulva.
Pada teori menjelaskan bahwa Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai
lahirnya plasenta atau uri. Partus kala III disebut juga kala uri.Kala III merupakan
periode waktu dimana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran
bayi.Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlengketan plasenta.Oleh karena tempat perlengektan menjadi kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus (Ina Kuswanti, dkk 2014: 199).
Berdasarkan pegkajian yang di lakukakn pada Ny “M” di kala III tidak di
temukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Dan berdasarkan data pengkajian asuhan kebidanan pada kasus Ny”M”dengan
perlangsungan kala IV didapatkan data subjektif ibu merasa lelah setelah
persalinannya dan ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dan pada data objektif
di dapatkan hasil kala III berlangsung ± 5 menit ,plasenta lahir lengkap tanggal 06
Mei 2021 pukul 20:20 wit tinggi fundus uteri setinggi pusat, kontraksi uterus baik
(teraba keras dan bundar), perdarahan ± 150 cc dan kandung kemih kosong.
Teori menjelaskan Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta
lahir lengkap, hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau penolong persalinan
masih mendampingi wanita setelah persalinan selama 2 jam (2 jam post partum).
Dengan cara ini kejadian-kejadian yang tidak diinginkan karena perdarahan
postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan (Dwi Asri,dkk 2012: 95).
Berdasarkan pegkajian yang di lakukakn pada Ny “M” di kala IV tidak di
temukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata Berdasarkan uraian di atas yang
dimulai dari kala I persalinan sampai kala IV persalinan, terdapat persamaan
antara teori dengan gejala yang timbul pada kasus persalinan normal. Hal ini
membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual


Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua
data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah.
Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosisi dalam lingkup praktik kebidanan
yang tergolong pada momenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang
berkaian dengan pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian (Betty mangkuji
dkk, 2014 : 5).
Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan
diagnosis inpartu kala I fase laten dimana ibu datang pada tanggal 06 Mei 2021
pukul 11.00 wit, dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah dan ketuban telah
pecah yang di sertai dengan adanya pelepasan lendir bercampur dengan darah
sejak tanggal 06 Mei 2021 pukul 08.00 wit dan rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu,
kehamilan ibu adalah kehamilan yang keenam dan tidak pernah keguguran
sebelumnya, ibu mengtakan usia kehamilannya sekarang sudah mencapai ±9
bulan.
Riwayat kesehatan yang lalu, Ny”M” tidak pernah mengalami penyakit yang
serius dan dirawat dirumah sakit ataupun di puskesmas. Pemeriksaan abdomen
didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) ½ pusat Prosesus Xipoideus dan
29 cm sesuai usia kehamilan, punggung kanan, presentasi kepala, situs
memanjang, bergerak dalam panggul (BDP), terdengar denyut jantung janin
dengan frekuensi 143 x/menit, janin intrauterine, tuggal dan hidup. Pemeriksaan
dalam ditemukan kelainan varises pada labia, keadaan portio tebal dan kaku,
ketuban sudah pecah, presentase kepala yaitu ubun-ubun kecil kanan lintang,
penurunan hodge II, tidak ada molase dan penumbungan, serta kesan panggul
normal. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa persalinan normal merupakan
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus kedunia
luar atau persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
peresentasi belakang kepala ang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin (Nurul jannah, 2017 : 1)
Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus kala I tersebut adalah
G6P5A0 Inpartu, presentase kepala, situs memanjang, bergerak dalam panggul
(BDP), intrauterin, tunggal, hidup, dengan kala I laten. Berdasarkan pengkajian
asuhan kebidanan pada kala II yang telah di dapatkan pada kasus Ny “M”
didapatkan data subjektif Ibu merasakan adanya desakan untuk mendorong yang
tidak bisa lagi ditahan-tahan, dimana ibu mulai mengatur napas dengan lebih
banyak menahannya atau menggumam selama kontraksi, ibu merasakan adanya
tekanan pada anus dan ibu merasakan kepala bayinya seperti mulai menyembul
mau keluar lewat vaginanya.
Data objektif pada kasus Ny “M” yang didapat dimana tampak perineum
menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani mulai membuka, meningkatnya produksi
pengeluaran lendir bercampur dengan darah dan pada pemeriksaan tanda pasti
kala II di tentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks
telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Sedangkan teori menerangkan bahwa Kala II dimulai sejak pembukaan
lengkap sampai lahirnya bayi, gejala dan tanda kala II yaitu dimana kontraksi
uterus menjadi lebih kuat dan sering (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa
mengedan, dimana air ketuban yang keluar membuat dinding uterus menjadi lebih
dekat dengan fetus, sehingga kekuatan kontrakis lebih intensif untu mendorong
keluar fetus, dan juga vagina yang merengang karena turunnya kepala bayi akan
membuat kotraksi menjadi lebih baik.
Tanda dan gejala kala II juga di tandai dengan adanya pembukaan lengkap
(tidak teraba lagi bibir porsio), ini terjadi karena adanya dorongan bagian
terbawah janin yang masuk kedalam dasar panggul karena kontraksi uterus yang
kuat sehingga porsio membuka secara perlahan, his yang lebih sering dan kuat (±
2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa mengedan, karena biasanya dalam hal ini bagian
terbawah janin masuk ke dasar panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Adanya pengeluaran darah bercampur lendir, di sebabkan oleh adanya robekan
serviks yang meregang, pecahnya kantung ketuban, karena kontraksi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan yang besar antara tekanan di dalam
uterus dan diluar uterus sehingga kantun ketuban tidak dapat menahan tekanan .
Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus kala II tersebut adalah
G6P5A0, Inpartu, dengan Perlangsungan kala II.
Berdasarkan pengkajian data asuhan kebidanan perlangsungan kala III pada
kasus Ny “M” didapatkan data subjektif ibu lelah setelah melahirkan dan
merasakan nyeri pada perut bagian bawah, dan pada data objektif didapatkan dari
hasil pemeriksan yaitu bayi lahir spontan pada tanggal 06 Mei 2021, jam 11.40,
kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar) tinggi fundus uteri setinggi pusat
perdarahan ± 150 cc, kala II berlangsung selama ± 15 menit tanpa ada penyulit
serta tali pusat masih nampak di vulva. Pada teori menjelaskan bahwa Kala III
dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta atau uri.
Partus kala III disebut juga kala uri.Kala III merupakan periode waktu dimana
penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta.Oleh karena
tempat perlengektan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah,
maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus
(Ina Kuswanti, dkk 2014: 199).
Berdasarkan uraian kasus Ny “A” diatas maka diagnosis pada kasus kala III
tersebut adalah G6P5A0, dengan Perlangsungan kala III. Dan berdasarkan data
pengkajian asuhan kebidanan pada kasus Ny ”M” dengan perlangsungan kala IV
didapatkan data subjektif ibu merasa lelah setelah persalinannya dan ibu mengeluh
nyeri perut bagian bawah dan pada data objektif di dapatkan hasil kala III
berlangsung ± 5 menit ,plasenta lahir lengkap tanggal 06 Mei 2021 jam 20.20 wit,
tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik (teraba keras dan
bundar), perdarahan ± 150 cc dan kandung kemih kosong.
Teori menjelaskan Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta
lahir lengkap, hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau penolong persalinan
masih mendampingi wanita setelah persalinan selama 2 jam (2 jam post partum).
Dengan cara ini kejadian-kejadian yang tidak diinginkan karena perdarahan
postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan (Dwi Asri,dkk 2012: 95).
Berdasarkan pegkajian yang di lakukakan pada Ny “M” di kala IV maka
diagnosis pada kasus kala IV tersebut adalah G6P5A0, dengan Perlangsungan kala
IV.
Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus tersebut adalah
G6P5A0, inpartu, intrauterin, dengan persalinan pervaginam. Demikian penerapan
tinjauan pustaka dan kasus pada Ny “M” secara garis besar tampak adanya
persamaan antar teori dengan diagnosis actual yang ditegakkan sehingga
memudahkan memberikan tindakan selajutnya.
C. Langkah III. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Berdasarkan pengkajian hasil asuhan kebidanan pada Ny “M” di dapatkan data
penunjang terjadinya diagnosa petensial dimana pada kasus Ny “M” didapatkan
data objektif berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan di dapatkan hasil Tanda-
tanda vital, Tekanan darah 100/70 mmHg, Suhu 36,80C, Nadi 88x/menit,
Pernapasan 22x/menit, dan pada saat di lakukan pemeriksaan fisik terfokus di
dapatkan hasil pada pemeriksaan abdomen leopold I (½ pusat px, 29 cm, teraba
bokong), leopold II (Puka), leopold III (teraba kepala), leopold IV (bdp dengan
penurunan bagian terbawah janin 2/5 ), ketuban kosong DJJ 133 x/menit
Pada kasus Ny “M” di dapatkan data penunjang terjadinya diagnosa petensial
tersebut dimana pada kasus Ny “M” Diagnosa/masalah potensial yang akan
terjadi apabila tidak dilakukan tindakan segera dapat menyebabkan komplikasi
pada ibu seperti infeksi dan pada janin akan terjadi fetal distress.
Pada manajemen aktif Kala III persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu
diantaranya terjadinya perdarahan pervaginam dikarenakan terjadinya laserasi
jalan lahir, atonia uteri karena kontraksi uterus yang tidak baik, dan terjadinya
retensio plasenta dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
Pada kasus Ny “M” tidak terdapat data yang menunjang terjadinya diagnosa
potensial tersebut dimana pada kasus Ny “M” di dapatkan data objektif yaitu
plasenta lahir ± 5 menit setelah bayi lahir pada tanggal 06 Mei2021 jam 20.25 wit
tanpa ada penyulit, kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar) tinggi fundus
uteri dua jari dibawah pusat, perdarahan ± 150 cc.
Dan pada Kala IV persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu terjadinya
perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang banyak, tanda-tanda vital
melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu tubuh meningkat,
kontraksi uterus yang tidak baik.
Pada kasus Ny “M” tidak terdapat data yang menunjang terjadinya diagnosa
potensial pada kala IV dimana pada kasus Ny “M” di dapatkan data objektif yaitu
kala IV berlangsung setelah 15 menit pelepasan plasenta, dengan pemantauan
yang dilakukan selama 2 jam pasca persalinan, dimana pemantauan dilakukan tiap
15 menit pada jam pertama, dan pemantauan dilanjutkan tiap 30 menit pada jam
kedua pasca persalinan.
Pada kala IV, kasus Ny “M” berlangsung dengan normal dimana ditandai
dengan tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 80 x/menit, suhu 36,60C, kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)
tinggi fundus 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, dan perdarahan ± 150
cc.
Pada kasus Ny “M”, penulis tidak menemukan tanda-tanda infeksi atau
kelainan komplikasi pada ibu maupun janin yang mungkin akan terjadi pada kala I
sampai dengan kala IV, karena penanganan yang dilakukan pada ibu bersalin telah
sesuai dengan teori sehingga tidak ada diagnosa potensial yang terjadi dan tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus.
D. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat dapat terjadi pada
saat mengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kondisi
darurat merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk
menangani diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi apabila tidak segera
dilakukan tindakan segera, selain diatas bisa juga berupa observasi/pemeriksaan.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan
harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah
bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosisi/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan tindakan darurat /segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera yang
mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan (Rita Yulifah, 2013 : 134).
Pada studi kasus Ny “M” ada tindakan segera yang perlu dilakukan karena
indikasi pada ketuban sudah pecah sejam jam 08.00 wit dan hisnya sedang maka
bidan berkolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi tablet
cefadroxil dan drip oksitosin infuse RL.

E. Langkah V. Rencana Tindakan


Rencana asuhan pada kasus Ny ”M” disusun berdasarkan teori dengan melihat
kondisi dan kebutuhan pasien. Hasil pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pada pasien yaitu Ny “M” datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian, yang
di sertai dengan pecahnya ketuban sejak tanggal 06 Mei 2021 jam 08.00 wit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum baik,
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 22x/menit, dan suhu
36,8°C.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu tinggi fundus 29 cm,teraba
bokong dan sesuai usia kehamilan, punggung kanan, presentasi kepala, situs
memanjang, bergerak dalam panggul (BDP) dengan penurunan bagian terbawah
janin 2/5, pada auskultasi terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi 133
x/menit, janin intrauterine, tuggal dan hidup.
Rencana tindakan dalam pemantauan kala I adalah memantau kemajuan
persalinan dengan mengobservasi his dan pembukaan serviks. Rencana yang akan
diberikan yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan telah lengkap dan ketuban
sudah pecah, menjelaskan penyebab nyeri, mendampingi ibu selama persalinan,
menganjurkan ibu untuk miring ke salah satu sisi untuk tehnik relaksasi,
mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas lewat hidung dan
mengeluarkan lewat mulut, menganjurkan keluarga untuk memberi intake, support
dan motivasi pada ibu saat his berkurang, mengobservasi his, melakukan
pemeriksaan dalam, menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk senantiasa
berdoa dan diberikan kesabaran serta kemudahan dalam proses persalinan,
mengajarkan ibu meneran pada saat his, menyiapkan peralatan pertolongan
persalinan.
Rencana tindakan selanjutnya pada kala II bertujuan agar ibu melahirkan bayi
tanpa komplikasi dan mencegah terjadinya robekan pada vagina dan perineum.
Rencana tindakan yang akan diberikan adalah melakukan pimpinan persalinan
dengan membimbing Ibu untuk meneran, melakukan pengecekan fundus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi, memberitahu Ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin, menyuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha atas distal
lateral secara IM, menjepit dan memotong tali pusat.
Rencana selanjutnya pada kala III bertujuan agar plasenta lahir utuh tanpa
terjadi komplikasi pada ibu. Rencana tindakan yang akan diberikan adalah
melakukan manajemen aktif kala III (PTT, melahirkan plasenta, masase fundus
uteri), mengevaluasi perdarahan dan memeriksa robekan pada vagina dan
perineum serta melakukan katerisasi.
Rencana tindakan selanjutnya pada kala IV bertujuan untuk memastikan tidak
terjadi perdarahan dengan melakukan pemantauan kala IV. Rencana tindakan
yang akan diberikan adalah menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini dan
keluhan yang dialami adalah normal pasca persalinan, melakukan pemantauan 2
jam post partum. Rencana selanjutnya adalah meminta keluarga untuk selalu
menemani ibu dan memenuhi kebutuhan ibu, mengajarkan ibu dan keluarga untuk
memantau kontraksi uterus, jumlah darah yang keluar dan tanda-tanda bahaya.
Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan diagnosa/masalah
aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan manajemen Asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan
praktek.

F. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan


Pada studi kasus Ny ”M” dengan persalinan patologis, semua tindakan yang
direncanakan terlaksana dengan baik. Seperti menyampaikan hasil pemeriksaan
dengan baik, memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bersama, memberikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga, serta
memenuhi kebutuhan cairan ibu yaitu memberi ibu minum.
Pemantauan selanjutnya, yaitu pada kala I persalinan ibu merasakan nyeri
perut tembus belakang yang semakin terasa dan terdapat pelepasan lendir dan
darah, keadaan umum ibu baik, tampak meringis menahan sakit, tanda-tanda vital
dalam batas normal, his: 4x dalam10 menit (durasi 40 detik ), pemeriksaan dalam
(VT pukul 19.20) pembukaan 10 cm, presentasi kepala, penurunan hodge IV,
pengeluaran lendir dan darah.
Pemantauan selanjutnya, yaitu pada kala II persalinan. Kala II dipastikan
dengan adanya tanda dan gejala kala II yaitu ibu merasakan nyeri perut yang
semakin timbul, ada dorongan untuk meneran, dan merasa seperti ingin buang air
besar, perineum menonjol, vulva dan anus membuka.
Tindakan asuhan yang dilakukan pada kala II adalah melakukan pimpinan
meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran pada pukul
19.25 wit, pimpinan meneran ± 15 menit, bayi lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala tanggal 06 Mei 2021 pukul 20.00 wit dengan jenis kelamin
perempuan, hidup, dan tidak terdapat kelainan pada bagian wajah dan badan.
Berat badan 2700 gram, panjang badan 48 cm. Setelah bayi lahir melakukan
pengecekan fundus dan tidak ada lagi bayi dalam uterus, kemudian memberitahu
ibu dan menyuntikkan oksitosin dan suntikan oksitosin, dan menjepit dan
memotong tali pusat.
Pemantauan selanjutnya, yaitu pada kala III persalinan. Kala III dimulai
setelah bayi lahir pukul 20.00 wit dan ditandai dengan adanya semburan darah
tiba-tiba serta tali pusat bertambah panjang. Tindakan yang dilakukan pada saat
kala III yaitu melakukan manajemen aktif kala III: plasenta dan selaput ketuban
lahir spontan pukul 20.15 wit, kontraksi uterus baik dan TFU 2 jari bawah pusat.
Lama kala III adalah 5 menit, plasenta dan selaput ketuban lahir kesan
lengkap, perdarahan ± 150 cc dan tidak terjadi robekan pada vagina dan perineum.
Ibu merasakan lega setelah melahirkan dan masih sedikit mules, keadaan umum
ibu baik, ibu tampak kelelahan, tanda-tanda vital yaitu tekanan darah : 100/70
mmHg, Nadi : 80x/i, Suhu : 36.6°C, Pernafasan : 22 x/menit, kontraksi uterus
baik, TFU 2 jari bawah pusat.
Tindakan yang dilakukan yaitu menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat
ini dan keluhan yang dialami adalah normal pasca persalinan. Tindakan
selanjutnya adalah pemantauan 2 jam post partum.

G. Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan


Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi nilai
terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang diberikan
kepada Ny “M” di ruang bersalin RSUD. Sele Be Solu Kota sorong pada tanggal
06 Mei 2021 yaitu pada kala I berlangsung keadaan ibu dan janin baik, dan tidak
ada komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi. Selanjutnya yaitu kala II juga
berlangsung normal tanpa ada penyulit, bayi lahir spontan tanggal 06 Mei 2021
jam 20.00 wit bayi menangis kuat, bernapas tanpa bantuan serta bergerak aktif.
Pada kala III, tidak ada penyulit dan berlangsung normal, berlangsung ± 5
menit, kotiledon dan selaput ketuban lahir lengkap tanggal 06 Mei 2021 pukul
20.15 wit, TFU 2 jari bawah pusat, perdarahan ± 150 cc, kontraksi uterus baik
(teraba keras dan bundar), serta keadaan ibu dan bayi baik.
Terakhir yaitu kala IV atau kala pengawasan, pada kala IV kontraksi uterus
baik (teraba keras dan bundar), jumlah perdarahan ± 150 cc, kandung kemih
kosong dan keadaan ibu dan bayi baik. Maka dapat disimpulkan bahwa mulai dari
kala I sampai dengan kala IV, semuanya berlangsung normal, tidak ada
komplikasi yang terjadi pada ibu maupun janin. Hal tersebut terjadi karena
manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan teori dan sesuai dengan
wewenang bidan.
H. Pendokumentasian
Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang beraslin RSUD. Sele Be Solu
Kota Sorong, pengumpulan data subjektif yang terdiri dari alasan utama ibu
masuk ke puskesmas, riwayat keluhan utama, riwayat menstruasi,riwayat
kehamilan sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat nifas
yang lalu, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat KB, serta riwayat kebutuhan dasar ibu.
Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang terdiri
dari pemeriksaan umum ibu, pemeriksaan fisik (head to toe), dan pemeriksaan
dalam. Pada tanggal 06 Mei 2021 pukul 11.00 wit, ibu datang ke Rumah sakit,
rujukan dari puskesmas dengan keluhan nyeri perut bagian bawah disertai dengan
pecahnya ketuban,. Hari pertama haid terakhir tanggal 20 Agustus 2020, tafsiran
persalinan tanggal 27 Mei 2021, usia kehamilan ibu yaitu 38 minggu Ini
merupakan kehamilan ibu yang keenam dan tidak pernah keguguran sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam
batas normal, pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri 29
cm, teraba bokong dan sesuai usia kehamilan 38 minggu, punggung kanan,
presentasi kepala, situs memanjang, bergerak dalam panggul (BDP) dengan
penurunan bagian terbawah janin 2/5, pada auskultasi terdengar denyut jantung
janin dengan frekuensi 133 x/menit, janin intrauterine, tunggal dan hidup.
Dari hasil pemeriksaan pada Ny “M” didapatkan hasil pengkajian yaitu
inpartu kala I fase laten. Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala II
yang telah di dapatkan pada kasus Ny “M” didapatkan data subjektif yaitu Ibu
merasakan adanya dorongan yang kuat untuk mengedan, ibu merasakan adanya
tekanan pada anus dan ibu merasakan kepala bayinya seperti mulai menyembul
mau keluar lewat vaginanya.
Data objektif pada kasus Ny “M” yang didapat dimana tampak perineum
menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani mulai membuka, meningkatnya produksi
pengeluaran lendir bercampur dengan darah dan pada pemeriksaan tanda pasti
kala II di tentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks
telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada hasil pengkajian Kala II pada kasus Ny “M” di dapatkan hasil yaitu bayi
lahir spontan segera menangis pada tanggal 06 Mei 2021 dengan jenis kelamin
perempuan, BBL = 2700 gram, PBL = 48 cm, dan A/S = 9/10.
Berdasarkan pengkajian data asuhan kebidanan perlangsungan kala III pada
kasus Ny “M” didapatkan data subjektif ibu lelah setelah melahirkan dan
merasakan nyeri pada perut bagian bawah, dan pada data objektif didapatkan dari
hasil pemeriksan yaitu kala III berlangsung ± 5 menit setelah bayi lahir, dan
plasenta lahir kesan lengkap pada pukul 20. 15 wit.
Dan berdasarkan data pengkajian asuhan kebidanan pada kasus Ny
”M”dengan perlangsungan kala IV didapatkan data subjektif ibu merasa lelah
setelah persalinannya dan ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dan pada data
objektif di dapatkan hasil pemantauan selama 2 jam post partum dengan
dilakukannya pemantauan pada tanda-tanda vital ibu, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan sesuai dengan manajemen kebidanan 7
langkah varney meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnose potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan data perkembangan
SOAP. Pada kasus ibu bersalin Ny. M di ruang bersalin RSUD. Sele Be Solu
Kota Sorong disimpulkan bahwa :
1. Seteah dilakukan pengkajian data subjektif didapatkan hasil Ny. H umur
47 tahun G6P5A0 usia kehamilan 39 minggu, ibu merasakan nyeri perut
bagian bawah dan pecah ketuban sejak jam 08.00 wit Tanggal 06 Mei
2021, pengkajian data subyektif telah dilakukan sesuai teori.
2. Setelah dilakukan pengkajian data objektif didapatkan semua hasil
pemeriksaan yang dilakukan dlam batas normal. Pengkajian data objektif
telah dilakukan sesuai prosedur.
3. Diagnose ditegakkan pada kasus ini adalah asuhan persalinan patologis
KPD pada Ny. M umur 47 tahun.
4. Setelah menyelesaikan pengkajian, dilakukan perencanaan dan
pelaksanaan yaitu melaksanakan asuhan persalinan 60 langkah sesuai
prosedur.
5. Setelah menyelesaikan perencanaan dan pelaksanaan, dilakukan evaluasi
dengan hasil ibu dalam keadaan baik dan bayi dalam keadaan baik.
6. Setelah melakukan pengkajian data subjektif, data objektif, assessment,
dan pelaksanaan maka akan dilakukan pendokumentasian sesuai dengan
SOAP.

B. SARAN
1. Bagi institusi
Diharapkan bagi institusi pendidikan menambah referensi buku terbaru di
perpustakaan Poltekkes Kemenkes Sorong sehingga memudahkan
mahasiswa dalam pembuatan tugas, makalah, dan lain sebagainya.
2. Bagi lahan praktik
Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan kepada lahan
diharapkan untuk tetap mempertahankan asuhan persalinan sesuai standar
asuhan persalinan 60 langkah.
3. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa mendapat pengalaman dalam mempelajari kasus - kasus
pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan
asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan sesuai
dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan.
Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan asuhan kebidanan persalinan patologis terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA

Word Health Organization (WHO). 2015. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.


Word Health Statistics. Swiss.
WHO.2015.TrendsInMaternalMortality:1990to2015.

Yuni dkk.2018.Asuhan Kebidanan masa persalinan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tasnim et al . 2011.Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: Buku kedokteran


http://repositori.uin-alauddin.ac.id/12958/1/Wiwi%20Agustina_70400115016.pdf

Anda mungkin juga menyukai