Anda di halaman 1dari 21

Tugas Agama

Makalah Tokoh-Tokoh Ilmuan Islam

Nama : Nayatul Akbar


Kelas : XI MIPA 3

SMA Negeri 1 Payakumbuh


Tahun Pelajaran 2018/2019
Biografi Ibn Rusyd

Nama lengkap Ibn Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Rusyd.
Beliau Lahir di Kordoba Spanyol pada tahun 5H/1126M, dibesarkan dalam keluarga hakim-
hakim yang teguh menegakan agama dan berpengetahuan luas. Neneknya adalah seorang ahli
fiqih dan tokoh politik yang berpengaruh serta hakim agung di Andalusia. Ia juga pernah
menjadi dokter istana, di cordoba, filosof dan ahli hukum yang berpengaruh di kalangan
istana.

Ibnu Rusyd belajar matematika, astronomi,filsafat, kedokteran kepada Ibnu Basy kawal, Ibnu
Masarroh dan Abu Ja’far Harun. Beliau dikenal orang barat dengan nama Averries, lewat
karyanya Al-Kulliyyat yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Pemikiran-
pemikiran Ibnu Rusyd sangat berpengaruh di Negara-negara Eropa, dan banyak di kaji di
tingkat universitas. Ia adalah seorang muslim yang ahli bidang filsafat dan kedokteran.

Tahun 1169-1195 menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De


Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi,
Metodologica, RhetoriC, Dn Nichomchen Ethick. Dengan kecerdasannya, komentarnmya
seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap, dan telihatlah
kemampuannya yang luar biasa dalam melakukan pengamatan. Ini sangat berpengaruh
kepada pemikiran kaum Yahudi di kemudian hari, dan membuka Jalan Ibnu Rusyd
mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan Filsafat Yunani.

Dibidang Agama Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya seperti Tahafut tahafut, kitab
yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap para Filosof terdahulu. Beliau ahli
ilmu agama, dan filsafat, dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah(filsafat) dengan
syariat(agama dan wahyu).
Menurut Ernest Renan(1823-1892) karyanya mencapai 78 juful yang terdiri 39 judul tentang
filsafat, 5judul tentang kalam, 8 judul tentang fiqih, 20 judul tentang kedokteran, 4 judul
tentang ilmu Falak, matematika dan astronomi, 2 judul tentang nahwu dan sastra, diantara
karangan Ibnu Rusyd adalah:

- Bidayatul Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid(bidang hukum), berisi perbandingan


mazhab(aliran-aliran fiqih dengan alas an-alasannya).
- Kitab kuliyat at-Tib (buku ensiklopedi kedokteran kedokteran).
- Falsafah Aristolteles dan Claudius.
- Syarh sa-Sama
- Syarh kitab an-nafs.
- Tahafut al- Tahafut, buku yang terkenal dalam bidang filsafat dan ilmu kalam, ini
adalah pembelaan Ibnu Rusyd terhadap kritikan Al-Ghazali terhadap para filosof dan
masalah filsafat.
- Al-Kasyf an Manahij al-‘Adillah fi’Aqaid ahl al-Millah, buku tentang metode-metode
demonstrative yang berhubungan dengankeyakinan pemeluk agama.
- Fashl alMaqal fi Ma Baina al-Himah Wa asy Syirah Min al-Ittishal, buku penjelasan
adanya persesuaian antara filsafat dan syariat.
- Risalah al-Kharraj, buku tentang perpajakan.
- Al-Mukhtashar fi Ushul al-Ghazali, ringkasan atas kitab al-Musytashfa al-Ghazali.
- Dhaminah li Mas’alah al-‘ilm al-Qadim, buku apendis ilmu qadimnya tuhan terdapat
dalam buku Fashl al-Maqal.
- Al-Dawi, buku acara pengadilan.
- Makasih al-Mulk wa al-Murbin al-Muharramah, buku tentang perusahaan-perusahaan
Negara dan system ekonomi yang terlarang.
- Durusun fil al-Fiqh, buku beebrapa masalah fiqih.

Ibnu Rusyd wafat pada usia 72 tahun di Maroko pada tahun 1198H
Biografi singkat Al Ghazali

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i atau yang dikenal
sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan adalah seorang filosof dan teolog muslim
Persia.  Ia memiliki kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul. Beliau
adalah tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf.

Al-Ghazali lahir di Thus pada 1058 / 450 H. Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang
anaknya bernama Hamid. Gelar dia al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang
bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar
Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa dia
bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang
tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang
ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi
perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di
Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal
dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di
Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.

Sifat Pribadi
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul
Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk
dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang
ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup
meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta
meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum dia memulai
pengembaraan, dia telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan
Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah
mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah,
Jerusalem, dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama
ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi dia telah
dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan dia benci kepada sifat riya, megah,
sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara', zuhud, dan
tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat
ridha Allah SWT.

Pendidikan
Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena
kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan dia
menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam
terhadap ilmu, dia mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan
mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas
oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-
Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di
Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah dilantik menjadi
mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri)
di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula sebagai Naib Kanselor di
sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem
untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang
ada. Dalam pengembaraan, dia menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan
besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.

Kehidupan dan Perjalanan Menuntut Ilmu


Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan
menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya
kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal
tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami
pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya
tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”

Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta
peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan
wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh
kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir
dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke
madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat
membantu kalian berdua.”

Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan
ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami
menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena
Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).

Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil
pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih
dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar
perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih.
Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala
untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.

Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang
yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah
nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).

Belajar Fiqh
Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad
bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk
mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian
pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).

Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan
penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i
dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami
perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun
tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam
Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191).

Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir


Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau
menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik
mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk
pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di
Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan
menjadi terkenal.

Pengaruh Filsafat
Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi
celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan
tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja
kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi
yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan
kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali
dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy
Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.” (Majmu’ Fatawa 6/54).

Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di
dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan
hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).

Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi
sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau
menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu
Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau
semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.

Polemik Kejiwaan Imam Ghazali


Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia.
Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang
menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada
ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan
mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.

Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian
menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara
barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin
Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal
di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun
Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam
sekitar 10 tahun.

Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi.
Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.”
(Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).

Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk)
mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau
tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal
menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan
tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz
Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).

Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta
tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah
An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan
menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di
samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya
dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu
dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.

Akhir hayat
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul
dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun
menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih
Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai
semuanya dalam waktu singkat.

Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa
orang putri.”

Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat
Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu
Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau
mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya
patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan
menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari).
(Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi,
pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath
Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201).

Karya Imam Al-Ghazali


Tasawuf
 Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), merupakan karyanya yang terkenal
 Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
 Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)

Filsafat
 Maqasid al-Falasifah
 Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang
kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the
Incoherence).

Fiqih
 Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul

Logika
 Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge)
 Al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance)
 Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic)
Biografi Al Kindi

Abu Yusuf Ya'qub Al-Kindi adalah dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan
Islam, Nasabnya sampai pada Qahthan berdarah Arab asli. Semasa hidupnya, selain bisa
berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Dia juga salah seorang ilmuwan besar muslim
dalam bidang kedokteran dan pemilik salah satu pemikiran terbesar yang dikenal sepanjang
peradaban manusia
Al-Kindi dilahirkan di Kufah, ayahnya adalah seorang pejabat pemerintahan pada masa
Khalifah Harun Ar-Rasyid. Dia dipanggil dengan Al-Kindi karena dihubungkan dengan
kabilahnya, yaitu kabilah Arab Kindah. Dia dijuluki filsuf Arab karena dialah filsuf muslim
pertama. Barangkali juga karena dialah satu-satunya diantara sekian banyak filsuf muslim
yang tidak diragukan kearabannya. Perlu disebutkan bahwa berbagai literatur Barat telah
menyelewengkan namanya menjadi Alchendius, sekalipun literatur Barat saat ini menulis
dengan namanya yang benar, yaitu Al-Kindi.

Kehidupan dan Pendidikannya


Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di Kufah bersama kedua orang tuanya. Ketika Al-
Kindi masih anak-anak, ayahnya meninggal dunia. Keadaannya yang yatim tidak
mengendorkan semangatnya. Dia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di Kufah,
Basrah dan Baghdad. Dia memulai belajarnya dari ilmu-ilmu agama, kemudian filsasat,
logika, matematika, musik, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran dan tekhnik mesin.

Kemampuannya dalam bidang filsafat dan penemuannya dalam bidang kedokteran serta
keahliannya sebagai insinyur telah diakui oleh para ilmuwan lain yang hidup pada masanya.
Kejeniusan dan kemampuannya dalam berbagai bidang sempat menjadi sumber kedengkian
orang-orang yang dengki dan lemah jiwanya, sehingga hampir saja Al-Kindi dipenjara,
dicambuk dan diboikot. Anehnya, diantara mereka juga ada yang menjelek-jelekkan
prilakunya dan mengklaimnya sebagai orang pelit.

Dalam bidang penguasaan bahasa asing, Al-Kindi menguasai dua bahasa, yaitu bahasa
Yunani dan Suryani. Ada yang mengatakan bahwa dia juga mengusai bahasa asing lainnya.
Penguasaannya terhadap berbagai bahasa inilah yang telah membantunya menguasai berbagai
macam ilmu dan menadikannya sangat berpengaruh bagi Khalifah Al-Ma'mun, sehingga dia
mengangkatnya sebagai penerjemah buku-buku asing yang dianggap penting.
Penemuan Ilmiah dan Pemikiran Al-Kindi
Al-Kindi adalah seorang ilmuwan besar yang setara dengan Ibnul Haitsam dan Al-Biruni. Dia
memiliki pemikiran besar yang mungkin mengungguli penemuan para ilmuwan besar lainnya
sepanjang sejarah. Kalau saja dia tidak hidup pada masa itu, barangkali peradaban Islam tidak
akan semaju waktu itu. Demikian juga pada masa Ibnul Haitsam, Al-Biruni, Al-Karakhi dan
Ibnu Sina. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perkembangan peradaban terjadi karena
pergerakan yang selalu bertambah atau dengan kata lain ada kerja berkesinambungan yang
terus-menerus dilakukan antar generasi. Sebagaimana pada saat itu, Arab tidak memiliki
karya besar terjemah sebelumnya. Al-Kindi termasuk ilmuwan yang hidup pada masa
pergerakan terjemah, dan dia sendiri adalah seorang penerjemah. Para penerjemah buku-buku
Al-Kindi mengatakan bahwa kumpulan buku-buku yang dikarang olehnya dalam bidang
filsafat, logika dan berbagai macam ilmu lainnya, jumlahnya mencapai dua ratus buku.
Bahkan Dr. Abdul Halim Muntashir mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Ilm" bahwa
buku yang dikarang Al-Kindi mencapai 230 buku.

Penemuan di Bidang Astronomi


Al-Kindi mengamati posisi bintang, planet dan letaknya dari bumi. Dia memperingatkan
dampaknya pada bumi, kemungkinan pengukurannya, penentuan pengaruhnya sebagaimana
yang terjadi pada fenomena air pasang dan surut yang sangat berkaitan erat dengan posisi
bulan. Dia memiliki pikiran yang cerdas dan keberanian ilmiah yang menjadikannya berani
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena alam lainnya di atas bumi, sehingga
dapat menciptakan penemuan baru. Diantara yang menakjubkan adalah bahwa seorang
orientalis berkebangsaan Belanda, De Bour berpendapat setelah melihat tesis Al-Kindi bahwa
hepotesanya tentang air pasang dan surut tentu didasarkan pada eksprimen.

Karyanya di Bidang Astronomi


Al-Kindi menulis 16 buku dan artikel di bidang astronomi. Buku-buku tersebut antara
lain: 
 "Kitab Al-Manazhir Al-Falakiyyah." 
 "Kitab Mahiyatul Falak."
 "Kitab Risalah Fi Shifatil Istharlab Bil Handasah."
 "Kitab Risalah Fi Syuruq Al-Kawakib wa Ghurubiha bi Al-Handasah." 
 "Kitab Risalah Fi Shina'ati Bathlimous Al-Falakiyyah. " 
 "Kitab Tanaha Jarmul ‘Alam." 
 "Kitab Risalah Fi `Ilalil Audha' An-Nujumiyyah."

Penemuan di Bidang Ilmu Alam dan Fisika


Al-Kindi membuat tesis tentang warna biru langit. Dia menjelaskan bahwa warna biru
bukanlah warna langit itu sendiri, melainkan warna dari pantulan cahaya lain yang berasal
dari penguapan air dan butir-butir debu yang bergantung di udara. Tesis ini mendekati banyak
penafsiran ilmiah yang benar, yang kita ketahui pada masa sekarang.
Karyanya di Bidang Ilmu Pengetahuan Alam
Dia menulis sebanyak 12 buku dalam ilmu pengetahuan alam. Adapun
sebagian buku tersebut adalah sebagai berikut:

 "Kitab Ilmu Ar-Ra'di wa Al-Barqi wa Ats-Tsalji wa Ash-Shawa'iq wa Al-Mathar."


Merupakan kitab yang menafsiri fenomena alam.
 "Kitab Fil Al-Bashariyyat" 
 "Risalah Fi Zarqati As-Sama"'
 "Kitab Fi Al-Ajraam Al-Ghaishah"

Penemuan di Bidang Teknik Mesin


Yaitu ilmu mekanik dalam istilah industri dan teknik saat ini, atau ilmu yang secara khusus
berhubungan dengan alat-alat, rangkaian, dan menjalankan fungsinya. Al-Kindi banyak
belajar ilmu ini baik secara teoritis maupun praktis. Dia telah menjadi insinyur peradaban
Islam dan turut serta dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan seperti proyek
penggalian kanal untuk membuka jaringan sungai Dajlah dan Furat.

Penemuan di Bidang Kimia, Industri Kimia dan Ilmu


Perlogaman
Dalam penelitiannya di bidang kimia, Al-Kindi telah memberikan kontribusi yang banyak
bagi negeri dan warga negaranya. Dia menguasai berbagai macam ilmu kimia, seperti dalam
pembuatan parfum, aroma kimia, kimia untuk membuat kaca, warna, dan besi. Dia memiliki
sebuah tesis yang berhubungan dengan pembuatan parfum secara kimiawi dan menciptakan
berbagai jenis aroma dari parfum itu, seperti pembuatan minyak kasturi (misk). Dia
menyebutkan bahan-bahannya, cara penyulingannya dan cara pencampurannya. Demikian
juga dengan pembuatan parfum aroma bunga mawar dan aroma bunga jasmin.

Al-Kindi juga menjelaskan secara ilmiah berbagai proses kimiawi penting, seperti
penyaringan dan penyulingan. Al-Kindi juga membuat pedang sebagaimana yang disebutkan
dalam dua bukunya dan dia menjelaskan macam-macam besi dan ciri-cirinya serta cara
pembuatannya dan pencampurannya. Cara seperti itu sampai sekarang masih dipakai dalam
pembuatan pedang, yang mana besi biasa dicampur dengan baja dalam ukuran tertentu
kemudian dipanaskan secara bersamaan dengan campurannya, dengan prosentase karbon
berkisar antara 5 sampai 10% sehingga didapatkan baja yang sangat keras dan menjadi
pedang yang tajam.
Adapun sebagian karya Al-Kindi dalam bidang kimia dan kimia industri serta ilmu
pertambangan adalah sebagai berikut:

 "Kitab Tanbih Ala Khada' Al-Kimiya'iyyin" 


 "Risalah Fi Anwa' Al-Ma'adin Ats-Tsaminah" 
 "Kitab Kimiya' Al-Ithr Wat Tash'idat" 
 "Kitab Shina'atiz Zujaj" 
 "Kitab ma Yudhafu min Madah ala Shina' at As-Suyuf Hatta Ta'hudz Shalabataha" 
 "Kitab Al-Jawahir wal Ashbah." 
 "Risalah Fi Anwa' i Al-Hijarah" 
 "Kitab Shina'at Al-Alwan" - "Kitab Shina' at As-Suyuf"

Penemuan di Bidang Matematika


Al-Kindi percaya kepada pendapat para ilmuwan bangsa Yunani yang menjadikan ilmu
matematika sebagai pengantar yang paling tepat bagi ilmu filsafat dan logika. Hal ini karena
ilmu matematika melatih akal untuk berpikir benar dan teratur. Karya Al-Kindi dalam ilmu
matematika mencapai 43 buku. 11 buku diantaranya tentang ilmu hitung dan 32 buku tentang
ilmu geometri.
Beberapa Karya Al-Kindi di Bidang Matematika

 "Kitab Mabadi' Al-Hisab" 


 "Kitab Al-Hisab Al-Handasi" 
 "Risalah Fi Al-Ihtimalat" 
 "Kitab Fi Isti'mali Al-Hisab Al-Hindi." 
 "Kitab Al-Hail Al-Adadiyyah Wa Ilmu Adhmariha" 
 "Risalah Fi Al-Qiyasat" 
Karyanya di Bidang Ilmu Geometri 

 "Kitab Al-Barahin Al-Masahiyyah" 


 "Kitab Ishlah Iqlids" 
 "Kitab Qismah Ad-Dairah Bi Ats-Tsalatsat Aqsam" 
 "Kitab Aghradh Kitab Iqlids"
 "Kitab Taqsim Al-Mutsallats Wa Al-Murabba"' 
 "Risalah Fi Tashthih Al-Kurrah" 
 "Kitab Kaifa Ta'mal Dairah Musawiyah li Sathhi Isthiwanah Mafrudhah"

Karyanya di Bidang Musik


Al-Kindi memiliki tujuh karya tulis dalam bidang musik yang di dalamnya berisi tentang
berbagai jenis alat musik, macam-macam biola, neraca musik, dan hubungan antara musik
dengan puisi. Buku-buku ini hingga sekarang masih tersimpan di perpustakaan musium
Britania. Sebagian peneliti menganggap bahwa bukunya "Risalah Tartib An-Nagham" adalah
buku yang ditulis dalam bidang musik tentang tinggi rendahnya melody biola, jauh berabad-
abad sebelum ditemukan oleh bangsa Eropa. 

Karyanya yang Lain di Bidang Musik 


 "Risalah Fi Al-Iqa"'
 "Risalat Al-Madkhal Ila Shina'ati Al-Musiqa"

Penemuan di Bidang Kedokteran dan Farmasi


Al-Kindi adalah seorang dokter terkemuka. Dia telah menulis sebanyak 22 buku di bidang
kedokteran dan banyak memisah-misahkan spesialisasi dalam bidang kedokteran yang
penting, sebagaimana dia juga telah mendahului penggunaan musik sebagai salah satu alat
untuk mengobati beberapa penyakit.
Beberapa Karya Al-Kindi di Bidang Kedokteran
 "Kitab Ath-Thib Al-Bagruthi" 
 "Kitab Ath-Thib Ar-Rauhani"
 "Kitab Tadbir Al-Ashihha"
 "Kitab Waj'u Al-Maidah wan Naqus" 
 "Kitab Ilaj Ath-Thahl"
 "Kitab Al-Maut Al-Mufaji" 
 "Kitab Al-Humayat" 
 "Kitab Illati Naftsid Dam"
 "Kitab Kai fiyyati Ad-Dimagh" 
 "Kitab Udhdhati Al-Kalib" 
Karya di Bidang Farmasi 

 "Kitab Al-Aqrabadzin" 
 "Kitab Al-Abkhirah" 
 "Kitab Al-Ghidza' Wa Ad-Dawa"
 "Kitab Asyfiyat As-Samum" 
 "Kitab Kaifiyyati Ishal Ad-Dawa"

Karya Bidang Ilmu Logika dan Filsafat


Al-Kindi mendalami filsafat Yunani dan menerjemah sebagian buku-bukunya, menambah
dengan keterangan dan komentar yang menunjukkan pada kemampuannya yang sangat besar
dalam bidang itu. Kenyataan inilah yang membuat Khalifah Al-Ma'mun memberikan tugas
kepadanya untuk menerjemahkan buku-buku karangan Aristoteles. Dia juga menguasai
pemikiran dan filsafat Persia dan India. Dia menelusuri metode filsafat dan logika
matematika sebagaimana yang dilakukan oleh para filsuf Yunani.

Hubungan Al-Kindi yang kuat dengan filsafat memberikan dampak yang sangat besar bagi
perkembangan pemikiran ilmiahnya. Al-Kindi menolak segala pemikiran yang bertentangan
dengan Islam dan berusaha untuk memadukan antara filsafat dan pemikiran Islam.

Mengingat penjelasan secara detil tentang peranan Al-Kindi dalam bidang filsafat dan karya-
karyanya yang tidak sepenuhnya menjadi fokus utama pembahasan buku ini, maka kami
cukup memberitahukan bahwa karya Al-Kindi dalam bidang filsafat berjumlah sebanyak 22
buku.

Hilangnya Buku-buku Al-Kindi


Ya'qub Al-Kindi memiliki lebih dari dua ratus buku yang dikarangnya. Bahkan Dr. Abdul
Halim Muntashir mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Ilm wa Daur Al-Arab fi
Taqaddumihi" bahwa buku karangan Al-Kindi lebih dari 230 buku. Akan tetapi yang sangat
disayangkan, kebanyakan dari buku-buku ini hilang dan tidak sampai ke tangan kita kecuali
judul judulnya saja yang diberitahukan oleh penerjemahnya kepada kita.

Pemikiran Ilmiah Al-Kindi


Secara global, fenomena pemikiran ilmiah Al-Kindi dan indikator yang menunjukkan
pada keistimewaannya adalah sebagai berikut:

 Dia termasuk diantara para ilmuwan pertama yang berpedoman pada metode
eksprimen sebagai suatu cara untuk menyimpulkan hakekat ilmiah. Dalam hal ini, kami telah
memaparkan pengakuan ilmuwan Belanda, De Bour.
 Dia mengetahui peranan ilmu matematika dalam membangun akal dan melatihnya
untuk konsisten dengan kebiasaan berpikir yang benar. Dalam hal itu, dia berkata, "Filsafat
tidak dapat diperoleh kecuali dengan menguasai ilmu matematika."
 Al-Kindi menyadari bahwa hakekat teori ilmiah dan pemikiran tidak akan benar
kecuali setelah melalui proses pematangan yang lama. Dalam hal itu, dia berkata, "Kebenaran
yang sempurna tidak akan didapat oleh seseorang, karena ia akan sempurna secara bertahap
dengan disempurnakan oleh para generasi pemikir."
 Sebagai ilmuwan yang memiliki jiwa sehat, dia mengingkari pengaruh bintang-
bintang kepada keadaan manusia dan membantah perkataan paranormal tentang pergerakan
benda-benda langit. Sekalipun demikian, dia termasuk pemerhati astronomi sebagai salah
satu ilmu pengetahuan alam dan mengetahui manfaatnya secara ilmiah dalam berbagai
kehidupan manusia.
 Perhatiannya dalam bidang kimia terbatas pada manfaatnya secara ilmiah, yaitu pada
bidang industri dan pengobatan. Dia menolak pemanfaatannya sebagai cara untuk merubah
logam yang murah menjadi emas. Menurutnya, pekerjaan seperti ini hanya membuang waktu
para ilmuwan pada sesuatu yang tidak banyak manfaatnya.

Wafat
Menurut pendapat Al-Khalili, Al-Kindi wafat pada tahun 260 H (874). Sedangkan menurut
sumber lain, dia wafat pada tahun 260 H (874 M). Ada juga yang mengatakan bahwa dia
wafat pada tahun 252 H (866 M).
Biografi Al farabi

Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi (870-950) atau disingkat Al-Farabi adalah
ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.

Ia juga dikenal dengan nama lain Abu Nasir al-Farabi (dalam beberapa sumber ia dikenal
sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga
dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.

Kemungkinan lain adalah Farabi adalah seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah Imamiyah adalah
salah satu aliran dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah mereka adalah soal Imam)
yang berasal dari Turki.

Kehidupan dan pembelajaran

Al-Farabi memiliki Ayah seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya
berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar
untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari.  Pada masa awal pendidikannya ini,
al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu
hadits) dan aritmatika dasar.

Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan
sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. 

Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi
kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria, dimana saat itu Harran
merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil. Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf
Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.

Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan Sayf
al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan para
Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/
Desember 950 M) di masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah).

Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam. Meskipun
kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf
Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai
bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis
berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-
Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.

Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya


dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. 

Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh
mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya
membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.

Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla dan di zaman
pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh seorang
Khalifah. Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal
pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap
sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik. 

Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para ahli
Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau
pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah
negara pemerintahan yang ideal (Negara Utama).

Buah Pemikiran

Karya

Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya
al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian yaitu:

1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama)
yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan
antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam.
Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama
mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.
Biografi Ibnu Sina

Ibnu Sina atau yang dikenal dengan Avicenna adalah seorang ilmuwan, filsuf muslim, dan
dokter. Ia mempunyai nama lengkap Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan
bin Ali bin Sina. Ia dikenal sebagai bapak pengobatan modern karena kemahirannya sejak
kecil dalam pengobatan. Ibnu Sina juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian
besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Ia dilahirkan di Persia (sekarang
sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab
Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya.
Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya
membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah
mahir dalam bidang kedokteran.

Ibnu Sina adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak
diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang
sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling
terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan
waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Awal Kehidupan

Kehidupannyan dikenal lewat sumber – sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga
puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-
Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya. Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M)
di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari
Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada
saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn
Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik
dengan baik di Bukhara.Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili,
pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang
mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera
membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu
pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child
prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia.
Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang
lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit
dan mengajar anak muda.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi
kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu
kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan
penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,
Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode
pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-
universitas Eropa.

Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada beberapa tulisan
Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi,
dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang
membingungkan, dia akan meninggalkan buku – bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi
ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada
larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan
kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan
mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca
Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata – katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya
tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh
Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan
adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya
misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan
sedekah atas orang miskin.

Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi
melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode –
metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan
pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun
menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh
kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien,
menggunakan obat – obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan
cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.

Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit
yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya
akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan
dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh – musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang
membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara
itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk
menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju
keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan
menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai
teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina
mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan
Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat – bakatnya. Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang
dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan
menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh
pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat
parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman,
yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan
astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan
dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.

Dalam dunia Islam kitab – kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya,
akan tetapi karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat terang. Selain menulis
dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku – bukunya dalam
bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954. Karya – karya Ibnu Sina yang
ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah
resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain
dari pada itu, ia banyak menulis karangan – karangan pendek yang dinamakan Maqallah.
Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru
dan segera dikarangnya.

Sekalipun ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan sering sibuk dengan soal negara, ia
menulis sekitar dua ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang paling masyhur adalah
“Qanun” yang merupakan ikhtisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur.
Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin dan diajarkan berabad lamanya di Universita Barat.
Karya keduanya adalah ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini
merupakan titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam.
Diantara karangan – karangan Ibnu Sina adalah :

1. As- Syifa’ ( The Book of Recovery or The Book of Remedy = Buku tentang
Penemuan, atau Buku tentang Penyembuhan).
2. Buku ini dikenal didalam bahasa Latin dengan nama Sanatio, atau Sufficienta.
Seluruh buku ini terdiri atas 18 jilid, naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di
Oxford University London. Mulai ditulis pada usia 22 tahun (1022 M) dan berakhir
pada tahun wafatnya (1037 M). Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu : (1)Logika
(termasuk didalamnya terorika dan syair) meliputi dasar karangan Aristoteles tentang
logika dengan dimasukkan segala materi dari penulis – penulis Yunani kemudiannya.
(2)Fisika (termasuk psichologi, pertanian, dan hewan). Bagian – bagian Fisika
meliputi kosmologi, meteorologi, udara, waktu, kekosongan dan gambaran).
(3)Matematika. Bagian matematika mengandung pandangan yang berpusat dari
elemen – elemen Euclid, garis besar dari Almagest-nya Ptolemy, dan ikhtisar –
ikhtisar tentang aritmetika dan ilmu musik. (4)Metafisika. Bagian falsafah, poko
pikiran Ibnu sina menggabungkan pendapat Aristoteles dengan elemen – elemennya
Neo Platonic dan menyusun dasar percobaan untuk menyesuaikan ide-ide Yunani
dengan kepercayaan – kepercayaan.Dalam zaman pertengahan Eropa, buku ini
menjadi standar pelajaran filsafat di pelbagai sekolah tinggi.
3. Nafat, buku ini adalah ringkasan dari buku As-Syifa’.
4. Qanun, buku ini adalah buku lmu kedokteran, dijadikan buku pokok pada Universitas
Montpellier (Perancis) dan Universitas Lourain (Belgia).
5. Sadidiyya. Buku ilmu kedokteran.
6. Al-Musiqa. Buku tentang musik.
7. Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
8. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.Danesh Namesh. Buku filsafat.
9. Danesh Nameh. Buku filsafat.
10. Uyun-ul Hikmah. Buku filsafat terdiri atas 10 jilid.
11. Mujiz, kabir wa Shaghir. Sebuah buku yang menerangkan tentang dasar – dasar ilmu
logika secara lengkap.
12. Hikmah el Masyriqiyyin. Falsafah Timur (Britanica Encyclopedia vol II, hal. 915
menyebutkan kemungkinan besar buku ini telah hilang).
13. Al-Inshaf. Buku tentang Keadilan Sejati.
14. Al-Hudud. Berisikan istilah – istilah dan pengertian – pengertian yang dipakai
didalam ilmu filsafat.
15. Al-Isyarat wat Tanbiehat. Buku ini lebih banyak membicarakan dalil – dalil dan
peringatan – peringatan yang mengenai prinsip Ketuhanan dan Keagamaan.
16. An-Najah, (buku tentang kebahagiaan Jiwa)
17. dan sebagainya

Dari autobiografi dan karangan – kaangannya dapat diketahui data tentang sifat – sifat
kepribadianhya, misalnya :

1) Mengagumi dirinya sendiri


Kekagumannya akan dirinya ini diceritakan oleh temannya sendiri yakni Abu Ubaid al-
Jurjani. Antara lain dari ucapan Ibnu Sina sendiri, ketika aku berumur 10 tahun aku telah
hafal Al-Qur’an dan sebagian besar kesusateraan hinga aku dikagumi.

2) Mandiri dalam pemikiran


Sifat ini punya hubungan erat sudah nampak pada Ibnu Sina sejak masa kecil. Terbukti
dengan ucapannya “Bapakku dipandang penganut madzhab Syi’ah Ismailiah. Demikian juga
saudaraku. Aku dengar mereka menyebutnya tentang jiwa dan akal, mereka mendiskusikan
tentang jiwa dan akal menurut pandangan mereka. Aku mendengarkan, memahami diskusi
ini, tetapi jiwaku tak dapat menerima pandangan mereka”.

3) Menghayati agama, tetapi belum ke tingkat zuhud dan wara’.


Kata Ibnu Sina, setiap argumentasi kuperhatikan muqaddimah qiyasiyahnya setepat –
tepatnya, juga kuperhatikan kemungkinan kesimpulannya. Kupelihara syarat – syarat
muqaddimahnya, sampai aku yakin kebenaran masalah itu. Bilamana aku bingung tidak
berhasil kepada kesimpulan pada analogi itu, akupun pergi sembahyang menghadap maha
Pencipta, sampai dibukakan-Nya kesulitan dan dimudahkan-Nya kesukaran.

Rajin mencari ilmu, keterangan beliau “saya tenggelam dalam studi ilmu dan membaca
selama satu setengah tahun. Aku tekun studi bidang logika dan filsafat, saya tidak tidur satu
malam suntuk selama itu. Sedang siang hari saya tidak sibuk dengan hal – hal lainnya”
Pendendam. Dia meredam dendam itu dalam dirinya terhadap orang yang menyinggung
perasaannya. Dia hormat bila dihormati.

4) Cepat melahirkan karangan


Ibnu Sina dengan cepat memusatkan pikirannya dan mendapatkan garis – garis besar dari isi
pikirannya serta dia dengan mudah melahirkannya kepada orang lain. Menuangkan isi pikiran
dengan memilih kalimat/ kata-kata yang tepat, amat mudah bagi dia. Semua itu berkat
pembiasaan, kesungguhan dan latihan dan kedisiplinan yang dilakukannya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode
pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini,
Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode
ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri
cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan
Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi.
Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang
tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang
kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos
Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280
Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat
Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang
mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan
pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina
adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh
para pemikir Barat.

Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas -aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan
untuk urusan negara dan menulis, sehingga ia mempunyai sakit maag yang tidak dapat
terobati. Di usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di
Hamazan. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat
manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari
peradaban besar Iran di zamannya

Anda mungkin juga menyukai