3. Jamaluddin Al-Afghani
Nama panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani, dilahirkan
di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda beliau bernama
Sayyid Safdar al-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu dengan Sayyid Ali al-
Turmudzi (seorang perawi hadits yang masyhur yang telah lama bermigrasi ke Kabul)
juga dengan nasab Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib
Pada usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau
tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, fiqih dan ilmu keislaman
lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah menguasai hampir seluruh cabang ilmu
pengetahuan meliputi filsafat, hukum, sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan
metafisika. Al-Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya
terhadap ilmu pengetahuan bak ensiklopedia.
Setelah membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur dan
Barat (terutama Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya membangkitkan
Islam. Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi periode yang
kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang telah membara dalam
dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan India yang berada dalam
tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh India. Afghani turut ambil bagian dari
periode yang genting ini, dengan bergabung dalam peperangan kemerdekaan India
pada bulan Mei 1857. Namun, Afghani masih sempat pergi ke Mekkah untuk
menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh penguasa
Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian menganugerahinya posisi penting
dalam pemerintahannya. Saat itu, Dost Muhammad sedang mempertahankan
kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung rakyat
Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan
Sher Ali, Afghani diusir dari Kabul.
Meninggalkan Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah. Rupanya,
efek pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak
diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu masuk ke India.
Pada tahun 1869 Afghani masuk ke India untuk yang kedua kalinya. Ia disambut baik
oleh pemerintah India, tetapi tidak diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin
India berpengaruh yang berperan dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani
akan menyebabkan pergolakan rakyat melawan pemerintah kolonial, pemerintah India
mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan Suez yang sedang bergolak.
Di Mesir Afghani melakukan kontak dengan mahasiswa Al-Azhar yang terkagum-
kagum dengan wawasan dan ide-idenya. Salah seorang mahasiswa yang kemudian
menjadi murid Afghani adalah Muhammad Abduh. Dari Mesir, Afghani pergi ke
Istanbul untuk berdakwah. Di ibu kota Turki ini Afghani mendapat sambutan yang luar
biasa. Ketika memberi ceramah di Universitas Konstantinopel, salah seorang ulama
setempat, Syaikhul Islam, merasa tersaingi. Ia segera menghasut pemerintah Turki
untuk mewaspadai gagasan-gagasan Afghani. Buntutnya, Afghani didepak keluar dari
Turki. Pada tahun 1871.
Afghani menjejakkan kakinya di Kairo untuk yang kedua kalinya. Di Mesir Afghani
melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera mempengaruhi para
mahasiswa dan ulama Al-Azhar. Tetapi, pemberontakan kaum nasionalis Mesir pada
tahun 1882 berujung pada tindakan deportasi oleh pemerintah Mesir yang mencurigai
Afghani ada di belakang pemberontakan.
Afghani dideportasi ke India, tetapi tak lama ia sudah berada dalam perjalanan ke
London, kota yang pernah disinggahinya ketika ia berdakwah ke Paris. Di London ia
bertemu dengan Muhammad Abduh, muridnya yang ternyata juga dikucilkan oleh
pemerintah Mesir.
Dari London, Afghani bertualang ke Moskow. Ia tinggal selama empat tahun di St.
Petersburgh. Di sini pengaruh Afghani segera menjalar ke lingkungan intelektual yang
dipercaya oleh Tsar Rusia. Salah satu hasil dakwah Afghani kepada mereka adalah
keluarnya izin pencetakan Al-Quran ke dalam bahasa Rusia.
Afghani menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling Eropa untuk
berdakwah. Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan bahasa
karena ia menguasai enam bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia, dan
Rusia).
Afghani menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker yang dideritanya sejak
tahun 1896. Beliau pulang keharibaan Allah pada tanggal 9 Maret 1897 di Istambul
Turki dan dikubur di sana. Jasadnya dipindahkan ke Afghanistan pada tahun 1944.
Ustad Abu Rayyah dalam bukunya “Al-Afghani; Sejarah, Risalah dan Prinsip-
prinsipnya”, menyatakan, bahwa Al-Afghani meninggal akibat diracun dan ada
pendapat kedua yang menyatakan bahwa ada rencana Sultan untuk membinasakannya
Ide-ide pembaruannya yaitu:
1. Mengembalikan kejayaan Islam.
2. Pemerintah yang otokrasi dan absolute harus digantii dengan
pemerintahan yang demokratis.
3. Kepala Negara harus tunduk kepada undang-undang.
4. Tidak ada pemisahan antara Negara dengan poliik.
5. Pan Islamisme atau rasa persaudaraan/solidaritas antar umat Islam
harus ditingkatkan kembali.
5. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 - Marrakesh, Maroko, 10 Desember 1198),
adalah seorang filsuf dariSpanyol (Andalusia). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah
hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak
yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti
kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu
Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi"
(hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan
komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad
pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang
mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah
hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan
besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang
Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya
6. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu
penggagas gerakan modernisme Islam. Beliau belajar tentang filsafat dan logika
di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang
filsuf dan pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang
penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.
Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882, karena
keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat dalam
mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan
bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond.
Di antara karya tulis beliau yang terkenal adalah:
1. Tafsir Juz Amma
2. Tafsir Al-Qur an Hakim, yang diteruskan olehmuridnya,
Muhammad Rasyid Ridha
3. Risalah At Tauhid
4. Banyak memberi tambahan dalam kitab-kitab, salah satunya
Limaza taakhkhara Islam wa taqaddama ghairuhum, karya Syakib Arsalan
7. Hasan Al-Banna
Hassan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah
kawasan Buhairah, Mesir. Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal al-
Qur'an. Ia adalah seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam
sekaligus sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslimin).
Ia memperjuangkan Islam menurut Al-Quran dan Sunnah hingga dibunuh oleh
penembak misterius yang oleh banyak kalangan diyakini sebagai penembak 'titipan'
pemerintah pada 12 Februari 1949 di Kairo.
Kepergian Hassan al-Banna pun menjadi duka berkepanjangan bagi umat Islam. Ia
mewariskan 2 karya monumentalnya, yaitu Catatan Harian Dakwah dan
Da'i serta Kumpulan Surat-surat. Selain itu Hasan al-Banna mewariskan semangat dan
teladan dakwah bagi seluruh aktivis dakwah saat ini.
Selain itu ia juga dikenal akan cara berdakwahnya yang sangat tidak biasa. Ia terkenal
sangat tawadlu dikarenakan ia sering berdakwah di warung-warung kopi tempat
oarang-orang yang berpengetahuan rendah berkumpul untuk minum-minum kopi
sehabis lelah bekerja seharian. Dan ternyata cara tersebut memang lebih efektif
dilakukan dalam berdakwah
Hassan al-Banna yang lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyya, Mesir (utara-barat
dari Kairo). adalah seorang guru dan seorang reformis Mesir sosial dan politik Islam,
yang terkenal karena mendirikan Ikhwanul Muslimin, salah satu dari abad ke-20
terbesar dan paling berpengaruh organisasi Islam revivalis. Kepemimpinan Al-Banna
adalah penting bagi pertumbuhan persaudaraan selama tahun 1930-an dan 1940-an.
Ketika Hassan al-Banna berusia dua belas tahun, ia mulai terbiasa mendislipinkan
kegiatannya menjadi empat.siang hari di pergunakanya untuk menuntut ilmu di
sekolah.kemudian belajar membuat dan membetulkan jam dengan orang tua nya
hingga sore.waktu sore hingga menjelang tidur ia gunakan untu mengulang kembali
pelajaran sekolah.sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan al-
qur'anialakukan seusi shalat subuh.jadi tidak mengherankan bila hassan al-banna
mencetak prestasi-prestasi gemilang di kemudian hari.pada usia 14 hassan al-banna
telah menghafal seluruh al-qur'an.hassan al-banna lulus dari sekolah nya dengan
predikat terbaik dan nomor lima terbaik di seluruh mesir.pada usia 16 tahun,ia telah
menjadi mahasiswa di perguruan tinggi darul ulum.demikianlah sederet prestasi
hassan kecil. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna, adalah seorang imam lokal dihormati
(pemimpin doa) dan guru masjid dari ritus Hanbali. Ia belajar di Al-Azhar University
(Lia 24, 1998). Dia menulis dan berkolaborasi pada buku-buku tentang tradisi Islam,
dan juga memiliki toko di mana ia memperbaiki jam tangan dan dijual gramophones.
Meskipun Syaikh Ahmad al Banna dan istrinya beberapa properti yang dimiliki,
mereka tidak kaya dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan, khususnya setelah
mereka pindah ke Kairo pada tahun 1924. Seperti banyak orang lain, mereka
menemukan bahwa belajar Islam dan kesalehan tidak lagi sebagai sangat dihargai di
ibukota(akibat paham sekular yang begitu kuat saat itu,paham itu dibawa oleh kolonial
inggris untuk merobohkan semangat kaum muslimin), dan bahwa keahlian tidak bisa
bersaing dengan industri berskala besar. berdirinya organisasi ikhwaul muslimin
bertepatan dengan tanggal 20/maret/1928.bersama keenam temannya,hassan al-
banna mendirikan organisasi ini(ikhwanul muslimin) di kota ismailiyah.
Pertumbuhan masyarakat terutama diucapkan setelah Al-Banna dipindahkan kantor
pusatnya ke Kairo pada tahun 1932. Faktor paling penting yang membuat ekspansi ini
dramatis mungkin adalah kepemimpinan organisasi dan ideologis yang disediakan
oleh Al-Banna. Dalam Ismailia, di samping kelas hari, dia melakukan niatnya memberi
kuliah malam kepada orangtua muridnya. Dia juga berkhotbah di masjid, dan bahkan
di warung kopi. Pada awalnya, beberapa pandangannya tentang poin yang relatif kecil
dari praktik Islam menyebabkan perbedaan pendapat yang kuat dengan elit agama
setempat, dan ia mengadopsi kebijakan menghindari kontroversi agama. Dia terkejut
oleh banyak tanda-tanda mencolok dominasi militer dan ekonomi asing di Isma'iliyya:
kamp-kamp militer Inggris, bidang pelayanan umum yang dimiliki oleh kepentingan
asing, dan tempat tinggal mewah dari karyawan asing dari Terusan Suez Perusahaan,
sebelah jorok tempat tinggal dari pekerja Mesir.
Dia berusaha untuk membawa perubahan, dia berharap untuk melalui lembaga-
gedung, aktivisme tanpa henti di tingkat akar rumput, dan bergantung pada
komunikasi massa.Dia melanjutkan untuk membangun sebuah gerakan massa yang
kompleks yang menampilkan struktur pemerintahan canggih; bagian yang
bertanggung jawab untuk melanjutkan nilai-nilai masyarakat di kalangan petani,
buruh, dan profesional; unit dipercayakan dengan fungsi-fungsi kunci, termasuk
propagasi pesan, penghubung dengan dunia Islam, dan tekan dan terjemahan, dan
komite khusus untuk urusan keuangan dan hukum.
Dalam penahan ini organisasi ke dalam masyarakat Mesir, Al-Banna mengandalkan
jaringan sosial yang sudah ada (ikhanul muslimin), khususnya yang dibangun di
sekitar masjid, asosiasi kesejahteraan Islam, dan kelompok-kelompok lingkungan.
Tenun ini ikatan tradisional menjadi struktur khas modern pada akar kesuksesannya.
Langsung terpasang bagi persaudaraan, dan makan ekspansi, dilakukan berbagai
usaha, klinik, dan sekolah. Selain itu, anggota yang berafiliasi dengan gerakan melalui
serangkaian sel, usar revealingly disebut families tunggal: usrah. Materi, dukungan
sosial dan psikologis yang diberikan instrumental sehingga kemampuan gerakan untuk
menghasilkan loyalitas yang sangat besar di antara para anggotanya dan untuk
menarik anggota baru. Layanan dan struktur organisasi masyarakat sekitar yang
dibangun tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan individu untuk berintegrasi ke
dalam pengaturan jelas Islam, prinsip-prinsip sendiri dibentuk oleh masyarakat.
Berakar dalam Islam, pesan Al-Banna ditangani masalah termasuk kolonialisme,
kesehatan masyarakat, kebijakan pendidikan, manajemen sumber daya alam,
Marxisme, kesenjangan sosial, nasionalisme Arab, kelemahan dunia Islam di kancah
internasional, dan konflik yang berkembang di Palestina. Dengan menekankan
keprihatinan yang menarik berbagai konstituen, Al-Banna mampu merekrut dari
antara bagian-lintas masyarakat Mesir - meskipun pegawai negeri modern-
berpendidikan, karyawan kantor, dan profesional tetap dominan di kalangan aktivis
organisasi dan pengambil keputusan. Al-Banna juga aktif dalam menentang
imperialisme Inggris di Mesir. Selama Perang Dunia II, ia sempat ditangkap oleh
pemerintah pro-Inggris, yang melihatnya sebagai subversif.
Antara 1948 dan 1949, tidak lama setelah masyarakat mengirim relawan untuk
bertempur dalam perang di Palestina, konflik antara monarki dan masyarakat
mencapai puncaknya. Prihatin dengan meningkatnya ketegasan dan popularitas
persaudaraan, serta dengan desas-desus bahwa itu merencanakan kudeta, Perdana
Menteri Mahmoud sebuah-Nukrashi Pasha bubar itu pada bulan Desember 1948.
Aktifis organisasi yang ditangkap dan puluhan anggotanya yang dikirim ke penjara.
Kurang dari tiga minggu kemudian, perdana menteri dibunuh oleh seorang anggota
persaudaraan, Abdul Majid Hasan Ahmad.
Setelah pembunuhan itu, Al-Banna segera mengeluarkan pernyataan mengutuk
pembunuhan itu, yang menyatakan teror yang bukan cara yang bisa diterima dalam
Islam. Hal ini pada gilirannya mendorong pembunuhan Al-Banna. Pada tanggal 12
Februari 1949 di Kairo, Al-Banna di kantor pusat Jamiyyah al-Shubban al-Muslimin
dengan saudaranya iparnya Abdul Karim Mansur untuk bernegosiasi dengan Menteri
Zaki Ali Basha yang mewakili pihak pemerintah. Menteri Zaki Ali Basha tidak pernah
tiba. 5 jam malam Al-Banna dan saudaranya iparnya memutuskan untuk pergi.
pembunuhan itu terjadi ketika Al-Banna dan saudaranya sedang menunggu taksi.
Saat mereka berdiri menunggu taksi, mereka ditembak oleh dua orang. Al-Banna
terkena tujuh tembakan. Laterwards, dia dibawa ke rumah sakit dan mereka telah
menerima perintah dari monarki untuk tidak memberinya perawatan di mana ia
meninggal kematian lambat dari luka-luka, Hassan Al-Banna menyadari bahwa mereka
telah diperintahkan untuk tidak memperlakukan dia dan dia membuat 3 doa terhadap
Monarki. Hassan Al-Banna wafat pada tanggal 12 Februari 1949.
Hassan al-Banna dikenal memiliki dampak yang besar dalam pemikiran Islam modern.
Dia adalah kakek dari Tariq Ramadan dan kakak Gamal al-Banna. Untuk membantu
menguduskan tatanan Islam, al-Banna menyerukan melarang semua pengaruh Barat
dari pendidikan dan memerintahkan semua sekolah dasar harus menjadi bagian dari
mesjid. Dia juga menginginkan larangan partai politik dan lembaga demokrasi lainnya
dari Syura (Islam-dewan) dan ingin semua pejabat pemerintah untuk memiliki belajar
agama sebagai pendidikan utama.
Hassan al-Banna melihat Jihad sebagai strategi defensif-Allah ditahbiskan, yang
menyatakan bahwa kebanyakan ahli Islam: "Setuju bulat bahwa jihad adalah
kewajiban komunal defensif dikenakan pada umat Islam dalam rangka untuk
menyiarkan panggilan (untuk memeluk Islam), dan bahwa adalah sebuah kewajiban
individu untuk menolak serangan orang-orang kafir atasnya. " Namun, sebagai akibat
dari orang-orang kafir memerintah negeri-negeri Muslim dan merendahkan
kehormatan Muslim: "Hal ini telah menjadi kewajiban individual, yang ada adalah tidak
menghindari, pada setiap Muslim untuk mempersiapkan peralatan, untuk mengambil
keputusan untuk terlibat dalam jihad, dan untuk mendapatkan siap sampai
kesempatan sudah masak dan Allah keputusan suatu hal yang pasti akan dicapai"
Al-Banna tidak menerima klaim sebagai suara Hadis bahwa semangat jihad adalah
jihad yang lebih besar dan jihad pedang jihad kecil dan ia memuliakan aktif jihad
defensif: "kematian tertinggi hanya diberikan kepada mereka yang membunuh atau
yang gugur di jalan Allah Seperti kematian tidak dapat dihindarkan dan bisa terjadi
hanya sekali. mengambil bagian dalam jihad adalah menguntungkan di dunia ini dan
berikutnya." Visi al-Banna pada aturan Jihad untuk umat dalam kutipan dari Lima
Tracts Hasan al-Banna di mana ia akan kembali ke aturan-Hanafi: "Jihad dalam arti
harfiah berarti untuk menempatkan sebagainya upaya maksimal seseorang dalam kata
dan perbuatan, dalam UU Suci itu adalah membunuh orang-orang kafir dan konotasi
terkait seperti memukul mereka, menjarah kekayaan mereka, menghancurkan tempat
suci mereka dan menghancurkan berhala mereka." dan "itu merupakan kewajiban bagi
kita untuk mulai bertengkar dengan mereka setelah transmisi [undangan untuk
memeluk Islam], bahkan jika mereka tidak memerangi kita."
10. Al-Farabi
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fā rā bi singkat Al-Farabiadalah ilmuwan dan
filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abū
Nasir al-Fā rā bi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia barat sebagai
Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. Kemungkinan lain adalah Farabi adalah
seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah Imamiyah adalah salah satu aliran dalam islam dimana
yang menjadi dasar aqidah mereka adalah soal Imam) yang berasal dari Turki.
Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah
Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar
untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari. Pada masa awal
pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu
agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmatika dasar.
Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di
Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama
20 tahun. Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada
tahun 920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di
utara Syria, dimana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia
kecil Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin
Jilad
Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu
dengan Sayf al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik)Aleppo, yang dikenal
sebagai simpatisan para Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota Damaskus
pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa pemerintahan Khalifah Al
Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah)
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam
Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para
filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di
berbagai bidang sepertimatematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah
menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang
musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan
bebagai alat music
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena
kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama
dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan,
mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik
dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-
agama wahyu
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla [5] dan di
zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh
seorang Khalifah.[5] Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan
meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode
tersebut dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan
politik. [1]
Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para
ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide
atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan
sebuah negara pemerintahan yang ideal (Negara Utama). Selama hidupnya al Farabi
banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat
ditinjau menjdi 6 bagian :
1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
11. Al-Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di
Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53
tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di
dunia Barat abad Pertengahan
Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid. [rujukan?] Gelar
beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal
bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan,
Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab
Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi
yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang
ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan
bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib
Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali
meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun
1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia
digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua
dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia
berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat
mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup
untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi
mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah
mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami.
Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-
tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah,Jerusalem, dan Mesir.
Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa
melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik
dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah,
sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara,
zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari
sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang
guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini
membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab
minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin,
ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat
keeempat mazhabhingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab
tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani
dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur.
Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi
mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana
menteri) diBaghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai
Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat.
Seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di
sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau
menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan
pemikiran manusia dalam semua masalah.
12. An-Nawawi
Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi atau
lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i.
Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 1233 dan wafat pada
tahun 1278. Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama beliau, an-Nawawi
ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.
Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di distrik
Rawahibiyah. Di tempat ini beliau belajar dan sanggup menghafal kitab at-Tanbih
hanya dalam waktu empat setengah bulan. Kemudian beliau menghafal kitab al-
Muhadzdzabb pada bulan-bulan yang tersisa dari tahun tersebut, dibawah bimbingan
Syaikh Kamal Ibnu Ahmad.
Semasa hidupnya beliau selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis
kitab, menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai
kehidupan. Pakaian beliau adalah kain kasar, sementara serban beliau berwarna hitam
dan berukuran kecil.
Sang Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin
Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim, Imaduddin bin Abdul Karim Al-
Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi
dan Jamaluddin Ibn Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul Yusri, Syamsuddin bin Abu
Umar. Dia belajar fiqih hadits (pemahaman hadits) pada asy-Syaikh al-Muhaqqiq Abu
Ishaq Ibrahim bin IsaAl-Muradi Al-Andalusi. Kemudian belajar fiqh pada Al-
Kamal Ishaq bin Ahmad bin usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman
bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.
Karya:
Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab , panduan hukum Islam yang
lengkap.
Minhaj ath-Thalibin.
Tahdzib al-Asma.
Taqrib al-Taisir .pengantar studi hadits.
Al-Arba'in an-Nawawiyah .kumpulan 40 -tepatnya 42
hadits penting. Syarh Shahih Muslim , penjelasan kitab
Shahih Muslim bin al-Hajjaj.
Ma Tamas Ilaihi Hajah al-Qari li Shahih al-Bukhari
Riyadhus Shalihin , kumpulan hadits mengenai etika, sikap dan
tingkah laku yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam.
Tahrir al-Tanbih .
Al-Adzkar ,kumpulan doa Rasulullah.
At-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran
Adab al-Fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti
At-Tarkhis bi al-Qiyam
Matn al-Idhah fi al-Manasik, membahas tentang haji.