Anda di halaman 1dari 26

Tokoh Ilmuan Muslim Pada Masa Bani Umayyah

  

Beliau dikenal sebagai penemu aljabar dan nol.


Nama asli dari al khawarizmi ialah Muhammad Ibn
Musa Al khawarizmi. Beliau dilahirkan di Bukhara,
hidup di Khawarizm, Usbekistan pada tahun 194 H /
780 M dan meninngal tahun 266 H / 850 M di
Baghdad. Al Khawarizmi sebagai guru aljabar di
Eropa.

Beliau telah menciptakan secans dan tangen


dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
Dalam usia muda beliau bekerja di bawah
pemerintahan khalifah Al Ma’mun, di Bayt Al Hikmah
di Baghdad, dan beliau juga bekerja dalam sebuah
observatory yaitu tempat belajar matematika dan
astronomi. Beliau pernah memperkenalkan angka –
angka India dan cara – cara perhitungan India pada
dunia Islam. Al Khawrizmi adalah seorang tokoh
yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan
hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau
pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan
konsep – konsep matematika yang begitu populer
yang masih digunakan sampai sekarang.

Bidang astronomi juga membuat Al


Khawarizmi terkenal. Astronomi dapat diartikan
sebagai ilmu falaq (pengetahuan tentang bintang –
bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan,
pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang
berkaitan dengan bintang ).

Beberapa cabang ilmu dalam matematika


yang diperkenalkan oleh Al Khawarizmi seperti:
geometri, aljabar, aritmatika, dll. Geometri
merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi
kandungan yang diperbincangkan dalam cabang
kedua ini ialah asal – usul geometri dan rujukan
utamanya ialah kitab Al Ustugusat ( The Elements )
hasil karya Euklid : Geometri dari segi bahasa
berasal dari pada perkataan Yunani yaitu “ geo “
yang berarti bumi dan “ metri “ yang berarti
pengukuran. Dari segi ilmu , geometri adalah ilmu
yang mengkaji hal yang berhubungan magnitud dan
sifat – sifat ruang.

Algebra/aljabar merupakan nadi matematika.


Karya Al Khawarizmi telah diterjemahkan oleh
Gerhard of Germano dan Robert of Chaster ke dalam
bahasa Eropa pada abad ke 12. Sebelum munculnya
karya yang berjudul “ Hisab al jibra wa al muqabalah
“ yang ditulis oleh Al Khawarizmi pada tahun 820 M.
sebelum ini tak ada istilah aljabar.

Peranan dan sumbangan Al Khawarizmi

Sumbangihnya dalam betuk hasil karya diantaranya


ialah :

System nomor : beliau telah memperkenalkan


konsep sifat yang sangat penting dalam sistem
nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini
memuat COS,SIN, dan TAN dalam penyelesaian
persamaan trigonometri, teorema segtiga sama kaki
dan perhitungan luas segitiga , segiempat dan
lingkaran dalam geometri.

Ibnu Sina atau yang dikenal


dengan Avicenna adalah seorang ilmuwan, filsuf
muslim, dan dokter. Ia mempunyai nama lengkap
Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan
bin Ali bin Sina. Ia dikenal sebagai bapak
pengobatan modern karena kemahirannya sejak
kecil dalam pengobatan. Ibnu Sina juga seorang
penulis yang produktif dimana sebagian besar
karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Ia
dilahirkan di Persia (sekarang sudah menjadi bagian
Uzbekistan). Ibnu Sina yang berasal dari keluarga
bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan
pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh
ayahnya. Ibnu Sina secara penuh memberikan
perhatiannya kepada aktivitas keilmuan.
Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak
ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah
mahir dalam bidang kedokteran.
Biografi Ibnu Sina dari Biografi Web

Ibnu Sina adalah pengarang dari 450 buku pada


beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia
dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak
kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu
Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah
satu yang paling terkenal pada semua bidang,
tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling
terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon
of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun
(judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Awal Kehidupan

Kehidupannyan dikenal lewat sumber – sumber


berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh
tahun pertama kehidupannya, dan sisanya
didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang
juga sekretarisnya dan temannya. Ibnu Sina lahir
pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya
Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah
Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang
sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh
Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia
adalah gubernur suatu daerah di salah satu
pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah
Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan
putranya dididik dengan baik di Bukhara.Meskipun
secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam
Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan
memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang
mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14
tahun.

Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang


guru, dan kepandaiannya segera membuatnya
menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia
menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual
dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya /
Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada
usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari
seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika,
dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang
sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian
dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu


Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan
utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas
kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan
dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan
kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12
masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku
tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab
kumpulan metode pengobatan purba dan metode
pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi
kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-
universitas Eropa.

Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah


metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles.
Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia
juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi
banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang
membingungkan, dia akan meninggalkan buku –
bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid,
dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan
kesulitan – kesulitannya. Pada larut malam dia akan
melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi
perasaannya dengan kadangkala segelas susu
kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah
akan mengikutinya dan memberikan solusinya.
Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca
Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata – katanya
tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal,
sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan,
dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di
suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat
mengagumkan adalah kesenangannya pada
penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia
harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk
berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan
sedekah atas orang miskin.

Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak


hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui
pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya
sendiri, menemukan metode – metode baru dari
perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat
sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan
menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang
sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika
dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh
kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan
mulai merawat para pasien, menggunakan obat –
obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda
menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak
pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir,
yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya.
Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal
tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan
raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu.
Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak
lama kemudian, musuh – musuh Ibnu Sina menuduh
din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk
menyembunyikan sumber pengetahuannya.
Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam
pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk
menulis beberapa karya paling awalnya.

Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya


meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya
pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian
Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke
Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier,
dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya
gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga
Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat
lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan
Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat –
bakatnya. Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang dermawan
pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang
mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat
berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal
dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu
Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang
sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi,
Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang
membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri
idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi.
Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk
orang ini ; dan permulaan dari buku Canon of
Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di
Hyrcania.

Diantara karangan – karangan Ibnu Sina adalah :

1. As- Syifa’ ( The Book of Recovery or The Book of


Remedy = Buku tentang Penemuan, atau Buku
tentang Penyembuhan).
Buku ini dikenal didalam bahasa Latin dengan nama
Sanatio, atau Sufficienta. Seluruh buku ini terdiri
atas 18 jilid, naskah selengkapnya sekarang ini
tersimpan di Oxford University London. Mulai ditulis
pada usia 22 tahun (1022 M) dan berakhir pada tahun
wafatnya (1037 M). Isinya terbagi atas 4 bagian,
yaitu : (1)Logika (termasuk didalamnya terorika dan
syair) meliputi dasar karangan Aristoteles tentang
logika dengan dimasukkan segala materi dari penulis
– penulis Yunani kemudiannya. (2)Fisika (termasuk
psichologi, pertanian, dan hewan). Bagian – bagian
Fisika meliputi kosmologi, meteorologi, udara,
waktu, kekosongan dan gambaran). (3)Matematika.
Bagian matematika mengandung pandangan yang
berpusat dari elemen – elemen Euclid, garis besar
dari Almagest-nya Ptolemy, dan ikhtisar – ikhtisar
tentang aritmetika dan ilmu musik. (4)Metafisika.
Bagian falsafah, poko pikiran Ibnu sina
menggabungkan pendapat Aristoteles dengan
elemen – elemennya Neo Platonic dan menyusun
dasar percobaan untuk menyesuaikan ide-ide Yunani
dengan kepercayaan – kepercayaan.Dalam zaman
pertengahan Eropa, buku ini menjadi standar
pelajaran filsafat di berbagai sekolah tinggi. Nafat,
buku ini adalah ringkasan dari buku As-Syifa’.
2.Qanun, buku ini adalah buku lmu kedokteran,
dijadikan buku pokok pada Universitas Montpellier
(Perancis) dan Universitas Lourain (Belgia).

3.Sadidiyya. Buku ilmu kedokteran.

4.Al-Musiqa. Buku tentang musik.

Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen merupakan


kelahiran Iraq. Alhazen dilahirkan di Al-Basrah pada tahun 354
Hijriah atau 965 Masehi dan meninggal pada tahun 1039 Masehi
di Kairo, Mesir. Alhazen merupakan ahli sains, matematika,
filosofi, astronomi, dan polimath dari masa ke-emasan Kekaisaran
Islam.

Masa muda Alhazen bertepatan dengan dikuasainya Mesir oleh


Ke-khalifahan Fatimiyah. Dikuasainya Mesir oleh Ke-khalifahan
Fatimiyah dimulai setelah keberhasilannya menguasi lembah Nil
pada tahun 969 M, yang akhirnya Mesir dijadikan ibukota baru ke-
Khalifahan Fatimiyah.

Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen memulai


pendidikan awalnya di Basrah. Pada awalnya, Alhazen
menempuh pendidikan di Basrah untuk menjadi seorang pegawai
negeri. dan Akhirnya, beliau pun diangkat menjadi menteri Basrah
dan sekitarnya. Namun, saat menjadi menteri inilah beliau tidak
senang dan akhirnya setelah melalui beberapa waktu untuk
berfikir, beliau pun memutuskan untuk mengabdikan sisa
hidupnya untuk matematika, fisika, dan ilmu-ilmu lainnya.

Alhazen pun akhirnya meninggalkan jabatannya sebagai menteri


di Basrah dan akhirnya pergi ke Mesir untuk memperdalam ilmu-
ilmunya. Disana Alhazen atau Ibnu Haitham melakukan
penelitian-penelitian ilmiah diabawah naungan Al-Hakim. Al-
Hakim adalah raja Ke-kahalifahan Fatimiyah. Namun, saat
Alhazen diperintahkan mengatur aliran Nil beliau gagal dan
akhirnya dipindahkan oleh Al-Hakim untuk jabatan Administratif.
Tapi Alhazen berpura-pura gila karena beliau tidak percaya
kepada Al-Hakim dan menurutnya Al-Hakim adalah orang yang
berbahaya.

Setelah kematian Al-Hakim, Ali Muhammad Al-Hassan Al-


Haitham membuktikan dirinya bahwa selama ini beliau hanya
berpura-pura gila. Menurut Al-Qifti, Ibnu Haitham menghabiskan
sisa hidupnya di dekat Masjid Al-Azhar. Disana Alhazen menulis
buku tentang matematika, mengajar, dan menghasilkan uang
melalui menyalin buku.

Sebenarnya, ada berbagai versi mengenai biografi Ali


Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen. Seperti ada
yang mengatakan beliau berpura-pura gila sejak di Basrah.

Untuk menghargai kontribusinya terhadap astronomi, nama beliau


akhirnya di abadikan sebagai nama salah satu kawah di Bulan
serta wajah beliaupun di abadikan sebagai gambar di salah satu
mata uang Iraq.

Karya-Karya dan Kontribusi Abu Ali Muhammad Al-Hassan Al-


Haitham atau Alhazen

Ilustrasi : Ibnu Haytham mengukur atmosfer


dan dihasilkan bahwa jaraknya ialah 55 mil.
Selama hidupnya Ibnu Haytham telah melahirkan berbagai karya-
karya yang dituangkan dalam bentuk buku. Beliau telah menulis
buku hasil buah pikirannya sekitar 200 Buku. Maka tak heran dan
tak salah jika beliau disebut sebagai "Bapak Optik Modern, Bapak
Fisika Modern, dan Bapak Metodologi Ilmiah". Namun, dari 200
buku karangannya, hanya 55 buku yang berhasil diselamatkan.
Salah satu karangan beliau yang terkenal adalah Bukunya yang
berjudil Al-Manazir. Buku Al-Manazir ini disebut-sebut sebagai
"Book of Optics". Ini dikarenakan buku ini merupakan kontributor
terbesar dan data penelitian pertama yang menyangkut dengan
bidang optik. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa latin
pada tahun 1270 M. Buku ini juga merupakan pedoman dasar
ilmuwan-ilmuwan barat dalam membuat peneitian-penelitian
tentang optik. Hingga muncllah nama-nama besar seperti Kepler
dan Roger Bacon yang menemukan teleskop dan mikroskop.

Ibnu Haitham merupakan orang yang pertama kali yang


memberikan gambaran akurat tentang bagian-bagian mata dan
cara kerjanya terhadap rangsangan cahaya. Selain itu, Ibnu
Haytham juga disebut sebagai Bapak Metodolodi Ilmiah karena
beliau merupakan orang pertama yang membuat sebuah
hipotesis berdasarkan penelitian yang benar dan sesuai
dilapangan. Dia adalah orang pertama yang menyadari bahwa
hipotesis perlu diuji melalui eksperimen diverifikasi atau bukti
matematika, sehingga mengembangkan metode ilmiah 200 tahun
sebelum diadopsi oleh para ilmuwan Eropa.
Kitab Ibnu Hytham

Dalam Bidang Matematika, Ibnu Haytham menemukan


keterkaitan antara geometri dan aljabar yang kemudian disebut
dengan analisis aljabar.  Dalam teori bilangan, kontribusinya
melibatkan pemecahan masalah dari congruences menggunakan
apa yang sekarang dikenal sebagai Teorema Wilson.

Sementara dalam bidang astronomi dan astrofisika, Beliau


menulis buku Mizan Al-Hikmah. Dalam Bukunya itu Alhazen
membahas kepadatan atmosfer dan hubungannya dengan tinggi
badan. Menggunakan teori ini, ia juga berusaha untuk mengukur
tinggi atmosfer homogen. Ia memaparkan penjelasan rinci
tentang struktur bumi dan juga membuat model gerakan planet-
planet tanpa kontradiksi yang melekat yang hadir dalam model
Ptolemy. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah
menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang
bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun
kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan
tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya.

Karangan-Karang Beliau yang lain adalah :


 Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu
metametik dan metametik penganalisaannya;
 Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri;
 Kitab Tahlil ai'masa^il al 'Adadiyah tentang algebra;
 Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang
arah kiblat bagi semua tempat;
 Maqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri
dalam urusan hukum syarak dan 
Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi
Kata Bijak Beliau :
"Tugas orang yang menyelidiki tulisan-tulisan para ilmuwan, jika
belajar kebenaran adalah tujuannya, Maka buat dirinya menjadi
musuh semua yang dia baca, dan, menyerang dari segala sisi.
Dia juga harus mencurigai dirinya saat ia melakukan pemeriksaan
kritis itu, sehingga ia dapat menghindari salah prasangka atau
keringanan hukuman "-. Al-Hazen

Khawaja Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan Tusi, lebih


dikenal sebagai Nasir al-Din Tusi, atau hanya Tusi di Barat,
adalah Nashiruddin ath-Tusi adalah seorang pemikir Islam yang
tidak hanya dikenal sebagai seorang filsuf, tetapi juga sebagai
ahli astronomi, matematikawan dan saintis/ilmuan yang beberapa
pemikirannya masih digunakan sampai saat ini. Dia adalah
seorang penulis yang banyak karyanya dalam bidang
matematika. Ia juga seorang biolog, ahli kimia, ahli pengobatan,
ahli ilmu fisika, teolog dan Marja Taqleed. al-Tusi termasuk satu
di antara sedikit astronom Islam yang mendapat perhatian dari
ilmuwan modern. Beliau merupakan tokoh yang memberikan
sumbangan begitu besar bagi perkembangan filsafat Islam –
khususnya mazhab paripatetik.
Nama Tusi diabadikan pada beberapa penemuannya seperti
kawah bulan berdiameter 60-km yang terletak pada hemisfer
bagian selatan bulan yang dinamakan “Nasireddin”. Planet minor
“10269 Tusi” yang ditemukan oleh astronom Soviet Nikolai
Stepanovich Chernykh pada tahun 1979 dan K. N. Toosi
University of Technology di Iran juga dinamai dengan namanya.

Biografi

Nasir al-Din al-Tusi bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad ibn


Muhammad ibn al-Hasan al-Tusi, ia Lahir pada 18 Februari 1201
M/597 H di Tus, al-Kazimiyyah dekat Baghdad sebuah tempat
yang berada di atas sebuah bukit, di samping lembah sungai
Kasyaf, dekat ke kota Masyad di Timur Laut Persia, yang menjadi
kota pendidikan terkenal pada masa itu. Saat ini Tus masuk
dalam wilayah Khorasan di Iran.

Ia lebih dikenal dengan nama Nasir al-Din al-Tusi (di Barat


dikenal dengan Tusi), Seorang Persia dari Ismailiyah yang di
kemudian hari memiliki keyakinan Islam “Twelver Shi‘ah” (Twelver
Shi‘ah Islamic belief).

al-Thusi mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya sendiri,


Muhammad Ibn al_Hasan yang juga seorang ahli fikih. Di
samping dari ayahnya, al-Thusi juga dibimbing oleh pamannya.
Dari pamannya ini al-Thusi memperoleh pengetahuan dasar
tentang logika, fisika dan metafisika.

Di usia yang sangat dini ia belajar Quran, hadis, ilmu hukum


Shi’a, logika, filsafat, matematika, kedokteran dan astronomi.
Pada usianya yang masih muda, ia pindah ke Nishapur untuk
belajar filsafat kepada Farid al-Din Damad dan matematika pada
Muhammad Hasib. Ia juga bertemu dengan Farid al-Din al-‘Attar,
seorang master Sufi yang legendaris yang pada masa
selanjutnya dibunuh oleh bangsa Mongol. Ia juga menghadiri
kuliah Qutb al-Din al-Misri. Disamping filsafat, dari mahdar Farid
al-Din Damad ia juga mempelajari fikih, ushul dan kalam,
terutama buku isyaratnya Ibn Sina.

Ia pergi ke Baghdad untuk mempelajari ilmu pengobatan dan


filsafat kepada Qutb al-Din, memperdalam matrematika pada
Kamal al-Din ibn Yunus dan belajar fikih serta ushul pada Salim
ibn Badran.

Di Mawsil ia belajar matematika dan astronomi kepada Kamal al-


Din Yunus (wafat 639H/1242M). Kemudian ia berkorespondensi
dengan al-Qaysari, menantu dari Ibn al-‘Arabi, dan kelihatannya
ajaran mistis yang disebarkan oleh para master sufi di masanya
tidak dapat diterima akalnya dan dalam suatu kesempatan yang
tepat, ia menyusun manual sendiri tentang filsafat sufisme dalam
bentuk booklet (buku kecil) berjudul “Awsaf al-Ashraf: The
Attributes of the Illustrious/Noble”.

Perkembangan intelektual Tusi tidak dapat dipisahkan dari drama


perjalanan hidupnya dan dari bencana invasi Mongol ke wilayah
Timur Islam. Ayahnya seorang hakim yang memiliki wawasan
luas sangat mendorongnya dalam mendalami pendidikan filsafat
dan sains, dan memperkenalkan kepadanya doktrin dan sekte-
sekte lain. Untuk mempelajari filsafat, ia pergi ke dekat Nishapur
dimana ia belajar pada seorang sarjana yang mengajarkan
pandangan Ibnu Sina.
Al-Tusi wafat pada 26 Juni 672 H/1272-4 M di Kazhmain dekat
Baghdad, pada tahun yang sama dengan Thomas Aquinas. Ia
dimakamkan sesuai dengan permintaan terakhirnya di samping
makam Musa ibn Ja’far Imam ketujuh dari aliran Twelver Shi‘ah,
di Kazimayn di luar Baghdad. Di antara muridnya yang mashur
adalah filosof Qutb al-Din al-Shirazi (wafat 710 H./ 1310 M) dan
Imam, hakim, dan teolog, ‘Allamah al-Hilli (wafat 726 H./ 1325
M.). al-Tusi tetap mempunyai pengaruh sampai akhir hayatnya.
Bahkan Abaqa yang menggantikan Hulagu tetap
mempercayainya serta membuat beberapa kebijakan atas saran
al-Tusi. Dengan pengaruh yang dimilikinya, al-Tusi terus
melanjutkan kegiatannya mengembangkan filsafat Islam dan
sains sampai akhir hayatnya.

Al-Tusi merupakan figur intelektual yang memiliki pengaruh


signifikan mulai dari masa tradisional intelektualitas Islam Timur
sampai periode modern. Pengaruh dan prestisenya terekam
melalui gelar, penghormatan dan nama kecil yang diberikan
padanya, seperti : khadja (sarjana dan guru terkemuka), ustadh
al-Bashar (guru umat), dan al-muallim al-thalith (guru ketiga).
Pada masa sekarang, pengaruh Tusi sangat besar terutama bagi
kaum Shiah. Dalam bukunya ‘Insan Ilahiah”, Imam Khomeini
menyebutkan bahwa nurâniyah satu orang seperti filsuf besar
Islam Khawajah Nashiruddin ath-Tusi dan Allamah Hilli
menerangi bangsa dan negara dan nurâniyah tersebut abadi.

Pekerjaan

Lingkup Intelektual

Sepanjang kehidupannya, al-Tusi merupakan penulis yang


produktif dalam bidang matematika dan ilmu alam. Ia membawa
kemajuan di bidang matematika trigonometri dan astronomi. Hasil
dari upaya kerasnya di bidang intelektual ini menunjukkan hasil
dengan didirikannya observatorium di Maraghah. Hasil dari
observasi dan perhitungan astronomis menghasilkan tabel yang
terkenal yang dinamakan Zij-e Ilkhani (Dalam bahasa Persia, tapi
juga diterjemahkan dalam bahasa Arab).

Filsafat

Di dalam filsafat Islam, al-Tusi seringkali dianggap sebagai


seorang revivalis (orang yang sekadar membangkitkan kembali).
Namun sebagian orang mengakui Al-Tusi memiliki peran yang
besar dalam perkembangan filsafat Islam, khususnya mazhab
paripatetik. Paripatetik disebut dengan istilah masysya’iyyah
dalam tradisi falsafah Islam. Istilah paripatetik muncul sebagai
sebutan bagi pengikut Aristoteles.

Dalam bukunya ‘Syarah al-Isyarat wa al-Tanbihat’ yang


merupakan penjelasan terhadap karya filosorfisIbn Sina berjudul
‘al-Isyarat aw al-Tanbihat’, al-Tusi mengatakan bahwa: Dua sifat
manusia, yakni kegembiraan dan memandang makhluk secara
sama (tidak melakukan diskriminasi) adalah dua akibat dari
sebuah akhlak yang disebut ridha.” Di antara para pensyarah
karya ini, Al-Tusi adalah yang paling masyhur. Kritikan Fakhrudin
al-Razi terhadap teks al-Isyarat bahkan ia jawab dalam kitab
tersendiri ‘Hal Musykilat al -Isyarat’.

Berkenaan dengan ridha, dalam ‘Awsaf al-Ashraf’ al-Tusi


menyebutkan bahwa ketika semua yang bertentangan menjadi
keadaan yang sama saja pengaruhnya di dalam diri seseorang,
maka hal itu akan sejalan dengan kehendaknya yang hakiki.
Karena itu dikatakan “Setiap orang akan mendapatkan apa yang
berhak ia dapatkan dan ia berhak mendapatkan apa yang
didapatkannya”. Bagi mereka yang telah menemukan Kebenaran,
keridhaan Allah kepada hamba-Nya akan mewujud ketika hamba
telah ridha kepada Allah.

Logika

Sumbangan utama Al-Tusi terhadap ilmu logika dapat ditemukan


dalam Asas al-iqtibas (The Ground for the Acquisition of
Knowledge) yang ditulis dalam bahasa Persia. Karya ini ditulis
selama periode Ismailiyah. Dibagi menjadi sepuluh bagian
sebagaimana kebiasaan dalam dunia Islam, dan diskusi
mengenai substansinya cukup mengundang perhatian. Karya
tersebut juga menjadi kesaksian atas kemampuan al-Tusi dalam
menulis tentang persoalan ke-teknik-an dalam bahasa Persia,
dengan memasukkan terminologi bahasa Arab menjadi gaya
yang fasih dan anggun. Manual Arab tentang logika Tajrid al-
mantiq (Abstract of Logic), talah dikomentari pula oleh muridnya
‘Allamah al-Hilli.

Etika

Ada dua karya utama al-Tusi dalam bidang etika, Akhlaq-i


Muhtashami (Muhtashamean Ethics) dan Akhlaq-i Nasiri (The
Nasirean Ethics), keduanya ditulis dalam bahasa Persia. Yang
pertama diangkat dari aturan Isma’ili (muhtasham) dari Quhistan.
Nasir al-Din ‘Abd al-Rahman yang mempersiapkan garis besar
dan menyetujui isi tetapi meminta al-Tusi mengerjakan pekerjaan
utamanya karena tuntutan pekerjaannya di bidang politik.

Disamping itu, kitab ‘Adab al-Muta’allimin juga merupakan salah


satu karyanya di bidang etika. Menurut al-Tusi, karya ini sangat
perlu karena banyak orang mendapat kesulitan dalam menuntut
ilmu disebabkan kurang paham etika dan metode yang benar.
Padahal baginya etika adalah prasyarat keberhasilan belajar.

Sebagai tambahan bagi kedua karya di bidang etika yang


terkenal di atas, sedikitnya ada empat risalah utama yang ditulis
al-Tusi sebagai karya di bidang etika. Dan kesemuanya
menggambarkan karakter Ismailiyah.

Teologi dan Metafisika

Al-Tusi memberi banyak sumbangan dalam bidang teologi


metafisika. Upaya pertama adalah tentang teologi kebangkitan
dalam Rawdat al-taslim (The Garden of Submission), namun
yang paling berpengaruh adalah Tajrid al-kalam (Abstract of
Theology). Karya ini telah mendapatkan beragam komentar
sampai abad terkini, yang paling penting adalah komentar
‘Allamah al-Hilli’s dalam Kashf al-murad (Disclosing the Intention).
Setelah karyanya Tajrid, praktis seluruh karya teologisnya
diekspressikan dalam terminologi metafisis.
Salah satu argumen sederhana berkaitan dengan masalah ini
adalah argumen yang bersandar pada keniscayaan wujud Tuhan
(wajib al-wujud-nya Tuhan). Pembahasan sebelumnya telah jelas
bahwa Tuhan adalah Wajib al-Wujud dimana keberadaan bagi-
Nya adalah niscaya dan ketiadaan bagi dzat-Nya adalah
mustahil, oleh karena itu, kemestian wujud dzat Ilahi
mengharuskan kemustahilan ketiadaan wujud-Nya dalam segala
bentuk asumsi. Hal ini bermakna bahwa dzat Tuhan tidak
didahului dengan ketiadaan dan ketiadaan tidak pula menyentuh-
Nya, dan ini tidak lain adalah keazalian dan keabadian Tuhan itu
sendiri. Khawajah Nashiruddin Thusi menyiratkan argumentasi ini
dengan ungkapan yang pendek, “Dan Wajib al-Wujud
menunjukkan akan keabadian-Nya.” (Kasyf al Murâd, hal. 315).

Astronomi

Selama tinggal di Nishapur, Tusi memperoleh reputasi sebagai


mahasiswa yang sangat luar biasa/sangat berbakat. Tusi
meyakinkan Hulagu Khan untuk membangun sebuah
observatorium agar dapat disusun tabel astronomi yang mampu
memberikan prediksi yang lebih tepat. Sejak 1259 M,
observatorium Rasad Khaneh telah dibangun di sebelah barat
Maraghah, ibukota dari kekaisaran Ilkhanate. Observatorium
Maraghah ini merupakan sumbangan monumental al-Tusi yang
sangat besar di bidang astronomi. Pembangunannya dibantu ahli-
ahli astrnomi Cina dan mulai digunakan tahun 1262 M. Qutb al-
Din Syirazi, penemu teori tentang terjadinya pelangi, termasuk
ilmuan yang pernah meneliti dan megembangkan karirnya di
observatorium Maraghah.
Observatorium ini memiliki peralatan observatori paling canggih
yang dikenal saat itu. Perpustakaan yang menjadi bagian dari
observatorium ini mempunyai 400.000 jilid buku di semua bidang
ilmu pengetahuan. Halaqah-halaqah juga tumbuh subur di
Maraghah dimana para ilmuan mengajar mahasiswanya,
mewariskan karya-karya ilmiah yang dikenal saati itu dan
bekerjasama dengan mereka dalam penelitian-penelitian lebih
lanjut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di observatorium, Tusi
berhasil membuat tabel pergeseran planet seperti yang
digambarkan dalam bukunya Zij-i ilkhani (Ilkhanic Tables). Buku
ini berisikan tabel astronomi untuk mengkalkulasi posisi planet
dan nama-nama bintang. Model yang dihasilkannya untuk sistem
planetary diyakini sebagai suatu yang sangat maju pada
jamannya, dan telah digunakan secara ekstensif sampai
berkembangnya model heliocentris pada masa
Nicolaus Copernicus. Di antara masa Ptolemy dan Copernicus, ia
diakui banyak orang sebagai astronom unggul di jamannya, dan
hasil karya dan teorinya di bidang astronomi dapat dibandingkan
dengan ilmuan Cina Shen Kuo (1031-1095 M).

Untuk model planetary, dia menciptakan teknik geometris yang


dinamakan “Tusi-couple”, yang menghasilkan gerekan linier dari
penjumlahan dua gerakan sirkuler. Ia menggunakan teknik ini
untuk menggantikan “problematic equant” dari Ptolemy, yang
dipakai dalam model geocentris Ibn al-Shatir’s dan model
“heliocentris Copernican”-nya Nicolaus Copernicus. Ia juga
menghitung nilai pergantian tahunan dari equinox (annual
precession of the equinoxes) dan menyumbang bagi konstruksi
dan penggunaan berbagai instrumen astronomi termasuk astrolab
(suatu alat yang digunakan dalam astronomi untuk mengukur
ketinggian suatu benda langit. Dalam bentuknya yang sederhana,
alat ini merupakan sebuah piringan yang pinggirannya diberi
tanda untuk menunjukkan derajat lingkaran serta dilengkapi
dengan sebuah jarum penunjuk).

Tusi juga merupakan orang pertama yang memperkenalkan bukti


observasi empiris tentang rotasi bumi, dengan menggunakan
lokasi komet yang relevan dengan bumi sebagai buktinya,
temuan ini kemudian dikembangkan oleh Ali al-Qushji dengan
observasi empiris lebih lanjut. Argumen Tusi sama dengan
argumen yang digunakan Copernicus tahun 1543 M dalam
menjelaskan rotasi bumi.

Disamping karya monumental di bidang astronomi dan bidang


ilmu alam, Tusi juga berhasil memperkenalkan beberapa
karyanya, kosa kata Arab dalam mengekspresikan konsep-
konsep yang berbeda serta ide-ide yang berkenaan dengan ilmu
kosmologi. Misalnya untuk kata alam/nature yang bila di kaitkan
dengan bahasa latin natura dan bahasa Yunani physis, kata
bahasa Arab ‘tabi’ah dari akar kata tb’ dapat digunakan namun
dengan arti yang agak berbeda dengan bahasa klasik. Penulis
Muslim pada abad selanjutnya biasanya membedakan antara
tiba’ sebagai atribut yang memiliki dirinya sendiri dan tabi’ah yang
memberikan gerakan tanpa harus memilikinya sendiri.

Biologi

Tusi menulis secara ekstensif dalam ilmu biologi dan merupakan


satu di antara perintis terdahulu di bidang evolusi biologis dalam
pemikiran ilmiah. Dia memulai teori evolusinya dengan
mengatakan bahwa jagat raya pernah mengandung elemen yang
sama dan sebanding, dimana mereka berisikan partikel
elementer. Menurut Tusi, kontradiksi internal mulai muncul dan
sebagai hasilnya, beberapa substansi mulai berkembang lebih
cepat dan berbeda dari substansi lainnya.

Ia kemudian menjelaskan bagaimana elemen berkembang


menjadi mineral, kemudian tumbuhan, kemudian hewan, dan
kemudian manusia. Tusi juga menjelaskan bagaimana variabilitas
herediter merupakan faktor penting bagi evolusi biologis makhluk
hidup. Organisma yang dapat memperoleh fitur baru lebih cepat
akan lebih bervariasi. Sebagai hasilnya, mereka memperoleh
manfaat dari makhluk lainnya. Tubuh berubah sebagai hasil dari
interaksi internal dan eksternal.

Kimia dan Fisika

Di bidang kimia dan fisika, Tusi menetapkan versi terdahulu


tentang hukum konservasi massa. Dia menulis bahwa bangun
suatu benda dapat berubah, namun ia tidak dapat menghilang.

Matematika

Tusi mungkin saja yang pertama memperkenalkan trigonometri


sebagai disiplin ilmu matematika secara terpisah, dan dalam
“Treatise on the Quadrilateral”, ia memberikan eksposisi pertama
yang ekstensif tentang trigonometrI speris, yang ia kembangkan
menjadi bentuk yang dipakai saat ini, ia juga yang pertama
membuat daftar enam kasus berbeda dari segitiga kanan dalam
trigonometri speris.

Dalam bukunya “On the Sector Figure”, ia memformulasikan


hukum sinus yang terkenal bagi segitiga (plane triangles), yang
merupakan satu di antara sumbangan utamanya dalam
matematika. Dia juga memperkenalkan hukum sinus bagi segitiga
speris, menemukan hukum tangen bagi segitiga speris, dan
menyediakan bukti bagi hukum-hukum ini.

Masalah garis paralel yang ditunjukkan oleh postulat paralel dari


Euclids sangat menarik perhatian matematikawan Islam. Al-Tusi
mungkin merupakan ahli yang paling matang dalam menangani
hal ini. Dalam Risala ash Shafiya, al-Tusi menunjukkan bukti
hipotesis Saccheri yang sama dengan postulat Euclid.
Pada tahun 1265 M, Tusi menulis sebuah manuskrip mengenai
kalkulasi akar 9 dari integral. Lebih jauh lagi, ia menguak
koefisien dari ekspansi binomial dan hubungan segitiga Pascal
antar koefisien binomial. Dia juga menulis karya terkenal tentang
teori warna yang didasarkan pada perpaduan hitam dan putih,
serta menulis di bidang permata dan parfum.

Anda mungkin juga menyukai