Anda di halaman 1dari 11

ILMUAN ISLAM

1. Ibnu Sina
Abu Ali al-Husasain Ibn Abdullah Ibn Sina adalah seorang ilmuan dari Islam pertama yang
mampu membawa perubahan besar bagi dunia, lahir pada tahun 370 H/980 M dan wafat pada
tahun 428 M/950 M. Saking berjasanya beliau dijuluki sebagai “Father of Docter”,
kontribusinya dibidang kedokteran tak perluSelain Q anun fi Thib sebagai referensi kedokteran
ada pula karya lainnya. Sejarah intelektual Ibnu Sina tercatatkan dalam 450 judul tulisan, namun
hanya 240 judul yang selamat hingga gini.
Kehidupan Awal dan Pendidikan

Ayah Ibnu Sina berasal dari Balkh, yang pindah ke Bukhara dan menjadi gubernur sebuah
wilayah penting bernama Harmaytsan. Di dekat Harmaytsan, terdapat sebuah desa bernama
Afsyanah, di mana ayah dan ibunya bertemu kemudian menikah dan menetap disana. Di desa
itulah Ibnu Sina lahir pada tahun 980, dan tidak lama disusul oleh adiknya. Pada kurun itu
ketegangan antara Kesultanan Samaniyah dengan Khanat Kara-Khanid di utara dan Dinasti
Buwaihi di selatan tengah memanas.

Ketika Ibnu Sina cukup besar, keluarga itu pindah ke Bukhara. Di ibukota Samaniyah itu Ibnu
Sina mulai mendapat pendidikan yang lebih baik. Ayahnya mendatangkan guru khusus Al-Quran
dan guru Sastra Arab (Adab, Literatur) untuk mengajar kedua putranya. Menurut Ibnu Sina, saat
dirinya genap berusia 10 tahun, dia telah hapal Al-Quran serta berbagai teks sastra lainnya.

Perkenalan awal Ibnu Sina dengan filsafat terjadi karena sering mendengarkan perdebatan
ayahnya yang kerap didatangi orang-orang Mesir pengikut Ismailiyah, dan dari mereka itulah
ayahnya, Ibnu Sina, dan adiknya mulai mengenal istilah-istilah jiwa dan akal dalam perspektif
Ismailiyah. Sebagaimana diceritakan Ibnu Sina:

“Mungkin karena saya kerap mendengar mereka berdiskusi maka saya pun mulai memahami
pembicaraan pengikut Ismailiyah ini, namun jiwa saya tidak kunjung dapat menerima apa yang
mereka bicarakan. Karena itu mereka pun mulai mengajak saya berdiskusi tentang berbagai hal
[terutama terkait jiwa dan akal] melalui berbagai pendekatan filsafat, geometri, dan aritmetika
Hindia. Ayah tampak nya kurang senang melihat hal itu, sehingga untuk sementara waktu ayah
mengirimku kepada seorang pedagang herbal yang menguasai aritmetika Hindia sehingga aku pun
dapat mempelajari ilmu tersebut darinya.”

Menyadari bahwa Ibnu Sina lebih mahir dalam penguasaan filsafat dari dirinya, An-Natili
kemudian meninggalkan Bukhara menuju Gurganja, guna mencari murid lain yang lebih
membutuhkannya. Maka sejak itu Ibnu Sina mempelajari filsafat seorang diri, mulai dari Fisika
(filsafat alam) dan Metafisika karya Aristoteles, berikut berbagai karya pengantar tentangnya, juga
berbagai karya tentang pengobatan secara luas dan mendalam. Dan ketika Ibnu Sina berusia 16
tahun, sebagaimana tradisi di Bukhara bagi anak yang menjelang akil baligh, dia pun mulai
mendalami fiqih secara khusus.

1
Bibliografi

Menurut berbagai peneliti, Ibnu Sina menulis sekitar 450 judul, namun hanya 240 yang selamat
dan bertahan hingga hari ini. Di antara karya-karyanya yang masih ada, 240 judul merupakan
tulisan di bidang filsafat dan 40 judul dalam bidang pengobatan.
Berikut beberapa karya Ibnu Sina dalam bentuk kitab atau buku:
Al-Qānūn fī al-Thibb (Kanon Kedokteran);
Kitāb al-Syifā (Buku Penyembuhan);

 Mukhtasar Al-Awshāt (Ringkasan Tengah);


 Al-Mabda wal-Ma'ād (Masa Awal dan Masa Kembali);
 Kitāb al-Ma'ad (Buku Masa Kembali);
 Al-Arsyād Al-Kulliyah (Observasi Umum);
 Mukhtasar Al-Majisti (Ringkasan Almagest, Ptolomaeus);
 Mantiq Al Masyriqin (Logika Timur);
 Kitāb al-Hidāyah (Buku Hidayah);
 Kitāb al-Qulanj (Buku tentang Kolik/Sakit Perut);
 Al-Adawiyāt al-Qalbiyah (Pengobatan Jantung);
 Kitāb al-Najāt (Buku Doa);
 Kitāb al-Insyāf (Buku Penghakiman Diri);

Berikut adalah sejumlah esai, cerita, dan kumpulan puisi yang ditulis Ibnu Sina:

 Risālah Hayy bin Yaqdzān (Kisah Kehidupan Orang yang Waspada);


 Risalah Ath-Thair;
 Risalah fi Sirr al-Qadar;
 Risalah fi Al- 'Isyq;
 Risalah al-Mukhtasar al-Asghār (Ringkasan Pendek);
 Tahshil As-Sa'adah;
 Al-Urjuzah fi Ath-Thibb;
 Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah;
 Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah.

2
2. Al-Khawarizmi

Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi adalah Penemu algoritma adalah Al Khawarizmi, seorang
jenius yang mahir dalam matematika, geografi, astronomi, dan lain sebagainya yang hidup sekitar
abad ke-9. Lahir sekitar tahun 780 di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar
tahun 850. Dalam bukunya The History of Arab, Phillip K. Hitti menyebut Al Khawarizmi sebagai
tokoh utama pada awal sejarah matematikan Arab.

Biografi

Al Khawarizmi mempunyai nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Musa Al Khawarizmi.
Ia lahir sekitar tahun 780 Masehi di kota Khwarezm, yang kini berada di wilayah Uzbekistan. Ia
wafat sekitar tahun 850 Masehi di Baghdad. Al Khawarizmi hidup di masa kepemimpinan Al
Ma’mun, putra Harun Al Rasyid, khalifah Daulah Abbasiyah. Pada masa itu, bisa disebut sebagai
salah satu masa kegemilangan Islam di bidang ilmu pengetahuan.

Pada masa Al-Ma’mun berkuasa, dibangun Bait Al Hikmah yang menjadi pusat penelitian,
penerjemahan, hingga publikasi ilmu pengetahuan. Menurut beberapa sumber, Bait Al Hikmah
atau rumah kebijaksanaan itu memiliki perpustakaan yang melampaui perpusatakaan di
Alexandria dan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para cendikiawan.

Salah satu cendikiawan itu adalah Al Khawarizmi yang mempelajari aljabar, geometri,
astronomi, dan berbagai bidang ilmu yang lain. Buku pertama Al Khawarizmi adalah Kitaab al
Muhtasar fii Hisaab al Jabr wal Muqabaala. Buku tersebut membahas solusi sistematik dari
persamaan linear dan persamaan kuadrat.

Semenrara buku dengan judul Kitab al Jam’a wal Tafriq bi Hisab al Hind merupakan sumbangan
Al Khawarizmi terhadap cabang aritmatika. Dari buku tersebut, ia memperkenalkan angka Arab
dan kelak menjadi cikal bakal munculnya algoritma. Mengutip dari Wikipedia, kontribusi Al
Khawarizmi tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata
“aljabar” berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan
notasi kuadrat, yang tercantum dalam bukunya.

Kata algorisme dan algoritma diambil dari kata algorismi, latinisasi dari namanya. Namanya juga
diserap dalam bahasa Spanyol, guarismo, dan dalam bahasa Portugis, algarismo bermakna “digit.”
Sumbangan Al Khawarizmi tidak hanya seputar matematika. Mengutip dari dicoding.co, Al
Khawarizmi mempunya sumbangan di bidang geografi. Ia menyempurnakan peta Ptolemeus
dalam karya yang berjudul Kitab Surat al-Ard. Menurut Paul Gallez, hal ini sangat bermanfaat
untuk menentukan posisi seseorang dalam kondisi yang buruk.

3
Sumbangan di Bidang Ilmu Komputer

Tidak banyak yang tahu kalau Al Khawarizmi berperang penting dalam perkembangan ilmu
komputer saat ini. Jasa penting Al Khawarizmi itu tidak lepas dari penemuan algoritma. Algoritma
selalu berdampingan dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin maju. Hal itu
termasuk teknologi kecerdasan buatan yang terkait erat dengan algoritma dalam pemrogramannya.

Di samping algoritma, salah satu kontribusi yang dilakukan oleh Al Khawarizmi adalah
memperkenalkan angka nol (0) dalam sistem penomoran Arab, yang nantinya diadaptasi pada
bidang komputer. Angka nol sendiri merupakan bagian yang ada dalam kode biner dan merupakan
dasar dari pembentukan program komputer.

George Boole, seorang ahli matematika dan logika asal Inggris, kemudian merumusukan Aljabar
Boolean. Aljabar boolean memiliki peran penting dalam evolusi digital untuk mewakili bentuk-
bentuk logis dan silogisme dengan simbol-simbol aljabar dan logika melalui formula yang
beroperasi pada 0 dan 1.

3. Abbas bin Firnas

Abbas Abu al-Qasim bin Firnas ibn Wirdas al-Takurini adalah seorang polimatik Andalusia,
penemu, fisikawan, kimiawan, teknisi, musisi Andalusia dan penyair berbahasa Arab. Lahir pada
tahun 810 M dan meninggal pada tahun 887 M. Abbas bin Firnas juga seorang ilmuan dan penemu
yang lahir di Andalusia pada masa pemerintahan khalifah dari Bani Umayyah II.

Biografi

Abbas bin Firnas dilahirkan pada abad ke-8, tepatnya di tahun 810 M.pada kawasan kekhalifahan
Andalusia,Cordoba (kini dikenal dengan nama Spanyol). sama sama kita ketauhi, bahwa cordova
atau Cordoba dahulunya merupakan pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dikatakan juga
bahwa Abbas kecil mempunyai rasa ingin tau yang tinggi dan selalu berkreasi melalui tangannya.
Ternyata,selain terkenal sebagai ilmuan dalam penerbangan,Abbas ibn Firnas ternyata juga
seorang Insinyur, dokter dan juga seorang penyair Arab.
Ide Penemuan Pesawat pada awalnya terinspirasi dari seseorang yang bernama Armen Firman,
kala itu Armen Firman sedang melakukan atraksi yang di saksikan oleh banyak orang, tepatnya
pada tahun 852 Marmen Firman melakukan atraksi terbangnya dengan berdiri diatas menara
Masjid Agung Qurtuba, ia bersiap siap terbang dengan menggunakan alat yang terbuat dari
kayu. ia mencoba melompat dari ketinggian menara dan sayangnya Rencana Armen tidak berjalan
begitu baik, ia jatuh karena sayap yang dipakainya tidak bisa dikendalikan,namun untungnya ia
hanya mengalami luka ringan karena jatuhnya armen ditahan oleh alat terbangnya.

4
4. Ibnu Batutah
Muhammad bin Batutah yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah
Al-Lawati At-Tanji bin Batutah adalah seorang seorang alim (cendekiawan) Maroko yang
pernah berkelana ke berbagai pelosok dunia pada Abad Pertengahan. Dalam jangka waktu tiga
puluh tahun, Ibnu Batutah menjelajahi sebagian besar Dunia Islam dan banyak negeri non-Muslim,
termasuk Afrika Utara, Tanduk Afrika, Afrika Barat, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara,
Asia Selatan, dan Tiongkok. Menjelang akhir hayatnya, ia meriwayatkan kembali pengalaman-
pengalamannya menjelajahi dunia untuk dibukukan dengan judul Hadiah Bagi Para Pemerhati
Negeri-Negeri Asing dan Pengalaman-Pengalaman Ajaib, Riwayat perjalanan Ibnu Batutah
menyajikan gambaran tentang peradaban Abad Pertengahan yang sampai sekarang masih
dijadikan sumber rujukan. Lahir pada tahun 1304 dan wafat tahun 1369.

Masa muda

Segala hal-ihwal terkait jati diri dan kehidupan pribadi Ibnu Batutah yang diketahui orang lah
satu suku Berber, yakni suku Lawata. Pada masa mudanya sekarang ini bersumber dari riwayat
hidupnya yang termaktub dalam Ar-Rihlah. Menurut sumber ini, Ibnu Batutah adalah seorang
keturunan Berber, terlahir sebagai putra keluarga Ulama Fikih di Tanjah (Tangier), Maroko, pada
24 Februari 1304 (703 Hijriah), manakala Maroko diperintah oleh sultan-sultan dari Bani Marin.
Ia mengaku masih terhitung sebagai keturunan dari saa, Ibnu Batutah mendalami ilmu fikih di
sebuah madrasah Suni bermazhab Maliki, yakni bentuk pendidikan yang paling banyak terdapat
di Afrika Utara kala itu. Umat Muslim dari mazhab Maliki meminta Ibnu Batutah menjadi kadi
(hakim syariat) mereka, karena ia berasal dari negeri yang mengamalkan Mazhab Maliki.

5. Jabbir bin Hayyan

Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan Al-Azdi dikenal dengan nama Geber di dunia Barat, seorang
polymath terkemuka; kimiawan, alkimiawan, ahli astronomi dan astrologi, insinyur, ahli bumi,
ahli filsafat, ahli fisika, apoteker dan dokter, diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 750 dan
wafat pada tahun 803.
Kehidupan Jabir bin Hayyan sebagai seorang alkemis tidak bermula dari tempat kelahirannya
atau kota-kota lain di wilayah Persia, ia mulai menjadi seorang alkemis di Yaman. Jabir bin
Hayyan meninggalkan Persia dan menuju ke Yaman setelah ayahnya dijatuhi hukuman mati oleh
Kekhalifahan Umayyah. Hayyan Al-Azdi dieksekusi lantaran kedapatan mendukung revolusi
yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyah.

Yaman menjadi tempat Jabir bin Hayyan mempelajari banyak hal. Di bawah bimbingan sosok
ulama besar Harbi Al-Himyari, Jabir bin Hayyan belajar tentang Al-Qur'an, matematika, dan
ilmu-ilmu lainnya. Jabir bin Hayyan kemudian pergi ke Kufa, Irak, setelah Kekhalifahan
Umayyah jatuh dan digantikan dengan Kekhalifahan Abbasiyah.

5
Di Kufa, Jabir bin Hayyan disebut berguru kepada Ja'far Al-Sadiq, dari sinilah Jabir bin Hayyan
memperdalam ilmu-ilmu pengobatan, filsafat, astronomi, dan alkimia.

Alkimia ini merupakan ilmu yang mempelajari perubahan dan pembuatan sebuah zat. Para
alkemis berlomba untuk menemukan unsur pembentukan filosof (sebuah batu mitos yang
dipercaya dapat mengubah logam biasa menjadi emas), dan panacea universal (mitos obat yang
dapat dipercaya menyembuhkan segala penyakit).

Meskipun nama Jabir bin Hayyan besar karena ilmu spekulatif, teori-teorinya atas unsur
pembentuk logam atau sifat beberapa larutan menjadi batu pijakan perkembangan ilmu kimia
modern. Berkat teori-teori dan karya-karyanya di ranah itulah, Jabir bin Hayyan disebut sebagai
bapak kimia modern. Sementara itu, merangkum buku Mencari Islam di Ruang-Ruang
Penafsiran karya Riza Pahlevi dan buku Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam karya
Muhammad Husain Mahasnah, Jabir bin Hayyan menjadi motor penggerak dalam
pengembangan ilmu-ilmu kimia.

Sejak saat itu, muncul ilmu yang diberi nama tajribah (eksperimen), bahkan karena banyaknya
sumbangsih Arab pada ilmu kimia, maka ilmu ini disebut dengan ilmu Arab. Hasil percobaan
ilmiah yang dilakukan oleh orang-orang Arab, di antaranya:

1. Asam sulfat (H₂SO₄), asam nitrat (HNO₃), dan asam hidroklorida (HCl).

2. Natrium hidroksida (NaOH) yang digunakan dalam pembuatan sabun dan sutera buatan.

3. Alkohol (CH3OH), dan amonia (NH4OH).

4. Air emas, yaitu garam yang dihasilkan akibat reaksi asam khlor yang terdapat air sedikit
dengan emas.

5. Antimonium (Sb) yang darinya dikeluarkan celak untuk pengobatan mata.

6. Perak nitrat (AgNO3) yang digunakan dalam farmasi atau obat-obatan.

7. Demikian pula kaum muslimin juga berhasil menyajikan Manganis dioksida (MnO2) dan
digunakan dalam pembuatan kaca.

Bukan hanya itu, orang Arab juga berhasil membuat metode pemisahan emas dari perak dengan
pelelehan melalui perantara asam. Para ilmuwan muslim juga mahir dalam proses penyulingan,
penyaringan, penguapan, kristalisasi, pelelehan, sublimasi, pengapuran, dan lain sebagainya.

6
6. Maryam Al-Ijiliya
Seorang wanita Muslim bernama Mariam al-Ijliya atau juga dikenal sebagai Mariam al
Astrulabi membawa keahlian membuat astrolabe ke level berikutnya. Astrolabe adalah perangkat
kuno yang digunakan untuk mengukur waktu dan posisi Matahari dan bintang.

Apa itu Astrolab dan peran Mariam Al-Ijliya dalam astoronomi?


Astrolab adalah alat yang berguna dalam ilmu benda langit dan membantu penelitian ilmuwan
dalam astronomi, astrologi horoskop. Astrolab menjadi instrumen klasik penentuan posisi
matahari dan planet, memberi tahu waktu dan navigasi dengan menemukan lokasi berdasarkan
garis lintang dan garis bujur. Dalam masyarakat Muslim, astrolab berfungsi untuk menemukan
arah kiblat, menentukan waktu sholat, serta hari Ramadhan dan Idul Fitri. Kontribusi signifikan
Mariam Al-Ijliya dalam ilmu astronomi secara resmi diakui ketika asteroid sabuk utama ditemukan
oleh Henry E Holt di Observatorium Palomar pada 1990 dan dinamai "7060 Al-Ijliya". Baca juga:
5 Filsuf Muslim Ternama dari Zaman Keemasan Islam Beberapa karya akademis menunjukkan
bukti bahwa astrolab yang dibuat oleh Mariam Al-Ijliya dapat digunakan untuk secara tepat
menetapkan posisi matematis bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, meskipun dia tidak
memiliki pendidikan formal matematika. Dalam menghubungkan matematika dengan keahlian
yang baik, ditambah dengan pengetahuan metalurgi yang sangat baik, perempuan berdaya ini
menunjukkan keterampilan dan tingkat kecerdasannya yang tinggi, yang merupakan bukti
kontribusinya dalam ilmu astronomi modern dan juga agama Islam. Pada 2016, penulis fiksi ilmiah
Nigeria-Amerika, Nnedi Okorafor, mengangkat sosok Mariam Al-Ijliya sebagai tokoh
protagonisnya dalam novel fiksi ilmiah "Binti". Melansir Mvslim.com (2017), Nnedi Okorafor
mengungkapkan bahwa ia terinspirasi oleh Mariam Al-Ijliya, sehingga menciptakan karakter
utama berdasarkan eponim seorang wanita muda yang ahli dalam membuat astrolab. Ia
menyatakan mempelajari sosok perempuan berdaya ini dari festival buku di Uni Emirat Arab.
Sayangnya, catatan sejarah soal Mariam Al-Ijliya atau Mariam Al-Astrolabi sangat langka dan
tidak ada astrolabnya yang pernah ditemukan sebagai jejak sejarah.

7. Sutayta Al-Mahalami
Nama Sutayta Al Mahamli memang sangat asing bagi kita, namun beliau adalah sosok ilmuwan
muslim perempuan dalam matematika yang luar biasa. Sutayta berasal dari Baghdad, beliau juga
tergolong pakar ilmuwan matematika pada abad ke 10.
Sutayta dilahirkan di Irak lebih tepatnya di daerah Bagdad. Sutayta memiliki ayah yang sangat
luas ilmunya dan tinggi pendidikannya. Ayahnya bernama Abu Abdullah Al Hussein yang mana

7
beliau adalah seorang hakim, namun selain menjadi hakim ayahnya Sutayta juga menulis beberapa
buku dan kitab.
Diantara buku dan kitab ayahnya adalah shalat Al Idayn dan kitab Fiqih. Selain itu keluarga
Sutayta juga berpendidikan semua termasuk pamannya yang bernama Abu Hussein Mohammed,
beliau juga seorang hakim dan ilmunya dalam bidang hadis sangatlah mahir tidak diragukan lagi.
Sutayta juga mempunyai anak yang bernama Abu Muhamed Hussein bin Ismail Al Mahamli,
putranya juga seorang hakim yang mana putranya yang dikenal setiap mengambil kebijakan-
kebijakan diputuskan dengan bijak oleh putra Sutayta. Sejak kecil Sutayta sering diajari ilmu-ilmu
pendidikan oleh ayahnya, bagi ayahnya pendidikan adalah hak segala manusia dan itu sangat
penting. Jadi tidak ada keheranan jika sedari kecil Sutayta sudah bisa menguasai beberapa cabang
ilmu pendidikan terkhusus Matematika.
Kegigihan Dalam Belajar
Ayahnya selalu mendorong Sutayta untuk berpengetahuan luas seperti ayahnya dan pamannya
yang seorang hakim dan ahli hadis, sehingga nasab ilmu yang ada di dalam diri Sutayta adalah
orang berpendidikan semua. Cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang operasi bilangan
atau orang menyebutnya dengan teori bilangan disini yang dipelajari adalah tentang penjumalahn,
penguranagan, perkalian dan pembagian.
Selain bidang aritmatika Sutayta juga mahir dalam ilmu Faroid atau bisa disebut dengan
pembagian waris. Jadi di waktu itu tidak heran jika ilmu tentang aritmatika dan ilmu faroid
berkembang sangat pesat dan memiliki kemajuan.
Semenjak kecil ayahnya juga elalu mendatangkan guru untuk Sutayta, karena Sutayta sendiri juga
sangat tertarik dalam belajar. Di antara guru yang pernah mengajar sekaligus menjadi guru panutan
Sutayta adalah Abu Hamza bin Qasim, Omar bin Abdul Aziz Al Hashimi, Ismail bin Abbas Al
Warraq, dan Abdul Al Ghofir bin Salamah Al Homsi.
Kemahiran Ilmu yang Dimiliki
Dalam pakar matematikanya Sutayta juga mendalami cabang ilmu aljabar selain itu Sutayta juga
bisa menyelesaikan permasalahan sistem persamaan dalam matematika, yang mana dengan
kemahirannya ini banyak para matematikawan yang mengutip ilmu darinya.
Selain ilmu matematika Sutayta juga mahir dalam ilmu agama, seperti Ilmu Hadis, Sastra Arab,
dan Hukum Syariah. Selama Sutayta hidup dia tidak pernah terjauhkan dengan angka sehingga
membuat dia mengabdikan dirinya dalam membangun peradaban islam di kala itu. Dengan semua
kemampuan dan kemahiran ilmu yang di miliki, Sutayta juga disegani dan di puji oleh para
sejarawan diantaranya adalah Ibnu Al Khatib Baghdadi, Ibnu Al Jazwi, dan Ibnu Katsir.
Sosok ilmuwan perempuan muslim ini sangat multitalenta karena semangat belajarnya dan
mengabdikan diri dengan ilmu-ilmunya untuk peradaban islam waktu itu. Pada tahun 987 M
Sutayta meninggal dunia, meskipun sudah meningeal Sutayta tetap abadi dengan peninggalan
ilmu-ilmu yang telah dikembangkan dan diajarkannya.

8
8. Rufaida Al-Aslamia
Rufayda Al-Aslamia adalah seorang pekerja medis dan sosial Arab yang diakui sebagai perawat
Muslim wanita pertama dan ahli bedah wanita pertama dalam Islam. Dia dikenal sebagai perawat
pertama di dunia.

llmu kesehatan dan keperawatan berkembang di peradaban Islam sejak awal penyebarannya.
Sejarah mencatat, ahli kedokteran dan perawat pertama di peradaban Islam bernama Rufaidah Al-
islamiyah. Rufaidah Al-Aslamiyah diperkirakan lahir di Madinah sekitar 597 M, ketika kota itu
masih bernama Yatsrib. Melihat tahun ini, jelas bahwa ia lahir saat ajaran Islam masih sangat awal
disebarkan oleh Nabi Muhammad.

"Kita-kitab sejarah mencatatnya dengan nama yang berbeda-beda. Tetapi semuanya merujuk
kepada ia seorang," terang Abdul Hamid Saputra dan rekan-rekan dari Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.

Nama lain yang merujuk sosok perawat ini adalah Ku'aibah binti Sa'ad atau Rumaitsah Al
Ansariyah. "Namun dari data yang ada, nama yang umum dikenal adalah Rufaidah," lanjut Abdul
dkk di jurnal Historia Madania.

Di Yatsrib, dia memang berasal dari kalangan ahli kesehatan atau taibib. Ayahnya, Sa'ad Al-
Aslami adalah tabib terkemuka di Madinah, bahkan menjadi pemimpin profesi ini. Nama ayahnya
ini terdengar di seluruh Jazirah Arab, terang Abdul dkk.

Penduduk Arab saat itu menyebut Sa'ad Al-Aslami sebagai tabib yang manjur dalam mengobati
berbagai penyakit. Sebab, ia menyematkan doa dan jimat yang diketahuinya.

Pengetahuan tentang praktik ini dan latar belakang keluarga Rufaidah secara rinci, tidak begitu
terungkap dalam catatan sejarah. Meski demikian, dari sinilah ia belajar tentang ilmu kesehatan
sejak kecil. Praktik keperawatannya bahkan dilakukan saat usianya remaja sebagai asisten
ayahnya. Praktik keperawatan Rufaidah mulai dijalankan mandiri saat ia mencapai usia dewasa.
"Ayahnya telah mewariskan praktik keperawatan dasar masyarakat Arab dan kemudian
dikembangkan ketika periode Islam di Madinah," tulis para peneliti.

Rufaidah pun mualaf saat syiar Islam sedang gencar-gencarnya ke Madinah. Setelah masuk
Islam, pemikirannya di bidang keperawatan dan medis pun berkembang, menggabungkan
keilmuannya dengan ajaran agama. Diperkirakan pemahaman Rufaidah menggabungkan ilmu
keperawatan dan ajaran Islam sebelum terjadinya Perang Badar yang terjadi pada 622 M.

Perubahan itu terkait dua hal. Pertama, terkait dengan tempat yang biasanya dijadikan oleh
ayahnya sebagai tempat pengobatan. Ia membersihkan tempat itu menjadi nyaman, higienis, dan
bersih," terang Abdul dkk. "Tempat itu dulunya sangat kotor sehingga kenyamanan pasien tidak
diperhatikan."

9
Perubahan sistem keperawatan yang lebih bersih ini diperkirakan atas anjuran Nabi Muhammad.
Sebab, dalam dakwahnya, Islam mengutamakan kebersihan.

Setelah itu Rufaidah menghilangkan jampi-jampi dan jimat untuk mengobati pasien,
sebagaimana yang dilakukan ayahnya. Karena risiko penggunaan ini sama dengan menyekutukan
Tuhan dalam ajaran Islam, ia pun menggantinya dengan doa, salawat, dan ajaran Islam.

9.Zainab binti Ahmad


Zaynab juga dikenal sebagai sosok yang berpengetahuan luas dan menguasai cukup banyak
bidang ilmu, seperti hadist, syariah, dan sains. Dalam bidang kaligrafi, kompetensinya tidak
tanggung-tanggung. Ibn Khallikān, yang dikenal sebagai sejarawan penting , menulis bahwa
Zaynab telah menerima pelajaran dan ijazahnya dari para ilmuwan penting di abad ke-5
Hijriah seperti Abu al-Hattāb Nasr bin Ahmad al-Butruvānī dan Abū ‘Abdullāh Hussain bin
Ahmad bin Talha an-Niālī. Bahkan sumber lain juga menyebutkan bahwa Muhammad bin ‘Abdul
Mālīk, dari sekolah Mesir, adalah gurunya.

Zainab binti Ahmad merupakan wanita yang memiliki pemahaman yang dalam tentang hadist
dan merupakan guru di sekolah hanbali di Damaskus. Beberapa murid didikannya yang ternama
adalah al-Tirmidzi, al-Tahawi, Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Beberapa murid lain juga cukup
terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan, yaitu Ibnu Battuta, Taj Al-Din Al-Subki, dan Al-
Dzahabi.

Pada abad ke-14, masih sangat sedikit sekali wanita muslim yang mengenyam sekolah dan
memiliki pengetahuan dalam bidang sastra ataupun ilmu pengetahuan. Zainab adalah salah satu
nama yang memiliki keunggulan dan terkenal dengan kepandaiannya pada zaman tersebut.

Disamping kaligrafi, ia menghabiskan waktunya untuk belajar sains dan sastra. Zaynab Shāhdā
meninggal di Baghdad, saat berusia hampir 100 tahun, pada hari Minggu siang, 13 Muharram, 574
H/1178 M. Ia meninggalkan beberapa karya di Baghdad dan sejumlah madrasah.

10. Aisyah bin Abu Bakar

Aisyah binti Abu Bakar adalah istri ketiga dari Nabi dan Rasul Islam, Muhammad. Aisyah
dikenal sebagai seorang perempuan yang memiliki kedalaman ilmu sangat luar biasa. Ia
menguasai berbagai cabang ilmu, di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan syair Arab. Ada 1.210
hadis yang diriwayatkan darinya dan telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Ia merupakan salah satu perawi hadits yang paling banyak, dengan sebanyak 2210 hadits yang
diriwayatkan. Keilmuannya diakui oleh banyak ahli hadits, dan beliau dikenal sebagai “Al-
Mukatsirin” karena kiprahnya dalam meriwayatkan hadits.

10
Aisyah juga terkenal sebagai sosok yang tegas dalam menegakkan hukum Allah. Ia tidak ragu
untuk menegur perempuan-perempuan Muslim yang melanggar hukum agama. Ketegasannya
dalam mengambil sikap menunjukkan kesetiaannya pada ajaran Islam dan kecintaannya pada
Rasulullah.

Aisyah juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Ketika menerima uang sebesar 100.000
dirham, beliau membagikan seluruhnya kepada fakir miskin tanpa menyisakan satu dirham pun
untuk dirinya sendiri, bahkan saat sedang berpuasa. Harta duniawi tidak pernah menyilaukan hati
Aisyah, dan ia hidup dengan sederhana sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah.

Setelah wafatnya Rasulullah, Aisyah tetap aktif berkontribusi dalam perkembangan dan
kemajuan Islam. Beliau menjadi penasehat bagi para penguasa Islam pada masa itu, seperti
Khalifah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Kedudukan yang dihormati ini menegaskan
pentingnya ilmu yang dimiliki oleh Aisyah dan peran luar biasanya dalam menyebarkan ajaran
Islam.

Pada malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57 H, pada usia 65 tahun, Aisyah meninggal dunia di
Madinah. Sebelum wafat, beliau berwasiat untuk dishalati oleh Abu Hurairah dan dikuburkan di
pekuburan Baqi pada malam itu juga. Sosok Aisyah radhiyallahu ‘anha merupakan teladan yang
tepat bagi muslimah tanpa perlu menggembar-gemborkan masalah emansipasi yang terjadi saat
ini. Keberadaan Aisyah sudah membuktikan bahwa perempuan juga diberikan posisi yang layak
di zaman Rasulullah dan para sahabat.

Aisyah radhiyallahu ‘anha merupakan contoh nyata bagi umat Islam, bagaimana dengan
semangat, ketekunan, dan kecintaan pada ilmu serta keteguhan dalam menjalankan ajaran agama,
seseorang bisa mencapai keberhasilan dan kedudukan yang tinggi.

11

Anda mungkin juga menyukai