Anda di halaman 1dari 22

1.

a. ibnu sina
Awal Kehidupan
Kehidupannyan dikenal lewat sumber – sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama
kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah
Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada
saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang
wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.Meskipun
secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki
kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.

Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi
kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak
yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang
ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain
dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan
paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam
penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu
Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,
Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam.
Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga,
untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada
beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku – bukunya, mengambil air wudhu, lalu
pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada larut malam dia akan
melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan
meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia
membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata – katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal,
sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall
seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan
bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan
memberikan sedekah atas orang miskin.

Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada
orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode – metode baru dari perawatan. Anak muda ini
memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah
ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh
kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat – obat yang
sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta
bayaran.

Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan
Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids,
pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh – musuh
Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya.
Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis
beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember
1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan
modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil,
sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan
Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat – bakatnya. Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang dermawan pengatur
Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana
sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena
penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang
membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari
buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan
sewaktu dia tinggal di Hyrcania.

Dalam dunia Islam kitab – kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena
bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis
dalam bahasa Persia. Buku – bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954. Karya –
karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah
resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, ia banyak
menulis karangan – karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia
memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru dan segera dikarangnya.

Sekalipun ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan sering sibuk dengan soal negara, ia menulis sekitar dua
ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang paling masyhur adalah “Qanun” yang merupakan ikhtisar
pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur. Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin dan diajarkan berabad
lamanya di Universita Barat. Karya keduanya adalah ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini
merupakan titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam.
Diantara karangan – karangan Ibnu Sina adalah :

1. As- Syifa’ ( The Book of Recovery or The Book of Remedy = Buku tentang Penemuan, atau Buku tentang
Penyembuhan).
2. Buku ini dikenal didalam bahasa Latin dengan nama Sanatio, atau Sufficienta. Seluruh buku ini terdiri atas 18 jilid,
naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di Oxford University London. Mulai ditulis pada usia 22 tahun (1022
M) dan berakhir pada tahun wafatnya (1037 M). Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu : (1)Logika (termasuk
didalamnya terorika dan syair) meliputi dasar karangan Aristoteles tentang logika dengan dimasukkan segala materi
dari penulis – penulis Yunani kemudiannya. (2)Fisika (termasuk psichologi, pertanian, dan hewan). Bagian – bagian
Fisika meliputi kosmologi, meteorologi, udara, waktu, kekosongan dan gambaran). (3)Matematika. Bagian
matematika mengandung pandangan yang berpusat dari elemen – elemen Euclid, garis besar dari Almagest-nya
Ptolemy, dan ikhtisar – ikhtisar tentang aritmetika dan ilmu musik. (4)Metafisika. Bagian falsafah, poko pikiran
Ibnu sina menggabungkan pendapat Aristoteles dengan elemen – elemennya Neo Platonic dan menyusun dasar
percobaan untuk menyesuaikan ide-ide Yunani dengan kepercayaan – kepercayaan.Dalam zaman pertengahan
Eropa, buku ini menjadi standar pelajaran filsafat di pelbagai sekolah tinggi.
3. Nafat, buku ini adalah ringkasan dari buku As-Syifa’.
4. Qanun, buku ini adalah buku lmu kedokteran, dijadikan buku pokok pada Universitas Montpellier (Perancis) dan
Universitas Lourain (Belgia).
5. Sadidiyya. Buku ilmu kedokteran.
6. Al-Musiqa. Buku tentang musik.
7. Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
8. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.Danesh Namesh. Buku filsafat.
9. Danesh Nameh. Buku filsafat.
10. Uyun-ul Hikmah. Buku filsafat terdiri atas 10 jilid.
11. Mujiz, kabir wa Shaghir. Sebuah buku yang menerangkan tentang dasar – dasar ilmu logika secara lengkap.
12. Hikmah el Masyriqiyyin. Falsafah Timur (Britanica Encyclopedia vol II, hal. 915 menyebutkan kemungkinan besar
buku ini telah hilang).
13. Al-Inshaf. Buku tentang Keadilan Sejati.
14. Al-Hudud. Berisikan istilah – istilah dan pengertian – pengertian yang dipakai didalam ilmu filsafat.
15. Al-Isyarat wat Tanbiehat. Buku ini lebih banyak membicarakan dalil – dalil dan peringatan – peringatan yang
mengenai prinsip Ketuhanan dan Keagamaan.
16. An-Najah, (buku tentang kebahagiaan Jiwa)
17. dan sebagainya
Dari autobiografi dan karangan – kaangannya dapat diketahui data tentang sifat – sifat kepribadianhya, misalnya :
1) Mengagumi dirinya sendiri
Kekagumannya akan dirinya ini diceritakan oleh temannya sendiri yakni Abu Ubaid al-Jurjani. Antara lain dari
ucapan Ibnu Sina sendiri, ketika aku berumur 10 tahun aku telah hafal Al-Qur’an dan sebagian besar kesusateraan
hinga aku dikagumi.

2) Mandiri dalam pemikiran


Sifat ini punya hubungan erat sudah nampak pada Ibnu Sina sejak masa kecil. Terbukti dengan ucapannya “Bapakku
dipandang penganut madzhab Syi’ah Ismailiah. Demikian juga saudaraku. Aku dengar mereka menyebutnya tentang
jiwa dan akal, mereka mendiskusikan tentang jiwa dan akal menurut pandangan mereka. Aku mendengarkan,
memahami diskusi ini, tetapi jiwaku tak dapat menerima pandangan mereka”.

3) Menghayati agama, tetapi belum ke tingkat zuhud dan wara’.


Kata Ibnu Sina, setiap argumentasi kuperhatikan muqaddimah qiyasiyahnya setepat – tepatnya, juga kuperhatikan
kemungkinan kesimpulannya. Kupelihara syarat – syarat muqaddimahnya, sampai aku yakin kebenaran masalah itu.
Bilamana aku bingung tidak berhasil kepada kesimpulan pada analogi itu, akupun pergi sembahyang menghadap
maha Pencipta, sampai dibukakan-Nya kesulitan dan dimudahkan-Nya kesukaran.

Rajin mencari ilmu, keterangan beliau “saya tenggelam dalam studi ilmu dan membaca selama satu setengah tahun.
Aku tekun studi bidang logika dan filsafat, saya tidak tidur satu malam suntuk selama itu. Sedang siang hari saya
tidak sibuk dengan hal – hal lainnya”
Pendendam. Dia meredam dendam itu dalam dirinya terhadap orang yang menyinggung perasaannya. Dia hormat
bila dihormati.

4) Cepat melahirkan karangan


Ibnu Sina dengan cepat memusatkan pikirannya dan mendapatkan garis – garis besar dari isi pikirannya serta dia
dengan mudah melahirkannya kepada orang lain. Menuangkan isi pikiran dengan memilih kalimat/ kata-kata yang
tepat, amat mudah bagi dia. Semua itu berkat pembiasaan, kesungguhan dan latihan dan kedisiplinan yang
dilakukannya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode
ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran
Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang
dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina
berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina
adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya
tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique
yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang
filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan
dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari
buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya
diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas -aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan
menulis, sehingga ia mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati. Di usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina
meninggal dan dikuburkan di Hamazan. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah
keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari
peradaban besar Iran di zamannya.

b. jabir bin hayyan

Jabir bin Hayyan, Sang Ahli Kimia dan Pendiri Laboratorium Pertama di Damaskus

gomuslim.co.id- Sejarah mencatat, Islam telah banyak berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Lewat kiprah para ilmuwan Muslim lah peradaban dunia menemukan titik cahaya. Salah satunya di bidang ilmu
kimia dan farmasi. Tak banyak yang tahu di bidang ilmu ini, seorang ilmuwan Muslim memberikan pengaruh besar.
Dia adalah Jabir bin Hayyan yang di dunia Barat dikenal dengan nama Geber.

Nama lengkapnya Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kuffi al-Sufi. Sumber lain menyebutkan sebagai Abu Musa
dan bukan Abu Abdullah. Jabir bin Hayyan merupakan seorang yang dianggap paling pantas sebagai wakil utama
alkemi (ahli kimia) Arab pada masa-masa awal perkembangannya.

Ia lahir di Kuffah, Irak pada tahun 721 M dan meninggal dunia pada tahun 815 M. Jabir adalah seorang yang
berketurunan Arab, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan,
seorang ahli obat-obatan (apoteker) dari Kufah yang kemudian pindah ke Toos. Nama ayahnya sering pula
dihubungkan dengan intrik-intrik politik yang terjadi pada abad ke-8 M, yang pada akhirnya menyebabkan Dinasti
Umayah terguling.

Tokoh besar yang dikenal sebagai “the father of modern chemistry” ini merupakan seorang muslim yang ahli
dibidang kimia, farmasi, fisika, filosofi dan astronomi. Kontribusi terbesar Jabir bin Hayan adalah dalam bidang
kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-
Rasyid di Baghdad.

Jabir Ibnu Hayyan mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai
sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia.

Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat
direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi,
sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.

Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan
serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.

Jabir Ibn Hayyan  telah mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap
sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh
manusia.
Penemuan-penemuannya di bidang kimia telah menjadi landasan dasar untuk berkembangnya ilmu kimia dan tehnik
kimia modern saat ini. Jabir Ibn Hayyan-lah yang menemukan asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat,
tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam
klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.

Jabir bin Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan
logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida
pada pembuatan gelas kaca.

Jabir terus bekerja dan bereksperimen dalam bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di
Damaskus dengan ciri khas eksperimen-eksperimennya yang dilakukan secara kuantitatif, bahkan instrument-
instrument yang digunakan untuk eksperimentnya ia buat sendiri dari bahan logam, tumbuhan dan hewani.

Di laboratoriumnya itulah Jabir berhasil menemukan berbagai penemuan besar yang sangat bermanfaat sampai saat
ini, bahkan di laboratorium itu pula telah ditemukan berbagai peralatan kimia miliknya. Di dalamnya didapati
peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat.

Tak hanya penemuan-penemuannya yang luar biasa yang telah ia ciptakan, namun pemikirannya juga sangat
berpengaruh bagi para ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M), Tughrai (12 M) dan Al-Iraqi (13 M). Bahkan
tidak hanya itu, buku-buku yang ditulisnya pun sangat berpengaruh bagi perkembangan kemajuan ilmu kimia di
Eropa. 

Penemuan

Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik
distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida
dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.

Jabir Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan
logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida
pada pembuatan gelas kaca.

Jabir Ibn Hayyan juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar.
Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.

Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam penggolongan kelompok senyawa, maka lihatlah apa
yang pertamakali dilakukan oleh Jabir. Dia mengajukan tiga kelompok senyawa berikut:

“Spirits“ yang menguap ketika dipanaskan, seperti camphor, arsen dan amonium klorida.

“Metals” seperti emas, perak, timbal, tembaga dan besi; dan

“Stones” yang dapat dikonversi menjadi bentuk serbuk.

Karya-Karya Jabir bin Hayyan


Jabir bin Hayan tidak hanya menulis tentang kimia, tetapi juga tentang hampir semua cabang ilmu yang mulai
berkembang pesat pada masa hidupnya seperti logika, matematika, kedokteran, fisika, dan lain-lain. Karya tulisnya
yang berjumlah lebih dari 80 buah buku atau risalah yang diterjemahkan orang ke dalam bahasa Latin. Namun
karya-karyanya di bidang kimia (alkemi) yang membuat namanya menjulang di seantero dunia.

Pada abad pertengahan, penelitian-penelitian Jabir tentang Alchemy diterjemahkan kedalam bahasa Latin, dan
menjadi textbook standar untuk para ahli kimia eropa. Beberapa diantaranya adalah Kitab al-Kimya (diterjemahkan
oleh Robert of Chester – 1144) dan Kitab al-Sab’een (diterjemahkan oleh Gerard of Cremona – 1187).

Beberapa tulisa Jabir juga diterjemahkan oleh Marcelin Berthelot kedalam beberapa buku berjudul: Book of the
Kingdom, Book of the Balances dan Book of Eastern Mercury. Beberapa istilah tehnik yang ditemukan dan
digunakan oleh Jabir juga telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah di dunia internasional, seperti istilah “Alkali”,
yang lainnya.

Beberapa karyanya yang fenomenal diantaranya Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of
the Composition of Alchemy), Kitab Al-Sab'een, Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The
Kingdom, Book of Eastern Mercury, Book of Balance dan masih banyak lagi. (njs)

c. al- khawarizmi

Al Khawarizmi

Al-Khawarizmi memiliki nama lengkap Muhammad ibn Musa Al Khwarizmi, sedangkan di negara-negara barat
Al Khawarizmi dikenal dengan sebutan Al Goritmi, Al Gorismi, Al Cowarizmi, dan sebutan dengan ejaan yang
lainnya. Al Khawarizmi lahir sekitar tahun 780 M di Khawarizm jika sekarang tempat kelahirannya dikenal dengan
kota Khiva di Uzbekistan. Keluarga beliau merupakan turunan Persia yang telah menetap di Khawarizm, namun dari
beberapa catatan sejarah diketahui bahwa beliau ketika kecil pindah bersama keluarganya ke selatan kota Baghdad,
sehingga di sinilah beliau meniti karirnya sebagai seorang matematikawan.

Beliau diperkirakan hidup di masa khalifah Abbasiyah Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim dan Al-Watsiq yang dikenal
sebagai masa keemasan ilmu pengetahuan di daerah Arab berkat translasi buku dan ilmu pengetahuan ke dalam
bahasa Arab. Pada masa itu terdapat Bait Al-Hikmah yang menjadi pusat penelitian, penerjemahan buku ke dalam
bahasa Arab, dan juga publikasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para cendekiawan muslim tak terkecuali Al
Khawarizmi.

Al Khawarizmi bergabung bersama cendekiawan yang lain di Bait Al-Hikmah ketika berusia 20 tahun. Semasa
hidupnya beliau bekerja di Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Al-Ma’mun. Di sanalah beliau banyak
menulis berbagai gagasan dan mempublikasikan buku ilmu pengetahuan baik di bidang matematika, astronomi,
sejarah maupun geografi, termasuk mempelajari terjemahan literatur sansekerta dan Yunani.
Karya pertama beliau dipublikasikan dalam buku al-Jabar (Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala),
buku tersebut merupakan buku pertama yang menjelaskan solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Berkat
karya tersebutlah beliau dijuluki sebagai Bapak Aljabar, selain itu buku tersebut juga membawa kontribusi dalam
kebahasaan. Kata aljabar berasal dari kata al-Jabr yang tercantum di dalam bukunya.

Hasil pemikiran beliau dalam buku al-Jabar dianggap sebagai revolusi besar dalam bidang matematika. Beliau
berhasil mengintegrasikan konsep-konsep geometri dari matematika yunani kuno ke dalam konsep matematika yang
baru. Pemikirannya menghasilkan sebuah teori gabungan yang memungkinkan bilangan rasional, irasional, dan
besaran-besaran geometri diperlakukan sebagai objek-objek aljabar.

Al Khawarizmi juga berkontribusi terhadap cabang aritmatika, hasil pemikirannya mengenai bidang ini dituangkan
dalam karyanya yang berjudul Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind. Kitab tersebut dikenal sebagai buku
ilmu pengetahuan pertama yang ditulis menggunakan sistem bilangan desimal. Teori yang dibahas dalam buku
tersebut merupakan titik awal penyeimbangan ilmu matematika dan sains dan dari buku tersebut juga lah cikal bakal
dari algoritma muncul.

Di belahan Eropa, karyanya banyak ditranslasikan ke dalam bahasa Latin sebagai Algorithmi, Algorismi,
Alchawarizmi sehingga di literatur barat Al Khawarizmi dikenal sebagai Algorizm. Sebutan inilah yang kemudian
digunakan untuk menyebutkan konsep algoritma yang ditemukannya  perhitungan logaritma yang sekarang banyak
dipergunakan secara luas terutama di bidang komputer atau sains dan engineering yang berasal dari hasil pemikiran
beliau.

Selain itu matematika biner yang digunakan dalam pemrograman juga didasari oleh konsep algoritma Al
Khawarizmi. Perkembangan yang semakin maju bagi komputer digital dan pemrogramannya tak terlepas dari
pemikiran beliau yang menjadi gerbang kemajuan. Kata algoritma sendiri yang kita kenal sekarang merupakan kata
yang diambil dari kata algorismi yang dilatinisasi dari namanya.

Al Khawarizmi diperkirakan wafat pada tahun 850 M dan semasa hidupnya karyanya tidak seputar bidang
matematika saja, namun banyak bidang dari ilmu pengetahuan yang ikut terpengaruh dari hasil pemikirannya
tersebut. Seperti pada bidang geografi beliau menyempurnakan peta Ptolemeus dalam karya yang berjudul Kitāb
ṣūrat al-Arḍ dan menurut Paul Gallez, hal ini sangat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang
buruk.
Pengaruh Al Khawarizmi dalam Bidang Ilmu Pengetahuan

Al Khawarizmi banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dunia, diantaranya sebagai
berikut :

1. Menemukan konsep aljabar yang kita kenal sekarang melalui buku Al-Jabr yang berisi mengenai
persamaan linear dan kuadrat.
2. Orang yang pertama menjelaskan dan mempopulerkan kembali penggunaan angka nol (0) serta
mengenalkan sistem notasi desimal dan tanda pengalian dua.
3. Memperkenalkan tanda negatif pada bilangan.
4. Membuat tabel perhitungan astronomi guna mengukur jarak dan kedalaman bumi. Tabel ini juga menjadi
dasar untuk penelitian di bidang astronomi.
5. Model pembuatan peta dunia yang dituliskan dalam buku ṣūrat al-Arḍ yang digunakan para ahli geografi
barat dalam menggambar peta.
6. Menemukan konsep alat penunjuk waktu dengan bayang sinar matahari dalam buku sundials.
7. Menemukan konsep dasar algoritma melalui pembahasan aturan-aturan melakukan  aritmatika
menggunakan bilangan Hindu-Arab dan solusi sistematis.

Masih banyak lagi karya-karya beliau semasa hidupnya yang mempengaruhi ilmu pengetahuan saat ini. Selain ahli
matematika Al Khawarizmi juga seorang ahli geografi, ahli astronomi, ahli astrologi, ahli sejarah bahkan teori
mengenai seni musik dan lukis yang beliau tuliskan dalam bukunya. Beliau merupakan sosok yang cerdas dalam
berbagai bidang dan menjadi cerminan identitas muslim yang sesungguhnya. Sebagai seorang muslim kamu
seharusnya bangga sekaligus menjadi cambuk bagi kamu yang sering bermalas-malas atau kaum rebahan.

Al Khawarizmi dalam Bidang Komputer

Ilmu pengetahuan matematika pada dasarnya sangat berperan dalam pengembangan komputer dan teknologi dari
dahulu hingga sekarang dan peran itu tidaklah sedikit melainkan sangatlah besar, dan itu tak terlepas dari peran Al
Khawarizmi di dalamnya. Kendati demikian namun sedikit yang mengenang jasa dari Al Khawarizmi. 

Algoritma tidak bisa terlepas dan selalu berdampingan dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin maju.
Bahkan untuk teknologi kecerdasan buatan sekalipun tak dapat pintar tanpa sistem algoritma dalam
pemrogramannya.

Menurut David Berlinski dalam bukunya yang berjudul “The Advent of the Algorithm: The Idea that Rules the
World” mengatakan dua gagasan terbentang gemerlap di atas beludru, yang pertama adalah kalkulus, yang kedua,
algoritma. Kalkulus adalah gagasan yang memungkinkan sains modern menjadi mungkin. Algoritma adalah gagasan
tentang prosedur yang efektif yang memungkinkan dunia modern menjadi mungkin.
Di samping algoritma, salah satu kontribusi yang dilakukan oleh Al Khawarizmi yang cukup besar untuk
perkembangan bidang komputer adalah memperkenalkan angka 0 dalam sistem penomoran Arab, yang nantinya
diadaptasi pada bidang komputer. Angka nol sendiri merupakan bagian yang ada dalam kode biner dan merupakan
dasar dari pembentukan program komputer.

Angka nol sendiri digunakan kembali oleh George Boole seorang ahli matematika dan logika asal Inggris untuk
merumuskan Aljabar Boolean. Bahkan aljabar sendiri merupakan salah satu konsep yang ditemukan oleh Al
Khawarizmi. Aljabar boolean memiliki peran penting dalam evolusi digital untuk mewakili bentuk-bentuk logis dan
silogisme dengan simbol-simbol aljabar dan logika melalui formula yang beroperasi pada 0 dan 1. 

d. al-farazi

Abu abdallah Muhammad bin Ibrahim al-Farazi (meninggal 796 atau 806) yaitu seorang filsuf, matematikawan
dan astronom  Muslim. Ia banyak menterjemahkan buku-buku sains ke dalam bahasa Arab dan Persia. Ia juga
merupakan astronom muslim pertama yang menciptakan astrolobe, alat untuk mengukur tinggi bintang. Ia pernah
menerima kiprah untuk menterjemahkan ilmu angka dan ilmu hitung, serta ilmu astronomi India yang berjulukan
Sind Hind, oleh khalifah Al Mansyur dari Abbasiyah.

Ayahnya berjulukan Ibrahim Al-Farazi yang juga seorang astronom dan matematikawan. Beberapa sumber
menyebut dia sebagai seorang Arab, sumber lain menyatakan bahwa ia yaitu seorang Persia. Al Farazi menetap serta
berkarya di Baghdad, Irak, ibu kota kekhalifahan Abbasiyah.

Muhammad bin Ibrahim al-Farazi bersama ayahnya, Ibrahim al fazari, merupakan spesialis matematika dan
astronom di istana kekhalifahan Abbasiya, di era khalifah harun al Rasyid. Ia menyusun banyak sekali jenis
penulisan astronomi.

Bersamaan dengan Ya’qub ibn Thariq dan ayahnya, ia membantu menterjemahkan teks astronomi India oleh
Brahma gupta (abad 7 M), Brahma Sphuta Siddhanta, ke dalam bahasa Arab sebagai Az jiz ala Sini al Arab atau
kitab Sindhind. Terjemahan ini dimungkinkan sebagai saran penting dalam tranmisi angka hindu dari India ke dalam
Islam.

Dinasti Abbasiyah yang berkuasa ketika itu memperlihatkan peluang dan derma yang sangat besar dalam
pengembangan ilmu pengetahuan apalagi dalam bidang astronomi. Khalifah al-Mansyur yaitu penguasa Abbasiyah
pertama yang memberi perhatian serius dalam pengkajian astronomi dan astrologi.

Khalifah Harun al rasyid mengumpulkan dan mendorong cendekiawan muslim untuk menerjemahkan bermacam-
macam literatur yang berasal dari Yunani, Romawi Kuno, India, sampai Persia. Al Farazi yaitu salah satu astronom
paling awal di dunia Islam. Beliau memegang kiprah penting dalam kemajuan ilmu astronomi di masa Abbasiyah.

Al-Farazi menerjemahkan beberapa literatur abnormal ke dalam bahasa Arab dan Persia. Bersama dengan beberapa
cendekiawan lain, menyerupai Naubakht, dan Umar ibnu al-Farrukhan al-Tabari, dia meletakkan dasar-dasar ilmu
pengetahuan di dunia Islam.
Pekerjaan al-Farazi

Khalifah Harun al rasyid menunjuk spesialis astronomi yang berjulukan Naubahkh untuk memimpin upaya
penerjemahan. Khalifah menulis surat pada kaisar Bizantium semoga mengirimkan buku-buku ilmiah untuk
diterjemahkan, termasuk buku-buku perihal ilmu astronomi.
Mungkin sekitar tahun 790, Al-Farazi menterjemahkan banyak buku sience ke dalam bahasa Arab dan Iran. Ia
ditasbihkan sebagai pencipta astrolabe pertama dalam dunia Islam. Bersamaan dengan Yaʿqub ub ibn Tariqia
membantu menerjemahkan teks astronomi India oleh Brahmagupta, Sindhind., dalam bahasa Arab, Az-Zij ‛ala Sini
al-‛Arab(Tables of the disks of the astrolabe).

Transmisi Angka Hindu 


Penerjemahan ini kemungkinan merupakan awal dimana angka Hindu ditransmisi dari India ke Islam. Buku tersebut
dibawa oleh seorang pengembara dan hebat astronomi India berjulukan Mauka ke Baghdad dan segera menarik
perhatian kaum pintar di sana.

Al-Farazi menunaikan kiprah dengan baik, berdasarkan Ehsan Masood dalam bukunya “Ilmuwan Muslim Pelopor
Hebat di Bidang Sains Modern”, ketika itu telah menguasai astronomi sehingga di bawah aba-aba khalifah eksklusif
dia bisa menerjemahkan dan menyadur teks astronomi India kuno yang sangat teknis tersebut. Kemudian dia
memberi judul Zij al Sinin al Arab (Tabel Astronomi Berdasarkan Penanggalan Bangsa Arab) pada karya
terjemahannya tersebut.

Menurut Ehsan Masood, penerjemahan Sindhind sangat berharga. Bukan hanya alasannya yaitu wawasan
astronominya tapi juga sistem penomoran India, Kalpa Aharganas dengan perhitungan tahun Hijriah Arab. Selain
itu, karya al Farazi mencantumkan daftar negara-negara di dunia dan dimensinya berdasarkan perhitungan tabel.
Hasil kerja Al Farazi melalui penerjemahan mengenalkan sistem penomoran tersebut ke dunia Arab.
Astrolab 

Astrolab planisferis merupakan mesin hitung analog pertama, difungsikan sebagai alat bantu astronomi untuk
menghitung waktu terbit dan karam serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada waktu
tertentu. Astrolab menjadi instrumen paling penting yang pernah dibuat. Dengan desain akurat, astrolab menjadi
instrumen penentu posisi pada periode pertengahan.

Astrolab merupakan model alam semesta yang bisa digenggam sekaligus jam matahari untuk mengukur tinggi dan
jarak bintang. Chaucer dalam “Treatise in the Astrolabe” menyatakan bahwa Astrolab kemudian menjadi alat
navigasi utama, hanya dalam beberapa bulan sehabis ditemukan Astrolab oleh Al Farazi, kemajuan astronomi
melejit cepat.

Astrolab memainkan peranan penting dalam pencapaian bidang astronomi oleh umat Muslim sampai masa-masa
berikutnya. Seorang astronom berjulukan al Sufi berhasil memanfaatkannya dengan baik. Al Sufi bisa memetakan
sekitar seribu kegunaan Astrolab dalam banyak sekali bidang yang berbeda menyerupai astronomi, astrologi, dipakai
termasuk meramalkan posisi matahari, bulan, planet, dan bintang-bintang, navigasi. Dalam dunia Islam, Astrolabe
dipakai untuk menemukan waktu matahari terbit dan naik dari bintang-bintang, untuk membantu aktivitas (shalat).

Pada periode ke-13, karya ini ditemukan kembali oleh penjelajah dan hebat geografi Muslim berjulukan Yaqut al-
Hamawi dan al-Safadi. Gairah dan kemauan para sarjana Muslim mencar ilmu dari tradisi ilmu lain serta derma
penuh dari pemerintahan menjadi kunci keberhasilan dalam memajukan ilmu pengetahuan di dunia Islam.

e. badr

Beliau adalah Al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih az-Zahid al-Wara’ asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamad bin
‘Utsman al-‘Abbad Alu Badr –semoga Allah memelihara beliau dan memperpanjang usia beliau dalam ketaatan
kepada-Nya dan memberkahi amal dan lisan beliau-, dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah Azza
wa Jalla. Alu Badr merupakan keturunan Alu Jalas dari Kabilah ‘Utrah salah satu kabilah al-‘Adnaniyah. Kakek
tingkatan kedua beliau adalah ‘Abdullah yang memiliki laqob (gelar) ‘Abbad, yang kemudian akhirnya keturunan
beliau dikenal dengan intisab kepada laqob ini, diantaranya adalah Syaikh ‘Abdul Muhsin sendiri. Ibu beliau adalah
putri dari Sulaiman bin ‘Abdullah Alu Badr.
Kelahiran Beliau
Beliau lahir setelah sholat Isya’ pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 1353H di ‘Zulfa’ (300 km dari utara
Riyadh). Beliau tumbuh dan dewasa di desa ini dan belajar baca tulis di sekolah yang diasuh oleh masyaikh Zulfa.

Perjalanan Menuntut Ilmu


Ketika dibangun Madrasah Ibtida’iyah pertama kali di Zulfa pada tahun 1368, Syaikh masuk ke madrasah ini pada
tahun ketiga dan memperoleh ijazah Ibtida’iyah pada tahun 1371 H. Kemudian Syaikh pindah ke Riyadh dan masuk
ke Ma’had al-‘Ilmi Riyadh, salah satu tempat belajar Imam Ibnu Bazz rahimahullahu sebelumnya. Setelah lulus,
syaikh melanjutkan studinya di Kuliah Syari’ah di Riyadh. Menjelang tahun akhir studi beliau di Kuliah, beliau
mengajar di Ma’had Buraidah al-‘Ilmi, ketika akan ujian akhir kuliah, beliau kembali ke Riyadh dan menyelesaikan
ujian beliau.
Sungguh Alloh benar-benar memuliakan beliau, walaupun beliau sibuk mengajar namun beliau tetap bisa menjadi
ranking satu di antara rekan-rekan beliau yang bejumlah hampir 60 lulusan. Beliau senantiasa dalam peringkat satu
mulai dari awal belajar beliau hingga beliau lulus dan mendapatkan ijazah dari Ma’had ‘Ilmi dan Kuliah Syari’ah di
Riyadh.
Syaikh sangat antusias di dalam menimba ilmu baik di Universitas maupun di masjid-masjid, beliau banyak belajar
dari para ulama besar semisal Imam Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, Imam ‘Abdul Aziz bin Baz, al-‘Allamah
Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, al-‘Allamah ‘Abdurrahman al-‘Afriqi, al-‘Allamah ‘Abdurrazaq ‘Afifi,
al-‘Allamah Hammad al-Anshari dan lainnya rahimahumullahu ajma’in.
Syaikh menceritakan bahwa beliau pernah belajar kepada Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Afriqi di Riyadh pada tahun
1372 tentang ilmu hadits dan mushtholah-nya. Beliau hafizhahullahu berkata tentang Syaikh al-‘Afriqi :
‫ وموجّها ً ومرشداً وقدوة في الخـير رحمه هللا تعالى‬، ً‫كان مدرسا ً ناصحا ً وعالما ً كبيرا‬

“Beliau adalah seorang pengajar, penasehat dan ‘alim besar. Beliau adalah seorang pengarah, pembina dan
tuntunan di dalam kebaikan. Semoga Alloh Ta’ala merahmati beliau.”
Ketika pertama kali didirikan Universitas Islam Madinah, dan mata kuliah yang pertama kali ada adalah kuliah
syari’ah, Samahatus Syaikh Muhammad bin Ibrahim memilih beliau untuk menjadi dosen dan mengajar di sana.
Syaikh mulai mengajar pertama kali pada hari Ahad tanggal 3/6/1381 H, dan beliau adalah orang pertama kali yang
memberikan pelajaran pada hari itu. Semenjak tanggal itu, syaikh senantiasa mengajar di Universitas Islam
Madinah, bahkan hingga saat ini beliau tetap masih mengajar padahal beliau telah pensiun, dengan izin khusus
kerajaan.

Pada tahun 1393 H., Syaikh diangkat sebagai wakil rektor Universitas Islam Madinah dan rektor Universitas Islam
pada saat itu adalah Samahatus Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullahu. Syaikh senantiasa menggantikan Imam
Ibnu Baz apabila beliau berhalangan, sehingga seringkali Universitas Islam Madinah saat itu disebut orang-orang
sebagai Universitas Bin Baz dan ‘Abdul Muhsin. Setelah Imam Ibnu Baz menjadi kepala Lembaga Buhutsul
‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Pembahasan Ilmiah dan Fatwa), maka Syaikh ‘Abdul Muhsin yang menggantikan kedudukan
beliau di Universitas Madinah sebagai rektor. Walaupun telah menjadi rektor dengan segala kesibukannya, Syaikh
tidak pernah absen mengajar dua kali seminggu di Fakultas Syari’ah.
Ketika Syaikh ‘Abdul Muhsin menjadi rektor di Universitas Islam Madinah, perpustakaan Universitas benar-benar
kaya dengan warisan salaf berupa makhthuthat (manuskrip-manuskrip) yang mencapai 5.000 manuskrip.
Al-‘Allamah Hammad al-Anshori sampai-sampai berkata :
‫تراث السلف الذي ص ُِّو ر للجامعة اإلسالمية أغلبه في عهد الشيخ عبد المحسن العبَّاد عندما كان رئيسا ً للجامعة اإلسالمية‬

“Warisan salaf yang dikopi untuk Universitas Islam sangat banyak dilakukan pada zaman Syaikh ‘Abdul Muhsin
al-‘Abbad ketika beliau menjadi rektor Universitas Islam.” Dan mayoritas manuskrip tersebut adalah dalam bidang
ilmu hadits dan aqidah salafiyah.
Dan yang lebih mengagumkan lagi, Syaikh walaupun menjadi seorang rektor Universitas, beliau lebih sering
melakukan tugasnya sendiri dan lebih sering menghabiskan waktunya di Universitas, mulai pagi hingga sore.
Sampai-sampai Al-‘Allamah Hammad al-Anshori mengatakan, bahwa seharusnya ditulis sejarah khusus tentang
perikehidupan al-‘Allamah ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad. Di tengah-tengah kekagumannya, al-‘Allamah al-Anshori
menuturkan :

‫ ومرة عزمت أن‬، ‫ اآلن العصر وال يوجد من يعملها‬: ‫ فقال‬، ‫ يا شيخ أين القهوة ؟‬: ‫ومرة جئته بعد العصر بمكتبه وهو رئيس الجامعة فجلست معه ثم قلت‬
‫ فلما وصلت إلى الجامعة فإذا الشيخ عبد المحسن يفتح باب الجامعة قبل كل أحد‬، ‫أسبقه في الحضور إلى الجامعة فركبت سيارة وذهبت‬

“Suatu ketika aku tiba di kantor beliau, dan beliau ketika itu adalah rektor Universitas. Kemudian aku duduk
bersama beliau dan aku berkata kepada beliau, ‘ya syaikh, mana kopinya?’, lantas beliau menjawab : ‘sekarang ini
waktu ashar (sore), tidak ada orang yang kerja sekarang ini.’ Suatu hari pula, aku bertekad untuk mendahului
kehadiran beliau di Universitas, lantas aku naik mobil dan bergegas berangkat –pagi-pagi-. Ketika aku sampai di
Universitas, ternyata Syaikh ‘Abdul Muhsin (sudah tiba duluan dan) membuka pintu gerbang Universitas sebelum
semua orang datang.”
Saya berkata, Subhanallohu, sungguh sangat langka orang seperti beliau ini, walaupun beliau memiliki kedudukan
dan gelar yang tinggi, namun beliau tidak silau sama sekali dengan kedudukannya. Beliau menganggap diri beliau
sama seperti lainnya, bahkan beliau menganggap kedudukan beliau tersebut adalah amanah. Semoga Alloh
menganugerahi llmu dan kebaikan bagi syaikh kami, al-‘Allamah ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad al-Badr.
Diantara Guru beliau :
 Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Ahmad al-Mani’ rahimahullahu.
 Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad al-Munifi rahimahullahu.
 Asy-Syaikh Falih bin Muhammad ar-Rumi rahimahullahu.
 Al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullahu.
 Al-Allamah Abdullah bin Abdurrahman al-Ghaits rahimahullahu.-
 Al-Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullahu.
 Al-Allamah asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithy rahimahullahu.
 Al-Allamah asy-Syaikh Abdurrahman al-Afriqy rahimahullahu.
 Al-Allamah asy-Syaikh Abdur Razaq Afifi rahimahullahu.
 Al-Allamah asy-Syaikh Umar Falatah rahimahullahu.
 Dan masih banyak lagi.
Diantara Murid beliau :
Beliau memiliki banyak sekali murid yang menimba ilmu darinya, beristifadah (memetik faidah) dan meminum air
telaga ilmu yang segar lagi murni. Berikut ini adalah diantara murid-murid beliau yang terkenal :
 Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullahu.
 Asy-Syaikh ‘Ubaid bin ‘Abdillah al-Jabiri hafizhahullahu.
 Asy-Syaikh ‘Ashim bin ‘Abdillah Alu Ma’mar al-Qoryuthi hafizhahullahu. (Beliau juga diantara murid
Imam al-Albani rahimahullahu yang ternama).
 Asy-Syaikh Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili hafizhahullahu.
 Asy-Syaikh Sulaiman bin Salimullah ar-Ruhaili hafizhahullahu.
 Asy-Syaikh ‘Abdurrozaq bin ‘Abdul Muhsin al-‘Badr hafizhahullahu. (Putera beliau sendiri).
 Asy-Syaikh ‘Abdul Malik Ramadhani al-Jaza`iri hafizhahullahu.
 Asy-Syaikh Tarhib ad-Dausari hafizhahullahu.
 Dan masih banyak lagi.
Karya Ilmiah dan Ceramah Beliau :
Syaikh memiliki kurang lebih 40 karya ilmiah, sebagaimana yang beliau diktekan kepada murid beliau, Syaikh
‘Abdullah bin Muhammad al-‘Umaisan hafizhahullahu di dalam buku Ithaaful ‘Ibaad bi Fawa`id Durusi as-Syaikh
‘Abdul Muhsin bin Hamad al-‘Abbad, sebagai berikut :
 Al-Qur’an al-Karim :
1. Aayaatu Mutasyaabihaatu al-Alfaazh fil Qur’anil Karim wa Kaifa Tamyizu Bainahuma.
 Al-Hadits :
1. Isyruuna Hadiitsan min Shahihil Bukhari Dirosatan Asaniidihaa wa Syarhan Mutuniha.
2. Isyruuna Hadiitsan min Shahihil Muslim Dirosatan Asaniidihaa wa Syarhan Mutuniha.
3. Dirosah Hadits “Nadhdharallahu Imra`an Sami’a Maqoolatiy…” Riwayatan wa Dirayatan
4. Fathul Qowiyyil Matin fi Syarhil Arba’iina wa Tatimmah al-Khomsiina lin Nawawi wa Ibni Rajab
rahimahumallahu
5. Syarhu Hadits Jibril fi Ta’limid Dien
6. Kayfa Nastafiidu minal Kutubi al-Haditsiyyah as-Sittah
7. Ijtina`I ats-Tsamar fi Mushtholah Ahlil Atsar (ini buku pertama Syaikh yang beliau tulis di Ma’had
Buraidah tahun 1379)
8. Al-Fawa`id al-Muntaqooh min Fathil Baari wa Kutubi Ukhroo
 Al-‘Aqidah :
1. Qothful Jana ad-Daanii Syarh Muqoddimah Ibnu Abi Zaid al-Qirwani
2. Al-Hatstsu ’ala ittiba`is Sunnah wat Tahdzir minal Bida’ wa Bayaanu Khathariha
3. Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah fish Shahabatil Kiram radhiyallahu ‘anhum wa ardhahum
4. Min Aqwalil Munshifin fish Shohabi al-Khalifah Mu’waiyah radhiyallahu ‘anhu
5. Tahqiq wa Ta’liq ‘ala Kitabai Tathhir al-I’tiqood ‘an Adraanil Ilhaad lish Shin’ani wa Syarh Shudur fit
Tahrimi Raf’il Qubur lisy Syaukani
 Fadha`il, Akhlaq, Adab, Nasha`ih dan Tarajim :
1. Min Akhlaqi Rasulil Karim Shallallahu ‘alaihi wa Salam
2. Fadhlus Sholati ‘alan Nabiyi Shallallahu ‘alaihi wa Salam wa Bayanu Ma’naha wa Kaifaiyatiha wa
Syai’un mimma Ullifa fiiha
3. Fadhlu Ahli Bait wa ‘Uluwwi Makaanatihim ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah
4. Fadhlul Madinah wa Aadabu Sukkaniha wa Ziarotiha
5. Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah
6. Atsaru al-‘Ibadaat fi Hayatil Muslim
7. Tsalatsu Kalimaat fil Ikhlaashi wal Ihsaani wal Iltizaami bis Syari’ah
8. Al-‘Ibrah fisy Syahri Shoum
9. Min Fadha’ilil Hajj wa Fawa`idihi
10. Bi ayyi Aqlin wa Diinin Yakunu at-Tafjiir wat Tadmiir Jihaadan!!!
11. Budzlun Nushhi wat Tadzkiir Libaqooya al-Maftuniin bit Takfir wat Tafjir
12. Kaifa yu`addi al-Muwazhzhaf al-Amaanah
13. ‘Alimun Jahbidz wa Malikun Fadz
14. Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullahu Namudzaj minar Ra’ilil Awwal
15. Asy-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullahu minal Ulama`ir Robbaniyyin
16. Asy-Syaikh ‘Umar bin Muhammad Fallatah rahimahullahu wa Kaifa Araftuhu
 Rudud :
1. Aghuluwwun fi Ba’dhil Quroobah wa Jafa`un fil Anbiyaa` wash Shohabah
2. Al-Intishar lish Shahabah al-Akhyar fi Raddi Abaathil Hasan al-Maliki
3. Al-Intishar li Ahlis Sunnah wal Hadits fi Raddi Abathil Hasan al-Maliki
4. Ad-Difa’ ‘anis Shahabah Abi Bakrah wa Marwiyatihi wal Istidlaal liman’i Wilayatin Nisaa` ‘alar Rijaali
5. Ar-Roddu ‘alar Rifaa’i wal Buthi fi Kidzbihima ‘ala Ahlis Sunnah wa Da’watihima ilal Bida’i adh-Dhall
6. At-Tahdzir min Ta’zhimil Aatsar ghoyr al-Masyru’ah
7. Ar-Roddu ‘ala man kadzaba bil Ahaditsis Shahihah al-Waridah fil Mahdi
8. Aqidah Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdi al-Muntazhar
 Fiqh :
1. Ahammiyatul ‘Inaayah bit Tafsir wal Hadits wal Fiqh
2. Syarh Syuruthis Shalah wa Arkaniha wa Waajibatiha lisyaikhil Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab
3. Manhaj Syaikhil Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab fit Ta’lif
Diantara kajian rutin beliau yang terekam adalah sebagai berikut :

 Syarh Shohihil Bukhari (142 kaset)1, selebihnya belum direkam.


 Syarh Kitabil Imarah min Shahihil Muslim (8 kaset), sebenarnya Syaikh memiliki pelajaran Syarh Shahih
Muslim, namun sayangnya tidak terekam.
 Syarh Sunan an-Nasa`i (414 kaset).
 Syarh Sunan Abi Dawud (373 kaset)2.
 Syarh Sunan at-Turmudzi, ceramah beliau ini masih berlangsung.
 Syarh Alfiyyah Suyuthi fil Hadits (57 kaset)
 Syarh Adabul Masyi ilas Sholah li Syaikhil Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (14 kaset)
 Syarh al-‘Arba’ina wa Tatimmal Khomsiina lin Nawawi wa Ibni Rojab rahimahumallohu (23 kaset).
 Fadhlul Madinah wa Adabu Sukanihaa wa Ziyarotiha (4 kaset)
 Kitabush Shiyami min Al-Lu’lu’ wal Marjan (7 kaset).
 Syarh Aqidah ibnu Abi Zaid al-Qirwani (9 kaset).3
 Tathhirul I’tiqood lish Shon’ani (7 kaset).
 Syarhus Shudur lisy Syaukani (4 kaset).
Beliau juga memiliki ceramah-ceramah ilmiah lainnya, diantaranya adalah :

 Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu baina Ahlil Inshaf wa Ahlil Ijhaaf.
 Al-Iman bil Ghoib.
 Arba’ Washoya lisy Syabab.
 Atsaru ‘Ilmil Hadits.
 Taqyiidun Ni’am bisy Syukri.
 Mahabbatur Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Salam (2 kaset).
 Tawqiirul ‘Ulama`wal Istifaadah min Kutubihim.
 Atsarul ‘Ibadah fi Hayatil Muslimin.
 Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin wa Syai`un min Siiratihi wa Da’watihi.
 Asy-Syaikh ‘Umar bin ‘Abdurrahman Fallatah Kaifa Aroftuhu
 Khatharul Bida’
 Dll.
Kaset-kaset rekaman beliau ini direkam oleh Tasjilat Ibnu Rajab di Madinah, Al-Asholah di Jeddah, Sabilul
Mu’minin di Dammam dan Minhajus Sunnah di Riyadh.
Putera-putera beliau :
Diantara putera-putera beliau adalah :

1. Syaikh DR. ‘Abdurrazaq bin ‘Abdil Muhsin hafizhahullahu.


2. Muhammad bin ‘Abdil Muhsin hafizhahullahu.
3. ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin hafizhahullahu.
4. ‘Umar bin ‘Abdil Muhsin hafizhahullahu.
5. ‘Utsman bin ‘Abdil Muhsin hafizhahullahu.
6. ‘Ali bin ‘Abdil Muhsin hafizhahullahu.
7. ‘Abdurrahman bin ‘Abdil Muhsin hafizhahullahu.
Pujian Ulama terhadap beliau :
Diantara keutamaan dan kemuliaan para ulama, adalah adanya pujian dan sanjungan dari ulama lain. Di antara
pujian para ulama Ahlis Sunnah terhadap beliau adalah :

1. Al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullahu :


Beiau rahimahullahu berkata memuji ceramah dan risalah Syaikh ‘Abdul Muhsin yang berjudul “Aqidah Ahlis
Sunnah wal Atsar fil Mahdi al-Muntazhar” :
…‫على هذه المحاضرة القيمة الواسعة‬ ‫األستاذ الفاضل الشيخ عبد المحسن بن حمد العبَّاد‬ ‫فإنا نشكر محاضرنا‬
“Kami ucapkan terima kasih kepada Ustadz yang mulia, asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamad al-‘Abbad atas
ceramah beliau yang lurus dan sarat (manfaat)…”4
 

1. Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Hammad al-Anshori rahimahullahu :


Beliau rahimahullahu berkata :
‫إن الشيخ عبد المحسن العبَّاد ما رأت عيني مثله في الورع‬

“Sesungguhnya Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad, tidaklah tampak pada kedua mataku ada orang yang semisal
beliau di dalam kewara’an.”5
Beliau rahimahullahu juga berkata :
‫ كان يعمل أعماالً في الجامعة تمنيتـ لو أني كتبتهاـ أو سجلتها‬، ‫ب عنه التاريخ‬
‫إن الشيخ عبد المحسن العبَّاد ينبغي أن يَكتُ َـ‬

“Sesungguhnya Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad layak ditulis sejarahnya, beliau dahulu bekerja di Universitas
(Islam Madinah) yang aku berangan-angan untuk menuliskan atau merekam sejerah beliau.”6
 

1. Al-‘Allamah Shalih bin Fauzan al-Fauzan rahimahullahu :


Al-‘Allamah al-Fauzan berkata memuji para ulama sunnah di dalam kaset ceramah beliau yang berjudul al-As`ilah
as-Suwaidiyah pada tanggal 5 Rabi’ul Akhir 1417 H :
‫ كذلك فضيلة الشيخ صالح‬، ‫ فضيلة الشيخ ربيع هادي‬، ‫فضيلة الشيخ عبد المحسن العبَّاد‬ ، ‫كذلك من العلماء البارزين الذين لهم قدم في الدعوة‬
‫ والرد على من يريدون االنحراف بالدعوة عن مسارها‬، ‫ إن هؤالء لهم جهود في الدعوة واإلخالص‬، ‫ كذلك فضيلة الشيخ محمد أمان الجامي‬، ‫السحيمي‬
‫ سواء عن قصد أو عن غير قصد‬، ‫الصحيح‬
“Demikian pula dengan para ulama yang mulia, yang mana mereka terdepan di dalam dakwah, yaitu Fadhilatus
Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad, Fadhilatus Syaikh Rabi’ Hadi, demikian pula dengan Syaikh Shalih as-Suhaimi
dan juga Fadhilatus Syaikh Muhammad Aman al-Jami. Sesungguhnya mereka memiliki andil besar di dalam
dakwah dan ikhlas, membantah orang-orang yang menghendaki penyelewengan dakwah dari arahnya yang benar,
sama saja baik dengan sengaja maupun tidak sengaja…”
1. Muhaddits Negeri Yaman, Al-‘Allamah Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullahu Ta’ala :
Beliau pernah ditanya dengan pertanyaan siapakah ulama Arab Saudi yang layak diambil ilmunya” Maka
Syaikh rahimahullahu menjawab :
‫ والشيخ ربيع‬، -‫حفظه هللا‬- ‫ والشيخ محمد بن صالح بن عثيمين‬، -‫حفظه هللا‬- ‫ عبد العزيز بن باز‬: ‫أما الذين أنصح باألخذ عنهم والذين أعرفهم فهو الشيخ‬
… -‫حفظه هللا‬- ‫ والشيخ صالح الفوزان‬، –‫–حفظه هللا‬ ‫والشيخ عبد المحسن العبَّاد‬ ، -‫حفظه هللا‬- ‫بن هادي‬
“Adapun ulama yang aku nasehatkan untuk diambil ilmunya dan aku kenal adalah : Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Baz hafizhahullahu, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin hafizhahullahu, Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-
Madkhali hafizhahullahu, Asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullahu, Asy-Syaikh Shalih
Fauzan hafizhahullahu …”7
 

Dan masih banyak lagi deraian untaian pujian dan sanjungan kepada beliau, yang apabila dikumpulkan semuanya,
niscaya akan menjadi panjang dan menjadi buku tersendiri.

Akhlaq Beliau
Beliau sangat berakhlak mulia dan memiliki banyak sifat-sifat terpuji, yang selayaknya bagi para penuntut ilmu
untuk meneladaninya. Diantara akhlak beliau yang sangat menonjol adalah :

1-      Tawadhu’.
Dari wajah beliau yang bersinar, terpancar sifat tawadhu’ yang amat menakjubkan. Didalam majelis ta’lim beliau
sering meminta kepada murid-murid beliau untuk membantu beliau dalam mencari sebuah hadits atau ucapan ulama
tentang hadits tersebut dan lain sebagainya. Beliau juga tidak segan-segan untuk mengatakan “wallahu a’lam” atau
“saya tidak tahu” jika ditanya tentang suatu hal.

2-   Berhati lembut.

Diantara yang menunjukkan kelembutan hati beliau adalah isak tangis beliau ketika memberikan komentar terhadap
muhadhoroh Syaikh Abdul Aziz As-Sadhan tentang sejarah hidup Syaikh Bin Baz Rahimahullah diaula kampus
Universitas Islam Madinah.

3-   Amanah

Diceritakan oleh beberapa Syaikh yang pernah belajar kepada beliau bahwa suatu ketika beliau keluar dengan
menaiki mobil dinas (Universitas) untuk suatu kepentingan pribadi yang tidak berkaitan dengan urusan Universitas.
Maka ketika ingat, beliau segera kembali ke rumah, lalu mengendarai mobil pribadi beliau. Allahu akbar, Alangkah
indahnya akhlak ulama !!

f. ibnu jarir ath-thabari

BIOGRAFI IBNU JARIR ATH-THABARI

NASAB DAN KELAHIRAN


Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Ath-Thabary. Adz Dzahabi mengatakan bahwa
beliau adalah seorang imam, mujtahid, ulama di masanya, dan sang pemilik karya tulis yang sangat indah.

Beliau dilahirkan pada tahun 224 H (839 M) di Thabaristan tepatnya di Kota Amul. Kota ini merupakan kota
terbesar di Thabaristan dan merupakan salah satu propinsi di Persia yang terletak di sebelah utara Gunung Alburz.
Adapun Ath Thabari diambil dari nama tempat beliau dilahirkan yaitu di Thabaristan.

PERJALANAN MENUNTUT ILMU


Ibnu Jarir menuntut ilmu setelah tahun 240 H dengan banyak melakukan rihlah (perjalanan jauh) sehingga beliau
bertemu dengan para ulama di masanya. Beliau pun menjadi salah satu ulama mumpuni dan cerdas lagi mampu
menghasilkan banyak karya tulis.

Sungguh sulit untuk mencari ulama yang selevel dengan beliau di masanya. Beliau adalah ulama yang sangat
produktif dalam membuat karya tulis dan mengajar. Beliau pernah menempuh perjalanan ke Kota Ray di Iran dan di
sana beliau mempelajari serta meriwayatkan hadis. Di kota tersebut beliau juga berkesempatan untuk belajar ilmu
sejarah dari Muhammad bin Ahmad Ad-Daulabi dan ilmu fikih dari Ibnu Muqatil.

Selanjutnya beliau pergi menuju ke Baghdad dengan harapan bisa bersua dengan lmam Ahmad bin Hanbal. Namun
sayang sebelum keinginan itu terwujud, sang imam telah meninggal dunia.

Di antara kota yang juga beliau kunjungi adalah Kufah, di situlah beliau belajar ilmu hadis dan juga qira'ah, selain
itu masih ada beberapa tempat yang sempat beliau kunjungi untuk menimba ilmu agama,
GURU-GURU DAN MURID-MURIDNYA

Suatu hal yang logis jika Ibnu Jarir memiliki guru yang banyak karena seringnya rihlah yang sering beliau lakukan.
Di antara kota kota yang pernah menjadi tempat persinggahannya adalah Baghdad dan belajar fikih syafi'iyah
kepada Hasan Za'farani. Adapun di Bashrah, beliau belajar hadis kepada Abu Abdillah Ash-Shan'ani. Demikian
halnya Kufah, Mesir Damaskus, dan yang lainnya.

Beliau sempat kembali ke Thabaristan yang merupakan tempat kelahirannya, namun akhirnya kembali ke Baghdad
dan menetap di sana.

Di antara guru beliau adalah Muhammad bin Abdul Malik bin Abi Syawarib, Ismail bin Musa As-Sudi, Muhammad
bin Humaid Ar-Razi, Abu Kuraib Muhammad bin Al-Ala, Muhammad bin Abdul A'la Ash- Shan'ani, Bundar,
Muhammad bin Al-Mutsanna, Yunus bin Abdul A'la, Ahmad bin Al-Miqdam Al-Ijli, Sawwar bin Abdullah Al-
Anbari, Muhanna bin Yahya, Ali bin Sahl Ar-Ramli, dan masih banyak yang lainnya.

Sebagai ulama yang luas ilmunya dan cerdas, beliau memiliki murid yang banyak dan menjadi tujuan para penuntut
ilmu dari berbagai negeri antara muridnya adalah Abu Syuaib Abdullah bin Al-Hasan Al-Harrani, Abul Qasim Ath-
Thabarani, Ahmad bin Kamil Al-Qadhi, Makhlad bin Ja'far Al-Baqarhi, Ahmad bin Al-Qasim Al Khasysyab, Abu
Ja'far Ahmad bin Ali Al-Katib, Abul Muhammad bin Abdullah bin Said, Al-Mu'alla dan masih banyak yang lainnya.

KARYA TULISNYA

Ibnu Jarir adalah sosok ulama yang sangat tekun dan semangat dalam menulis. Al Khatib menuturkan "Aku pernah
mwndengar Samsani mengatakan bahwa Ibnu Jarir selama empat puluh tahun mampu menulis empat puluh halaman
dalam setiap harinya.

Subhanallah, luar biasa memang ketekunan dan antusias beliau dalam menghasilkan karya tulis.

Berikut sebagian karya-karya ini beliau

1. Jami' Al Bayan fi Tafsir Al Quran yang lebih populer dengan nama Tafsir Ath-Thabari. Ini merupakan salah satu
karya monumental beliau dalam bidang ilmu tafsir.
2. Tarikhul Rijal 
3. Lathiful Qaul fi Ahkami syara il
4. Al Qira'at wat Tanzil wall Adad
5. Ikhtilaful Ulama Al-Amshar
6. Al-Khafif fi Ahkami syara' il Islam 
7. Ath-Tabshir
8. Tahdzibul Atsar Musnad Ibnu Abbas. Namun beliau meninggal sebelum menyelesaikan kitab ini. Dan masih banyak
yang lainnya.

SANJUNGAN PARA ULAMA


Pujian para ulama pun mengalir kepada lbnu Jarir Ath-Thabari yang menunjukkan bahwa kapasitas belia sebagai
ulama besar memang diakui.

Abu Said bin Yunus mengatakan, "Muhammad bin Jarir termasuk penduduk Amul. Ia menulis di Mesir kembali ke
Baghdad dan ia mampu menghasilkan karya-karya indah yang menunjukkan keluasan

ilmunya."
Al-Khatib berkata, "Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib adalah seorang ulama besar. Fatwanya
dijadikan rujukan dan pendapatnya diambil karena pengetahuan serta keutamaannya. Ia mampu menghimpun
berbagai cabang ilmu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun di masanya. Ia hafal Kitabullah, menguasai
berilmu tentang makna-maknanya uran), faqih berbagai hukum Al-Quran, dalam berilmu tentang dan jalan-jalan
periwayatannya, mampu memilah shahih, lemah, nashikh, man mengerti tentang ucapan para sahabat dan tabiin,
berilmu juga tentang hari-hari kemenangan kaum muslimin dan berita-berita tentang mereka. Ia mempunyai sebuah
kitab yang sangat populer tentang berita dan sejarah umat terdahulu. Ia juga punya kitab tafsir yang bernama
Tahdzibul Atsar yang belum pernah aku melihat sebelumnya makna makna yang terkandung di dalamnya Namun ia
belum menyempurnakan kitab itu. Ia juga memiliki kitab yang banyak tentang ushul fiqh dan cabang cabangnya
dari ucapan para ahli fiqh."

Adz-Dzahabi sendiri menyatakan "Ibnu Jarir adalah seorang yang tsiqah (terpercaya), jujur, hafizh, pemimpin
dalam bidang ilmu tafsir, imam dalam ilmu fikih, ijma', dan perselisihan ulama juga seorang yang sangat berilmu
dalam hal sejarah dan kemenangan muslimin, menguasai ilmu qira'ah, bahasa dan yang lainnya"

AKHIR HAYATNYA

Abu Muhammad Al Farghani (salah seorang murid Ibnu Jarir) mengatakan Abu Bakr Ad-Dinawari berkisah bahwa
ketika tiba waktu salat Zhuhur pada hari meninggalnya beliau yaitu hari senin, Ibnu Jarir memint air untuk
memperbarui wudhunya. Lalu ada yang berkata kepadanya, "Sebaiknya anda mengakhirkan salat Zhuhur dan
menjamaknya dengan salat Ashar".

Namun beliau menolak dan mengerjakan salat Zhuhur sendiri pada awal waktunya. Demikian halnya salat Ashar
beliau kerjakan pada waktunya dengan tata cara salat yang sempurna dan baik.

Tatkala Ibnu Jarir akan meninggal dunia, ada beberapa orang yang yang berada di samping beliau dan di antaranya
adalah Abu Bakr bin Kamil. Saat itu ada yang bertanya kepada beliau sebelum menghembuskan nafas yang
terakhir. "Wahai Abu Ja'far, anda adalah hujjah antara kami dan Allah pada urusan agama kami. Apakah ada
sesuatu yang hendak anda wasiatkan kepada kami terkait dengan urusan agama kami atau suatu keterangan yang
kami mengharapkan keselamatan dengannya?"

Beliau pun menjawab, "Yang aku beribadah kepada Allah dengannya dan aku wasiatkan kepada kaian adalah apa
yang aku ikaarkan dalam kitab-kitabku, maka amalkanlah".

Kemudian setelah itu, beliau pun meninggal. semoga Allah merahmati beliau dan membalas kebaikan-
kebaikannya. Allahu a'lam.

g. imam bukhori

Pertumbuhan beliau
Nama: Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah.
Kuniyah beliau: Abu Abdullah
Nasab beliau:

1. Al Ju’fi; nisabah Al Ju’fi adalah nisbah arabiyyah. Faktor penyebabnya adalah, bahwasanya al Mughirah
kakek Bukhari yang kedua masuk Islam berkat bimbingan dari Al Yaman Al Ju’fi. Maka nisbah beliau
kepada Al Ju’fi adalah nisbah perwalian
2. Al Bukhari; yang merupakan nisbah kepada negri Imam Bukhari lahir
Tanggal lahir: Beliau dilahirkan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at 13 Syawwal 194 H
Tempat lahir:
Bukhara
Masa kecil beliau: Bukhari dididik dalam keluarga yang berilmu. Bapaknya adalah seorang ahli hadits, akan tetapi
dia tidak termasuk ulama yang banyak meriwayatkan hadits, Bukhari menyebutkan di dalam kitab tarikh kabirnya,
bahwa bapaknya telah melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin Al Mubarak, dan dia telah mendengar dari imam
Malik, karena itulah dia termasuk ulama bermadzhab Maliki. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga
dia pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim. Akan tetapi ayahnya meninggalkan Bukhari dalam keadaan yang
berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Bapak Imam Bukhari berkata ketika menjelang kematiannya; “Aku
tidak mengetahui satu dirham pun dari hartaku dari barang yang haram, dan begitu juga satu dirhampun hartaku
bukan dari hal yang syubhat.”
Maka dengan harta tersebut Bukhari menjadikannya sebagai media untuk sibuk dalam hal menuntut ilmu.
Ketika menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan kakaknya mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di
Makkah dekat dengan baitulah beberapa saat guna menuntut ilmu.
Kisah hilangnya penglihatan beliau: Ketika masa kecilnya, kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi
melihat Khalilullah Nabi Ibrahim ‘Alaihi wa sallam berujar kepadanya; “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah
memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya.” Menjelang pagi
harinya ibu imam Bukhari mendapati penglihatan anaknya telah sembuh. Dan ini merupakan kemuliaan Allah
subhanahu wa ta’ala yang di berikan kepada imam Bukhari di kala kecilnya.
Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Kecerdasan dan kejeniusan beliau
Kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak masih kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang
cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, sedikit sekali orang yang memiliki kelebihan seperti
dirinya pada zamannya tersebut. Ada satu riwayat yang menuturkan tentang dirinya, bahwasanya dia menuturkan;
“Aku mendapatkan ilham untuk menghafal hadits ketika aku masih berada di sekolah baca tulis.” Maka Muhammad
bin Abi Hatim bertanya kepadanya; “saat itu umurmu berapa?”. Dia menjawab; “Sepuluh tahun atau kurang dari itu.
Kemudian setelah lulus dari sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis hadits Ad-Dakhili dan ulama hadits
yang lainnya. Ketika sedang membacakan hadits di hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata; ‘Sufyan
meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.’ Maka aku menyelanya; ‘Sesungguhnya Abu Zubair tidak
meriwayatkan dari Ibrahim.’ Tapi dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, ‘kembalikanlah kepada sumber
aslinya, jika anda punya.’ Kemudian dia pun masuk dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, ‘Bagaimana
kamu bisa tahu wahai anak muda?’ Aku menjawab, ‘Dia adalah Az Zubair. Nama aslinya Ibnu ‘Adi yang
meriwayatkan hadits dari Ibrahim.’ Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan catatannya. Dan dia pun
berkata kepadaku, ‘Kamu benar.’ Maka Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepada Bukhari; “Ketika kamu
membantahnya berapa umurmu?”. Bukhari menjawab, “Sebelas tahun.”
Hasyid bin Isma’il menuturkan: bahwasanya Bukhari selalu ikut bersama kami mondar-mandir menghadiri para
masayikh Bashrah, dan saat itu dia masih anak kecil. Tetapi dia tidak pernah menulis (pelajaran yang dia simak),
sehingga hal itu berlalu beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Maka dia menjawab semua
celaan kami; “Kalian telah banyak mencela saya, maka tunjukkanlah kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis.”
Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan hadits kami. Tetapi dia menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak
lima belas ribu hadits. Dan dia membaca semua hadits-hadits tersebut dengan hafalannya di luar kepala. Maka
akhirnya kami mengklarifikasi catatan-catatan kami dengan berpedoman kepada hafalannya.
Permulaannya dalam menuntut ilmu
Aktifitas beliau dalam menuntut ilmu di mulai semenjak sebelum menginjak masa baligh, dan hal itu di tunjang
dengan peninggalan orang tuanya berupa harta, beliau berkata; ‘aku menghabiskan setiap bulan sebanyak lima ratus
dirham, yang aku gunakan untuk pembiaan menuntut ilmu, dan apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih
eksis.’
Dia bergegas mendatangi majelis-majelis ilmu, ketika dia sudah menghafal Al qur`an dan menghafal beberapa karya
tulis para ulama, dan yang pertama kali karya tulis yang beliau hafal adalah buku Abdullah bin Al Mubarak, buku
Waki’ bin al Jarrah dalam masalah Sunan dan zuhud, dan yang lainnya. Sebagaimana beliau juga tidak
meninggalkan disiplin ilmu dalam masalah fikih dan pendapat.
Rihlah beliau
Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan sifat yang paling menonjol dari
tabiat para ahlul hadits, karena posisi Bukhari dalam masalah ilmu ini merupakan satu kesatuan pada diri seorang
ahlul hadits, maka dia pun mengikuti sunnah para pendahulunya dan dia pun meniti jalan mereka.
Dia tidak puas dengan hanya menyimak hadits dari penduduk negrinya, sehingga tidak terelakkan lagi bagi dirinya
untuk mengadakan dalam rangka menuntut ilmu, dia berkeliling ke negri-negri Islam. Dan pertama kali dia
mengadakan perjalanannya adalah pada tahun 210 hijriah, yaitu ketika umurnya menginjak 16 tahun, pada tahun
kepergiannya dalam rangka menunaikan ibadah haji bersama dengan ibundanya dan saudara tuanya.
Negri-negri yang pernah beliau masuki adalah sebagai berikut;

1. Khurasan dan daerah yang bertetangga dengannya


2. Bashrah
3. Kufah
4. Baghdad
5. Hijaz (Makkah dan Madinah)
6. Syam
7. Al Jazirah (kota-kota yang terletak di sekitar Dajlah dan eufrat)
8. Mesir

Bukhari menuturkan tentang rihlah ilmiah yang dia jalani; ‘Aku memasuki Syam, Mesir dan al Jazirah sebanyak dua
kali, ke Bashrah sebanyak empat kali, dan aku tinggal di Hijaz beberapa tahun, dan aku tidak bisa menghitung
berapa kali saya memasuki kawasan Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin.
Guru-guru beliau
Imam Bukhari berjumpa dengan sekelompk kalangan atba’ut tabi’in muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari
mereka, sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka.
Dalam masalah ini beliau bertutur: aku telah menulis dari sekitar seribu delapan puluh jiwa yang semuanya dari
kalangan ahlul hadits.
Guru-guru imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya;

1. Abu ‘Ashim An Nabil


2. Makki bin Ibrahim
3. Muhammad bin ‘Isa bin Ath Thabba’
4. Ubaidullah bin Musa
5. Muhammad bin Salam Al Baikandi
6. Ahmad bin Hambal
7. Ishaq bin Manshur
8. Khallad bin Yahya bin Shafwan
9. Ayyub bin Sulaiman bin Bilal
10. Ahmad bin Isykab
11. Dan masih banyak lagi

Murid-murid beliau
Al Hafidz Shalih Jazzarah berkata; ‘ Muhammad bin Isma’il duduk mengajar di Baghdad, dan aku memintanya
untuk mendektekan (hadits) kepadaku, maka berkerumunlah orang-orang kepadanya lebih dari dua puluh ribu orang.
Maka tidaklah mengherankan kalau pengaruh dari majelisnya tersebut menciptakan kelompok tokoh-tokoh yang
cerdas yang meniti manhaj, dintara mereka itu adalah;

1. Al Imam Abu al Husain Muslim bin al Hajjaj an Naisaburi (204-261), penulis buku shahih Muslim yang
terkenal
2. Al Imam Abu ‘Isa At Tirmizi (210-279) penulis buku sunan At Tirmidzi yang terkenal
3. Al Imam Shalih bin Muhammad (205-293)
4. Al Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (223-311), penulis buku shahih Ibnu
Khuzaimah.
5. Al Imam Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (286), teman dekat imam Muslim, dan dia juga
memiliki buku shahih seperti buku imam Muslim.
6. Al Imam Muhammad bin Nashr Al Marwazi (202-294)
7. Al Hafizh Abu Bakr bin Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats (230-316)
8. Al Hafizh Abu Al Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Baghawi (214-317)
9. Al Hafizh Abu Al Qadli Abu Abdillah Al Husain bin Isma’il Al Mahamili (235-330)
10. Al Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ma’qil al Nasafi (290)
11. Al Imam Abu Muhammad Hammad bin Syakir al Nasawi (311)
12. Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al Firabri (231-320)

Karakter imam Bukhari


Meskipun Imam Bukhari sibuk dengan menuntut ilmu dan menyebarkannya, tetapi dia merupakan individu yang
mengamalkan ilmu yang dimilikinya, menegakkan keta’atan kepada Rabbnya, terpancar pada dirinya ciri-ciri
seorang wali yang terpilih dan orang shalih serta berbakti, yang dapat menciptakan karismatik di dalam hati dan
kedudukan yang mempesona di dalam jiwa.
Dia merupakan pribadi yang banyak mengerjakan shalat, khusu’ dan banyak membaca al Qur`an.
Muhammad bin Abi Hatim menuturkan: ‘dia selalu melaksanakan shalat di waktu sahur sebanyak tiga belas raka’at,
dan menutupnya dengan melaksanakan shalat witir dengan satu raka’at’
Yang lainnya menuturkan; ‘ Apabila malam pertama di bulan Ramadlan, murid-murid imam Bukhari berkumpul
kepadanya, maka dia pun meminpin shalat mereka. Di setiap rak’at dia membaca dua puluh ayat, amalan ini beliau
lakukan sampai dapat mengkhatamkan Al qur`an.
Beliau adalah sosok yang gemar menafkahkan hartanya, banyak berbuat baik, sangat dermawan, tawadldlu’ dan
wara’.
Persaksian para ulama terhadap beliau
Sangat banyak sekali para ulama yang memberikan kesaksian atas keilmuan imam Bukhari, diantara mereka ada
yang dari kalangan guru-gurunya dan teman-teman seperiode dengannya. Adapun periode setelah meninggalnya
bukhari sampai saat ini, kedudukan imam Bukhari selalu bersemayam di dalam relung hati kaum muslimin, baik
yang berkecimpung dalam masalah hadits, bahkan dari kalangan awwam kaum muslimin sekali pun memberikan
persaksian atas keagungan beliau.
Di antara para tokoh ulama yang memberikan persaksian terhadap beliau adalah;

1. Abu Bakar ibnu Khuzaimah telah memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: “Di
kolong langit ini tidak ada orang yang lebih mengetahui hadits dari Muhammad bin Isma’il.”
2. ‘Abdan bin ‘Utsman Al Marwazi berkata; ‘aku tidak pernah melihat dengan kedua mataku, seorang
pemuda yang lebih mendapat bashirah dari pemuda ini.’ Saat itu telunjuknya diarahkan kepada Bukhari
3. Qutaibah bin Sa’id menuturkan; ‘aku duduk bermajelis dengan para ahli fikih, orang-orang zuhud dan ahli
ibadah, tetapi aku tidak pernah melihat semenjak aku dapat mencerna ilmu orng yang seperti Muhammad
bin Isma’il. Dia adalah sosok pada zamannya seperti ‘Umar di kalangan para sahabat. Dan dia berkata; ‘
kalau seandainya Muhammad bin Isma’il adalah seorang sahabat maka dia merupakan ayat.
4. Ahmad bin Hambal berkata; Khurasan tidak pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad bin Isma’il.
5. Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan; kami tidak pernah melihat orang yang seperti
Muhammad bin Ism’ail
6. Bundar berkata; belum ada seorang lelaki yang memasuki Bashrah lebih mengetahui terhadap hadits dari
saudara kami Abu Abdillah.
7. Abu Hatim ar-Razi berkata: “Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal hadits melebihi
Muhammad bin Isma’il, juga belum pernah ada orang yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang
melebihi kealimannya.”
8. Muslim (pengarang kitab Sahih) berkata ketika Bukhari menyingkap satu cacat hadits yang tidak di
ketahuinya; “Biarkan saya mencium kedua kaki anda, wahai gurunya para guru dan pemimpin para ahli
hadits, dan dokter hadits dalam masalah ilat hadits.”
9. al-Hafiz Ibn Hajar yang menyatakan: “Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih terbuka
bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia bagaikan lautan tak bertepi.”
Hasil karya beliau
Di antara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :

 Al Jami’ as Sahih (Sahih Bukhari)


 Al Adab al Mufrad.
 At Tarikh ash Shaghir.
 At Tarikh al Awsath.
 At Tarikh al Kabir.
 At Tafsir al Kabir.
 Al Musnad al Kabir.
 Kitab al ‘Ilal.
 Raf’ul Yadain fi ash Shalah.
 Birru al Walidain.
 Kitab al Asyribah.
 Al Qira`ah Khalfa al Imam.
 Kitab ad Dlu’afa.
 Usami ash Shahabah.
 Kitab al Kuna.
 Al Hbbah
 Al Wihdan
 Al Fawa`id
 Qadlaya ash Shahabah wa at Tabi’in
 Masyiikhah

Wafat Beliau
Imam Bukhari keluar menuju Samarkand, Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah
untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau
meninggal pada hari sabtu tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13
hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Semoga Allah selalu merahmatinya dan
ridla kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai