PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kali kita mengharapkan sesuatu pekerjaan dilakukan dengan baik, apakah
itu di rumah sakit, di pasar, di penjara, atau di panti pijat, kita berbicara
tentang perlunya perilaku yang profesional. Di dalam arti kata itu terkandung
makna bahwa perilaku itu didasarkan atas pengertian yang benar mengenai hal
yang harus dilaksanakan, dan pengertian itu dilengkapi dengan kemahiran yang
tinggi. Tindakan yang lahir dari gabungan kedua sifat itu, mencerminkan lebih
kurang tingkat profesionalisme yang diharapkan dimiliki seseorang.
Kalau pengertian ini kita terapkan di dalam kehidupan secara luas, maka di semua
segi kehidupan diperlukan profesionalisme, walaupun kita belum terbiasa
mendengar apa arti suami profesional, misalnya. Rupa-rupanya aspek kemahiran
yang tinggi itulah yang dimaksud apabila kita berbicara tentang pencopet
profesional. Atau pelacur profesional. Bagaimana dengan petinju profesional?
Apakah, apabila dia tergolong petinju amatir, ia tidak dapat atau tidak boleh
bertinju secara profesional? Ba-gaimana dengan guru yang profesional? Apa beda
guru profesional di Amerika dengan guru di Indonesia? Bagaimana
profesionalisme guru di zaman Orde Baru dibandingkan dengan guru Orde
Reformasi?
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan mengetahui :
1. Profesionalisme Dunia Pendidikan
2. profesional guru di indonesia
C. Rumusan Masalah
• Bagaimanakah profesional itu yang sebenarnya
• Bagaimanakah professional itu di dan
• Professional kah guru di indonesia
D. Batasan Masalah
Makalah Ini Hanya Terbatas Profesionalisme Dunia Pendidikan
BAB II
ANALISIS
Melaksanakan Kode Etik Guru, sebagai jabatan profesional guru dituntut untuk
memiliki kode etik, seperti yang dinyatakan dalam Konvensi Nasional Pendidikan I
tahun 1988, bahwa profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu
norma-norma tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai
oleh masayarakat. Kode etik bagi suatu oeganisasai sangat penting dan mendasar,
sebab kode etik ini merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang
dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Kode etik bergungsi untuk mendidamisit
setiap anggotanya guna meningkatkan diri, dan meningkatkan layanan
profesionalismenya deni kemaslakatan oranglain.
Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi dalam artian dapat mengatur
diri sendiri, berarti guru harus memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan
tugasnya. Kemandirian seorang guru dicirikan dengan dimilikinya kemampuan
untuk membuat pihlihan nilai, dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri
dan dapat mempertanggungjawabkan keputusan yang dipilihlnya.
A. Kesimpulan
Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan
menggambarkan profil seorang guru profesional. Apakah mungkin karena itu,
maka kita tidak dapat menemukan guru yang memenuhi syarat profesionalisme?
Tidak. Bukan karena itu, masih banyak guru yang berhati guru dan berjiwa guru.
Masih banyak guru yang hidup dan ma-tinya diberikan kepada tugasnya mendidik
anak bangsa. Masih banyak guru yang berpotensi profesional. Tetapi dunia
sekeliling guru tidak memahami potensi itu. Dunia sekeliling guru masih terlalu
banyak berwatak anti profesionalisme. Watak birokrasi misalnya, masih terlalu
kental sebagai watak yang tidak menghormati _ karena tidak memahami _
hakikat profesionalisme.
B. Saran
Profesionalisasi berkaitan dengan apa yang kita percayai sebagai tujuan yang
semestinya kita capai. Dengan serangkaian tujuan yang jelas, kita kemudian dapat
meng- identifikasi berbagai indikator keberhasilan. Dan dengan itu akan lebih
mudah kita memahami wujud profesionalisme yang dikehendaki. Tetapi
profesionalisasi juga berkaitan dengan living realisties yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kita mendidik tenaga-tenaga profesional; sumber daya
manusia, sarana, iklim politik, dan berbagai unsur di da-lam ecosystem pendidikan
yang harusnya diperhitungkan di dalam mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-
4/1996.