Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Singkat 5 Ilmuwan Muslim

1. Ibnu Al-navis

Ibnu Al-navis merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan


peredaran darah dalam tubuh manusia.penggambaran kontenporer proses ini telah
bertahan.khususnya,ia merupakan orang pertama yang di ketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru.
Biografi singkat Ibnu Al-nafis
Ibnu Al-navis lahir pada 1213.ia berasal dari keluarga arab yang tinggal di sebuah desa
bernama kharasia,dekat damaskus,suriah.nama asli Ibnu Al-navis adalah Ala-al-Din abu
Al-hasan Ali bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi.
Sewaktu muda Ibnu Al-navis mengawali pendidikan dengan belajar teologi,filsapat dan
Sastra.kemudian saat menginjak 16 tahun,ia mulai belajar tentang kedokteran di rumah
sakit Nuri di Damaskus selama sekitar 10 tahun.Pada 1236 Ibnu Al-nafis dengan
beberapa rekan nya dipindah ke mesir atas permintaan Sultan Al-kamil dari dinasti
Ayyubiah.Ibnu Al-nafis di angkat sebagai dokter kepala di rumah sakit al-naseriyang di
bangun oleh dinasti Ayyubiah.di rumah sakit tersebut ia juga mengajar dan belajar ilmu
kedokteran selama beberapa tahun.
Sebagian besar hidup Ibnu Al-nafis di habiskan di mesir sebagai seorang dokter yag
professional.ia pun sempat menyaksikan beberapa peristiwa bersejarah seperti jatuhnya
Bagdad ke tangan bangsa mongol dan bangkitnya dinasti Mamluk.
Ibnu Al-nafis juga pernah di percaya menjadi dokter pribadi Sultan Baibars dan beberapa
pemmimpin politik lainnya.

2. Jabir Al-hayyan

Abu Musa Jabir bin Hayyan ,dikenal juga dengan nama geber bagi khalayak
Barat,merupakan seorang ilmuwan muslim yang kerap di sebut dengan bapak Ilmu
Kimia Modern.lantas,bagaimana sejarah hidup atau biografi Jabir bin Hayyan dan apa
saja karya yang dihasilkan nya?
Biografi Jabir Al-hayyan
Abu Musa Jabir bin Hayyan lahir di Tus,sebuah kota di Persia (kini wilayah
Iran),pada tanggal 721 masehi.ia merupakan anak dari seorang tabib bernama hayyan
Al-azdi.namun,kehidupan Jabir bin Hayyan sebagai Alkemis tak bermula dari Tus,atau
kota-kota lain di Persia,melainkan di Yaman.Jabir bin Hayyan meninggal di Persia
menuju Yaman setelah ayah nya di jatuhi hukuman mati oleh kekhalifahan
Ummayah.Hayyan Al-Azdi dieksekusi lantaran kedapatan mendukung revolusi yang
dilakukan Dinasti Abbasiah.Yaman menjadi tempat Jabir bin Hayyan mempelajari banyak
hal.dibawah bimbingan sosok ulama besar Harbu Al-Himyari,Jabir bin Hayyan belajar
tentang Al,quran,matematika dan ilmu-ilmu lainnya.Jabir bin Hayyan kemudian pergi ke
kufa,irak,setelah Kekhalifahan Umayyah jatuh dan di gantikan dengan kekhalifahan
Abbasiah.di kufa Jabir bin Hayyan di sebut berguru kepada Ja’far Al-sadiq.dari gurunya
ini Jabir bin Hayyan memperdalam ilmu-ilmu pengobatan ,filsafat,astronomi,dan
alkimia.

3. Al-kindi

Al-Kindi adalah filsuf pertama dari kalangan Islam sekaligus tokoh penggerak filsafat Arab,
hingga sering disebut sebagai Bapak Filsafat Arab. Ia juga diakui sebagai salah satu filsuf
Arab paling berpengaruh karena banyaknya karya-karya yang dilahirkan. Semasa hidupnya,
Al-Kindi, yang pandai berbahasa Yunani, memang menerjemahkan banyak karya-karya filsuf
Yunani ke bahasa Arab. Selain menulis bidang filsafat, Al-Kindi juga ahli dalam bidang
metafisika, etika, logika dan psikologi, hingga ilmu pengobatan, farmakologi, matematika,
dan astrologi. Baca juga: Ibnu Rusyd, Cendekiawan Muslim yang Dituduh Sesat.

- Kehidupan awal

Al-Kindi lahir pada 801 di Kufah, Irak, dari keluarga bangsawan Suku Kinda, yang masih
keturunan dari kepala suku al-Ash'ath ibn Qays, yang hidup sezaman dengan Nabi
Muhammad. Ayah Al-Kindi, Ishaq, merupakan Gubernur Kufah, yang membimbingnya sejak
pendidikan pertamanya di Kufah. Ia kemudian melanjutkan studinya di Bagdad, di bawah
naungan Khalifah Abbasiyah, Al-Ma'mun (813-833) dan Al-Mu'tasim (833-842). Berkat
bakatnya yang menonjol saat belajar di Bagdad, Al-Kindi dipekerjakan oleh khalifah Al
Ma'mum di House of Wisdom, yaitu pusat penerjemahan teks-teks filosofis dan ilmiah dari
bahasa Yunani ke bahasa Arab. Selain itu, Al-Kindi diangkat sebagai guru putra Khalifah Al-
Mu'tasim, yang menggantikan Al-Ma'mum. Baca juga: Biografi Imam Abu Dawud, Salah
Satu Penyusun Kitab Hadis Utama.

- Karya dan pemikiran Al-Kindi

Semasa hidupnya, Al-Kindi diperkirakan menulis setidaknya 260 buku yang mengulas
berbagai bidang. Sebanyak 32 buku membahas geometri, 22 buku filsafat, 22 buku
kedokteran, sembilan buku terkait logika, dan 12 buku fisika. Sayangnya, banyak karyanya
yang telah hilang sebagai akibat dari ekspansi bangsa Mongol. Bahkan 24 karyanya ada
yang baru ditemukan pada pertengahan abad ke-20 di perpustakaan Turki. Di bidang
matematika, Al-Kindi memainkan peran penting dalam memperkenalkan angka India ke
dunia Islam. Ia juga menerapkan matematika, khususnya konstruksi geometris, dalam
menjelaskan fenomena optik, seperti perspektif visual, bayangan, pembiasan, dan refleksi.
Karya Al-Kindi yang paling penting dan terkenal adalah On First Philosophy. Buku ini
dianggap sebagai filsafat pertama yang membahas tentang Tuhan. Baca juga: Biografi
Imam Bukhari, Pemimpin Para Ahli Hadis Dalam menjelaskan tentang Tuhan, Al-Kindi
berpendapat bahwa Tuhan adalah kebenaran dari semua kebenaran, atau puncak dari
kebenaran. Ia juga berpendapat bahwa keteraturan alam tidak mungkin terjadi tanpa adanya
zat yang tidak terlihat. Alam semesta yang didiami manusia, menurut Al-Kindi adalah karya
Tuhan, yang juga berperan dalam menjaga dan memfasilitasi ketersediaan di alam. Adapun
karya terkenal Al-Kindi dalam bidang astronomi berjudul On Rays, yang melihat astrologi
sebagai ilmu rasional. Al-Kindi juga memiliki karya paling penting di bidang kedokteran
berjudul De Gradibus, di mana ia mendemonstrasikan penerapan matematika pada
kedokteran, khususnya di bidang farmakologi. Misalnya, ia mengembangkan skala
matematika untuk mengukur kekuatan obat dan menggunakan fase bulan untuk
menentukan hari-hari paling kritis dari penyakit pasien. Selain itu, Al-Kindi juga memiliki
karya yang menjelaskan proses penyulingan untuk mengekstraksi minyak mawar dan
menyediakan resep untuk 107 jenis parfum berbeda. Baca juga: Abu Hurairah, Periwayat
Hadis dan Bapak Para Kucing
- Wafat

Ketika masa pemerintahan Khalifah Al-Mutawakil (847-861), karier Al-Kindi mulai menurun.
Diduga terdapat dua alasan yang mendasari hal ini. Alasan pertama adalah persaingan di
perpustakaan dalam menerjemahkan karya ilmiah. Sedangkan alasan kedua adalah
penganiayaan Al-Mutawakil terhadap Muslim yang ortodoks. Menurut ahli sejarah, Al-Kindi
meninggal pada 873 di Baghdad, ketika masa pemerintahan Al Mu'tamid.

- Pengaruh Al-Kindi

Al-Kindi adalah ahli dalam banyak bidang pemikiran dan dianggap sebagai salah satu filsuf
Islam terbesar pada masanya. Pengaruhnya di bidang fisika, matematika, kedokteran, filsafat, serta
musik, sangat luas dan berlangsung selama beberapa abad. Baca juga: Biografi Imam Hambali, Ahli
Hadis yang Menyusun Kitab Al Musnad Kontribusi besar Al-Kindi adalah sebagai penggerak filsafat
di dunia Islam yang mencoba menyelaraskan penelusuran filosofis dengan teologi dan akidah Islam.
Teks-teks filosofis yang diterjemahkan di bawah pengawasannya pun menjadi acuan di dunia Islam
selama berabad-abad. Al-Kindi juga diakui sebagai tokoh penting di Eropa selama Abad
Pertengahan. Beberapa bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, yang kemudian
memengaruhi penulis Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon. Cendekiawan Renaisans
Italia, Geralomo Cardano (1501-1575), bahkan menganggapnya sebagai salah satu dari dua belas
pemikir terbesar.

4. Imam AL Ghazali

mam Ghazali adalah seorang akademisi serta ahli tasawuf yang telah melahirkan karya-karya
fenomenal. Salah satu karya terkenal dari Imam Ghazali berjudul Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu
Pengetahuan Agama). Semasa muda, Al-Ghazali merupakan seorang pemuda yang haus akan ilmu
pengetahuan. Ia pendai dalam ilmu tafsir Al Quran, hadis, ilmu kalam, dan filsafat. Beberapa
sejarawan Muslim menganggapnya sebagai seorang Mujaddid, yakni seorang pembaru iman yang
muncul sekali setiap abad untuk memulihkan iman umat Islam. Selain itu, Imam Al-Ghazali adalah
sosok yang terkenal sebagai Bapak Tasawuf Modern.

-Masa kecil Al-Ghazali

Al-Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H atau 1058 dengan nama asli Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thus. Sejak kecil, ia sudah menjadi anak yatim karena
ditinggal ayahnya. Namun, sebelum meninggal, ayahnya menitipkannya ke salah satu sahabatnya
untuk mengurus pendidikannya. Al-Ghazali pun cukup beruntung karena berada di wilayah yang
ditinggali para penyair, penulis, dan ahli agama Islam.

-Pendidikan Al-Ghazali

Al-Ghazali mendapatkan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, di Kota Thus. Ia belajar ilmu
agama bersama seorang guru bernama Ahmad bin Muhammad Razkafi. Al-Ghazali kecil telah
pandai berbahasa Arab dan Parsi. Ia kemudian belajar mengenai ilmu ushuluddin, ilmu mantiq,
ushul fikih, filsafat, dan mahzab-mahzab besar Islam. Selepas itu, ia melanjutkan pendidikan di
bidang ilmu fikih di Jarajan. Guru Imam Al-Ghazali saat itu adalah Imam Harmaim di Naisabur. Baca
juga: Imam Al-Qurthubi, Ahli Tafsir Terkenal dari Andalusia Selain itu, Al-Ghazali juga mengembara
ke berbagai wilayah untuk menuntut ilmu, seperti ke Mekkah, Madinah, Mesir, dan Yerusalem.
Berkat kegigihannya dalam belajar, pada 484 H atau 1092, Al-Ghazali diangkat menjadi rektor
Madrasah Nizhamiyah di Bagdad.

-Tasawuf Imam Al-Ghazali

mam Al-Ghazali berpendapat bahwa seorang muslim yang ingin mendapatkan jalan Tasawuf harus
melalui lima jenjang, yakni taubat, sabar, kefakiran, zuhud, dan tawakal.

- At-Thariq

Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa seorang muslim yang ingin mendapatkan jalan Tasawuf harus
melalui lima jenjang, yakni taubat, sabar, kefakiran, zuhud, dan tawakal.

- Makrifat

Setelah lima tingkatan At-Thariq, Imam Al-Ghazali menganjurkan untuk memahami makrifat atau
memahami pengetahuan terkait ketuhanan tanpa keraguan sedikit pun. Imam Al-Ghazali
menekankan setiap umat Islam mengetahui pengetahuan tentang Allah SWT tanpa meragukannya.
Ia juga berpendapat bahwa untuk mencapai pemahaman terkait Allah SWT, setiap umat Islam
harusnya memiliki hati yang bersih atau suci.

- Tingkatan manusia

Setelah lima tingkatan At-Thariq, Imam Al-Ghazali menganjurkan untuk memahami makrifat atau
memahami pengetahuan terkait ketuhanan tanpa keraguan sedikit pun. Imam Al-Ghazali
menekankan setiap umat Islam mengetahui pengetahuan tentang Allah SWT tanpa meragukannya.
Ia juga berpendapat bahwa untuk mencapai pemahaman terkait Allah SWT, setiap umat Islam
harusnya memiliki hati yang bersih atau suci.

- Kebahagiaan

Menurut Imam Al-Ghazali, kebahagiaan menjadi tujuan akhir dalam perkenalannya dengan Allah
SWT. Dalam konsep tasawuf Imam Al-Ghazali, kebahagiaan itu didapatkan melalui ilmu dan amal.
Dengan memahami suatu konsep dan mempraktikkannya, maka manusia akan menemukan
kebahagiaan.

- Akhir hayat Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali merupakan seorang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga ia rela
meninggalkan kehidupan duniawinya. Selama hidupnya, ia suka mengembara untuk mencari ilmu.
Pada masa senjanya, Imam Al-Ghazali pulang ke Thus dan mendirikan sekolah di samping
rumahnya. Ia juga membangun asrama untuk murid-muridnya yang belajar di sekolahnya. Al-
Ghazali menikmati hari tuanya dengan membaca Al Quran, berkumpul dengan ahli ibadah, dan
mengajar para penuntut ilmu. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada tahun 1111 ketika berusia 58
tahun. Baca juga: Siapakah Imam Nawawi?

- Karya Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali yang menjadi ilmuwan dan ahli tasawuf memiliki beberapa karya dalam bentuk
kitab. Berikut adalah beberapa karya Imam Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin Al-Munqidh min al-Dalal
Minhaj al-'Abidin Al-Munqidh min al-Dalal Al-Maqsad al-Asna fi Sharah Asma' Allahu al-Husna
Faysal al-Tafriqa bayn al-Islam Wal-Zandaqa Maqasid al Falasifa Tahafut al-Falasifa Al-Qistas al-
Mustaqim

5.Ibnu Sina

Ibnu Sina adalah Abu Ali al Husain bin Abdullah bin Sina, dunia Barat lebih mengenalnya
dengan nama Avicenna. Ibnu Sina lahir di Afsana, dekat Bukhara (sekarang wilayah
Uzbekistan) tanggal 22 Agustus 980 M. Ayah Ibnu Sina dikenal sebagai seorang sarjana yang
dihormati. Ibnu Sina tidak pernah menikah sepanjang hidupnya. Ia mengembuskan nafas
terakhir pada bulan Ramadhan 1037 Masehi pada 57 tahun dan dimakamkan di Hamadan,
Persia (kini wilayah Iran). "Saya memilih umur pendek tapi penuh makna dan karya, daripada
umur panjang yang hampa," ucapnya sebelum wafat.

- Biografi Singkat Ibnu Sina dan Penemuannya


Sejak usia belia, Ibnu Sina telah menunjukkan kemampuan intelektual yang tinggi. Pada umur
10 tahun, ia sudah menjadi penghafal Al-Qur'an. Selanjutnya di umur 16 tahun, Ibnu Sina
belajar ilmu kedokteran kepada Abu Abdullah An-Naqili mengenai ilmu kedokteran.

Dua tahun setelahnya, Ibnu Sina berhasil menyelesaikan status penuh sebagai dokter. Pada
997 M, Ibnu sina mendapatkan panggilan dari penguasa Dinasti Samaniyah (819–999 M) di
Persia yakni Al-Amir ar-Ridha Nuh II. Ibnu Sina diminta mengobati penyakit sang amir dan
berhasil. Keberhasilan Ibnu Sina membuatnya menjadi orang yang dihormati di Kekaisaran
Samaniyah. Bahkan, Ibnu Sina mendapatkan berbagai akses dan fasilitas, termasuk
perpustakaan. Pada usia ke-21 tahun, Ibnu Sina telah menghasilkan ratusan karya tulisan di
bidang matematika, geometri, astronomi, físika, kimia, metafisika, filologi, musik, dan puisi. Dua
karya Ibnu Sina yang paling bepengaruh adalah Kitab al Shifa dan Al Qanun fi Tibb.

Al Qanun fi Tibb disebut sebagai buku kedokteran eksperimental yang paling penting dalam
sejarah. Berkat kitab ini, Ibnu Sina disebut sebagai dokter pertama di dunia yang melakukan uji
klinis dan pengenalan farmakologis klinis. Kitab ini juga berperan penting dalam kemajuan ilmu
anatomi, ginekologi, dan pediatri. Ibnu Sina amat populer di kalangan pengajar medis Barat
sebagai peletak prinsip dasar sains. Tidak hanya itu, Ibnu Sina juga dikenal sebagai tokoh yang
berjasa dalam hal tuberkulosis (TBC), diabetes, tumor, dan efek placebon. Dilansir Stanford
Ecyclopedia of Philosophy, Ibnu Sina dijelaskan sebagai tokoh muslim yang menggabungkan
pemikiran filsafat ilmiah dengan teologi Islam. Berkat penggabungan ini, ia menghasilkan
sebuah pemikiran teologi yang rasional. Avicenna alias Ibnu Sina adalah muslim yang taat dan
berusaha untuk mendamaikan filsafat rasional dengan teologi Islam. Tujuannya adalah untuk
membuktikan keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya dari dunia ilmiah dan melalui akal dan logika.
- Karya-karya Ibnu Sina
Beberapa karya Ibnu Sina yang paling terkenal adalah sebagai berikut:
. Sirat al-shaykh al-ra'is (The Life of Avicenna)
. Al-isharat wa al-tanbihat (Remarks and Admonitions)
. Al-Qanun fi'l-tibb (The Canon of Medicine)
. Risalah fi sirr al-qadar (Essay on the Secret of Destiny)
. Danishnama-i 'ala'i (The Book of Scientific Knowledge)
. Kitab al-Shifa' (The Book of Healing)
. Kitab al-Najat (The Book of Salvation)
. Risala fi'l-Ishq (A Treatise on Love).

Anda mungkin juga menyukai