Nama lengkapnya ialah Abu al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad
bin Ibrahim al- Samarqandi. beliau digelari Al-Faqih yang menandakan
bahwa beliau telah sampai pada derajat yang tinggi dalam dunia ilmu Fiqih.
Gelar ini sebenarnya didasarkan atas mimpinya ketika melihat Nabi saw
dalam tidurnya lalu Nabi memberikan gelar ini. Hal itu terjadi ketika beliau
mengarang kitab “Tanbihul Ghafilin” lalu beliau membawa kitab tersebut
untuk sowan ke Raudlahnya Nabi Saw setelah itu beliau menginap di sana,
kemudian beliau bermimpi melihat Nabi Saw mengambil kitabnya seraya
berkata “Ambillah kitabmu, Wahai Faqih”. Seketika beliau pun terjaga dan
mendapati di dalam kitabnya tempat-tempat yang di koreksi Nabi. Adapun
gelar kedua adalah Imam al-Huda.
Beliau dilahirkan di desa Samarqan, Uzbekistan, salah satu kota besar
di Khurasan, sekarang masuk dalam daerah Uni Soviet. Dikatakan, ia lahir
sekitar abad IV H, yakni antara tahun 301 H – 310 H. Beliau sangat dikenal
dengan kata-katanya yang selalu mengandung hikmah dan karya-karyanya
yang cukup terkenal.
Madzhab yang dianut oleh beliau adalah madzhab hanafi hal ini dapat
dilihat dari beberapa kitab-kitab fiqhi yang ditulis, banyak bercorak madzhab
Hanafi. Abu al-Laits mempunyai beberapa guru yang ahli dalam bidangnya
masing-masing dan murid-murid serta karya tulis dengan berbagai bidang
ilmu keislaman. Oleh karenanya beliau melakukan perjalanan ke kota Balkh
dan berguru kepada beberapa guru yang ternama, antara lain: Abu Ja’far al-
Handawani (w. 326 H), Muhammad bin al-Fadhl al-Balkhi seorang mufassir
(w. 319 H), Khalil bin Ahmad bin Isma’il (w. 368 H) dan Muhammad bin al-
Hasan al-Haddadi (w. 388 H).
Abu al-Laits wafat pada malam selasa 11 Jumadil Akhir 398 H. Ada
pula yang berpendapat, ia wafat 383 H, sedang yang lainnya 373 H.
2. Metode Penulisan Kitab Tafsir
2. Metode Penafsiran
2. Metode Penafsiran