Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Evaluasi Pendidikan Islam Perspektif Hadits

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi

Dosen pengampu: Mohammad Firdaus, S.Pd.I., MA

Oleh:

Haidar Rifqi Ghassany


Nabil Fuady Ahmad

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN


SUMENEP MADURA
A. Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan tanggung jawab untuk


memelihara, membimbing dan mengarahkan tumbuh kembangnya
kehidupan peserta didik agar mempunyai arti dan tujuan hidup yang nyata.
Sedangkan proses pendidikan bertujuan untuk membawa perubahan yang
diinginkan pada setiap siswa.1 Pendidikan Islam adalah pendidikan yang
didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam seperti yang terkandung dalam Al-
Qur'an dan Al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik
sejarah umat Islam.2

Untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan maka diperlukan suatu


evaluasi. Evaluasi yang merupakan salah satu komponen sistem
pendidikan Islam harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai
alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang ingin dicapai dalam
proses dan proses pembelajaran pendidikan Islam.3

Dalam sejarah umat Islam, evaluasi telah dicontohkan oleh Nabi


Muhammad SAW. Ia selalu menilai kemampuan teman-temannya dalam
memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugasnya. Untuk melihat
hasil pengajarannya, Rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para
sahabatnya dengan menyuruh mereka membaca ayat-ayat Al-Qur'an di
hadapannya, kemudian beliau mengoreksi hafalan dan bacaan yang salah.

1
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 233.
2
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 173.
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), hlm. 220.
B. Pembahasan

Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang


berarti penilaian, penilaian, atau evaluasi. 4 Atau berasal dari kata to
evaluation yang artinya menilai. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qimat.
Dalam bahasa Arab juga ditemukan istilah imtihan yang berarti ujian, dan
khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.5

Sedangkan dari segi istilah terdapat beberapa pendapat, namun


pada dasarnya sama hanya berbeda pada bagian redaksi. Oemar Hamalik
mendefinisikan evaluasi sebagai proses menilai kemajuan, pertumbuhan,
dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.6 Menurut
Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi
tentang kerja sesuatu, yang kemudian digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam pengambilan keputusan.7 Suharsimi
membedakan istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Menurutnya,
pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran. Pengukuran
ini bersifat kuantitatif. Penghakiman adalah membuat keputusan tentang
sesuatu dengan ukuran kualitatif baik dan buruk. Sedangkan evaluasi
meliputi pengukuran dan penilaian kuantitatif.8

Jika kata evaluasi dikaitkan dengan kata pendidikan, maka dapat


diartikan sebagai suatu proses membandingkan kondisi yang ada dengan
kriteria tertentu pada masalah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk itu
evaluasi pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai hasil belajar siswa,
seperti mengevaluasi guru, kurikulum, metode, infrastruktur, lingkungan

4
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia), hlm. 161.
5
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 183.
6
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 106.
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990). hlm. 3.
8
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 242.
dan sebagainya.9 Selain istilah evaluasi, ada juga istilah lain yang hampir
berdekatan yaitu pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih
cenderung menafsirkan ketiga kata tersebut memiliki arti yang sama,
artinya tergantung pada kata mana yang siap untuk diucapkan.10

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah


suatu proses dan tindakan yang direncanakan untuk mengumpulkan
informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (siswa)
menuju tujuan (pendidikan), sehingga dapat dibuat suatu penilaian yang
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. membuat.
membuat. membuat. membuat. keputusan. Sehingga dengan evaluasi
diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan,
maka kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan
selanjutnya. Jadi evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk
menilai perilaku peserta didik dari segala aspek mental-psikologis dan
spiritual agama dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang
menjadi tolak ukurnya adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dengan
dilaksanakannya evaluasi ini, tidak hanya pendidik tetapi juga seluruh
aspek/elemen pendidikan Islam.

➢ Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Menurut M. Arifin, ada tiga tujuan pedagogis sistem penilaian


Tuhan atas tindakan manusia, yaitu:11

1) Untuk menguji kemampuan seorang mukmin dalam


berbagai persoalan hidup yang dialaminya.

9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 131
10
Ibid., hal. 132
11
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 240.
2) Untuk mengetahui sejauh mana hasil pendidikan wahyu
yang telah diterapkan Nabi Muhammad SAW kepada
umatnya.

3) Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat kehidupan Islam


atau keimanan manusia, sehingga diketahui bahwa manusia
yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling
bertakwa kepada-Nya, manusia yang beriman atau
bertakwa, manusia yang yang melanggar ajaran agama.
Islam.

Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan bahwa Nabi sedang
menguji para sahabatnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berikut:

‫ع ْن اب ِْن عُ َم َر قَا َل قَا َل‬


َ ‫َار‬
ٍ ‫َّللا ب ِْن دِين‬ َ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ُ‫َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَةُ بْن‬
َ ‫سعِي ٍد َحدَّثَنَا إِ ْس َماعِي ُل ْب ُن َج ْعف ٍَر‬
‫ش َج َرة ً ََل يَ ْسقُطُ َو َرقُ َها َو ِإنَّ َها َمث َ ُل ا ْل ُم ْسل ِِم فَ َح ِدثُونِي َما‬ َّ ‫سلَّ َم ِإ َّن ِم ْن ال‬
َ ‫ش َج ِر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬
‫َّللا َو َوقَ َع فِي نَ ْفسِي أَنَّ َها النَّ ْخلَةُ فَا ْست َ ْح َييْتُ ث ُ َّم قَالُوا َح ِدثْنَا‬ َ ‫ش َج ِر ا ْل َب َوادِي قَا َل‬
ِ َّ ُ‫ع ْبد‬ َ ‫اس فِي‬ ُ َّ‫ِي فَ َوقَ َع الن‬
َ ‫ه‬
ُ‫َّللا قَا َل ِه َيالنَّ ْخلَة‬
ِ َّ ‫سو َل‬ُ ‫ِي َيا َر‬ َ ‫َما ه‬

Artinya: menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair,


menceritakan kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari
Nafi’, dari ibn Imar berkata, “Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang
pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak
mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika
aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim No. 3473).

Dengan tujuan di atas, evaluasi berfungsi sebagai umpan balik terhadap


kegiatan pembelajaran. umpan balik ini berguna untuk hal-hal berikut:12

12
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012),
hlm. 234.
1) Islah

Yaitu meningkatkan semua komponen pendidikan, termasuk


meningkatkan perilaku, wawasan, dan kebiasaan peserta didik.

2) Tazkiyah

Itulah pemurnian seluruh komponen pendidikan. Artinya, melihat


kembali program pendidikan yang dilaksanakan, apakah program tersebut
penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik. Jika ada program yang perlu
dihapus, maka harus ditemukan format yang sesuai dengan program aslinya.

3) Tajdid

Yaitu modernisasi segala kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak


relevan untuk kepentingan internal atau eksternal perlu diubah dan ditemukan
pengganti yang lebih baik. Dengan kegiatan ini, pendidikan dapat dimobilisasi
dan dinamis untuk lebih maju dan relevan dengan kebutuhan peserta didik dan
perkembangan zaman.

4) Al Dakhil

Yaitu input sebagai raport untuk orang tua berupa raport, ijazah,
sertifikat, dll.

➢ Prinsip-Prinsip Evaluasi

Agar evaluasi menjadi akurat dan bermanfaat baik bagi siswa,


pendidik dan pihak yang berkepentingan, prinsip-prinsip berikut harus
diperhatikan:13

1. Sah

Evaluasi apa yang seharusnya diukur menggunakan jenis tes yang


reliabel dan valid. Artinya terdapat kesesuaian alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan target pengukuran.

13
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm.213-217.
2. Berorientasi pada kompetensi

Berdasarkan kompetensi, ukuran keberhasilan belajar akan


diketahui secara jelas dan terarah.

3. Berkelanjutan (kontinuitas)

Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke


waktu untuk mengetahui secara menyeluruh kemajuan siswa, sehingga
aktivitas dan kinerja siswa dapat dipantau melalui penilaian. Dalam
ajaran Islam, perhatian diberikan pada kesinambungan, karena dengan
berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang
adalah sah dan stabil dan menghasilkan tindakan yang
menguntungkan.

4. Komprehensif

Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi luas


permukaan, batas hafalan, pemahaman, psikoskills, sikap kooperatif,
tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S.
Bloom lebih dikenal dengan istilah kognitif,14 afektif dan motorik.
aspek.

5. Adil dan objektif

Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi siswa


dan objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan
karena membuat evaluasi tidak objektif.15

14
QS. Al-Baqarah: 31-32.
15
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 311
6. Bermakna

Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi


semua pihak. Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

7. Terbuka

Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai


kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau
sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.

8. Ikhlas

Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka


efisiensi tercapainya tujuan pendidikan dan baik kepentingan peserta
didik.

9. Praktis

Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan


dengan beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b)
mudah diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d)
mudah ditafsirkan.

10. Dicatat dan akurat

Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara


sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-
waktu dapat dipergunakan.
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena prinsip-prinsip
tersebut dalam ajaran Islam termasuk ke dalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak
yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu sesuai
dengan apa adanya. Orang yang menilai demikian dalam agama Islam dikenal
dengan istilah shidiq. Dalam al-Quran dijelaskan sebagai berikut:

َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬


َّ ‫َّللا َوكُونُوا َم َع ال‬
َ‫صا ِدقِين‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan


hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)

‫سلَّم قال إن الصدق يهدي ِإلَى البر وإن البر يهدي‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ع ْن النبي‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن ابن مسعود َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫ِإلَى الجنة‬

Artinya: “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan


kebaikan itu membawa kepada surga” (HR. Muslim No. 4720).

➢ Sasaran Evaluasi

Sasaran evaluasi adalah tindakan yang harus dilakukan oleh pendidik dalam
melakukan evaluasi. Sasaran sangat penting dalam menentukan penyusunan alat
evaluasi yang akan digunakan oleh pendidik. Menurut Abudin Nata, tujuan utama
evaluasi adalah menilai peserta didik, pendidik, materi pendidikan, proses
penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lain yang berkaitan dengan
materi pendidikan.16 Karena antara satu komponen pendidikan dengan komponen
pendidikan lainnya saling berkaitan.

16
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 308.
C. Kesimpulan

Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian, penilaian, atau evaluasi. Atau berasal dari kata to evaluation yang
artinya menilai. Dalam al-Qur'an dan hadits kata evaluasi tidak dapat ditemukan
dengan padanan yang pasti, tetapi ada istilah-istilah tertentu yang mengarah pada
pengertian evaluasi. Diantaranya adalah al-Hisab yang berarti menghitung,
menafsirkan, dan menghitung, al-Bala' yang berarti cobaan atau ujian), al-Hukm
yang berarti keputusan atau ketetapan, al-Qadha yang berarti keputusan, dan An-
Nazr yang berarti keputusan. berarti melihat bencana. (ujian) dan fitnah yang
berarti cobaan atau bencana.

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, untuk


mengetahui siswa mana yang pintar dan mana yang lemah, untuk mengumpulkan
informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan
secara sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai, mengevaluasi
pendidik, materi pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, mengetahui
kesulitan belajar siswa (tes diagnostik) dan memberikan arahan dan ruang lingkup
untuk pengembangan evaluasi lebih lanjut.

Prinsip evaluasi: valid, berorientasi kompetensi, berkelanjutan, komprehensif,


adil dan objektif, bermakna, terbuka, praktis, dan tercatat serta akurat. Ada empat
jenis: formatif, sumatif, evaluasi penempatan atau penempatan, dan diagnosis.
Sasarannya antara lain mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi pendidikan,
proses penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lain yang terkait dengan
materi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem


Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm.
233.

Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di


Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 173.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), hlm. 220.

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT.


Gramedia), hlm. 161.

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005),
hlm. 183.

Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 106.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,


1990). hlm. 3.

Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 242.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),
hlm. 131

Ibid., hal. 132.

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan


Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 240.

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar Ruzz
Media, 2012), hlm. 234.

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm.213-217.

QS. Al-Baqarah: 31-32.


Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 311

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 308.

Anda mungkin juga menyukai