Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TINJAUAN FILOSOFIS II”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Drs. H. SOCHEH, MH. M. Pd.I

Disusun oleh:

1. Arina Dinana (20214210104654)

2. Chalimatus Sa’diyyah (20214210104658)

3. Hanik Hidayatul Khusna (20214210104666)

4. Sanaya Wurisa Linaja (20214210104700)

5. Saputri Nurin Ni’mah (20214210104702)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL MUSLIHUUN TLOGO
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul "EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TINJAUAN
FILOSOFIS II ".

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam yang diampu oleh Bapak Drs. H. SOCHEH, MH. M. Pd.I
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca
tentang evaluasi pendidikan Islam dalam tinjauan filosofis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Terutama kepada
Bapak Drs. H. SOCHEH, MH. M. Pd.I yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini


masih banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharap adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Blitar, 09 Desember 2023

Penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam ........................................... 3

B. Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam ....................................................... 8

C. Ciri-Ciri Evaluasi Pendidikan Islam.................................................... 10

BAB III PENUTUP .................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................ 12

B. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-
Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat
Islam.
Dalam prosesnya, pendidikan Islam menjadikan tujuan sebagai
sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam
produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam.Adapun
ushuliyah menyatakan bahwa : “al-umûr bi maqâshidiha”, bahwa setiap
tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang
telah ditetapkan.
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi.
Dengan evaluasi, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan
tarap kemajuannya. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam
mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap
outputyang dihasilkannya.
Dengan kata lain penilaian atau evaluasi digunakan sebagai alat
untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak. Atau untuk
melihat sejauh mana hasil belajar siswa sudah mencapai tujuannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam?

2. Apakah sasaran evaluasi pendidikan Islam?

3. Apa saja ciri-ciri evaluasi pendidikan Islam?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui sasaran evaluasi pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri evaluasi pendidikan Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam


Dalam pendidikan ataupun pembelajaran, prinsip evaluasi harus benar-
benar diperhatikan, karena prinsip tersebut yang akan mengarahkan dan memeri
acuan yang jelas terhadap tercapainya hasil dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan
evaluasi pendidikan.

Untuk itu, guna mendapatkan hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan
evaluasi harus berpijak pada prinsip-prinsip umum sebagai berikut:1

1. Kontinuitas (Kesinambungan)

Kontinuitas secara filosofis mungkin bermaksud bahwa setiap


tindakan utamanya proses pendidikan adalah dilakukan secara terus
menerus, dan tidak mungkin hanya dilakukan satu kali atau satu generasi
saja. Maka evaluasi pun dilaksanakan secara berkesinambungan, yaitu
untuk mengukur kesuksesan pendidikan tersebut.

Namun secara universal, kontinuitas disini maksudnya dalam hal


evaluasi tidak boleh di lakukan secara insidental karena pembelajaran itu
sendiri adalah suatu proses yang bersifat kontinuitas. Prinsip ini selaras
dengan Istiqamah dalam Islam, yaitu setiap umat Islam hendaknya tetap
tegak beriman kepada Allah Swt., yang diwujudkan dengan senantiasa
mempelajari Islam, mengamalkannya, serta tetap membela tegaknya
agama Islam, sungguhpun terdapat berbagai tantangan yang senantiasa
dihadapinya.

Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas,


karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh

1
Drs. Zainal Arifin, M. Pd, “EVALUASI PEMBELAJARAN : Prinsip, Paraktis, Prosedur”, PT :
REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2011, hal 30-31.

3
seseorang menjadi valid dan stabil, sebagaimana diisyaratkan Alquran
dalam Surah Al-Ahqaf (46) Ayat 13-14:

١٣ َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل هُ ْم يَحْ زَ نُ ْو َۚن‬


‫۝‬ ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ قَالُ ْوا َربُّنَا ه‬
ٌ ‫ّٰللاُ ث ُ َّم ا ْستَقَا ُم ْوا فَ ََل خ َْو‬
َ ‫ف‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah


Allah,” kemudian tetap istikamah, tidak ada rasa takut pada mereka, dan
mereka tidak (pula) bersedih.”
ٰٰۤ ُ
١٤ َ‫صحٰ بُ ْال َجنَّ ِة ٰخ ِل ِديْنَ فِ ْي َه َۚا َجزَ ٰۤا ًء ۢ بِ َما كَانُ ْوا يَ ْع َملُ ْون‬
‫۝‬ ْ َ ‫ولىِٕكَ ا‬ ‫ا‬

Artinya: “Mereka itulah para penghuni surga (dan) kekal di dalamnya


sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”2

Sehingga dapat mengharuskan terhadap terlaksananya evaluasi yang


secara kontinu juga. Dan hasil evaluasi yang didapatkan pada suatu
waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil yang diperoleh
sebelumnya, sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran yang jelas
tentang kemajuan dan perkembangan peserta didik. Karena
perkembangan anak didik tidak bisa dilihat dari dimensi produk saja,
melainkan dari proses bahkan dari dimensi input juga.

2. Komprehensif (Menyeluruh)

Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman


hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung
jawab, dan sebagainya, sebagaimana diisyaratkan dalam Alquran Surat
Al-Zalzalah (99) Ayat 7-8:

٧ ‫فَ َم ْن يَّ ْع َم ْل مِ ثْقَا َل ذَ َّرةٍ َخي ًْرا ي ََّر َۚه‬


‫۝‬

Artinya: “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan


melihat (balasan)-nya.”

‫۝‬ ‫َو َم ْن يَّ ْع َم ْل مِ ثْقَا َل ذَ َّرةٍ ش ًَّرا ي ََّره‬


٨ ࣖ

2
https://quran.nu.or.id/az-zalzalah#ayah7 diakses pada Sabtu, 09 Desember 2023, pukul 12.07

4
Artinya: ”Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan
melihat (balasan)-nya.”3

Secara filosofis, mungkin yang dimaksud dengan komprehensif


disini ialah menyatunya seorang evaluator terhadap objek secara
keseluruhan. Dalam arti evaluator harus menggunakan seluruh aspek
yang berkenaan dengan pengevaluasian.

Namun, secara umum komprehensif disini maksudnya bahwa dalam


melakukan evaluasi terhadap suatu objek pendidikan atau pembelajaran,
guru harus mengambil dan menjadikan seluruh objek tersebut sebagai
bahan evaluasi. Contohnya, kalau seandainya objek evaluasi itu adalah
peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian itu harus di evaluasi, baik
yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Begitu juga dengan objek evaluasi yang lainnya.

Terkait dengan beberapa ranah yang menjadi bagian dari


pembahasan komprehensif, seperti halnya ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Maka, perlu dijelaskan secara singkat dari ketiga ranah
tersebut, agar bisa memahami fungsi atau kegunaan dari prinsip-prinsip
evaluasi pendidikan. Mengingat bahwa ketiga ranah kejiwaan itu erat
sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari proses evaluasi
hasil belajar, maka ketiga ranah kejiwaan tersebut akan dibahas secara
singkat. Adapun penjelasan dari ranah-ranah tersebut antara lain ialah :

a. Ranah kognitif (pemahaman), merupakan ranah yang mencakup


kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang
menyangkut aktivitas kerja otak ialah termasuk bagian dari dalam
ranah kognitif.4

b. Ranah afektif (penghayatan), merupakan ranah yang berkaitan


dengan sikap dan nilai diri seseorang. Beberapa pakar mengatakan

3
ibid
4
Sudidjono Anas, “PENGANTAR EVALUASI PENDIDIKAN”, hal 50.

5
bahwa sikap sikap seseorang dapat diprediksi perubahannya apabila
seseorang telah mempunyai penguasaan kognitif pada tahap tingkat
tinggi. Ciri-ciri dari hasil belajar afektif ini akan menjadi nampak
pada anak didik dalam hal tingkah laku, seperti halnya perhatian
terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, kedisiplinannya
dalam mengikuti pelajaran di sekolah, pelajaran di sekolah,
motivasinya yang tinggi untuk lebih banyak mengetahui mengenai
pelajaran Agama Islam yang diterimanya, serta rasa hormatnya
terhadap guru pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya.

c. Ranah psikomotorik (pengamalan), merupakan ranah yang berkaitan


dengan keterampilan (life skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang memperoleh pengalaman belajar secara khusus. Simpson
(1956) mengungkapkan terkait dengan hasil belajar ranah
psikomotor bahwa hasil belajar psikomotor tersebut akan menjadi
Nampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan
bertindak secara individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan tindak lanjut dari apa yang didapatkan dari hasil belajar
kognitif dan hasil belajar afektif. Karena hasil belajar kognitif dan
hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor jika anak
didik telah memperlihatkan perilaku tertentu dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan afektifnya.

3. Adil dan Objektif

Adil dan objektif disini maksudnya ketika melaksanakan evaluasi,


pengevaluasi atau seorang guru harus bersikap adil tanpa memihak.
Karena pada dasarnya adil dan objektif ini sangat mudah untuk
diucapkan, akan tetapi sangat sulit untuk direalisasikan. Oleh sebab itu,
terkait dengan evaluasi belajar seluruh peserta didik harus diberlakukan
sama tanpa pilih kasih. Pendidik juga hendaknya harus bertindak secara
objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik. Seperti
halnya yang di ungkapkan oleh salah satu Dosen Bapak Akhmad

6
Muzakki, Grad, Dip, SEA, M.Ag, M. Phil, Ph.D di Pascasarjana kelas A
jurusan pendidikan Islam, beliau mengatakan bahwa “ketika guru
mengajar maka nafsu atau perasaannya harus diturunkan pada titik
nol”. Yang jelas hal ini ialah untuk menghindari sikap ke tidakadilan
terhadap peserta didik pada tahap evaluasi tersebut. Oleh sebab itu, sikap
like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang bersifat
negative harus benar-benar dihindari. Evaluasi harus didasarkan atas
fakta yang sebenarnya, bukan manipulasi atau rekayasa belaka.

Objektif juga dalam artian bahwa evaluasi itu dilaksanakan dengan


sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi
oleh unsur-unsur subjektivitas dari evaluator. Allah SWT.
Memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan
karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan
(QS. Al-Maidah, 5: 8):

‫ع ٰلٰٓى ا َ ََّل تَ ْع ِدلُ ْو ۗا اِ ْع ِدلُ ْو ۗا ه َُو‬ َ ‫ش َهدَ ٰۤا َء ِب ْال ِقسْطِِۖ َو ََل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬
َ ‫شن َٰا ُن قَ ْو ٍم‬ ِ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا قَ َّوامِ يْنَ ِ ه‬
ُ ‫ّلِل‬
‫۝‬ ٨ َ‫ّٰللا َخ ِبي ۢ ٌْر ِب َما تَ ْع َملُ ْون‬ َ ۗ ‫ا َ ْق َربُ لِلت َّ ْق ٰو ِۖى َواتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا ا َِّن ه‬

Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak


(kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil.
Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada
takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.”5

Prinsip ini hanya dapat ditetapkan bila penyelenggara pendidikan


mempunyai sifat siddiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya.

4. Kooperatif

Makna dari kooperatif ini bahwa dalam kegiatan evaluasi


pendidikan ini seorang pendidik atau guru hendaknya bekerja sama

5
https://quran.nu.or.id/az-maidah#ayah8 diakses pada Sabtu, 09 Desember 2023, pukul 12.13

7
dengan semua pihak yang terkait seperti kepala sekolah, guru-guru,
orang tua, bahkan peserta didik itu sendiri. Hal ini di maksudkan agar
semua pihak yang terkait dengan peserta didik dan pendidikan merasa
puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa di hargai
oleh pengevaluasi. Hal ini sesuai dengan salah satu penggalan ayat Al-
Quran (Surat Al-Maidah, 5: 2):

ِ ِۖ ‫اَلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬


...‫ان‬ ِ ْ ‫علَى‬
َ ‫اونُ ْوا‬ َ
َ َ‫وَل تَع‬...

Artinya: ”Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan.”6

5. Praktis

Dan prinsip yang terakhir ini adalah praktis, praktis disini


mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru yang merencanakan
dan menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan memanfaatkan
alat evaluasi tersebut. Untuk itu maka perlu diperhatikan dan melihat
prosedur-prosedur evaluasi.

Keberadaan prinsip bagi pendidik atau seorang guru memiliki


makna yang sangat berarti, karena dengan memahami prinsip evaluasi
maka dapat menjadi referensi bagi dirinya guna merealisasikan evaluasi
secara benar.

B. Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam


Sasaran evaluasi pendidikan Islam merupakan objek yang akan dijadikan
titik acuan dalam pengadaan evaluasi. Langkah yang harus ditempuh seorang
guru dalam mengadakan evaluasi ialah menetapkan apa yang menjadi sasaran
evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi ini penting diketahui supaya memudahkan

6
https://quran.nu.or.id/al-ma’idah/2 diakses pada Sabtu, 09 Desember 2023, pukul 12.19

8
guru dalam menyusun alat-alat evaluasinya.Pada umumnya ada tiga sasaran
pokok evaluasi, yakni;

1. Segi tingkah laku, artinya segi- segi yang menyangkut sikap,


minat, perhatian, keterampilan murid sebagai akibat dari proses
pembelajaran.

2. Segi pendidikan, artinya penguasaan, pemahaman materi


pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran.

3. Segi yang menyangkut proses pembelajaran dan mengajar itu


sendiri, yaitu bahwa proses pembelajaran perlu diberi penilaian
secara objektif dari guru. Sebab baik tidaknya proses
pembelajaran akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang
dicapai oleh murid.7

Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat


empat kemampuan peserta didik, yaitu:

a. Sikap dan pengalamanya terhadap hubungan pribadinya dengan


Tuhan-Nya.

b. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan


masyarakat.

c. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupanya


dengan alam sekitarnya.

d. Sikap dan pandanganya terhadap diri sendiri selaku hamba


Allah, anggota masyarakat, serta selaku khalifahnya di muka
bumi.

7
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; logos wacana ilmu, 1999), hal 143.

9
Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam klasifikasi
kemampuan tehnik menjadi masing masing sebagai berikut:8

1) Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah swt.


Dengan indikasi indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang
mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Yang tertuang dalam bentuk ibadah seperti sholat, puasa, dan
haji.

2) Sejauh mana ia dapat menerapkan nilai nilai agamanya dan


kegiatan hidup bermasyarakat, seperti akhlak yang mulia,
disiplin, kepedulian, dan tanggung jawab sosial.

3) Bagaimana ia berusaha mengelola dan memelihara serta


menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak
ataukah memberi makna bagi kehidupan alam semesta.

4) Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai


hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang
beraneka ragam budaya, suku, dan agama.

C. Ciri-Ciri Evaluasi Pendidikan Islam


Adapun ciri-ciri dari evaluasi pendidikan Islam dapat dibagi menjadi
beberapa bagian antara lain:

1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung.

Maksudnya, jika seorang guru ingin mengetahui mana dari siswanya yang
cerdas atau kurang cerdas maka dalam evaluasi yang diukur bukanlah
kecerdasan atau kekurangan peserta didik, tetapi indikator atau hal-hal yang
menandai bahwa seseorang itu bisa disebut pandai dan kurang pandai.

2. Bersifat relatif

8
Arifin HM, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hal 239-240

10
Salah satu ciri evaluasi adalah bersifat relatif karena nilai seorang siswa
tidak selalu konstan dari waktu ke waktu, tetapi bisa saja berubah-ubah.

3. Bersifat kuantitatif

Dalam evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pengukuran dengan


menggunakan simbol bilangan (angka) sebagai hasil untuk pengukurannya.
Hasil pengukuran berupa angka-angka ini kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan kedalam kata-kata (kualitatif).

4. Sering terjadi kesalahan

Adapun sumber-sumber kesalahan biasanya terletak pada: Alat ukur (soal


tes). Pengukur/guru, Yang dinilai (Peserta didik), dan Situasi dimana
penilaian berlangsung.

5. Menggunakan satuan unit-unit

Mengenai satuan unit ini yang tepat, seperti sangat memuaskan,


memuaskan, cukup memuaskan, kurang memuaskan, dan tidak
memuaskan.9

9
https://sg.docworkspace.com/d/sIP3m9MBWjffTqwY, diakses pada 08 Desember2023, pukul
12.37.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam evaluasi pendidikan ataupun pembelajaran harus benar-benar
memperhatikan beberapa pinsip antara lain:
1. Kontinuitas (Kesinambungan)
2. Komprehensif (Menyeluruh)
3. Adil dan Objektif
4. Kooperatif
5. Praktis
Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya
melihat empat kemampuan peserta didik, yaitu:
a. Sikap dan pengalamanya terhadap hubungan pribadinya
dengan Tuhan-Nya.
b. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya
dengan masyarakat.
c. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan
kehidupanya dengan alam sekitarnya.
d. Sikap dan pandanganya terhadap diri sendiri selaku
hamba Allah, anggota masyarakat, serta selaku
khalifahnya di muka bumi.
Adapun ciri-ciri dari evaluasi pendidikan Islam dapat dibagi
menjadi beberapa bagian antara lain: penilaian dilakukan secara tidak
langsung, bersifat relatif, bersifat kuantitatif, sering terjadi kesalahan,
dan menggunakan satuan unit-unit.

12
B. SARAN
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna dan masih sangat terbatas pengetahuan penulis tentang materi
ini. Maka jika terjadapat kekhilafan dalam makalah ini, penulis
memohon kemakluman. Untuk itu, penulis mengharap kritik dan saran
dari pembaca, dan bimbingan dari dosen pengampu utamanya supaya
penulis dapat memperbaiki diri pada makalah-makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Sudidjono. “PENGANTAR EVALUASI PENDIDIKAN”


Arifin, Zainal. 2011. EVALUASI PEMBELAJARAN : Prinsip, Paraktis, Prosedur.
Bandung: Pt Remaja Rosdakarya
HM, Arifin. 1991. Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis.
Jakarta: Bumi Aksara
https://quran.nu.or.id/al-ma’idah/2
https://quran.nu.or.id/az-maidah#ayah8
https://quran.nu.or.id/az-zalzalah#ayah7
https://sg.docworkspace.com/d/sIP3m9MBWjffTqwY
Nata, Abuddin. 1999. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: logos wacana ilmu

14

Anda mungkin juga menyukai