HADIST
MAKALAH
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Aminullah, M.Ag
Oleh :
MUTMAINAH : 223206030043
MUHAMMAD ABQORIY : 223206030030
MUHAMMAD ULUL AZMIY : 223206030035
FARAH FITRIYATUZ ZAKIYAH : 223206030041
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Baginda Agung Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
rindukan dan harapkan syafa’atnya kelak.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menjadi tambahan
pengetahuan dalam mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits pendidikan agama
islam bagi pembaca.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Aminullah,
M.Ag, selaku dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits Pendidikan Agama
Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................2
C. Tujuan penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan..........................................................3
B. Pentingnya Evaluasi Pendidikan.........................................................4
C. Konsep Evaluasi Pendidikan...............................................................6
D. Bentuk Evaluasi Pendidikan................................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................26
B. Saran....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu rekayasa sosial (social engineering) yang
dirancang sebagai upaya sadar dan tanggung jawab untuk memelihara,
membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki. Proses pendidikan
dirancang dengan tujuan tertentu untuk mencapai perubahan-perubahan yang
diinginkan pada setiap peserta didik.1 Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai
pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum
dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam
praktik historis umat Islam.
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan dalam pendidikan, maka
dibutuhkan evaluasi. Evaluasi yang merupakan salah satu komponen dari
sistem pendidikan Islam harus dilakukan secara sistematis dan terencana
sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam
proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.2
Dalam bahasa Arab istilah evaluasi dikenal dengan nama imtihan yang
artinya ujian, dan dikenal juga dengan istilah khataman sebagai cara menilai
hasil akhir dari proses penculikan. Istilah evaluasi dalam bahasa Arab dikenal
juga dengan yukhomminu, yoqoyyimu, yuqaddiru, tastmin, taqyim dan taqdir.3
Dalam sejarah umat Islam, evaluasi telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Ia selalu mengevaluasi kemampuan sahabat dalam memahami ajaran
agama atau dalam menjalankan tugasnya. Melihat hasil pengajaran yang
dilakukan, Rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabatnya
dengan meminta mereka membacakan ayat-ayat Al-Qur'an di hadapannya,
kemudian mengoreksi hafalan dan bacaan mereka yang salah.4
1
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) hal 233
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008) hal 220
3
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal 131
4
Khairiah, Khairiah. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Hadits Rasulullah SAW (Afektif dan
Psikomotorik)." Al-Aulia: Jurnal Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Keislaman 7.1 (2021): 53-74.
1
Dalam makalah ini penyusun menyajikan dan membahas mengenai
evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an dan Hadist, mulai dari pengertian,
konsep, tujuan, fungsi, dan bentuknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an dan Hadist ?
2. Apa saja konsep evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an dan Hadist ?
3. Bagaimana pentingnya evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an dan
Hadist ?
4. Bagaimana bentuk evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an dan Hadist ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an
dan Hadist.
2. Untuk mendeskripsikan konsep evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an
dan Hadist.
3. Untuk menjelaskan pentingnya evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an
dan Hadist.
4. Untuk mendeskripsikan bentuk evaluasi pendidikan perspektif Al-Qur’an
dan Hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation yang artinya
penilaian, penilaian atau evaluasi. Atau berasal dari kata to evaluate yang
berarti menilai. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qimat. Dalam bahasa Arab
juga ditemukan istilah imtihan yang berarti ujian, dan khataman yang berarti
cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.5
Mehrens dan Lehmann menjelaskan pengertian evaluasi secara luas adalah
proses memperoleh, merencanakan, dan menyediakan informasi yang
diperlukan untuk membuat alternatif keputusan. Oemar Hamalik
mendefinisikan evaluasi sebagai proses menilai kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan siswa untuk tujuan pendidikan.6
Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan
informasi tentang cara kerja sesuatu, yang kemudian digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam pengambilan keputusan. Suharsimi
membedakan antara istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Menurutnya,
pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Pengukuran
ini bersifat kuantitatif. Penilaian adalah membuat keputusan tentang sesuatu
secara kualitatif baik dan buruk. Sedangkan evaluasi meliputi pengukuran dan
penilaian kuantitatif.7
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa setiap kegiatan evaluasi atau
penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk
memperoleh informasi atau data yang akan menjadi pedoman dalam
mengambil keputusan.
Kata evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan
yang pasti, akan tetapi terdapat istilah-istilah tertentu yang mengarah pada
makna evaluasi. Diantaranya adalah al-Hisab yang berarti mengira,
menafsirkan, dan menghitung (QS. Al Baqarah: 284), al-Bala' yang berarti
cobaan atau ujian (QS. Al Mulk: 2), al-Hukm yang berarti keputusan atau
putusan ( QS. An Naml: 78), al-Qadha yang artinya penghakiman (QS. Thaha:
5
Khairiah, Khairiah. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Hadits Rasulullah SAW (Afektif dan
Psikomotorik)." Al-Aulia: Jurnal Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Keislaman 7.1 (2021): 53-74.
6
Ibid
7
Ibid
3
72), An-Nazhr yang artinya melihat (An-Naml: 27), musibah (ujian) (QS. Ali
Imran: 165, Al Baqarah : 156, An Nisa: 62 dan 79, Ar Rum: 48, Luqman: 17,
AlHadiid: 22, At Taghabun: 11), dan fitnah yang berarti cobaan atau bencana
(QS. Al Anfal: 25, Al Furqon: 20, Al Anbiya: 35) (Margustam Seregar, 2016:
129-232).8
Beberapa istilah di atas dapat dijadikan pedoman dalam arti evaluasi
secara langsung atau sekedar alat atau proses dalam evaluasi. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa Al-Quran dan Hadits merupakan asas atau
prinsip umum pendidikan, sedangkan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya
kepada ijtihad umat. Istilah evaluasi pada tingkat selanjutnya lebih berorientasi
pada memaknai atau mengambil keputusan tentang pendidikan. Setiap tindakan
didasarkan pada rencana pendidikan tertentu, tujuan, bahan, alat, dan
lingkungan. Berdasarkan komponen ini, peran evaluasi sangat diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidikan yang dicapai.9
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau derajat
penguasaan para sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi SAW juga
mengevaluasi para sahabatnya, sehingga Nabi mengetahui kemampuan sahabat
dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugasnya. Untuk
melihat hasil pengajaran yang dilakukan, Rasulullah SAW sering mengevaluasi
hafalan para sahabatnya dengan meminta para sahabatnya untuk membacakan
ayat-ayat Al-Qur'an di hadapannya dengan mengoreksi hafalan dan bacaan
mereka yang salah.10
8
Khairiah, Khairiah. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Hadits,,,, hal 55
9
Ibid
10
Ibid
4
b. Mengetahui siswa mana yang pintar dan lemah, sehingga yang lemah
diberi perhatian khusus agar bisa mengejar kekurangannya.
c. Mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan pengecekan secara sistematis terhadap hasil pendidikan yang
telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
d. Mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, dan proses penyampaian
materi pelajaran.
e. Mengetahui penguasaan siswa pada kompetensi/subkompetensi tertentu
setelah mengikuti proses pembelajaran, mengetahui kesulitan belajar
siswa (tes diagnostik) dan memberikan arah dan ruang lingkup
pengembangan evaluasi selanjutnya.11
Namun terdapat pula kaitannya dalam Al-Qur'an ada beberapa isyarat yang
menunjukkan tentang kedudukan atau pentingnya melaksanakan evaluasi
pendidikan yaitu Q.S. Al-Baqarah, 2: 31, yang artinya sebagai berikut :
11
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group 2008).
5
Keempat, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi evaluasi atau materi yang
diujikan, haruslah materi yang pernah diajarkannya.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Nizar bahwa ayat di atas juga
mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan
kepadanya. Demikian pula Nabi Sulaiman pemah mengevaluasi kejujuran
seekor burung Hud-Hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang
diperintah oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam ayat berikut.
Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah
kamu termasuk orang-orang yang berdusta." (QS.Al-Naml, 27:27).
Berdasarkan ayat-ayat tersebut-dapat dikatakan bahwa evaluasi pendidikan
memiliki kedudukan yang amat strategis dan sebagai pelaksana evaluasi adalah
Tuhan sebagai pendidik alam dan Nabi sebagai Rasul Allah SWT. Hanya
bedanya pelaku evaluasi yang dilakukan Tuhan dalam ayat tersebut
dilaksanakan sendiri oleh Tuhan, sedangkan pelaku evaluasi yang dilaksanakan
Nabi (Sulaiman as) melibatkan manusia, karena menggunakan kata dhomir
nahnu.12
“Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika
kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
12
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008).,
18
6
sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan
itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan
mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.”
7
untuk membaca atau memberikan penilaian atas hasil perbuatannya di
dunia ini. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Isra': 14 berbunyi:
َ اِ ْق َرْأ ِكتَابَ ۗكَ َك ٰفى بِنَ ْف ِسكَ ْاليَوْ َم َعلَ ْي
ك َح ِس ْيب ًۗا
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai
penghitung atas dirimu.”
14
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005):
245-268.
8
“Sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu.
Barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya
sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka
dialah yang rugi. Dan aku (Muhammad) bukanlah penjaga-(mu).”
15
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005):
245-268.
9
artian sesuatu yang terlupakan dalam pikiran. Bisa juga berupa peringatan
yang mengandung ancaman bagi mereka yang lupa atau mengabaikan
bahaya yang bisa menimpanya.
Konteks yang terkait dengan kata tazkirah menunjukkan pada bahan
atau materi ujian berupa al-Qur'an (QS. 20:3, QS. 9: 48, dan QS.74: 54, ),
api/IPA (QS. 56:73), peristiwa air bah/sejarah/IPA (QS. 69: 12), peristiwa
hari kiamat (QS. 73: 19), ayat-ayat al-Qur'an (QS. 76: 29) dan ajaran
Tuhan (QS. 80: 29).
“Agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan
agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.” (QS. Al-Haqqah,
ayat: 12)
ََواِنَّهٗ لَت َْذ ِك َرةٌ لِّ ْل ُمتَّقِ ْين
Dari beberapa ayat diatas bisa dipahami bahwa sasaran tazkirah adalah
orang yang takut kepada Allah, manusia, dan orang yang bertaqwa.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sasaran tazkirah adalah manusia
pada umumnya, dan manusia yang lebih khusus yaitu orang yang
bertakwa. Allah berfirman:
َكٓاَّل اِنَّهٗ ت َْذ ِك َرةٌ ۚفَ َم ْن َش ۤا َء َذ َك َر ٗۗه
"Sekali-kali tidak, sesungguhnya al-Qur'an itu adalah suatu pengajaran
(peringatan). Maka barang siapa yang menghendaki, dia memperoleh
pengajarannya.” (QS. Al-Mudassir, ayat: 54-55)
10
Ayat ini mengingatkan bahwa fungsi utama al-Qur'an adalah petunjuk
dan bukannya menjadi mukzijat yang melahirkan hal-hal yang bersifat luar
biasa. Ayat di atas menegaskan bahwa siapapun yang berkeinginan untuk
mempelajari Qur'an, niscaya ia akan memperoleh pelajaran clan
bimbingan darinya.16
4. Al-Fitnah
Kata al-Fitnah, secara etimologi berarti cobaan, dan ujian. Pendapat
yang sama dikemukakan oleh Al-Azhari dan yang lainnya mengartikan
kata al-fitnah itu berarti cobaan dan ujian. Menurut Shihab kata fitnah
terambil dari akar kata fatana yang pada mulanya berarti membakar emas
untuk mengetahui kadar kualitasnya. Kata fitnah juga digunakan berdasar
pemakaian asal di atas dalam arti menguji, dan godaan baik ujian/godaan
itu berupa nikmat/kebaikan maupun kesulitan/keburukan. Oleh karena itu
jangan sampai lemah menghadapi cobaan atau ujian. Muhammad R.Q, dan
Hamid Sh. Q. mengatakan kata fitnah berarti cobaan dan ujian.
Muhammad, 'A menerangkan kata alfitnah berarti cobaan yang
menggambarkan keadaan manusia dari kebaikan dan kejelekan.
Muhammad 'Abd. Rauf kata al-fitnah berarti ujian, yakni perlakuan yang
menerangkan sesuatu yang batin (tersembunyi), yakni sesuatu yang berat
hati untuk melakukannya, meninggalkan, menerima atau menolaknya.
Berdasarkan pandangan ini dapat dipahami bahwa kata fitnah mempunyai
makna ujian, cobaan dan godaan.17
Ibnu al-'Arabi, mengatakan babwa fitnah itu ada1ah cobaan, harta,
anak-anak, kekafiran, perbedaan pendapat, dan kedhaliman, dan sesuatu
yang menyimpang dari kebenaran. Kata fitnah juga digunakan al-Qur'an
menjelaskan keadaan psikologis manusia yang menyalahi perintah Rasul
dengan perasaan takut, orang yang lemah imannya menganggap fitnah itu
sebagai azab.18
16
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005):
245-268.
17
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005):
245-268.
18
Ibid
11
Fitnah bisa terjadi pada keyakinan, perkataan, perbuatan clan apa saja.
Dan Allah pun memberi ujian atau fitnah ini kepada siapa saja, orang
mukmin, kafir, shadiq, maupun munafiq, lalu memberi balasan kepada
mereka masing-masing sesuai perbuatan yang dilakukannya setelah
mendapat ujian tersebut, apakah tetap berpegang pada kebenaran atau
justru kebatilan, tetapkah melakukan kebaikan ataukah tetap dalam
kejahatan. Firman Allah SWT. dalam Qur'an:
ِ ۗ ْس َذ ۤا ِٕىقَةُ ْال َمو
َت َونَ ْبلُوْ ُك ْم بِال َّش ِّر َو ْال َخي ِْر فِ ْتنَةً ۗ َواِلَ ْينَا تُرْ َجعُوْ ن ٍ ُكلُّ نَ ْف
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu
akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’, ayat: 35)
12
Cobaan itu merupakan ujian dengan nikmat dan ujian secara bersama-
sama. Muhamkmad 'Abd. Rauf menjelaskan bahwa al-bala' aclalah
kecemasan yang berkaitan dengan diri manusia, dan bala' adalah cobaan.
Kondisi panas sebagai bala' karena keadaannya menyebabkan tubuh
menjadi kering atau usang. Sebagai contoh kata tersebut clalam Qur'an,
firman Allah:
ۤ
ت َما فِ ْي ِه بَ ٰلـٌؤ ا ُّمبِي ٌْن
ِ َو ٰاتَ ْي ٰنهُ ْم ِّمنَ ااْل ٰ ٰي
“Dan telah Kami berikan kepada mereka di antara tanda-tanda
(kebesaran Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang
nyata.” (QS. Ad-Dukhan, ayat: 33)
هّٰللا
ِ َواِ ْذ قَا َل ُموْ ٰسى لِقَوْ ِم ِه ْاذ ُكرُوْ ا نِ ْع َمةَ ِ َعلَ ْي ُك ْم ِا ْذ اَ ْن ٰجى ُك ْم ِّم ْن ٰا ِل فِرْ عَوْ نَ يَسُوْ ُموْ نَ ُك ْم س ُۤوْ َء ْال َع َذا
ب
ِ َويُ َذبِّحُوْ نَ اَ ْبن َۤا َء ُك ْم َويَ ْستَحْ يُوْ نَ نِ َس ۤا َء ُك ْم ۗ َوفِ ْي ٰذلِ ُك ْم بَاَل ۤ ٌء ِّم ْن َّربِّ ُك ْم ع
َظ ْي ٌم
20
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005): hal
253
13
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah
nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari pengikut-
pengikut Fir‘aun; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih,
dan menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup
anak-anak perempuanmu; pada yang demikian itu suatu cobaan yang
besar dari Tuhanmu.” (QS. Ibrahim, ayat: 6)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa cobaan tidak hanya terbatas pada hal-
hal yang merugikan atau yang dinilai negatif oleh seseorang, tetapi juga
bisa berupa nikmat. Jika yang pertama menuntut kesabaran, maka yang
kedua menuntut rasa syukur. Biasanya hal-hal yang menuntut rasa syukur
lebih sulit ditanggung dari pada yang menuntut kesabaran, karena
seringkali berpotensi menggiring seseorang untuk mengingat Allah,
sedangkan nikmat berpotensi membuat manusia lupa diri dan melupakan
Allah. Kata bala' banyak digunakan oleh Allah dalam menyatakan bentuk
ujian yang disebutkan, nama materi ujian atau dalam istilah pendidikan
yaitu; mata kuliah, bidang studi atau mata pelajaran. Sehingga dalam
penggunaan kata ini dalam Al-Qur'an selalu menyebutkan nama-nama
yang diujikan.21
6. Al-Inba
Pengungkapan kata al-inba' dalam Qur'an seperti yang ada pada ayat
berikut:
ۤ
ٰ ال اَ ۢ ْنبِـُٔوْ نِ ْي بِا َ ْس َم ۤا ِء ٰهُٓؤاَل ۤ ِء اِ ْن ُك ْنتُ ْم
َص ِدقِ ْين َ َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر
َ َضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕى َك ِة فَق
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman,
“Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang
benar!” (QS. Al-Baqarah, ayat: 31)
21
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005): hal
254
14
َ ال ٰيٓ ٰا َد ُم اَ ۢ ْنبِْئهُ ْم بِا َ ْس َم ۤا ِٕى ِه ْم ۚ فَلَ َّمٓا اَ ۢ ْنبَاَهُ ْم بِا َ ْس َم ۤا ِٕى ِه ۙ ْم قَا َل اَلَ ْم اَقُلْ لَّ ُك ْم اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َغي
ِ ْب السَّمٰ ٰو
ت َ َق
َض َواَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدوْ نَ َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُموْ ن ِ ۙ َْوااْل َر
“Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada
mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-
namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu,
bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui
apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS. Al-
Baqarah, ayat: 33)
15
observasi, eksperimen dan analisis yang menghasilkan abstraksi sesuatu,
kemudian diuji coba lagi.
Pengungkapan tersebut terdapat pada firman Allah SWT
ٰۤ
َض ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ِه ْم ِلنَ ْنظُ َر َك ْيفَ تَ ْع َملُوْ ن
ِ ْثُ َّم َج َع ْل ٰن ُك ْم خَل ِٕىفَ فِى ااْل َر
“Kemudian Kami jadikan kamu sebagai pengganti-pengganti
(mereka) di bumi setelah mereka, untuk Kami lihat bagaimana kamu
berbuat.” (QS. Yunus, ayat: 14)
“Dia (Sulaiman) berkata, Akan kami lihat apa kamu benar atau
termasuk yang berdusta.” (QS. Yunus, ayat: 27)
23
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005): hal
256
16
AI-Wazn artinya timbangan atau tolok ukur yang digunakan. Jamak
dari kata al-waznu adalah mawazin yang mengisyaratkan bahwa setiap
amal ditimbang atau mempunyai tolok ukur masing-tnasing, sehingga
semua amal benar-benar menghasilkan ketepatan timbangan.24
َ َوال َّس َم ۤا َء َرفَ َعهَا َو َو. َط َغوْ ا فِى ْال ِم ْي َزا ِن
َض َع ْال ِميْزَ ۙان ْ اَاَّل ت. ََواَقِ ْي ُموا ْال َو ْزنَ بِ ْالقِ ْس ِط َواَل تُ ْخ ِسرُوا ْال ِميْزَ ان
Shihab menjelaskan kata mizan berarti alat menimbang. Kata ini juga
biasa dipahami dalam arti keadilan, baik clalam arti menempatkanm
sesuatu pada tempatnya maupun dalam arti keseimbangan. Thahir Ibn
'Asyur memahami kata mizan pada ayat ini clalam arti keadilan.
Maksuclnya Allah menurunkan dan menetapkan adanya keadilan agar
manusia dalam melakukan aneka aktivitasnya selalu didasari oleh keadilan
baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Jadi keseimbagan berarti
manusia dituntun Allah agar melakukan keseimbangan dalam segala
aktivitasnya. Dan laksanakanlah timbanganmu dengan adil (QS.42: 17).
Maksudnya Allah menyuruh melaksanakan keadilan clalam keputusan dan
pemberian sebagaimana janji Allah bagi yang meninggalkannya. Allah
telah menghancurkan bangsa karena mereka mengabaikan takaran dan
keadilan.25
Thabathaba'i berpendapat bahwa nalar mengharuskan kita berkata
bahwa ada sesuatu sebagai tolok ukur yang digunakan mengukur atau
24
Ibid
25
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005): hal
257
17
menimbang amal-amal dan beratnya. Jadi timbangan itu mempunyai bobot
atau berat. adalah bobot adalah mempunyai keutamaan dan amal shaleh
yang banyak sehingga berada dalam kehidupan yang sangat
menyenangkan. Adapun orang yang kadar atau bobotnya ringan atau nihil,
maka jika ditimbang maka bobotnya tidak akan naik. Hal ini karena
amalnya jelek, berbuat maksiat, merusak di bumi dan hanya sedikit
melakukan kebaikan. Bila menggunakan perspektif pendidikan maka
pertama, bila seseorang tidak mengerjakan tugas atau soal dengan baik,
maka nilai yang akan diterima tentu bobotoya kecil, tetapi bila dapat
mengerjakan tugas dan jawaban dengan baik, maka bobotoya tentu lebih
banyak dan mendapat hasil yang memuaskan. Jadi bila amalan baiknya
banyak, maka mizannya berbobot atau hasil evaluasinya menggembirakan,
tapi sebaliknya bila amalan jeleknya yang banyak maka mizannya tidak
berbobot atau hasil evaluasinya mengecewakan. Kedua, Allah SWf.
memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi, jangan karena
kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-
Maidah, ayat: 8).26
9. At-Taqdir
At-Taqdir, berarti ketentuan. Maksudnya ketentuan tiap-tiap makhluk
sesuai ketentuan yang berkaitan dengan kebaikan, keburukan,
kemanfaatan, kemudharatan dan lainnya. Shihab menjelaskan kata taqdir
digunakan dalam arti menjadikan sesuatu memiliki kadar serta sistem
tertentu dan teliti. Ia juga berarti menetapkan kadar sesuatu, baik yang
berkaitan dengan materi maupun waktu.
Seperti firman Allah SWT dalam QS. Al-Furqan, ayat: 2.
ق ُك َّل َش ْي ٍء ِ ك فِى ْال ُم ْل
َ َك َو َخل ٌ ض َولَ ْم يَتَّ ِخ ْذ َولَدًا َّولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َش ِر ْي
ِ ْت َوااْل َر ُ الَّ ِذيْ لَهٗ ُم ْل
ِ ك السَّمٰ ٰو
فَقَ َّد َر ٗه تَ ْق ِد ْيرًا
“Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak,
tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia
26
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005): hal
258
18
menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya
dengan tepat.”
27
Muhtifah, Lailial. "Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an." Al Qalam 22.2 (2005): hal
259
28
Ibid
19
lah yang berhak menentukan takdir hambanya apakah akan dibinasakan
atau diampuni.29
D. Bentuk Evaluasi Pendidikan
Secara garis besar ada dua macam bentuk evaluasi dalam pendidikan
yaitu bentuk tes subjektif dan bentuk tes objektif. Berikut akan dijabarkan
mengenai bentuk evaluasi dalam pendidikan.
1. Tes Subjektif
Tes subjektif biasa disebut dengan tes esai/uraian. Menurut sejarah,
tes yang lebih dahulu digunakan untuk penilaian adalah tes esai/uraian.
Tes esai merupakan bentuk penilaian yang berbentuk pertanyaan, yang
jawabannya merupakan karangan (essay).30 Bentuk tes esai digunakan
untuk mengukur kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk tes
objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk
menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan
kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu
dengan lainnya.31
Soal-soal esai menuntut kemampuan peserta didik untuk dapat
mengorgansir dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah
dimiliki. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya tes esai menuntut
siswa untuk mengingat kembali dan mengenal kembali serta melatih
daya kreativitas peserta didik dalam menginterpretasikannya dalam
susunan kalimat-kalimat.32 Di lihat dari luas dan sempitnya materi yang
ditanyakan, maka tes bentuk esai dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu
uraian terbatas (restricted response items) dan uraian bebas (extended
response items).33 Berikut akan dijelaskan mengenai jenis-jenis tes
dilihat dari luas dan sempitnya materi yang ditanyakan:
29
Ulfa, Maria. "Konsep Evaluasi Pendidikan Perspektif Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap
Pendidikan (Pendekatan Tafsir Tematik)." Suhuf 28.2 (2016): 118-142.
30
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengaajaran (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), 35.
31
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 125.
32
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009), 162.
33
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 306.
20
a. Uaraian Terbatas (restricted response items)
Adapun uraian terbatas (restricted response items) yang mana
peserta didik diberikan kebebasan dalam menjawab pertanyaan,
namun pertanyaan yang diberikan mempunyai jawaban yang
terbatas sehingga kebebasan jawaban menjadi terarah.34 Contohnya:
adalah sebagai berikut:
2. Tes Objektif
Tes objektif (dichotomously scored item) adalah tes yang tersusun
dimana setiap pertanyaan tes disediakan alternative jawaban yang
dapat dipilih atau tes tulis yang mana itemnya sudah tersedia. Tes
objektif dibentuk seperti apapun dan dinilai oleh siapapun akan
34
Chabib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 57.
35
Chabib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan, 57.
21
menghasilkan skor yang sama.36 Adapun kelebihan tes objektif antara
lain: 1) Dapat digunakan untuk menilai pelajaran yang banyak, 2)
Dapat dinilai secara objektif, 3) Menuntun siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan baik dan benar tanpa ada spekulasi dalam
jawabannya, 4) Pemberian nilai dapat dilakukan secara cepat dan
mudah. Sedangkan kelemahan dalam tes objektif antara lain: 1)
Kurang member kesempatan untuk menyatakan isi hati kecakapan, 2)
Memungkinkan adanya kesempatan coba-coba dalam menjawab, 3)
Menyusun tes tidak mudah serta memerlukan waktu yang agak lama
dan ketelitian dalam pembuatannya, 4) Kurang ekonomis, karena
memerlukan kertas yang banyak.37
Tes benar-salah adalah jenis tes obejktif yang mana butir soal berupa
pertanyaan yang jawabannya menggunakan pilihan pernyataan benar
atau salah. Contohnya sebagai berikut:
- Benar-Salah
- Baik-Tidak Baik
- Setuju-Tidak Setuju
22
b. Tes Pilihan Ganda (multiple choice)
23
Test) yaitu 1) sangat mudah dalam penyusunannya, 2) lebih ekonomis
karena menghemat tempat di kertas, 3) Digunakan untuk mengukur
berbagai taraf kompetensi tidak hanya fokus pada hafalan saja.
Sedangkan kelemahannya adalah 1) Diperlukan ketelitian dalam
menyusun, 2) Memerlukan waktu yang relatif agak lama. Contohnya
sebagai berikut:
1) ... adalah salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air.
2) Secara bahasa, Wudhu berasal dari kata bahasa arab yaitu ... yang
artinya hasan (baik, bagus) dan bahjah (indah, elok).
d. Tes Menjodohkan (Matching test)
No Pertanyaan Jawaban
24
3. Malaikat yang bertugas membagi rezeki c. Malaikat Jibril
adalah ....
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation yang
artinya penilaian, penilaian atau evaluasi. Atau berasal dari kata to
evaluate yang berarti menilai. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qimat.
25
Dalam bahasa Arab juga ditemukan istilah imtihan yang berarti ujian, dan
khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.
2. Pentingnya Evaluasi Pendidikan
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 31, dapat
dikatakan bahwa evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang amat
strategis dan sebagai pelaksana evaluasi adalah Tuhan sebagai pendidik
alam dan Nabi sebagai Rasul Allah SWT. Hanya bedanya pelaku evaluasi
yang dilakukan Tuhan dalam ayat tersebut dilaksanakan sendiri oleh
Tuhan.
3. Konsep Evaluasi Pendidikan
Istilah-istilah atau konsep-konsep evaluasi dalam al-Qur'an termuat
dalam konsep; hisab, hajidh, tazkirah, aljitnah, bala ', al-inba: alnadhar, al-
waznu dan al-taqdir. Dari sudut evaluasi pendidikan pertama, makna hisab
menunjukkan hasil evaluasi tergantung dari kesungguhan peserta didik
dalam menyelesaikan soal-soal ujian, tugas pendidik memotivasi dan
dikenal istilah self-evaluation, clan ketiga, teknik evaluasi. Kedua, konsep
hafidh/ hafzdhan hubungannya dengan evaluasi pendidikan adalah adanya
otoritas Tuhan sebagai pendidik alam dan manusia sebagai pendidik,
peserta didik yang memiliki problem serius yang berkaitan dengan sikap
clan perilaku mereka yang negatif diberikan bimbingan oleh guru yang
senior, demikian pula sebaliknya.
Ketiga, konsep tazkirah terkait pada bahan atau materi ujian.
Keempat, konsep al-fitnah, terkait dengan psiko-test, disebabkan acla
kecendrungan hati clan tersembunyi dan berat dalam menentukan sikap.
Kelima, konsep bala ', terkait clengan mata kuliah, bidang stucli atau mata
pelajaran, sehingga dalam penggunaan kata ini dalam Qur'an selalu
menyebutkan nama-nama yang diujikan. Keenam, konsep al-inba: terkait
dengan evaluasi dalam bentuk dialog atau tes lisan yang membutuhkan
pengembangan jawaban, serta memberikan hadiah atau penghargaan
kepacla peserta didik yang berprestasi. Ketujuh, konsep alnadhar terkait
dengan evaluasi pendidikan yang memerlukan perenungan clan pengkajian
26
yang lebih menclalam melalui proses observasi, eksperimen dan analisis
yang menghasilkan abstraksi-abstraksi yang valid.
Kedelapan, konsep, al-wanu terkait dengan alat ukur yang valid,
pembobotan dan objektifitas. Kesembilan, konsep al-taqdir terkait dengan
pembobotan dan validitas hasil belajar.
4. Bentuk-bentuk Evaluasi Pendidikan
Secara garis besar ada dua macam bentuk evaluasi dalam
pendidikan yaitu bentuk tes subjektif dan bentuk tes objektif. Berikut akan
dijabarkan mengenai bentuk evaluasi dalam pendidikan.
1. Tes Subjektif
Tes Subjketif biasa disebut dengan tes esai/uraian. Menurut sejarah,
tes yang lebih dahulu digunakan untuk penilaian adalah tes
esai/uraian. Tes esai merupakan bentuk penilaian yang berbentuk
pertanyaan, yang jawabannya merupakan karangan (essay) . Tes
subjektif ini terdiri dari Uraian terbatas dan Uraian bebas.
2. Tes Objektif.
Tes objektif (dichotomously scored item) adalah tes yang tersusun
dimana setiap pertanyaan tes disediakan alternative jawaban yang
dapat dipilih atau tes tulis yang mana itemnya sudah tersedia. Tes
objektif dibentuk seperti apapun dan dinilai oleh siapapun akan
menghasilkan skor yang sama. Adapun jenis-jenis tes objektif terbagi
menjadi empat yaitu tes benar salah, tes pilihan ganda, tes
menjodohkan, dan tes melengkapi jawaban.
DAFTAR PUSTAKA
Rosdakarya.
27
Mujid, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam.
Qur'an." Al Qalam 22.2
Wacana Ilmu.
Mulia.
Firdaus.
Grafindo Persada.
28
Ulfa, Maria. "Konsep Evaluasi Pendidikan Perspektif Al-Qur’an dan
29