Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

"EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM PERSFEKTIF HADITS"


Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
HADITS TARBAWI
Dosen Pengampu : Dr. Iis Arifudin, M.Ag

Disusun Oleh :
PAI D/5

1. Fitriyah (1908101129)
2. Aldi Fahrudin (1908101137)
3. Nurul Afrila (1908101138)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK
2021 M/ 1443 H

P a g e | ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda tercinta
kita yakni Nabi Muhammad SAW semoga kita semua termasuk yang mendapatkan
syafa’at dari beliau aamiin allahumma aamiin.
Tujuan kami membuat makalah dengan judul Evaluasi Pendidikan Islam
Perspektif Hadits adalah untuk menyelesaikan tugas terstruktur mata kuliah Hadits
Tarbawi yang diampu oleh Dr. Iis Arifudin, M.Ag. Penyusunan makalah ini mudah-
mudahan dapat membantu kita semua untuk mempermudah proses kegiatan
pembelajaran.

Kami ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. saya berharap kepada semua pihak
dapat mendukung hasil karya tulis makalah kami. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, kami menyadari bahwa makalah ini masih membutuhkan perbaikan. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cirebon, 30 Nopember 2021

KELOMPOK 13

Page|i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... (i)
DAFTAR ISI...................................................................................................................... (ii)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... (1)
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. (2)
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................................... (2)
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi........................................................................................... (3)
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam.................................................. (4)
C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam........................................................ (6)
D. Jenis-Jenis Evaluasi Pendidikan Islam.............................................................. (8)
E. Teknik dan Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam................................................(10)
F. Ranah Evaluasi Pendidikan Islam.....................................................................(11)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................(16)
B. Saran .................................................................................................................(16)
DAFTAR PUSTAKA

P a g e | ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran
maupun pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian dari pendidikan
adalah tuntutan tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya, pendidikan
merupakan upaya untuk menuntun kekuatan kodrat pada diri setiap anak agar
mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam
hidup mereka.
Di dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi
warga yang demokratis juga bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan adanya evaluasi. Kegiatan
evaluasi ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas kegiatan dalam mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu,
kegiatan evaluasi harus dilaksanakan melalui perencanaan, pengumpulan
informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta
didik.
Maka di dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai tujuan dan
fungsi evaluasi pendidikan islam, prinsip-prinsip serta jenis-jenis evaluasi
pendidikan kemudian akan dijelaskan secara rinci mengenai teknik, sasaran serta
ranah evaluasi pendidikan islam dalam perspektif hadits.

Page|1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas diatas, maka
pembahasan itu akan difokuskan pada:
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
2. Bagiamana tujuan dan fungsi dari evaluasi pendidikan Islam?
3. Apa saja prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam?
4. Apa saja jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam?
5. Bagaimana teknik dan sasaran dari evaluasi pendidikan Islam?
6. Apa saja ranah dari evaluasi pendidikan Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Pembuatan Makalah
Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang evaluasi pendidikan Islam
2. Untuk memahami tujuan dan fungsi dari evaluasi pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam
4. Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam
5. Untuk memahami tentang teknik dan sasaran evaluasi pendidikan Islam
6. Untuk mengetahui cakupan dari ranah evaluasi pendidikan Islam
7. Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah hadits tarbawi
8. Sebagai bahan ajar dalam proses kegiatan belajar dan mengajar

Page|2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Secara bahasa, evaluasi berasal dari kata bahasa inggris “evaluation”
yang artinya penaksiran atau penilaian. Secara istilah diartikan bahwa evaluasi
adalah proses menentukan nilai untuk suatu hal atau objek yang berdasarkan
pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan tujuan tertentu.
Adapun makna evaluasi dalam bahasa arab disebut al-Thaqdir yang
bermakna penilaian. Akar katanya adalah al-Qimah yang memiliki makna nilai.
Dengan demikian secara harfiah evaluasi pembelajaran diartikan sebagai
penilaian dalam pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan pembelajaran.1 Sedangkan secara umum evaluasi
adalah suatu proses menilai, mengukur, mengoreksi dan perbaikan pada suatu
kegiatan yang diselenggarakan dengan membandingkan proses rencana dengan
hasil yang dicapai.
Dalam Al-Qur’an terminologi evaluasi pendidikan terdapat beberapa
makna dengan mengacu kepada makna kalimat, salah satunya ialah Al-Hisab /
Al-Muhasabah yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 284.
‫م بِ ِه هّٰللا ُ ۗ فَيَ ْغفِ ُر‬Rْ ‫ض ۗ َواِ ْن تُ ْب ُدوْ ا َما فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَوْ تُ ْخفُوْ هُ ي َُحا ِس ْب ُك‬
ِ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬ ِ ‫ِ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‫هّٰلِل‬

‫ر‬Rٌ ‫لِ َم ْن يَّ َش ۤا ُء َويُ َع ِّذبُ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۗ َوهّٰللا ُ ع َٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي‬
Artinya:
“Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika
kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya
Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni
siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 284).
Al-Hisab/Al-Muhasabi dianggap yang paling dekat dengan kata evaluasi,
berasal dari kata ْ‫ ِح َسب‬yang berarti menghitung. Al-Ghazali mempergunakan kata

1
Anas Sudijino, Pengantar Evaluasi Pendidikan.

Page|3
ini di dalam menjelaskan tentang evaluasi diri, yaitu suatu upaya mengoreksi
dan menilai diri sendiri setelah melakukan aktivitas (Al-Ghazali, t.th: 391).
Ada hadits yang menggambarkan tentang evaluasi pendidikan, antara lain:
َ‫م َوال‬Rْ ‫ اِ َّن هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر اِلَى اَجْ َسا ِم ُك‬:‫م‬.‫ قال رسول هللا ص‬:‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن اَبِ ْي ه َُري َْرةَ َر‬
Rَ ‫ض‬
)‫م َو ٰل ِك ْن يَ ْنظُ َر اِلَى قُلُوْ بِ َك ْم َواَ ْع َما لِ ُك ْم (رواه مسلم‬Rْ ‫اِلَى ص َُو ِر ُك‬
Artinya:
“Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata: Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak memandang dan menilai dari tubuh dan gambarmu
(kuantitas), akan tetapi Allah memandang dan menilai dari hati dan amalmu”
(H.R. Muslim).
B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi dalam pendidikan agama Islam berfungsi sebagai umpan balik
atau dikenal dengan istilah muraja’ah terhadap kegiatan pendidikan. Umpan
balik berguna untuk:
1. Ishlah, yaitu perbaikan atau pendalaman terhadap semua komponen
pendidikan termasuk perbaikan perilaku, wawasan dan kebiasaan-kebiasaan
peserta didik.
2. Tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua muatan pendidikan, artinya
melihat kembali program-program pendidikan yang dilakukan, apakah
program tersebut penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik. Apabila
terdapat program yang harus dihilangkan dan dicarikan sublimasi yang
cocok dengan program sebelumnya.
3. Tajdid, yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang
tidak relevan baik untuk kepentingan internal maupun eksternal perlu diubah
dan dicarikan penggantinya yang lebih baik. Maka hal ini pendidikan dapat
dimobilisasi dan dibuat dinamis untuk lebih maju.
4. Ad-dakhil, yaitu masukan untuk laporan bagi orang tua peserta didik berupa
lapor, ijazah, sertifikat dan lain sebagainya.2

2
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) , hlm.210

Page|4
Evaluasi pendidikan sangat berperan bagi peserta didik, pendidik,
sekolah, orang tua maupun masyarakat dalam jasa pendidikan.
1) Bagi pendidik; evaluasi berfungsi sebagai alat untuk melihat sejauh mana
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dan mengambil keputusan-
keputusan apakah metode yang digunakan untuk mengajar itu sesuai atau
tidak.
2) Bagi sekolah; evaluasi berfungsi sebagai alat untuk tolak ukur hasil
pendidikan, untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah, untuk
membuat keputusan pada peserta didik dan untuk mengadakan pembenahan
kurikulum.
3) Bagi peserta didik; evaluasi berfungsi untuk mengetahui keberhasilan dan
hasil belajar, untuk memperbaiki cara belajar, untuk menumbuhkan
semangat belajar.
4) Bagi orang tua; evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui hasil belajar
anaknya, memberikan pengawasan dan bimbingan serta bantuan pada
anaknya.
5) Bagi masyarakat dan pemakai jasa pendidikan; evaluasi berfungsi untuk
memberikan kritik dan saran perbaikan kurikulum serta meningkatkan peran
serta masyarakat dalam meningkatkan usaha-usaha sekolah.
Setiap aktivitas tentu dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu yang
ingin dicapai, termasuk kegiatan evaluasi. Melalui evaluasi, kita dapat
mengetahui tingkat kemajuan kegiatan, tingkat pencapaian berdasarkan tujuan,
dan hal-hal yang perlu dilakukan di masa mendatang. Secara spesifik, berikut ini
adalah beberapa tujuan dilakukannya kegiatan evaluasi.
1) Mengetahui tingkat penguasaan seseorang terhadap kompetensi yang sudah
ditetapkan berdasarkan standar dan kebutuhan organisasi.
2) Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi sehingga dapat dilakukan
diagnosis serta memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
objek evaluasi.

Page|5
3) Mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas sebuah media, metode, atau
sumber daya lainnya dalam pelaksanaan sebuah kegiatan.
4) Memberikan umpan balik dan informasi penting untuk memperbaiki
kekurangan dan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan.
C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan
Kegiatan evaluasi tentu saja harus dilaksanakan berdasarkan beberapa
prinsip-prinsip yang mendasarinya. Hal ini bertujuan agar apa yang dilakukan
dalam mengevaluasi menghasilkan kualitas yang diharapkan. Pelaksanaan
evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik ataupun pendidik,
maka harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi sebagaimana yang akan
dijelaskan dibawah ini.
1. Evaluasi Mengacu Pada Tujuan
Sebagaimana hadits Rasulullah Saw:
‫إِ َّن ِم ْن ُح ْس ِن إِ ْسالَ ِم ْال َمرْ ِءتَرْ َكهُ َمااَل يَ ْعنَ ْي ِه‬
Artinya:
“sesungguhnya diantara ciri kebaikan keislaman seseroang adalah
meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya”. (HR.At-Tirmidzi
dari Abu Hurairah).
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia sudah tentu mempunyai
tujuan tertentu, karena kegiatan yang tidak memiliki tujuan akan berakhir
dengan sia-sia. Nabi muhammad saw menganjurkan kepada umatnya agar
meninggalkan kegiatan yang tidak bermanfaat.
2. Evaluasi dilaksanakan secara objektif
Evaluasi dilakukan secara objektif artinya evaluasi ini dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa
dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektivitas dan evaluator (penilai). Objektif
dalam evaluasi ditunjukkan dalam sikap-sikap evaluator sebagai berikut:

Page|6
1) Sikap Ash-shidqah / As-siddiq
Sebagaimana hadist Rasulullah saw:
‫َصدِّيقًا‬ ُ ‫ي إِلَى ْال َجنَّ ِة َوإِ َّن ال َّرج َُل لَيَصْ ُد‬
ِ ‫ق َحتَّى يَ ُكون‬ Rْ ‫رِّوإِ َّن ْالبِ َّريَ ْه ِد‬
َ ِ‫ق يَ ْه ِدي إِ ْلب‬ ِّ ‫إِنَّال‬
Rَ ‫ص ْد‬
Artinya:
“Sesungguhnya kejujuran dan membimbing pada kebaikan, dan
kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang
yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang
yang jujur” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dan Abdullah).
Sikap as-shidqah atau as-siddiq yakni berlaku benar dan jujur
dalam mengadakan evaluasi artinya baik evaluator maupun peserta didik
tidak berbuat curang.
2) Sikap Amanah
Sebagaimana hadits Rasulullah saw:
َ َ‫أَدِّاألَ َمانَةَ إِلَى َم ْن ا ْءتَ َمن‬
َ‫ك َو اَل تَح ُْن َم ْن خَانَك‬
Artinya:
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu dan
janganlah engkau menghianati orang yang menghianatimu: (HR.At-
Tirmidzi dari Anas).
Sikap amanah yakni suatu sikap pribadi yang setia dan jujur
dalam menjalankan sesuatu yang dipercayakan kepadanya dan tidak
bersikap untuk berkhianat.
3) Sikap Ramah dan Ta’awun
Sebagaimana hadits Rasulullah saw:
‫اَل ي ُْؤ ِمنُ أَ َح ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ أِل َ ِخي ِه َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬
Artinya:
“tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga mencintai
untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri”
(HR.Al-Bukhari dari Anas).

Page|7
Sikap ramah dan ta’awun yakni sikap kasih sayang terhadap
sesama dan sikap saling tolong-menolong menuju kebaikan.
3. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif, meliputi:
1) Evaluasi Aspek Kognitif
2) Aspek Afektif
3) Aspek Psikomotorik
4. Evaluasi harus dilakukan secara continue atau terus-menerus untuk
mengetahui seberapa jauh peserta didik telah mencapai kompetensi dasar.
D. Jenis-Jenis Evaluasi Pendidikan
Jenis-jenis evaluasi pendidikan dapat diklasifikasikan dalam tiga segi,
sebagai berikut:
1. Klasifikasi dilihat dari fungsinya.
a. Evaluasi formatif; yaitu evaluasi yang menetapkan tingkat penguasaan
peserta didik dan menentukan bagian-bagian tugas yang belum dikuasai
dengan tepat.
b. Evaluasi sumatif; yaitu penilaian secara umum tentang keseluruhan hasil
dari proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir periode
belajar mengajar secara terpadu.
c. Evaluasi diagnostik; ialah penilaian yang dipusatkan pada proses belajar
mengajar dengan mengalokasikan suatu titik keberangkatan yang cocok.
d. Evaluasi penempatan; yaitu menitik beratkan pada penilaian berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan:
1) Ilmu pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang diperlukan
untuk awal proses belajar mengajar.
2) Pengetahuan peserta didik tentang tujuan di tetapkan sekolah.
3) Minat dan perhatian, kebiasaan bekerja, corak kepribadian yang
menonjol yang mengandung konotasi kepada suatu metode tertentu.
2. Klasifikasi evaluasi dilihat dari caranya.
a. Evaluasi kuintatif; dinyatakan dengan angka dapat dilakukan untuk
menilai aspek-aspek tingkah laku peserta didik dalam bidang kognitif.

Page|8
b. Evaluasi kualitatif; dinyatakan dengan ungkapan dan dilakukan untuk
menilai aspek-aspek afektif.
Kedua klasifikasi evaluasi yang dilihat dari caranya membutuhkan teknik
pelaksanaan yang biasa disebut dengan teknik tes dan non tes.
3. Klasifikasi dilihat dari tekniknya.
a. Teknik tes; dibedakan menurut materi yang akan dinilai, bentuk dan cara
membuatnya.
b. Teknik non tes; dapat dilaksanakan melalui pengamatan, wawancara,
angket, hasil karya/laporan dan skala sikap.
E. Teknik dan Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam
 Teknik evaluasi pendidikan Islam3
Berdasarkan tekniknya evaluasi pendidikan dibagi menjadi dua
teknik. Yakni teknik objektif dan teknik subjektif.
1. Teknik objektif
Teknik objektif (objective test) menuntut peserta didik untuk
memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang
disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan
atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk
menilai kemampuan peserta didik yang menuntut proses mental yang
tidak begitu tinggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan
mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan
prinsip-prinsip. Teknik objektif ini terdiri atas beberapa bentuk, yaitu
benar salah, pilihan ganda, menjodohkan dan melengkapi atau jawaban
singkat.
2. Teknik nontes/subjektif
Para ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi
terhadap hasil belajar, kita harus menggunakan teknik tes dan nontes
contoh sebab hasil-hasil pelajaran bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran
3
Sawaluddin. 2020. Langkah-langkah dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam. Jurnal PTK & Pendidikan Vol.6 No.1, Januari-Juni (13-24). Hal 15-23

Page|9
dapat berupa pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan
teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan
dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan
sikap dan pertumbuhan peserta didik dalam psikologi hanya dapat
diukur dengan teknik kontes, misalnya observasi, wawancara, skala
sikap, angket, check list, dan rating scale.

 Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam4


Umumnya, dapat diartikan objek dari evaluasi pendidikan Islam
adalah peserta didik. Sementara secara khusus, objek evaluasi meliputi
aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Pada hakekatnya,
peserta didik bukan hanya berperan sebagai objek evaluasi semata,
melainkan juga berperan sebagai subjek evaluasi. Oleh karena itu evaluasi
pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi diri sendiri
(self-evaluation atau kau introspeksi) dan evaluasi terhadap orang lain atau
peserta didik. Evaluasi ini tentunya berdasarkan kesadaran internal yang
bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal sholeh)
pribadi. Jika dalam evaluasi ditemukan keberhasilan, maka hendaklah
keberhasilan tersebut dipertahankan detik ditingkatkan. Akan tetapi apabila
ditemukan beberapa kelemahan dan kegagalan, maka hendaklah hal tersebut
segera diperbaiki dengan cara meningkatkan ilmu, iman, dan amal.
Umar bin Khattab berkata "haasibuu qabla an tuhaasabuu"
(evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi). Pernyataan ini berkaitan
dengan kegiatan evaluasi terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasari
pernyataan tersebut adalah bahwa Allah mengutus dua malaikat raqib dan
atid sebagai supervisor dan evaluator terhadap manusia. Kedua malaikat
tersebut mencatat semua perbuatan manusia. Berdasarkan catatan tersebut,
Allah kemudian mengevaluasinya. Hasil yang baik mendapatkan surga,

4
Rahayu, Fitriyani. 2019. Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Islam. el-HIKMAH
Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 13, No. 1, Juni, h. 50-51

P a g e | 10
sedangkan hasil yang buruk mendapatkan neraka. Karena itu, manusia
dituntut untuk selalu waspada dan memperhitungkan segala tindakannya,
agar kehidupannya kelak tidak merugi. Salah seorang tokoh pendidikan
Islam yang pernah melaksanakan evaluasi pendidikan Islam dengan cara
tersebut adalah Hasan al-banna pendiri Ikhwan Al Muslim di Mesir. Ia
menerapkan evaluasi dengan cara terhadap dirinya sendiri dan kepada
seluruh peserta didiknya setiap hari. Hal ini didasarkan pada prinsip Amar
ma'ruf nahi mungkar yang bertujuan untuk perbaikan sesama umat manusia.
F. Ranah Evaluasi Pendidikan Islam5
 Evaluasi ranah kognitif (An-nahiyah Al-Fikriyah)
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke
dalam ranah ini. Dalam ranah kognitif terdapat 6 jenjang proses berpikir,
mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi. Keenam jenjang
dimaksud adalah (1) pengetahuan, hafalan, ingatan (knowledge); (2)
pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application), (4) analisis
(analysis), (5) sintesis (synthesis); dan (6) penilaian (evaluation).
Sehubungan dengan evaluasi ranah kognitif ini, ditemukan hadis berikut.

‫ب‬ ِ ‫ فإِ ْن ل ْم ت ِج ْد‬: ‫قال‬. ِ‫ب هللا‬


ِ ‫في كتِا‬ ِ ‫ ب ِكتا‬R‫ضي‬ِ ‫ أ ْق‬: ‫ُرض لك قضاء ؟ قال‬ ِ ‫ضي إِذا ع‬ ِ ‫كيْف ت ْق‬
‫ب هللا ؟‬
ِ ‫في كتِا‬ ِ ‫في ُسنّ ِة رسُو ِل هللا وال‬ ِ ‫تج ْد‬ Rِ ‫ فبِ ُسنّ ِة رس‬: ‫هللاِ ؟ قال‬
ِ ‫ فإِ ْن ل ْم‬: ‫ُول هللاِ قال‬
‫ل‬Rُ ‫ الح ْم ُد هّلِل الّ ِذي وفق رسُو‬: ‫ رسُو ُل هللاِ ص ْدرهُ وقال‬R‫ فضرب‬. ‫ي وال آلو‬ ْ
ِ ‫ أجْ ت ِه ُد رأ‬: ‫قال‬
ِ‫ُول هللاِ لِما يرْ ضي رسُوْ ُل هللا‬
ِ ‫رس‬
“Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu anhu berkata bahwa Nabi
bertanya kepadanya," Bagaimana engkau memutuskan perkara jika
diajukan orang kepada engkau? Mu'adz menjawab, saya akan putuskan
dengan kitab Allah. Nabi bertanya kembali, bagaimana jika tidak engkau
temukan dalam kitab Allah? Saya akan putuskan dengan sunnah
5
Umar, Bukhari. 2020. Hadits Tarbawi (Pendidikan dalam Persfektif Hadits). Jakarta :
AMZAH

P a g e | 11
Rasulullah, jawab Mu'adz. Rasulullah bertanya kembali, jika tidak engkau
dapatkan dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula dalam Kitab Allah?
Mu'adz menjawab, saya akan berijtihad dengan pemikiran saya dan saya
tidak akan berlebih-lebihan. Maka Rasulullah SAW menepuk dadanya
seraya bersabda, "Segala puji bagi Allah yang telah menyamakan utusan
dari utusan Allah sesuai dengan yang diridai Rasulullah.” (HR Abu Daud)
Di antara informasi yang terkandung dalam hadis diatas adalah (1)
Rasulullah Saw bermaksud mengutus Mu'adz ke Yaman (untuk memimpin
umat); (2) beliau bertanya kepada Mu'adz tentang dasar yang digunakan
dalam memutuskan perkara peradilan; (3) Muad'z menjawab dengan urutan:
pertama dengan kitab Allah, kedua dengan sunnah Rasulullah, dan ketiga
dengan ijtihad; serta (4) setelah jawaban Mu'adz selesai, beliau menepuk
dada Mu'adz karena senang selalu memuji Allah SWT.
Dalam hadis diatas terlihat bahwa beliau menguji kemampuan dan
pengetahuan seorang sahabat sebelum memberikan tugas kepada-Nya.
Setelah ia berhasil menjawab dengan benar sesuai dengan keinginan, beliau
memperlihatkan rasa senangnya dengan memberikan ganjaran yang
menyenangkan dan memuji Allah SWT. Pujian kepada-Nya di sini dapat
diartikan sebagai rasa syukur atas keberhasilan dalam mendidik sahabat.
Ujian yang diberikan oleh Rasulullah dalam hadis tersebut berkaitan dengan
tugas yang akan diemban oleh Mu'adz. Beliau baru akan menyerahkan suatu
tugas kepada sahabat apabila ia menguasai (memiliki ilmu) tentang
persoalan tugas yang akan diembannya.
 Evaluasi ranah afektif (An-Nahiyah Al-Mauqifiyah)
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya Apabila seseorang tersebut telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan nampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap

P a g e | 12
pelajaran agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di
sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai
pelajaran agama yang diterimanya, dan penghargaan atau rasa hormatnya
terhadap guru agama.
Sehubungan dengan ini, ditemukan hadits sebagaimana yang tertera
sebagai berikut.
‫"إِ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل يَ ْبتَلِي َع ْب َدهُ بِال َّسقَ ِم‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ل هَّللا‬Rُ ‫ قَا َل َرسُو‬:‫عن جبير قَا َل‬
R‫رواه الطبرانى‬  .‫َحتَّى يُ َكفِّ َر َع ْنهُ ُك َّل َذ ْنبِ ِه‬
Sesungguhnya Allah swt menguji seorang hamba-Nya dengan suatu
penyakit sehingga Ia mengampuni semua dosanya.
َ‫ب َوال‬ َ َ‫ُصيبُ ْال ُم ْسلِ َم ِم ْن ن‬
ٍ ‫ص‬ َ َ‫ ق‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫أَبِى هُ َر ْي َرةَ َع ِن النَّبِ ِّى‬
ِ ‫ال « َما ي‬
‫ إِالَّ َكفَّ َر هَّللا ُ بِهَا ِم ْن‬، R‫ب َوالَ هَ ٍّم َوالَ ح ُْز ٍن َوالَ أَ ًذى َوالَ َغ ٍّم َحتَّى ال َّشوْ َك ِة يُ َشا ُكهَا‬
ٍ ‫ص‬
َ ‫َو‬
‫رواه البخارى‬ .ُ‫خَ طَايَاه‬
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, setiap
musibah yang menimpa seorang muslim yang berupa penyakit, penyakit
kronis, kegalauan pikiran, kegelisahan hati, sampai kena duri, akan
dihapus Allah kesalahannya.
Semua materi ujian dalam hadits ini berada di wilayah domain
afektif, yaitu kesabaran. Apabila seorang muslim mampu menerima ujian
tersebut dengan penuh kesabaran, maka Allah SWT akan menghapus
kesalahan kesalahan yang telah dilakukannya. Ini merupakan hadiah dari
Allah untuk hamba-Nya yang lulus. Dalam hadits ini disebutkan bahwa
manusia akan diuji oleh Allah dengan penyakit. Sasarannya adalah
kesabaran yang termasuk domain afektif. Selain itu, dalam hadis ini disebut
ganjaran yang akan diberikan oleh Allah kepada manusia yang lulus dalam
ujian kesabaran menghadapi penyakit yang dideritanya.
 Evaluasi ranah psikomotor (An-Nahiyah Al-Harakah)
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman

P a g e | 13
belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) upti yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dan hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) upts dan hasil belajar afektif (yang baru
nampak dalam bentuk kecenderungan kecenderungan untuk berperilaku).
Sehubungan dengan ini ditemukan hadis berikut.

‫صلَّى‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َدخَ َل ْال َمس‬


َ َ‫ْج َد فَ َدخَ َل َر ُج ٌل ف‬ َ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫صلِّي‬َ ُ‫صلِّ فَ َر َج َع ي‬ َ ُ‫صلِّ فَإِنَّكَ لَ ْم ت‬
َ َ‫ال ارْ ِج ْع ف‬ َ َ‫ َوق‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َر َّد‬
َ ‫فَ َسلَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ُ‫ك لَ ْم ت‬
‫ص ِّل‬ َ َّ‫صلِّ فَإِن‬َ َ‫ال ارْ ِج ْع ف‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬ َ ‫صلَّى ثُ َّم َجا َء فَ َسلَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي‬ َ ‫َك َما‬
‫صاَل ِة فَ َكبِّرْ ثُ َّم‬ َّ ‫ق َما أُحْ ِسنُ َغ ْي َرهُ فَ َعلِّ ْمنِي فَقَا َل إِ َذا قُ ْمتَ إِلَى ال‬ ِّ ‫ك بِ ْال َح‬
َ َ‫ثَالَثًا فَقَا َل َوالَّ ِذي بَ َعث‬
ْ ‫ك ِم ْن ْالقُرْ آ ِن ثُ َّم ارْ َك ْع َحتَّى ت‬
‫ ثُ َّم‬R‫َط َمئِ َّن َرا ِكعًا ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْع ِد َل قَائِ ًما‬ َ ‫ا ْق َر ْأ َما تَيَ َّس َر َم َع‬
ْ ‫َط َمئِ َّن َسا ِجدًا ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى ت‬
َ ‫َط َمئِ َّن َجالِسًا َوا ْف َعلْ َذلِكَ فِي‬
َ‫صلالَتِك‬ ْ ‫ا ْس ُج ْد َحتَّى ت‬
‫رواه البخارى‬ .‫ُكلِّهَا‬
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi saw. pernah masuk Masjid,
lalu ada seorang laki-laki masuk pula dan salat. Kemudian, ia datang
kepada Nabi lalu mengucapkan salam. Kemudian Nabi berkata: “Ulangi
salatmu lagi karena sesungguhnya kamu belum salat”. Laki-laki itu
mengulangi salatnya seperti salatnya tadi. Kemudian, ia datang dan
mengucapkan salam kepada Nabi. Nabi berkata lagi: "Ulangi salatmu
karena kamu belum salat". Maka laki-laki itu kembali salat seperti salatnya
tadi. Setelah itu, ia kembali dan mengucapkan salam kepada Nabi.
Kemudian, Nabi berkata lagi: “Ulangi salatmu karena sesungguhnya kamu
belum salat”. Begitulah sampai tiga kali, lalu laki-laki tersebut berkata:
Demi Zat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku tidak dapat
berbuat yang lebih baik lagi daripada itu. Oleh karena itu, ajarilah aku!
Maka Nabi bersabda: “Apabila kamu berdiri untuk salat, maka takbirlah,
lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga

P a g e | 14
tumu’ninah, kemudian bangkitlah sehingga i’tidal dalam keadaan berdiri,
kemudian sujudlah sehingga tumu’ninah dalam keadaan sujud, kemudian
bangkitlah sehingga tumu’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah
sehingga tumu’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah yang
demikian itu dalam semua salatmu”. (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad,
tetapi dalam Muslim tidak terdapat sebutan sujud kedua).
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menguji sahabat dalam
mendirikan salat. Ini berada di wilayah psikomotor. Teknik yang digunakan
observasi. Beliau mengamati salat yang dilakukan oleh sahabat. Setelah
melihat adanya kekeliruan, beliau langsung menyuruhnya untuk
mengulanginya. Jadi, segera ada perbaikan setelah terjadinya kesalahan.
Dalam hadits ini juga dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah telah
menggunakan observasi sebagai teknik tes kemampuan ranah psikomotor
dalam bentuk yang sederhana, kendatipun belum menggunakan perencanaan
tertulis dan pencatatan lapangan. Pada zaman modern ini, observasi
digunakan sebagai instrumen pengukuran kemampuan kerja seseorang dan
dilengkapi dengan catatan-catatan yang diperlukan.
Menurut Anas sudijono, secara umum, pengertian observasi adalah
cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan ada titik
observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah
laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi
dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku
peserta didik ketika guru agama menyampaikan pelajaran di kelas; tingkah
laku peserta didik ketika istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan
pelajaran; dan perilaku peserta didik Pada saat salat jamaah di musala
sekolah, ceramah ceramah keagamaan, upacara bendera, serta ibadah salat
tarawih.

P a g e | 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa secara bahasa,
evaluasi berasal dari kata bahasa inggris “evaluation” yang artinya penaksiran
atau penilaian. Secara istilah diartikan bahwa evaluasi adalah proses menentukan
nilai untuk suatu hal atau objek yang berdasarkan pada acuan-acuan tertentu
untuk menentukan tujuan tertentu. Landasan al-Qur'an dan haditsnya terdapat
pada Q.S Al-Baqarah : 284 dan H.R Muslim.
Kemudian fungsi dan tujuan yang dipaparkan, pertama mengenai fungsi
yang mengarah kepada unsur dari pendidikan Islam itu sendiri yakni Ishlah,
Tazkiyah, Tajdid, dan ad-Dakhil sedangkan secara umum kami memberikan
fungsinya dalam klasifikasi tergantung kepada sasarannya. Adapun untuk tujuan
dari evaluasi pendidikan itu sendiri salah satunya mengetahui tingkat
penguasaan seseorang terhadap kompetensi yang sudah ditetapkan.
Prinsip evaluasi pendidikan terdiri dari mengacu pada tujuan, objektif,
komperhensif, dan continue. Jenis-jenis evaluasi kami bagi menjadi 3 yakni :
berdasarkan fungsi, cara dan tekhnik. Berdasarkan tekhniknya kami
klasifikasikan menjadi bentuk tes dan non tes. Sasaran dari evaluasi ini tidak
dapat diartikan bahwa siswa itu sebagai obyek akan tetapi siswa dapat dijadikan
subyek evaluasi. Terakhir, ranah evaluasi pendidikan ini mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik yang telah dipaparkan beserta hadits tarbawi
terkait.
B. Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini, besar harapan kami makalah
ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak orang. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum

P a g e | 16
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Umar, Bukhari. 2020. Hadits Tarbawi (Pendidikan dalam Persfektif Hadits). Jakarta :

AMZAH

Sawaluddin. 2020. Langkah-langkah dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan

Agama Islam. Jurnal PTK & Pendidikan Vol.6 No.1, Januari-Juni (13-24)

Rahayu, Fitriyani. 2019. Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Islam. el-HIKMAH Jurnal

Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 13, No. 1, Juni, h. 50-51

Hakim, Lukmanul dan Ismail Marzuki, 2019. Evaluasi Pendidikan Islam, Tangerang:

Tadarus Tarbawy, Vol.1 No.1

Prayogi, Ade Idham, 2016. Maksimalisasi Evaluasi Pendidikan Agama Islam,

Tulungagung: Al-Asasiyya, Journal Of Basic Education Vol.01 No.01

Mimin Hariyati, 2007. Model dan Teknik Peningkatan Pada Tingkat Satuan

Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press

P a g e | 17

Anda mungkin juga menyukai