Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “ Syarakh Hadits
Tentang Evaluasi Pendidikan “ ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawi
dengan dosen pengampu Bapak H. Saiful Mujab, M.S.I.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 11
B. Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
penolakan terhadap UN atau Ujian Nasional. Padahal, jika kita sadari hal itu
sangat mempengaruhi semangat peserta didik untuk meningkatkan semangat
belajarnya. Kenyataan ini jika dibiarkan terus-menerus tanpa ada solusi maka
yang terjadi adalah “Kesinisan Massal” terhadap bentuk evaluasi pendidikan
seperti UN dan sebagainya baik dari peserta didik, tenaga didik atau bahkan
pengelola pendidikan.
Seharusnya Ujian Nasional dapat dijadikan parameter tingkat
keberhasilan pendidikan nasional. Akan tetapi ada fenomena yang kurang baik
terhadap pendidikan kita bahwa “UN adalah Proyek Menteri Pendidikan”. Ini
sangat amat lebih memprihatinkan.
Dari wacana di atas penulis perlu mengaktualisasikan pemahaman
evaluasi berikut serta relevansinya terhadap ajaran agama Islam dengan
melakukan analisis terhadap Hadits Rasulullah SAW dan dikaji dengan
metode kritis terhadap teks sesuai konteks yang relevan dengan tuntutan
zaman dan budaya kebangsaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian Evaluasi Pendidikan?
2. Bagaimana syarakh hadits tentang Evaluasi Pendidikan?
3. Bagaimana tujuan dan fungsi Evaluasi Pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Evaluasi Pendidikan.
2. Untuk memahami syarakh hadits tentang Evaluasi Pendidikan.
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi Evaluasi Pendidikan.
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak tersebut
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses
sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan,
unjuk kerja, proses, orang, objek, dan lainnya) berdasarkan kriteria tertentu
melalui penilaian. Jadi, Evaluasi Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam
dunia pendidikan, merupakan proses pengukuran akan efektivitas strategi
yang dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan.2
Term evaluasi dalam wacana keislaman, terdapat term-term tertentu
yang mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut yaitu:
1. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung, dan
menganggap.
2. Al-Bala’, memiliki makna cobaan atau ujian.
3. Al-Hukum, memiliki makna putusan atau vonis.
4. Al-Qadha, memiliki arti putusan.
5. Al-Nazhar, memiliki arti melihat.
6. Al-Imtihan, memiliki arti ujian.3
َيآ َأُّيَه ا اَّلِذْيَن َاَم ُنْو ا اَّتُقْو ا اَهلل َو ْلَتْنُظْر َنْف ٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغٍد َو اَّتُقْو ا اَهلل ِاَّن اَهلل َخ ِبْيٌر َمِبا
vii
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertawakallah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat): dan bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Hasyr: 18).
Imam Ibnu Qoyim menafsirkan bahwa ayat ini menunjukkan akan
wajibnya melakukan muhasabah (instropeksi) diri. Allah Swt memerintahkan
supaya kalian memperhatikan amalan apa yang telah kalian persiapkan untuk
hari kiamat kelak, apakah amal sholeh yang akan menyelamatkan dirimu?
Ataukah amal kejelekan yang justru akan menyengsarakannya.
Imam Hasan Bashri mengatakan, tidak ada waktu yang tersisa yang
menjumpai seorang mukmin melainkan ia harus gunakan untuk muhasabah.
Sedangkan Imam Al-Mawardi menerangkan, bahwa muhasabah adalah
seseorang mengoreksi diri secara tuntas di waktu keheningan malam terhadap
perbuatan yang dilakukan pada siang hari. Jika hasilnya terpuji maka dia terus
berlalu, sambil diikuti keesokannya dengan perbuatan yang serupa dan
memperbaikinya lagi. Dan bila hasilnya tercela maka dia berusaha untuk
mengoreksi di mana letaknya, kemudian mencegah untuk tidak
mengulanginya lagi pada hari esok.
Maka barang siap yang menginstropeksi diri sebelum dihisab dirinya
akan ringan di dalam hisabnya kelak pada hari kiamat, manakala hadir dalam
pertanyaan serta jawaban, serta akan berakibat baik. Dan barang siapa yang
enggan untuk instropeksi diri, dia akan cepat merasakan kerugian, menunggu
dalam waktu yang lama pada hari kiamat kelak, dan kesalahannya sebagai
penuntun pada kehinaan dan siksaannya.
viii
dunia pendidikan, terutama dunia pendidikan Islam. Beliau selalu memberikan
pengajaran yang baik dan bermanfaat bagi setiap umat manusia. Beliau juga
melakukan pengevaluasian terhadap hukum-hukum yang ditetapkannya sesuai
dengan perkembangan zaman. Seperti terlihat pada hadits berikut ini:
ِاَّن اَهلل َال َيْنُظ ُر ِاىَل:م. َق اَل َرُس ْو ُل الَّل هِ ص: َي اُهلل َعْن ُه َق اَل َة ِض
َعْن َايِب ُه َرْيَر َر
(ُصَوِرُك ْم َو َلِكْن َيْنُظُر ِاىَل ُقُلْو ِبُك ْم َوَاْع َم اِ لُك ْم (رواه مسلم َاْج َس اِم ُك ْم َوَال ِاىَل
َح ا ِس ُبْو َأْنُف َس ُك ْم َقْب َل َاْن َحُتا َس ُبوا (رواه عمر عنب: َعْن ُعَم َر ْبن اَخْلَّط اِب َق اَل
)خطاب
ِهَن ِهَن
" يُتُك م َعن ِزَياَرِة الُقُبوِر ُفُزوُروَه ا َو يُتُك ْم َعْن: َقاَل رسوال هلل صلى اهلل عليه وسلم
)ُحُلْو ُم ِاَّال َض اِح ْي َفْو َق َثَالَث َفَأْم ِس ُك وا َم َبَد اَلُك ْم " (رواه مسلم
Makna yang terkandung dalam hadits ini adalah bahwa pada zaman
jahiliyah orang-orang terutama kaum perempuan ketika berziarah ke kubur
ix
selalu menangis berlebihan. Bahkan mereka meratap, meraung-raung sambil
berguling-guling di tanah. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang tidak baik,
maka Rasulullah SAW melarang untuk menziarahi kubur pada saat itu. Tetapi,
setelah zaman jahiliyah usai, di mana keimanan sudah kuat dan teguh maka
Rasulullah SAW mengizinkan umat Islam untuk berziarah kubur.
َو َلَنْبُل َّنُك ْم ِبَش ٍء ِم َن اَخْلْو ِف َواُجلوِع َو َنْق ٍص ِم َن اَألْم اِل َواَألْنُف ِس َوالَّثَم اِت َوَبِّش ِر
َر َو ْي َو
ِب
الَّص ا ِريَن
4
Badriyah, “MAKALAH HADITS TARBAWI HADITS EVALUASI PENDIDIKAN,”
2022, hal 2–3.
x
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (Q.S. Al-Baqarah:
155).42
َق اَل اَّل ذيِ ِعْن َد ُه ِعْلمٌ ِم َن اْلِكَت اِب َأَن ا آِتيَك ِب ه َقْب َل َأْن يَـْرَتَّد ِإَلْي َك َطْرُف كَ َفَلَّم ا
َرآهُ ُمْس َتِق ًّراِ ِعْن َد ُه َق الَ َه َذ ا ِم ْن َفْض ِل َر يِّب ِلَيْبـُلَويِن َأَأْش ُك ُر َأْم َأ ْك ُف ُر َوَمْن َش َك َر َفِإَمَّنا
ِل ِس ِه
َيْش ُك ُر نَـْف َوَمْن َك َف َر َفِإَّن َر يِّب َغٌّيِن َك ِرٌمي
Artinya : “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala
Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini
termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
(Q.S. Al-Naml: 40).
َفَلَّم ا َأْس َلَم ا َوَتَّل ُه ِلْلَج ِبِنْي َو َناَدْيَن اُه َأْن َي ا ِإْبَراِه ْيُم َقْد َص َّد ْقُت الُّرْؤ َي ا ِإَّنا َك َذ ِلَك ْجَنِزي
اْلُم ْح ِس ِنَني ِإَّن َه َذ ا ُهَل اْلَبَال اْلُم ِبُني َو َفَد ْيَناُه ِبِذْبٍح َعِظ يٍم
َو ُء
xi
Artinya: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami
panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi
itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (Q.S. Al-Shaffat:
103- 107).
َو َعَّلَم َاَدَم اِإل َمْساَء ُك َّلَه ا َّمُث َعَرَض ُه ْم َعَلى اْلَم َالِءَك ِة َفَق اَل َأْنِب ُءويِن ِبَأَمْساِء َه ُؤَالِء ِإْن
ِدِق
ُك ْنُتْم َص ا َني
ِم ِم
َفَمْن َيْع َمْل ْثَق اَل َذَّرٍة َخ ْيًرا َيَرُه َوَمْن َيْع َمْل ْثَق اَل َذَّرٍة َش ًّرا َيَرُه
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya
dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
xii
seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya) pula. (Q.S. Al-
Zalzalah: 7-8).5
5
Ano Suharna, “EVALUASI PENDIDIKAN PERSFEKTIF ISLAM” 3, no. 2 (2016): hal
63–66.
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk memelihara,
membimbing, dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
manusia agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki. Sedangkan
Evaluasi Pendidikan adalah suatu proses untuk menentukan nilai dari segala
sesuatu dalam dunia pendidikan, merupakan proses pengukuran akan
efektivitas strategi yang dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Evaluasi pendidikan sangat penting untuk perkembangan pendidikan dalam
Islam. Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan sebagai berikut:
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dihadapi.
2. Untuk mengetahui sejauh mana hasil pendidikan yang telah diaplikasikan
Rasulullah SAW kepada umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keimanan seseorang.
4. Untuk mengukur daya kognisi.
5. Untuk memberikan balasan terhadap orang yang beraktivitas baik dan
buruk.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk selalu menginstropeksi
diri dan melakukan evaluasi pada pendidikan yang terjadi sampai sekarang ini,
dengan menambah wawasan dan mencari referensi untuk ayat Al-Quran dan
juga hadits mengenai evaluasi pendidikan.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
xv