Anda di halaman 1dari 16

Makalah

HADIS TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN

Dosen Pemangku
Dr. M. JAFAR, M.Ag

Program Studi: Manajemen Pendidikan Islam


Mata Kuliah : Hadis Tematik

Oleh:

MULIZA SYAHWAL FITRIANI


(2022530059)

PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2022 M / 1443 H
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang....................................................................................................1
2. Rumusan Makalah...............................................................................................2
3. Tujuan Makalah..................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan..........................................................................3
2. Objek, Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan.................................................4
3. Prinsip Evaluasi Pendidikan................................................................................6
4. Hadits-hadits Tentang Evaluasi Pendidikan........................................................8

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................11
Daftar Pustaka............................................................................................................12

ii
EVALUASI PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin
mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia berusaha untuk
meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya,
secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan terus
berlangsung.

Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggungjawab untuk


memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan peserta didik agar ia memiliki makna dan tujuan
hidup yang hakiki. Sementara proses pendidikan bertujuan untuk
menimbulkan perubahan perubahan yang diinginkan pada setiap peserta
didik.1 Adapun pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam Alqur’an dan
Hadis serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat
Islam.2

Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan, maka dibutuhkan


evaluasi. Evaluasi yang merupakan salah satu komponen dari sistem
pendidikan yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai
alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam
proses pendidikan dan proses pembelajaran.3

Dalam sejarah umat Islam, evaluasi sudah dicontohkan oleh


Rasulullah saw. Beliau selalu mengevaluasi kemampuan para sahabat

1
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 233.
2
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 173.
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h. 220.

1
dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas. Untuk
melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah saw. sering
mengevaluasi hafalan para sahabat dengan

1
cara menyuruh mereka membacakan ayat-ayat Alqur’an di hadapannya, kemudian
beliau membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.

Mengingat pentingnya evaluasi dalam kehidupan manusia untuk


menjadi alat kontrol, maka kegiatan ini selalu mendasari dari setiap
tindakan individu, kegiatan orang, organisasi atau suatu lembaga. Tanpa
adanya evaluasi, maka suatu program atau lembaga tidak akan mengetahui
tingkat keberhasilannya, dan persoalan apa saja yang melatarbelakanginya
serta faktor apa saja yang mendukungnya. Jadi evaluasi berfungsi sebagai
informasi dan sekaligus umpan balik terkait dengan tujuan kegiatan suatu
lembaga yang dilaksanakan.

Agar tujuan evaluasi pendidikan tercapai dengan maksimal, maka


kegiatan evaluasi tidak terlepas dari beberapa obyek evaluasi, dan
dilaksanakan berdasarkan tahapan evaluasi dan prinsip-prinsip evaluasi
yang benar, dan obyektif, serta harus dilakukan dengan perencanaan dan
pelaksanaan yang matang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk


mengkaji lebih dalam terkait hadis tentang evaluasi pendidikan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
a. Bagaimana hakikat evaluasi pendidikan ?
b. Bagaimana objek, tujuan, dan fungsi evaluasi pendidikan ?
c. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi pendidikan ?
d. Apa saja hadis yang menjelaskan tentang evaluasi pendidikan ?

3. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
pembahasan makalah ini adalah:

2
a. Menjelaskan hakikat evaluasi pendidikan.
b. Menjelaskan objek, tujuan, dan fungsi evaluasi pendidikan.
c. Menjelaskan prinsip-prinsip evaluasi pendidikan.
d. Memaparkan hadits-hadits tentang evaluasi pendidikan.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Evaluasi adalah upaya atau kegiatan untuk menilai sesuatu,
berhasil atau tidak berhasil, baik atau tidak baik, berlangsung dengan
benar atau tidak, atau sampai di mana suatu tujuan atau perencanaan yang
telah diharapkan. Dalam kata lain, evaluasi juga dimaknai dengan refleksi,
atau dalam bahasa Arab dimaknai dengan Muhasabah.

Evaluasi berasal dari kata “To Evaluate” yang berarti menilai. Di


samping kata “evaluasi” terdapat pula istilah measurement yang berarti
mengukur. Pengukuran dalam pendidikan adalah usaha untuk memahami
kondisi-kondisi objektif tenang sesuatu yang akan dinilai. Penilaian dalam
pendidikan islam akan objektif apabila disandarkan pada nilainilai Al-
Quran dan Al-Hadits.

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris Evaluation,


dalam bahasa arab : Al-Taqdiir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.
Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab (Al-Qiimah). Dengan
demikian evaluasi pendidikan secara harfiah berarti penilaian dalam
bidang pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.4

Meskipun kata evaluasi kini memiliki makna yang lebih luas,


namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan
dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh
Ralph Tyler (1950), mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses

4
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, cet. III, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 1.

3
pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, bagian
mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagian mana yang
belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua
orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam, mendefinisikan bahwa
proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauhmana tujuan tercapai,
tetapi digunakan untuk membuat keputusan. 5

Arikunto (2003), mendefinisikan evaluasi dengan terlebih dahulu


menjelaskan tentang mengukur dan menilai. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan bersifat kuantitatif.
Menilai adalah mengambil sesuatu keputusan terhadap sesuatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dan bersifat kualitatif.
Sedangkan mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yaitu
mengukur dan menilai. Dengan demikian, evaluasi adalah menilai (tetapi
dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu).6

Dalam pendidikan islam, evaluasi akan objektif apabila didasarkan


dengan tolak ukur Alqur’an atau Hadis. Dalam Alqur’an atau Hadis,
banyak sekali ditemui tolak ukur evaluasi dalam pendidikan Islam,
misalnya tolak ukur shalat yang baik dan sempurna adalah mencegah
orang dari perbuatan keji dan munkar, tolak ukur watak seseorang yang
beriman adalah bila melaksanakan shalat secara khusyuk, membayar zakat
(QS. an-Nisa’:162). Tolak ukur perilaku seseorang yg beriman adalah
mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri (QS. al-
Baqarah:148). Tolak ukur seseorang yang munafik disebutkan oleh Nabi
dalam tiga indikasi, yaitu dusta dalam berbicara, ingkar dalam berjanji,
dan khianat apabila diberi kepercayaan (amanah).

2. Objek, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan

5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, cet. ke 10, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), h. 3.
6
Ibid. h. 3.

4
Yang dimaksud dengan objek evaluasi pendidikan adalah segala
sesuatu yang dijadikan titik pusat perhatian/pengamatan. Salah satu cara
untuk mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan
menyorotinya dari tiga aspek, yaitu input, transformasi, dan output.7
a. Input: Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di
sekolah, input tidak lain adalah calon siswa.
b. Transformasi: Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah
bahan mentah menjadi bahan jadi”, akan memegang peranan yang sangat
penting. Ia dapat menjadi faktor penentu yang dapat menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang
telah ditentukan; karena itu objek-objek yang termasuk dalam transformasi itu
perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan.
c. Output: Sasaran evaluasi dari segi output adalah tingkat pencapaian atau
prestasi belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat
dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Ranah
yang biasa digunakan adalah tiga trikhotomik Benyamin Bloom, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk


membentuk al-insan al-kamil, atau manusia paripurna. Secara khusus,
tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk
mengetahui kadar pemikiran dan pemahaman peserta didik terhadap
materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Adapun fungsi evaluasi, menurut Abudin Nata adalah:8
a. Mengetahui tercapai tidaknya tujuan.
b. Memberi umpan balik bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran.
c. Untuk menentukan kemajuan belajar.
d. Untuk mengenal peserta didik yang mengalami kesulitan.
e. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar yang tepat.

7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 25-28.
8
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 2005) h. 18.

5
f. Bagi pendidik, untuk mengatur proses pembelajaran. Bagi peserta didik untuk
mengetahui kemampuan yang telah dicapai, bagi masyarakat untuk
mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan program.
Kalau dilihat prinsip evaluasi dalam Alquran dan yang
dipraktikkan oleh Nabi, maka evaluasi berfungsi sebagai berikut:
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam
problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. al-Baqarah: 2: 155).
b. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai di mana hasil pendidikan wahyu
yang di aplikasikan Rasulullah saw. kepada umatnya (Q.S. an-Naml: 27: 40).

Setiap perbuatan dan tindakan dalam pendidikan selalu


menghendaki hasil, pendidik selalu berharap bahwa hasil yang diperoleh
sekarang lebih memuaskan dari yang sebelumnya. Untuk menentukan dan
membandingkan antara hasil yang satu dengan yang lainnya diperlukan
adanya evaluasi.
Seorang pendidik melakukan evaluasi di sekolah mempunyai
fungsi sebagai berikut: 1). Untuk mengetahui mana peserta didik yang
pandai dan yang bodoh di kelasnya. 2). Untuk mengetahui apakah bahan
yang telah diajarkan sudah dimiliki peserta didik atau belum. 3). Untuk
mendorong persaingan yang sehat antara peserta didik. 4). Untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami
didikan dan ajaran. 5). Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru
memilih bahan, metode, dan berbagai penyesuaian dalam kelas. 6).
Sebagai laporan terhadap orangtua peserta didik dalam bentuk raport,
ijazah, piagam, dan sebagainya.

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan


Agar evaluasi dapat akurat dan bermanfaat bagi para peserta didik
dan masyarakat, maka evaluasi harus menerapkan seperangkat prinsip-
prinisp umum sebagai berikut:

6
a. Valid: Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan
jenis tes yang terpercaya dan shahih. Artinya, adanya kesesuaian alat ukur
dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak
memiliki keshahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data yang
dihasilkan juga salah dan kesimpulan pembelajaran akan dapat diketahui
secara jelas dan terarah.
b. Berorientasi kepada kompetensi: Evaluasi harus memiliki pencapaian
kompetensi peserta didik yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap
keterampilan dan nilai yang terefleksi dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukurna-ukuran keberhasilan
pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
c. Berkelanjutan: Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu-ke
waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik,
sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui
penilaian.
d. Menyeluruh: Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang meliputi seluruh materi ajar
serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaiaan. Dengan berbagai
bukti tentang hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak.
e. Bermakna: Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi
semua pihak. Untuk itu, evlauasi hendaknya mudah dipahami dan dapat
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian
hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi peserta didik
dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
f. Adil dan objektif: Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi
peserta didik dan objektivitas pendidik, tanpa membedakan janis kelamin,
latar belakang etnis, budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi
pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan
menurunnya motivasi belajar peserta didik karena mereka merasa
dianaktirikan.

7
g. Terbuka: Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai
kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi
pihak-pihak yang berkepentingan tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi
yang dapat merugikan semua pihak.
h. Ikhlas: Ikhlas berupa kebersihan niat atau hati pendidik, bahwa ia melakukan
evaluasi itu dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan, dan bagi
kepentingan peserta didik.
i. Praktis: Praktis berarti mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa
indikator yaitu 1) hemat waktu, biaya dan tenaga, 2) mudah diadministrasikan,
3) mudah menskor dan mengolahnya, dan 4) mudah ditafsirkan.
j. Dicatat dan akurat: Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus
secara sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga seaktu-
waktu dapat dipergunakan.
‫يهد‬ ‫البر‬ ‫وإن‬ ‫البر‬ ‫ِإلَى‬ ‫يهدي‬ ‫الصدق‬ ‫إن‬ ‫قال‬ ‫سلَّم‬
َ ‫ َو‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
َ  ‫النبي‬  ْ‫عَن‬ ُ‫ َع ْنه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫ض َي‬
ِ ‫ َر‬ ‫مسعود‬ ‫ابن‬  ْ‫عَن‬
‫الجنة‬ ‫ِإلَى‬ ‫ي‬

Artinya: “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan


itu membawa kepada surga” (H.R. Muslim No. 4720).

Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seorang


yang melakukan penilaian harus benar-benar yakin terhadap hasil
penilaiannya itu. Ia tidak boleh menilai sesuatu yang belum diketahui
dengan pasti atau masih meragukan. Hal ini sejalan dengan hadis Nabi
yang artinya: “Tinggalkan apa yang kau ragu-ragu, kepada apa yang tidak
engkau ragu-ragu. Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada
ketenangan, dan dusta itu membawa kepada keragu-raguan.” (H.R.
Tirmudzi).

4. Hadits Tentang Evaluasi Pendidikan


Dalam sejarah diketahui bahwa dalam melaksanakan misi pendidikan,
sehingga tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran
dapat terlihat Nabi saw. juga mengevaluasi para sahabat, misalnya dalam
memahami ajaran agama atau dalam menjalankan pekerjaan mereka agar

8
dengan tulus dan sungguh-sungguh. Begitu juga Rasul sering
memperhatikan hafalan para sahabat dengan cara menyuruh para shahabat
membacakan ayat-ayat Alqur’an dan berdiskusi dengan para shahabat.
Evaluasi yang dicontohkan juga dilaksanakan kepada Rasulullah, misalnya
beliau juga dievaluasi oleh Allah melalui Malaikat Jibril. Sebagaimana
kisah kedatangan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut iman, Islam, dan
ihsan, sebagai berikut:

ْ‫َّان ال َّت ْيمِيُّ َعن‬ َ ‫َح َّد َث َنا ُم َس َّد ٌد َقا َل َح َّد َث َنا ِإسْ مَاعِ ي ُل بْنُ ِإب َْراهِي َم َأ ْخ َب َر َنا َأبُو َحي‬
‫ار ًزا َي ْومًا‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َب‬
َ ُّ‫ان ال َّن ِبي‬َ ‫َأ ِبي ُزرْ َع َة َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل َك‬
‫جب ِْري ُل َف َقا َل َما اِإْلي َمانُ َقا َل اِإْل ي َمانُ َأنْ ُتْؤ م َِن ِباهَّلل ِ َو َماَل ِئ َكتِ ِه‬ ِ ُ‫اس َفَأ َتاه‬ ِ ‫لِل َّن‬
َ ‫ث َقا َل َما اِإْلسْ اَل ُم َقا َل اِإْل سْ اَل ُم َأنْ َتعْ ُب َد هَّللا‬ ِ ْ‫َو ُك ُت ِب ِه َو ِبلِ َقاِئ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ُتْؤ م َِن ِب ْال َبع‬
‫ان‬
َ ‫ض‬ َ ‫ض َة َو َتصُو َم َر َم‬ َ ‫الز َكا َة ْال َم ْفرُو‬
َّ ‫ي‬ َ ‫صاَل َة َو ُتَؤ ِّد‬ َّ ‫ك ِب ِه َش ْيًئ ا َو ُتقِي َم ال‬َ ‫َواَل ُت ْش ِر‬
‫ك َقا َل‬ َ ‫ك َت َراهُ َفِإنْ لَ ْم َت ُكنْ َت َراهُ َفِإ َّن ُه َي َرا‬ َ ‫َقا َل َما اِإْلحْ َسانُ َقا َل َأنْ َتعْ ُب َد هَّللا َ َكَأ َّن‬
‫ك َعنْ َأ ْش َراطِ َها‬ َ ‫َّاِئل َو َسُأ ْخ ِب ُر‬
ِ ‫َم َتى السَّا َع ُة َقا َل َما ْال َمسْ ُئ و ُل َع ْن َها ِبَأعْ لَ َم ِمنْ الس‬
‫َذا َولَ َد ْ َأْل‬
‫س اَل‬
ٍ ‫ان فِي َخ ْم‬ ِ ‫ت ا َم ُة َر َّب َها َوِإ َذا َت َط َاو َل ُر َعاةُ اِإْلبِ ِل ْال ُب ْه ُم فِي ْال ُب ْن َي‬ ‫ِإ‬
} ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم { ِإنَّ هَّللا َ عِ ْن َدهُ عِ ْل ُم السَّا َع ِة‬ َ ُّ‫َيعْ لَ ُمهُنَّ ِإاَّل هَّللا ُ ُث َّم َتاَل ال َّن ِبي‬
َ ‫جب ِْري ُل َجا َء ُي َعلِّ ُم ال َّن‬
‫اس‬ ِ ‫اآْل َي َة ُث َّم َأ ْد َب َر َف َقا َل ُر ُّدوهُ َفلَ ْم َي َر ْوا َش ْيًئ ا َف َقا َل َه َذا‬
‫ان‬ِ ‫دِي َن ُه ْم َقا َل َأبُو َعبْد هَّللا ِ َج َع َل َذلِك ُكلَّ ُه ِمنْ اِإْل ي َم‬
Artinya: Menceritakan kepada kami Ismail ibn Ibrahim, memberikan kepada kami
ibn Hayyan al Tamimi dari Abi Zar’at dari Abi Hurairat, ia berkata “
Pada suatu hari ketika Nabi duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang
seorang laki-laki yang bertanya, “Apakah iman itu?” Jawab Nabi, “iman
adalah percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat-Nya, dan
pertemanan dengan-Nya, para Rasul-Nya, dan percaya kepada hari
berbangkit dari kubur”. Lalu laki-laki itu bertanya kembali, “Apakah
Islam itu?” Jawab Nabi saw. “Islam adalah menyembah kepada Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat,
menunaikan zakat yang difardhukan, dan berpuasa di bulan Ramadhan”.
Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “Apa ihsan itu?” Nabi saw. menjawab “
Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika

9
engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu”. Lalu
laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah hari kiamat itu?” Nabi saw.
menjawab “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari pada orang
yang bertanya, tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-
tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan
majikannya, dan jika pengembala unta dan ternak lainnya berlomba-
lomba membangun gedung. Dan termasuk dalam lima macam yang tidak
mengetahuinya kecuali Allah, yaitu tersebut dalam ayat: “Sesungguhnya
Allah pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui hari kiamat, dan dia pula
yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu,
dan tidak seorangpun yang mengetahui di manakah ia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sedalam-dalamnya”. Kemudian
pergilah orang itu. Lalu Nabi menyuruh sahabat, “Antarkanlah orang
itu”. Akan tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka Nabi saw.
bersabda, itu adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang mengajarkan
bagimu.” (HR. Bukhari). (Hadis Bukhari tentang Iman, Islam, dan Ihsan).

Beberapa hadis Rasulullah saw. juga menganjurkan perlunya


melaksanakan pengawasan atau evaluasi dalam setiap pekerjaan. Ajaran
Islam sangat memperhatikan adanya bentuk pengawasan terhadap diri
terlebih dahulu sebelum melakukan pengawasan terhadap orang lain. Hal
ini antara lain berdasarkan hadis Rasulullah saw. sebagai berikut:

‫حاسبوا أنفسكم قبل أن بحاسبوا ونوا أعمالكم قبل أن توزن‬

Artinya: Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih


dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR. Tirmidzi:
2383).

َ ‫ اِنَّ هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر اِلَى اَ ْج‬:‫م‬.‫ قال رسول هللا ص‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
‫سا ِم ُك ْم‬ ِ ‫عَنْ اَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ َر‬
)‫ص َو ِر ُك ْم َو ٰل ِكنْ يَنظ َر اِلى قل ْو بِ َك ْم َوا ْع َما لِك ْم (رواه مسلم‬
ُ َ ُ ُ َ ُ ْ ُ ‫َوالَ اِلَى‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a, beliau berkata: Rasulullah bersabda:


“Sesungguhnya Allah tidak memandang dan menilai dari tubuh dan
gambarmu (kuantitas), akan tetapi Allah memandang dan menilai dari
hati dan amalmu” (H.R. Muslim).

Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Allah terhadap


makhluknya tidak akan menyalahi aturan yang ditetapkan sehingga tidak
ada orang yang teraniaya atau dirugikan. Kesalahan hanya dihitung sesuai

10
dengan jumlah kesalahan (dosa), tetapi kebaikan dihitung berlipat ganda,
kebaikan satu diberi nilai 10 sampai 700.
Evaluasi berfungsi untuk membimbing manusia agar meningkatkan
kualitas kerja, sebagaimana penjelasan Hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Thabrani bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan
secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas) (H.R. Thabrani).

C. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaiaan dalam bidang
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkatian dengan kegiatan
pendidikan.
2. Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, yang berarti
penilaian, penaksiran, atau evaluasi. Atau berasal dari kata to evaluate yang
berarti menilai. Dalam Alqur’an maupun hadis kata “evaluasi” tidak dapat
ditemukan padanan yang pasti, namun terdapat term-term tertentu yang
mengarah pada makna evaluasi.
3. Tujuan evaluasi untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik,
mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang
lemah, mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan
yang telah dicapai, mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, proses
peyampaian materi pelajaran, mengetahui kesulitan belajar peserta didik
(diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan
evaluasi selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,


2012.

Nata, Abudin. Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam


di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 2005.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2008.

Ramayulis dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2001.

12

Anda mungkin juga menyukai