Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

EVALUASI PENDIDIKAN DALAM DIMENSI HADITS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hadits-hadits Pendidikan
Dosen Pengampu: Bpk. Syukri M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

USWATUN ISLAMI (1216.20.2273)


SAFARUDIN (1216.20.2286)
MUHAMMAD BASOFI (1216.20.2390)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI DINIYYAH PUTRI
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa, berkat rahmat dan izin-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi Pendidikan Dalam Dimensi
Hadits” sebagai pemenuhan tugas kelompok untuk presentasi. Sholawat beserta salam
semoga selalu tersampaikan kepada suri tauladan umat Nabi Muhammad ‫صلّى هللا عليه و‬
‫ سلّم‬, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang selalu mengikutinya hingga
akhir zaman. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
hadits-hadits seputar pendidikan terkhusus bagaimana evaluasi pendidikan dalam
dimensi hadits yang kami sajikan dalam bentuk makalah berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber informasi, referensi, buku dan lainnya.

Alhamdulillah berkat kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah ‫تعالى‬


akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa STAI Diniyah Pekanbaru. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Untuk itu kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi


perbaikan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

Pekanbaru, 08 Oktober 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.................................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.................................................................................................iv
BAB II.....................................................................................................................................1
PEMABAHASAN..................................................................................................................1
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan.............................................................................1
B. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pendidikan...............................................................6
C. Prinsip-prinsip Evaluasi.......................................................................................10
D. Sasaran Evaluasi...................................................................................................16
BAB III.................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggungjawab untuk
memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
kehidupan peserta didik agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang
hakiki. Sementara proses pendidikan bertujuan untuk menimbulkan perubahan-
perubahan yang diinginkan pada setiap peserta didik.1 Adapun pendidikan Islam
merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana
tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan
dalam praktik sejarah umat Islam.2
Menurut Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, perubahan-perubahan
yang diinginkan pada peserta didik meliputi tiga bidang asasi, yaitu :
1. tujuan personal yang berkaitan dengan individu-individu yang sedang belajar
untuk terjadinya perubahan yang diinginkan, baik perubahan tingkah laku,
aktifitas, dan pencapaiannya, serta pertumbuhan yang diinginkan pada pribadi
peserta didik.
2. tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai unit sosial
berikut dengan dinamika masyarakat umumnya.
3. tujuan-tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, seni, dan profesi.3
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan, maka dibutuhkan evaluasi.
Evaluasi yang merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam harus
dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan

1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 233.
2 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 173.
3 Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 339.

iii
atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses
pembelajaran.4
Dalam sejarah umat Islam, evaluasi sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Beliau selalu mengevaluasi kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama
atau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan,
Rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh
mereka membacakan ayat-ayat al-Qur’an dihadapannya, kemudian beliau
membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.
Dalam makalah ini kami akan menyajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi
pendidikan Islam dalam dimensi hadits, dimulai dari hadits-hadits yang berkaitan
dengan evaluasi pendidikan, pengertiannya, tujuan dan fungsinya, prinsip, sasaran,
dan jenisnya.

B. Rumusan Masalah
1. Hadits-hadits tentang evaluasi pendidikan.
2. Apa pengertian evaluasi pendidikan ?
3. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan ?
4. Apa dan siapa sasaran dari evaluasi pendidikan ?
5. Apa prinsip evaluasi pendidikan ?

4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), hlm. 220.

iv
BAB II
PEMABAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan


Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation,  yang berarti
penilaian, penaksiran, atau evaluasi.5 Atau berasal dari kata to evaluate yang berarti
menilai. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qimat. Dalam bahasa arab, juga dijumpai
istilah imtihan, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir
dari proses kegiatan.6

Istilah nilai pada mulanya dipopulerkan oleh Plato. Pembahasan ‘nilai’ secara
khusus diperdalam dalam dikursus filsafat, terutama pada aspek aksiologinya.7
Begitu pentingnya kedudukan nilai dalam filsafat, sehingga para filosof meletakkan
nilai sebagai muara bagi epistemologi dan ontologi filsafat. Kata nilai kemudian tidak
hanya popular dalam bidang filsafat saja, tetapi sampai pada bidang ekonomi, sosial,
pendidikan, dsb. Dalam ekonomi istilah nilai ditautkan dengan harga. Sedangkan jika
diaplikasikan dalam pendidikan, kata nilai dipahami sebagai memberikan muatan
nilai dalam ontologi dan epistemologi pendidikan, serta mengarahkan prosesnya agar
tetap mengacu pada nilai.

Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama
hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai
suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta
didik untuk tujuan pendidikan.8 Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat

5 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia), hlm.


161.
6 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 183.
7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 221.
8 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 106.

1
dalam mengambil keputusan.9 Suharsimi membedakan antara istilah pengukuran,
penilaian, dan evaluasi. Menurutnya, pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat kuantitatif. Penilaian adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk secara kualitatif.
Sedangkan evaluasi, mencakup pengukuran dan penilaian secara kuantitatif.
Contohnya tentang pelaksanaan sholat. Seseorang yang sholat dapat diukur dan
dinilai. Pengukuran shalat dilakukan pada aktifitas yang berkaitan dengan
pelaksanaan syarat-syarat dan rukunnya. Bila hal tersebut terpenuhi maka shalatnya
dianggap sah. Sementara penilaian shalat adalah yang berkaitan dengan adab-adab,
seperti keikhlasan, kekhusu’an, dsb. Walaupun hal ini sangat sulit dilakukan, karena
menyangkut urusan batin dan wewenang Tuhan.10

Kata evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan yang
pasti, namun terdapat term-term tertentu yang mengarah pada makna evaluasi.
Diantaranya adalah al-Hisab yang memiliki makna mengira, menafsirkan, dan
menghitung (QS. Al Baqarah: 284), al-Bala’ yang bermakna cobaan atau ujian (QS.
Al Mulk: 2)11, al-Hukm yang bermakna putusan atau vonis (QS. An Naml: 78), al-
Qadha yang bermakna putusan (QS. Thaha: 72), An-Nazhr yang berarti melihat (An-
Naml: 27),12 musibah (ujian) (QS. Ali Imran: 165, Al Baqarah: 156, An Nisa: 62 dan
79, Ar Rum: 48,

9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990). hlm. 3.


10 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hlm. 242.
11 Kata ini terulang 38 kali dalam al-Quran dengan berbagai sighat (bentuk kata). Secara
etimologi kata ini setara dengan ikhtabara dan imtahana yang berarti menguji atau mencoba.
12 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 243-244.

2
Luqman: 17, Al Hadiid: 22, At Taghabun: 11), dan fitnah13 yang berarti cobaan ujian
atau bencana (QS. Al Anfal: 25, Al Furqon: 20, Al Anbiya: 35).14 

Beberapa term diatas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung
ataupun hanya sekedar alat atau proses didalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi
bahwa Al Quran dan Hadist merupakan asas-asas atau prinsip-prinsip umum
pendidikan, sementara operasionalnya diserahkan penuh kepada para ijtihat umatnya.
Term evaluasi pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada ‘penafsiran atau
memberi putusan terhadap kependidikan’. Setiap tindakan didasarkan atas rencana,
tujuan, bahan, alat, dan lingkungan kependidikan tertentu. Berdasarkan komponen
ini, maka peran penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan
pendidikan tercapai.

Jika kata evaluasi dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan
sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk itu evaluasi pendidikan
sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar siswa tersebut, seperti evaluasi
terhadap guru, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan dan
sebagainya.15 Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lain yang hampir berdekatan,
yaitu pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga
kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga dalam memaknainya
tergantung dari kata mana yang siap diucapkan.16

Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu
proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang
13 Kata ini berasal dari kata fatana yang semakna dengan a’jaba yang berarti membingungkan
atau mengherankan. Kata fatana diulang sampai 60 kali dalam al-Quran. Luis Ma’luf mengartikan
kata fatana dengan adhabahu bi al-butaqah liyubayyin al-jayyida min al-radi’I (mencairkan sesuatu
pada bejana agar dapat dibedakan antara yang baik dengan yang jelek). Hal tersebut sejalan dengan Al
Isfihani yang  mengartikan dengan memasukan emas kedalam api agar jelas perbedaan mana emas
yang baik dan mana yang buruk. Lihat Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al Quran
tentang Pendidikan, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 141.
14 Maragustam Siregar, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi
Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016), hlm. 229-232.
15 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 131
16  Ibid., hal. 132

3
kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan
(pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk
membuat keputusan. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan
tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif
dan keputusan untuk tindakan berikutnya. Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu
kegiatan penilaian terhadap tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-
psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang
menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan evaluasi ini
bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam.
Di dalam hadist, evaluasi dapat dilakukan dengan cara rosulullah menguji
sahabat tentang suatu masalah. Sebagaimana terdapat dalam riwayat berikut ini :

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه‬,‫ عن ابى عمر قال‬,‫ عن عبدهللا بن دينار‬,‫ جدثنا اسماعيل بن جعفر‬,‫حدثنا قتيبة‬
,‫ فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى شجرة اليوادى‬,‫ وإنها مثل المسلم‬,‫ "ان من شجر شجرة ال يسقط ورقها‬,‫وسلم‬
".‫ " هي النخلة‬,‫" قال‬.‫ " حدثنا ماهي يارسول هللا‬,‫ ثم قالوا‬.‫ فاستحييت‬,‫ ووقع فى نفسى أنها النخلة‬,‫ عبدهللا‬,‫قال‬
‫(رواه البخار‬

Artinya :“Menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail


ibn Ja’far, dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah Bersabda,
“ Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak jatuh ke
tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim. Jelaskanlah
kepadaku pohon apa itu? “ orang-orang mengatakan pohon itu terdapat di
pedalaman. ‘Abdullah Berkata, “ dalam benakku terbetik pikiran bahwa yang
dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu menjawabnya. “ Orang-orang
barkata “ beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah? Beliau
menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari).
Di samping menguji pemahaman sahabat, tentang ajaran agama, rasulullah
juga di evaluasi oleh allah melalui malaikat jibril. Sebagaimana kisah kedatangan
malaikat jibril kepada nabi Muhammad. Ketika beliau sedang mengajar sahabat di
suatu majlis. Malaikat jibril menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut
pengetahuan beliau tentang iman, islam dan ihsan.

‫طلَ َع َعلَ ْينَا‬َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ يَوْ ٍم إِ ْذ‬
َ ِ‫ بَ ْينَ َما نَحْ نُ ُجلُوْ سٌ ِع ْن َد َرسُوْ ِل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً قَا َل‬ ِ ‫ع َْن ُع َم َر َر‬
‫س إِلَى النَّبِ ِّي‬َ َ‫ َحتَّى َجل‬،‫ْرفُهُ ِمنَّا أَ َح ٌد‬ ِ ‫ َوالَ يَع‬،‫ الَ يُ َرى َعلَ ْي ِه أَثَ ُر ال َّسفَ ِر‬،‫ْر‬ ِ ‫اض الثِّيَا‬
ِ ‫ب َش ِد ْي ُ™د َس َوا ِد ال َّشع‬ ِ َ‫َر ُج ٌل َش ِد ْي ُد بَي‬

4
‫ فَقَا َل‬،‫ يَا ُم َح َّمد أَ ْخبِرْ نِي ع َِن ْا ِإل ْسالَ ِم‬:‫ال‬َ َ‫ض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْي ِه َوق‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأ َ ْسنَ َد رُ ْكبَتَ ْي ِ™ه إِلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو‬
َ
‫صالَةَ َوتُ ْؤتِ َي‬َّ ‫ ْا ِإل ِسالَ ُم أَ ْن تَ ْشهَ َد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللاِ َوتُقِ ْي َم ال‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫َرسُوْ ُل هللا‬
َ ُ‫ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَسْأَلُهُ َوي‬، َ‫ص َد ْقت‬
:‫ قَا َل‬،ُ‫ص ِّدقُه‬ َ : ‫ َوتَ ُح َّج ْالبَيْتَ إِ ِن ا ْستَطَعْتَ إِلَ ْي ِه َسبِ ْيالً قَا َل‬    َ‫ضان‬
َ ‫ال َّزكاَةَ َوتَصُوْ َم َر َم‬
ِ ‫ أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِ™ه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر َوتُ ْؤ ِمنَ بِ ْالقَد‬: ‫فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإل ْي َما ِن قَا َل‬
‫ قَا َل‬.‫َر خَ ي ِْر ِه َو َش ِّر ِه‬
‫ فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن‬:‫ قَا َل‬.َ‫ك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َراك‬ َ َّ‫ أَ ْن تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَن‬:‫ قَا َل‬،‫ قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإلحْ َسا ِن‬، َ‫ص َد ْقت‬ َ
‫ قَا َل أَ ْن تَلِ َد ْاألَ َمةُ َربَّتَهَا َوأَ ْن تَ َرى‬،‫ قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َْن أَ َما َراتِهَا‬.‫ َما ْال َم ْس ُؤوْ ُل َع ْنهَا بِأ َ ْعلَ َم ِمنَ السَّائِ ِل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫السَّا َع ِة‬
‫ يَا ُع َم َر أَتَ ْد ِري َم ِن السَّائِ ِل ؟‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫ت َملِيًّا‬ ُ ‫ق فَلَبِ ْث‬
َ َ‫ ثُ َّم ا ْنطَل‬،‫ْال ُحفَاةَ ْال ُع َراةَ ْال َعالَةَ ِرعَا َء ال َّشا ِء يَتَطَا َولُوْ نَ فِي ْالبُ ْنيَا ِن‬
] ‫ [ رواه مسلم‬. ‫ قَا َل فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬. ‫ هللاُ َو َرسُوْ لُهُ أَ ْعلَ َم‬: ‫ت‬
ُ ‫قُ ْل‬

Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-
duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam  suatu hari tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat
hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun
di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi
lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah
shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku
tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “
Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain
Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu  “, kemudian dia
berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang
membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu
beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata, “ anda benar“.  Kemudian dia
berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan
aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak
lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-
tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika
engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala
domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang
itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi
wa sallam) bertanya,“Tahukah engkau siapa yang bertanya  ?”. Aku berkata,“ Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“Dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya
terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Kemudian hadits ini

5
juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah
yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril)
dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallam ).

Rasulullah, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang
sebagaimana riwayat berikut.

‫ عرضنى رسول هللا صلى‬,‫ عن ابى عمرقال‬,‫ عن نافع‬,‫ جدثنا عبد هللا‬,‫ حدثنا أبى‬,‫حدثنا محمد بن عبد هللا بن نمير‬
‫ وانا بن خمس عشرة‬,‫ وعرضني يوم الخندق‬.‫ فام يجوني‬,‫ وأنا ابن أربع عشرة‬,‫هللا عليه وسلم يوم أحد فى القتال‬
‫ (رواه البخاري‬.‫ فأجزانى‬,‫سنة‬

Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, menceritakan


kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’, dari ibn Imar
berkata, “ Rasulullah menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud,
ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau
mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun,
lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim).
Dengan demikian evaluasi yang diterapkan pada masa rasulullah adalah
secara langsung melihat tingkah laku para sahabat,mendengarkan bacaan sahabat
tentang ayat-ayat al-qur’an, tanpa menggunakan buku catatan sebagaimana sekarang
ini. Bila belum sampai kepada ukuran yang diharapkan, Rasulullah memberikan
penekanan dan penambahan materi, berupa nasihat, arahan dan sebagainya.

B. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pendidikan

Menurut  M. Arifin, ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Allah
terhadap perbuatan manusia, yaitu:17

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam


problema kehidupan yang dialaminya.
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan
Rasulullah terhadap umatnya.

17 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan


Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 240.

6
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau
keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi
Allah yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman
atau ketakwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.

Hal tersebut sesuai dengan hadist yang menceritakan bahwa Rasulullah


sedang menguji sahabatnya dengan mengajukan sebuah pertanyaan sebagai berikut:

‫ ق™™ال رس™™ول هللا ص™™لى‬,‫ عن ابى عمر ق™™ال‬,‫ عن عبدهللا بن دينار‬,‫ جدثنا اسماعيل بن جعفر‬,‫حدثنا قتيبة‬
‫ فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى‬,‫ وإنها مثل المسلم‬,‫ ان من شجر شجرة ال يسقط ورقها‬,‫هللا عليه وسلم‬
.‫ حدثنا ماهي يارسول هللا‬,‫ ثم قالوا‬.‫ فاستحييت‬,‫ ووقع فى نفسى أنها النخلة‬,‫ عبدهللا‬,‫ قال‬,‫شجرة اليوادى‬
(‫ (رواه البخارى‬.‫ هي النخلة‬,‫قال‬

Artinya: Menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail ibn
Ja’far, dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah
bersabda,“Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak
jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim.
Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu?. Orang-orang mengatakan pohon itu terdapat
di pedalaman. ‘Abdullah Berkata, dalam benakku terbetik pikiran bahwa yang
dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu menjawabnya. Orang-orang
barkata beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah? Beliau
menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari No. 59).

Rasulullah, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang
sebagaimana riwayat berikut.

‫ عرضنى رسول هللا ص™™لى‬,‫ عن ابى عمرقال‬,‫ عن نافع‬,‫ جدثنا عبد هللا‬,‫ حدثنا أبى‬,‫حدثنا محمد بن عبد هللا بن نمير‬
‫ وانا بن خمس عش™™رة‬,‫ وعرضني يوم الخندق‬. ‫ فام يجوني‬,‫ وأنا ابن أربع عشرة‬,‫هللا عليه وسلم يوم أحد فى القتال‬
(‫ (رواه البخاري‬.‫ فأجزانى‬,‫سنة‬

Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, menceritakan


kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’, dari ibn Imar
berkata, “Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud,
ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau

7
mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun,
lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim No. 3473).

Allah memberikan contoh sistem evaluasi seperti difirmankan dalam kitab


suci-Nya,18 yang sasaranya untuk mengetahui dan menilai sejauh mana kadar iman,
takwa, ketahanan mental, keteguhan hati, dan kesediaan untuk menerima ajakan
Allah mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kemudian setelah dinilai, Allah
menetapkan kriteria-kriteria derajat kemuliaan hamba-Nya. Bagi yang berderajat
mulia di sisi-Nya, Dia akan memberi ‘hadiah’ atau pahala sesuai kehendak-Nya yang
berpuncak pada pahala tertinggi yaitu surga.

Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:19

1. Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran,


melatih keberanian, dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali
materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya.
2. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar
kekurangannya.20 
3. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah

18 Misalnya QS. Al Baqarah: 155 yang menjelaskan tentang sikap manusia menghadapi kesulitan
hidup, QS. An Naml: 40 tentang bersyukur atau kufur, QS. An Naml: 27 tentang evaluasi kejujuran
burung Hud yang memberika kabar kepada Nabi Sulaiman kerajaan yang diperintah oleh seorang
wanita cantik, dan As Shaffat: 103, 106, 107 tentang ujian Nabi Ibrahim yang berat untuk
menyembelih putranya.
19 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), hlm. 221.
20 Menurut Abudin Nata dalam Ilmu Pendidikan Islam, dengan evaluasi ini, maka suatu kegiatan
dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya, serta diketahui pula tingkat keberhasilan seorang
pendidikdalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan yang dilakukan, baik
berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, sarana dan prasarana, lingkungan, dsb. Serta diketahui
kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian, dan mengajak peserta
didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui pula tingkat perubahan
tingkah lakunya.

8
dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, dan proses peyampaian materi
pelajaran.
5. Mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompitensi/subkompitensi
tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan
belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup
pengembangan evaluasi selanjutnya.

Dengan beberapa tujuan diatas, evaluasi berfungsi sebagai feedback (umpan


balik) terhadap kegiatan pembelajaran. umpan balik ini berguna untuk hal-hal
berikut:21

1. Ishlah

Yaitu perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan


perilaku, wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik.

2. Tazkiyah

Yaitu penyucian terhadap semua komponen pendidikan. Artinya, melihat


kembali program-program pendidikan yang dilakukan, apakah program tersebut
penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik. Apabila terdapat program yang
harus dihilangkan, maka harus dicari format yang cocok dengan program semula.

3. Tajdid

Yaitu modernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak relevan


untuk kepentingan internal maupun eksternal perlu diubah dan dicarikan
penggantinya yang lbih baik. Dengan kegiatan ini, pendidikan dapat dimobilisasi dan

21 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012),
hlm. 234.

9
didinamisasikan untuk lebih maju dan relevan dengan kebutuhan peserta didik dan
perkembangan zaman.

4. Al Dakhil

Yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik berupa raport,
ijazah, piagam, dsb.

Senada dengan Novan Ardi Wijaya, Ramayulis juga mengumakan fungsi


evaluasi sebagai berikut:22

1. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya.


2. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki
peserta didik atau belum.
3. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
4. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
mengalami pendidikan dan pengajaran.
5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan
berbagai penyesuaian dalam kelas.
6. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport,
ijazah, piagam dan sebagainya.

Sementara pendapat lain mengemukakan, evaluasi berfungsi sebagai:23

1. Mengidentifikasi dan merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok dari


kurikulum secara komprehensif;
2. Penetapan bagi tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa;
3. Menyeleksi atau membentuk instrumen-instrumen yang valid, terpercaya
dan praktis untuk menilai sasaran-sasaran utama proses kependidikan atau
ciri-ciri khusus dari perkembangan dan pertumbuhan manusia didik.

22 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 224.


23 M. Arifin, Ilmun Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner…, hlm. 245.

10
Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam,
diantaranya:24

1. Dari segi pendidik, yaitu untuk membantu seorang pendidik mengetahui


sejauhmana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Dari segi peserta didik, yaitu membantu peserta didik untuk dapat mengubah
atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah yang lebih baik.
3. Dari segi ahli fikir pendidikan Islam, untuk membantu para pemikir
pendidikan Islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam dan
membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam
yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah.
4. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu
mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan
kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
C. Prinsip-prinsip Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik,
pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-
prisip sebagai berikut:25

1. Valid

Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis


tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan sasaran pengukuran.

2. Berorientasi kepada kompetensi

Dengan berpijak pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan


pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.

24 Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:


Ciputat Press, 2005), hlm. 77-78.
25 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm.213-217.

11
3. Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)

Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk
mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan
unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian. Dalam ajaran Islam
sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena dengan berpegang prinsip ini, keputusan
yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil serta menghasilkan suatu
tindakan yang menguntungkan.

4. Menyeluruh (Komprehensif)

Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian, ketajaman


hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan
sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S. Bloom lebih dikenal dengan aspek
kognitif26, afektif27 dan psikomotorik.28

5. Adil dan objektif

Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan


objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal
yang bersifat emosional dan irasional. Jangan karena kebencian menjadikan
ketidak objektifan evaluasi.29

6. Bermakna

26 Aspek kognitif adalah aspek yang mengarah pada ilmu pengetahuan yang sasarannya yaitu cara
berfikir seseorang dalam setiap perbuatan. Metode ini bisa dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Seperti dalam QS. Al-Baqarah: 31-32. Dalam ayat ini Allah SWT menguji pengetahuan dan
pemahaman Adam  tentang dunia ini dan penciptaannya.
27 Aspek afektif adalah aspek yang mengarah pada perasaan atau jiwa dari peserta didik  yang
sasarannya adalah cara bersikap dalam perbuatan. Dalam aspek ini bisa dilakukan dengan dua cara,
Observasi (pengamatan) dan Ujian tertulis dan atau lisan.
28 Aspek afektif adalah aspek yang mengarah pada perasaan atau jiwa dari peserta didik  yang
sasarannya adalah cara bersikap dalam perbuatan. Dalam aspek ini bisa dilakukan dengan dua cara,
Observasi (pengamatan) dan Ujian tertulis dan atau lisan.
29 Abudin Nata menjelaskan prinsip-prinsip evaluasi ada tiga, yakni prinsip kesinambungan
(kontinuitas), menyeluruh (komperehensif) dan objektif. Lihat Abudin Nata, Ilmu Pendidikan
Islam…, hlm. 311,

12
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.
Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-
pihak yang berkepentingan.

7. Terbuka

Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan


sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan
semua pihak.

8. Ikhlas

Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi
tercapainya tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta didik.

9. Praktis

Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan


beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah
diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah ditafsirkan.

10. Dicatat dan akurat

Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan
komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.

Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena prinsip-prinsip


tersebut dalam ajaran Islam termasuk ke dalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak
yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu sesuai
dengan apa adanya. Orang yang menilai demikian dalam agama Islam dikenal dengan
istilah shidiq. Dalam al-Quran dijelaskan sebagai berikut:

  َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬

13
‫‪Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah‬‬
‫)‪kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119‬‬

‫صلَّى‪ ‬هَّللا ُ‪َ  ‬علَ ْي ِه‪َ  ‬و َسلَّم‪ ‬قال‪ ‬إن‪ ‬الصدق‪ ‬يهدي‪ ‬إِلَى‪ ‬البر‪ ‬وإن‪ ‬البر‪ ‬يهدي‪ ‬إِلَى‪ ‬ال‬


‫ض َي‪ ‬هَّللا ُ‪َ  ‬ع ْنهُ‪ ‬ع َْن‪ ‬النبي‪َ  ‬‬
‫ع َْن‪ ‬ابن‪ ‬مسعود‪َ  ‬ر ِ‬
‫جنة‬

‫‪Artinya: “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu‬‬


‫‪membawa kepada surga” (HR. Muslim No. 4720).‬‬

‫‪Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seorang yang‬‬
‫‪melakukan penilaian harus benar-benar yakin terhadap hasil penilaiannya itu. Ia tidak‬‬
‫‪boleh menilai sesuatu yang belum diketahui dengan pasti atau masih meragukan. Hal‬‬
‫‪ini sejalan dengan hadits Nabi yang artinya: “Tinggalkan apa yang kau ragu-ragu,‬‬
‫‪kepada apa yang tidak engkau ragu-ragu. Sesungguhnya kebenaran itu membawa‬‬
‫‪kepada ketenangan, dan dusta itu membawa kepada keragu-raguan.” (HR. Tirmudzi).‬‬

‫‪Hadits lainnya yang menggambarkan tentang evaluasi pendidikan:‬‬

‫ص™لَّى هَّللا ُ َعلَيْ™ ِه َو َس™لَّ َم‬


‫ي َ‬ ‫ي أَ َّن النَّبِ َّ‬ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ٌد أَ ْخبَ َرنَا َع ْب َدةُ َح َّدثَنَا ِه َش™ا ُم بْنُ عُ™رْ َوةَ ع َْن أَبِي™ ِه ع َْن أَبِي ُح َميْ™ ٍد َّ‬
‫الس™ا ِع ِد ِّ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َحا َسبَهُ قَا َل هَ ™ َذا الَّ ِذي لَ ُك ْم‬
‫ت بَنِي ُسلَي ٍْم فَلَ َّما َجا َء إِلَى َرسُو ِل هَّللا ِ َ‬ ‫ا ْستَ ْع َم َل ا ْبنَ اأْل ُتَبِيَّ ِة َعلَى َ‬
‫ص َدقَا ِ‬
‫ت أُ ِّمكَ َحتَّى تَأْتِيَكَ هَ ™ ِديَّتُكَ‬ ‫ت أَبِي َ‬
‫ك َوبَ ْي ِ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَهَاَّل َجلَسْتَ فِي بَ ْي ِ‬ ‫ال َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬ ‫ت لِي فَقَ َ‬ ‫َوهَ ِذ ِه هَ ِديَّةٌ أُ ْه ِديَ ْ‬
‫™ال أَ َّما بَ ْع™ ُ™د فَ™إِنِّي‬
‫اس َو َح ِم™ َد هَّللا َ َوأَ ْثنَى َعلَ ْي™ ِه ثُ َّم قَ َ‬ ‫ص™لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي™ ِه َو َس™لَّ َم فَخَ طَ َ‬
‫ب النَّ َ‬ ‫صا ِدقًا ثُ َّم قَا َم َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬‫إِ ْن ُك ْنتَ َ‬
‫ت‬‫س فِي بَ ْي ِ‬ ‫ت لِي فَهَاَّل َجلَ َ‬ ‫ور ِم َّما َواَّل نِي هَّللا ُ فَيَأْتِي أَ َح ُد ُك ْم فَيَقُو ُل هَ َذا لَ ُك ْم َوهَ ِذ ِه هَ ِديَّةٌ أُ ْه ِديَ ْ‬
‫أَ ْستَ ْع ِم ُل ِر َجااًل ِم ْن ُك ْم َعلَى أُ ُم ٍ‬
‫™ر َحقِّ ِه إِاَّل َج™ ا َء هَّللا َ‬
‫™ال ِه َش™ا ٌم بِ َغ ْي™ ِ‬ ‫ص™ا ِدقًا فَ َوهَّللا ِ اَل يَأْ ُخ™ ُذ أَ َح™ ُد ُك ْم ِم ْنهَ™™ا َش™ ْيئًا قَ™ َ‬ ‫ت أُ ِّم ِه َحتَّى تَأْتِيَهُ هَ ِديَّتُهُ إِ ْن َكانَ َ‬
‫أَبِي ِه َوبَ ْي ِ‬
‫ير لَهُ ُرغَا ٌء أَوْ بِبَقَ َر ٍة لَهَا ُخ َوا ٌر أَوْ َش™ا ٍة تَ ْي َع™ ُر ثُ َّم َرفَ™ َع يَ َد ْي™ ِه َحتَّى‬
‫يَحْ ِملُهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة أَاَل فَأَل َ ْع ِرفَ َّن َما َجا َء هَّللا َ َر ُج ٌل بِبَ ِع ٍ‬
‫اض ِإ ْبطَ ْي ِه أَاَل هَلْ بَلَّ ْغ ُ‬
‫ت‬ ‫ْت بَيَ َ‬ ‫َرأَي ُ‬

‫‪14‬‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah mengabarkan kepada
kami 'Abdah, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari
Abu humaid as Sa'idi, bahwa Nabi pernah mempekerjakan Ibnul Atabiyah untuk
menghimpun sedekah bani Sulaim. Tatkala ia mendatangi Rasulullah dan Rasulullah
mengevaluasinya, ia mengatakan: “Ini bagian untukmu dan ini hadiah untukku.”
Spontan Rasulullah bersabda: "tidakkah jika engkau duduk saja di rumah ayahmu
dan rumah ibumu, maka apakah akan datang hadiahmu kepadamu jika memang
engkau jujur. "kemudian Rasulullah berdiri dan berpidato kepada manusia, beliau
memuja dan memuji Allah, kemudian mengatakan Amma ba'du. Sesungguhnya saya
mempekerjakan beberapa orang diantara kalian untuk urusan yang Allah
menguasakannya kepada saya, lantas salah seorang diantara kalian mengatakan ini
bagian untukmu dan ini hadiah untukku. tidakkah jika dia duduk saja di rumah
ayahnya dan rumah ibunya, maka apakah akan datang hadiahnya kepadanya jika
memang dia jujur. Demi Allah, tidaklah salah seorang diantara kalian mengambil
sesuatu yang bukan haknya, melainkan ia menghadap Allah dengan memikul barang
yang diambilnya, ketahuilah, aku tahu ada seseorang yang menghadap Allah dengan
memikul untanya yang mendengus, ada yang memikul sapinya yang melenguh, ada
yang memikul kambingnya yang mengembik," kemudian beliau mengangkat kedua
tangannya sehingga terlihat putih kedua ketiaknya. (HR. Bukhari No. 6658)

‫ اِ َّن هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر اِلَى اَجْ َسا ِم ُك ْم‬:‫م‬.‫ قال رسول هللا ص‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن اَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬

)‫َوالَ اِلَى ص َُو ِر ُك ْم َو ٰل ِك ْن يَ ْنظُ َر ِالَى قُلُوْ بِ َك ْم َواَ ْع َما لِ ُك ْم (رواه مسلم‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata: Rasulullah bersabda:


“Sesungguhnya Allah tidak memandang dan menilai dari tubuh dan gambarmu
(kuantitas), akan tetapi Allah memandang dan menilai dari hati dan amalmu” (H.R.
Muslim).

Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluknya


tidak akan menyalahi aturan yang ditetapkan sehingga tidak ada orang yang teraniaya
atau dirugikan. Kesalahan hanya dihitung sesuai dengan jumlah kesalahan (dosa),
tetapi kebaikan dihitung berlipat ganda, kebaikan satu diberi nilai 10 sampai 700.

 ‫حدثنا حفص بن عمر عن شعبة عن أبي ع™ون عن الح™ارث بن عم™رو بن المغ™يرة بن ش™عبة عن أن™اس من أه™ل‬
‫حمص من أصحاب معاذ بن جبل أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لما أراد أن يبعث معاذا إلى اليمن ق™™ال كي™™ف‬

15
‫تقضي إذا عرض لك قضاء قال أقضي بكتاب هللا فإن لم تجد في كت™اب هللا ق™ال فبس™نة رس™ول هللا ص™لى هللا علي™ه‬
‫وسلم قال فإن لم تجد في سنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وال في كتاب هللا قال أجتهد برأيي وال آلو (رواه أب™™و‬
)‫داود‬

Artinya: ‘Menceritakan kepada kami Hafs ibn umar dari Syu’bah dan Abi ‘Aun dari
Harith ibn ‘Amr ibn Mughirah ibn Syu’bah dari Anas dari Ahli Himsh dari sahabat-
sahabat Mu’adz bahwasanya Rasulullah ketika mengutus Mu’adz ke yaman
bersabda: “bagaimana engkau akan  menghukum apabila datang kepadamu satu
perkara?, ia (Mu’adz) menjawab:”saya akan menghukum dengan kitabullah”, sabda
beliau:”bagaimana bila tidak terdapat di kitabullah?” ia menjawab:”saya akan
menghukum dengan sunnah Rasulullah,” beliau bersabda:”bagaimana jika tidak
terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW? Ia menjawab:”saya berijtihad dengan
pikiran saya dan tidak akan mundur”.(HR. Abu Daud).30

Hadis diatas menerangkan bahwa untuk mengadili suatu perkara harus


merujuk pada al-Qur’an, jika tidak ditemukan dalam al-Qur’an maka rujuk pada
sunnah Rasulullah SAW, jika tidak ditemukan maka boleh berijtihad dengan akal
yang sehat. Dan bisa juga menggabungkan keduanya antar al-Qur’an dan al-Hadis,
karena fungsi hadis menjelaskan al-Qur’an sehingga lebih akurat alasannya. Hadis
diatas terlihat Rasulullah baru akan menyerahkan tugas kepada Mu’adz ketika
terlebih dahulu mengetahui bahwa Mu’adz memiliki ilmu tentang persoalan tugas
yang akan diembannya.

Prinsip-prinsip diatas jika ditelaah dalam konsep pendidikan Islam, juga


sejalan dengan prinsip pendidikan islam itu sendiri yaitu keseimbangan (tawazun)
dan komprehensif (tasyamul). Bentuk keseimbangan tersebut meliputi keseimbangan
antara aspek materil dan spiritual maupun antara jasmani dan rohani, dan juga antara
individu dan sosial. Prinsip ini berimplikasi pada prinsip komprehensif yang
memberikan kerangka dasar bahwa pendidikan Islam meliputi seluruh dimensi
potensi manusia, yaitu akal, intelektual, jiwa, spiritual, maupun jasmani. Kedua
30 Imam Abu Dawud as-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Maktab ad-Dirasat wa Al-Buhuts fi
Dar Al Fikr), Nomor. 3592 dan 3593.

16
prinsip itu merupakan dasar pendidikan Islam untuk membimbing peserta didik
menjadi insan kamil.31

Dalam pelaksanaan pendidikan yang dilakukan Nabi kepada para sahabatnya,


ketika dilihat dari cara penyampaian materi hadits kepada para sahabatnya adalah
dengan cara yang sederhana dan praktis, namun ketika dianalisis lebih lanjut bahwa
praktek kependidikan yang dijalankan oleh Nabi sudah memuat beberapa aspek
pendidikan yaitu pendidik, anak didik, metode, sarana dan media, materi, bahkan
sampai evaluasinyapun. Karena Nabi sendiri merupakan evaluator pertama dan utama
dalam menilai kemampuan, kecerdasan sahabat sampai kepada sikap, tingkah laku,
dan tindakan sahabat, sehingga ketika sahabat melanggar atau tidak mengerjakan
perintah  dari Nabi, maka Nabi akan mengingatkannya, atau sahabat tidak melakukan
kewajiban dan aturan yang yang ada maka Nabi sendiripun yang akan
mengingatkannya. Inilah uniknya evaluasi pendidikan yang dilakukan Nabi secara
menyeluuh, baik itu di majlis taklim, masjid, musholla, lapangan, sampai dijalan atau
dimasyarakat, Nabi selalu mengevaluasi semua kegiatan dan tindakan sahabat, karena
sahabat yang prilakunya baik akan kelihatan dengan sendirinya dan sahabat yang
prilakunya buruk juga akan terlihat juga, karena Rasulullah disamping mengetahui
aspek lahir juga dibantu Allah untuk untuk mengetahui aspek batin, karena Allah
menilai seseorang bukan dari aspek lahir namun dari aspek batin.32

Jika kita bandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pasal 64 ayat 3, prinsip-prinsip tersebut telah diatur
didalamnya. Dalam peraturan tersebut disebutkan penilaian hasil belajar mata
pelajaran agama, dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Pengamatan terhadap perubahan-perubahan perilaku dan sikap untuk menilai


perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.

31 Tasman Hamami, Pemikiran Pendidikan Islam: Transformasi Kurikulum Pendidikan Agama


Islam di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Pustaka Book Publizer, 2008), hlm. 305.
32 Ahmad Falah, Hadits Tarbawi, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2010), hlm. 149-151.

17
2. Ujian, ulangan dan atau penugasan untuk mengukur hasil aspek kognitif
peserta didik.

Sekilas PP tersebut memang hanya menyebutkan aspek kognitif dan afektif


saja tanpa melibatkan aspek psikomotorik, tetapi jika kita cermati dalam rumusan
standar isi (rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar) mata pelajaran PAI,
baik SD, SMP, SMA/SMK, dan juga madrasah, maka aspek psikomotorik akan kita
temukan.33

D. Sasaran Evaluasi

Sasaran evaluasi merupakan tindakan yang harus ditempuh oleh pendidik


dalam mengadakan evaluasi. Sasaran itu sangat penting dalam menentukan
pemyusunan alat-alat evaluasi yang akan dipakai oleh pendidik. Menurut Abudin
Nata, yang menjadi pokok sasaran evaluasi yaitu untuk mengevaluasi peserta didik,
pendidik, materi pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, dan berbagai
aspek lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.34 Karena antara satu
komponen pendidikan dan komponen pendidikan lainnya saling berkaitan.

Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat


empat kemampuan peserta didik yaitu:35

1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.


2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam
sekitarnya.
4. Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah
anggota masyarakat serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.

33 Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi PAI, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), hlm. 51.
34 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 308.
35 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner…, hlm. 239.

18
Keempat sasaran tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh. Artinya, jangan
hanya dinilai dari segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus dinilai dari
segi perubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas terdapat beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Evaluasi yaitu suatu proses dan tindakan yang terencana untuk


mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan
(peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun
penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Jadi
dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan
suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan
untuk tindakan berikutnya. Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan
penilaian terhadap tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-
psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini
tentunya yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan
pelaksanaan evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur
pendidikan Islam.
2. Evaluasi berfungsi sebagai feedback (umpan balik) terhadap kegiatan
pembelajaran, yaitu :
a) Ishlah ( perbaikan )
b) Tazkiyah ( pensucian )
c) Tajdid ( pembaruan )
d) Ad-dakhil ( masukan )
3. Prinsip-prinsip evaluasi yaitu ;
a) Valid
b) Berorientasi kepada kompetensi
c) Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)
d) Menyeluruh (Komprehensif)

20
e) Adil dan objektif
f) Bermakna
g) Terbuka
h) Ikhlas
i) Praktis
j) Dicatat dan akurat
4. Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat
empat kemampuan peserta didik yaitu:36
a) Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan
Tuhannya.
b) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan
masyarakat.
c) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan
alam sekitarnya.
d) Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah
anggota masyarakat serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun agar para pembaca dapat mengetahui
bagaimana evaluasi pendidikan dalam dimensi hadits Rasulullah. Dan terlebih
lagikepada kita sebagai pendidik dalam mengevaluasi pesertadidik hendaknya
berdasarkan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam mengevaluasi para
sahabatnya sehinga tujuan pendiidkan islam dapat terealisasi dengan sempurna.

36 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan


Interdisipliner…, hlm. 239.

21
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al Syaibani, Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam,


terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan


Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan


Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi


Aksara, 1990.

As-Sijistani, Imam Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Beirut: Maktab ad-Dirasat wa


Al-Buhuts fi Dar Al Fikr.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.


Gramedia.

Falah, Ahmad, Hadits Tarbawi, Kudus: Nora Media Enterprise, 2010.

Hamalik, Oemar, Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.

Hamami, Tasman, Pemikiran Pendidikan Islam: Transformasi Kurikulum Pendidikan


Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta: Pustaka Book Publizer, 2008.

22
Lidwa 9 imam, (Aplikasi Hadist).

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana


Prenada Media Group, 2008.

Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

____________, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

___________, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di


Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

                        , Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)

Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2008.

_________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Siregar, Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter


Menghadapi Arus Global, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016.

23
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi PAI, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar Ruzz


Media, 2012.

Yusuf, Kadar M, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al Quran tentang Pendidikan,


Jakarta: Amzah, 2013.

24

Anda mungkin juga menyukai