DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.................................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.................................................................................................iv
BAB II.....................................................................................................................................1
PEMABAHASAN..................................................................................................................1
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan.............................................................................1
B. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pendidikan...............................................................6
C. Prinsip-prinsip Evaluasi.......................................................................................10
D. Sasaran Evaluasi...................................................................................................16
BAB III.................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 233.
2 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 173.
3 Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 339.
iii
atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses
pembelajaran.4
Dalam sejarah umat Islam, evaluasi sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Beliau selalu mengevaluasi kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama
atau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan,
Rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh
mereka membacakan ayat-ayat al-Qur’an dihadapannya, kemudian beliau
membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.
Dalam makalah ini kami akan menyajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi
pendidikan Islam dalam dimensi hadits, dimulai dari hadits-hadits yang berkaitan
dengan evaluasi pendidikan, pengertiannya, tujuan dan fungsinya, prinsip, sasaran,
dan jenisnya.
B. Rumusan Masalah
1. Hadits-hadits tentang evaluasi pendidikan.
2. Apa pengertian evaluasi pendidikan ?
3. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan ?
4. Apa dan siapa sasaran dari evaluasi pendidikan ?
5. Apa prinsip evaluasi pendidikan ?
iv
BAB II
PEMABAHASAN
Istilah nilai pada mulanya dipopulerkan oleh Plato. Pembahasan ‘nilai’ secara
khusus diperdalam dalam dikursus filsafat, terutama pada aspek aksiologinya.7
Begitu pentingnya kedudukan nilai dalam filsafat, sehingga para filosof meletakkan
nilai sebagai muara bagi epistemologi dan ontologi filsafat. Kata nilai kemudian tidak
hanya popular dalam bidang filsafat saja, tetapi sampai pada bidang ekonomi, sosial,
pendidikan, dsb. Dalam ekonomi istilah nilai ditautkan dengan harga. Sedangkan jika
diaplikasikan dalam pendidikan, kata nilai dipahami sebagai memberikan muatan
nilai dalam ontologi dan epistemologi pendidikan, serta mengarahkan prosesnya agar
tetap mengacu pada nilai.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama
hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai
suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta
didik untuk tujuan pendidikan.8 Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
1
dalam mengambil keputusan.9 Suharsimi membedakan antara istilah pengukuran,
penilaian, dan evaluasi. Menurutnya, pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat kuantitatif. Penilaian adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk secara kualitatif.
Sedangkan evaluasi, mencakup pengukuran dan penilaian secara kuantitatif.
Contohnya tentang pelaksanaan sholat. Seseorang yang sholat dapat diukur dan
dinilai. Pengukuran shalat dilakukan pada aktifitas yang berkaitan dengan
pelaksanaan syarat-syarat dan rukunnya. Bila hal tersebut terpenuhi maka shalatnya
dianggap sah. Sementara penilaian shalat adalah yang berkaitan dengan adab-adab,
seperti keikhlasan, kekhusu’an, dsb. Walaupun hal ini sangat sulit dilakukan, karena
menyangkut urusan batin dan wewenang Tuhan.10
Kata evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan yang
pasti, namun terdapat term-term tertentu yang mengarah pada makna evaluasi.
Diantaranya adalah al-Hisab yang memiliki makna mengira, menafsirkan, dan
menghitung (QS. Al Baqarah: 284), al-Bala’ yang bermakna cobaan atau ujian (QS.
Al Mulk: 2)11, al-Hukm yang bermakna putusan atau vonis (QS. An Naml: 78), al-
Qadha yang bermakna putusan (QS. Thaha: 72), An-Nazhr yang berarti melihat (An-
Naml: 27),12 musibah (ujian) (QS. Ali Imran: 165, Al Baqarah: 156, An Nisa: 62 dan
79, Ar Rum: 48,
2
Luqman: 17, Al Hadiid: 22, At Taghabun: 11), dan fitnah13 yang berarti cobaan ujian
atau bencana (QS. Al Anfal: 25, Al Furqon: 20, Al Anbiya: 35).14
Beberapa term diatas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung
ataupun hanya sekedar alat atau proses didalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi
bahwa Al Quran dan Hadist merupakan asas-asas atau prinsip-prinsip umum
pendidikan, sementara operasionalnya diserahkan penuh kepada para ijtihat umatnya.
Term evaluasi pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada ‘penafsiran atau
memberi putusan terhadap kependidikan’. Setiap tindakan didasarkan atas rencana,
tujuan, bahan, alat, dan lingkungan kependidikan tertentu. Berdasarkan komponen
ini, maka peran penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan
pendidikan tercapai.
Jika kata evaluasi dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan
sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk itu evaluasi pendidikan
sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar siswa tersebut, seperti evaluasi
terhadap guru, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan dan
sebagainya.15 Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lain yang hampir berdekatan,
yaitu pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga
kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga dalam memaknainya
tergantung dari kata mana yang siap diucapkan.16
Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu
proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang
13 Kata ini berasal dari kata fatana yang semakna dengan a’jaba yang berarti membingungkan
atau mengherankan. Kata fatana diulang sampai 60 kali dalam al-Quran. Luis Ma’luf mengartikan
kata fatana dengan adhabahu bi al-butaqah liyubayyin al-jayyida min al-radi’I (mencairkan sesuatu
pada bejana agar dapat dibedakan antara yang baik dengan yang jelek). Hal tersebut sejalan dengan Al
Isfihani yang mengartikan dengan memasukan emas kedalam api agar jelas perbedaan mana emas
yang baik dan mana yang buruk. Lihat Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al Quran
tentang Pendidikan, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 141.
14 Maragustam Siregar, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi
Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016), hlm. 229-232.
15 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 131
16 Ibid., hal. 132
3
kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan
(pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk
membuat keputusan. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan
tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif
dan keputusan untuk tindakan berikutnya. Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu
kegiatan penilaian terhadap tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-
psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang
menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan evaluasi ini
bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam.
Di dalam hadist, evaluasi dapat dilakukan dengan cara rosulullah menguji
sahabat tentang suatu masalah. Sebagaimana terdapat dalam riwayat berikut ini :
قال رسول هللا صلى هللا عليه, عن ابى عمر قال, عن عبدهللا بن دينار, جدثنا اسماعيل بن جعفر,حدثنا قتيبة
, فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى شجرة اليوادى, وإنها مثل المسلم, "ان من شجر شجرة ال يسقط ورقها,وسلم
". " هي النخلة," قال. " حدثنا ماهي يارسول هللا, ثم قالوا. فاستحييت, ووقع فى نفسى أنها النخلة, عبدهللا,قال
(رواه البخار
طلَ َع َعلَ ْينَاَ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ يَوْ ٍم إِ ْذ
َ ِ بَ ْينَ َما نَحْ نُ ُجلُوْ سٌ ِع ْن َد َرسُوْ ِل هللا:ض َي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً قَا َل ِ ع َْن ُع َم َر َر
س إِلَى النَّبِ ِّيَ َ َحتَّى َجل،ْرفُهُ ِمنَّا أَ َح ٌد ِ َوالَ يَع، الَ يُ َرى َعلَ ْي ِه أَثَ ُر ال َّسفَ ِر،ْر ِ اض الثِّيَا
ِ ب َش ِد ْي ُ™د َس َوا ِد ال َّشع ِ ََر ُج ٌل َش ِد ْي ُد بَي
4
فَقَا َل، يَا ُم َح َّمد أَ ْخبِرْ نِي ع َِن ْا ِإل ْسالَ ِم:الَ َض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْي ِه َوق َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأ َ ْسنَ َد رُ ْكبَتَ ْي ِ™ه إِلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو
َ
صالَةَ َوتُ ْؤتِ َيَّ ْا ِإل ِسالَ ُم أَ ْن تَ ْشهَ َد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللاِ َوتُقِ ْي َم ال:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ َِرسُوْ ُل هللا
َ ُ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَسْأَلُهُ َوي، َص َد ْقت
: قَا َل،ُص ِّدقُه َ : َوتَ ُح َّج ْالبَيْتَ إِ ِن ا ْستَطَعْتَ إِلَ ْي ِه َسبِ ْيالً قَا َل َضان
َ ال َّزكاَةَ َوتَصُوْ َم َر َم
ِ أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِ™ه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر َوتُ ْؤ ِمنَ بِ ْالقَد: فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإل ْي َما ِن قَا َل
قَا َل.َر خَ ي ِْر ِه َو َش ِّر ِه
فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن: قَا َل.َك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َراك َ َّ أَ ْن تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَن: قَا َل، قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي َع ِن ْا ِإلحْ َسا ِن، َص َد ْقت َ
قَا َل أَ ْن تَلِ َد ْاألَ َمةُ َربَّتَهَا َوأَ ْن تَ َرى، قَا َل فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َْن أَ َما َراتِهَا. َما ْال َم ْس ُؤوْ ُل َع ْنهَا بِأ َ ْعلَ َم ِمنَ السَّائِ ِل:ال َ َ ق،السَّا َع ِة
يَا ُع َم َر أَتَ ْد ِري َم ِن السَّائِ ِل ؟: ثُ َّم قَا َل،ت َملِيًّا ُ ق فَلَبِ ْث
َ َ ثُ َّم ا ْنطَل،ْال ُحفَاةَ ْال ُع َراةَ ْال َعالَةَ ِرعَا َء ال َّشا ِء يَتَطَا َولُوْ نَ فِي ْالبُ ْنيَا ِن
] [ رواه مسلم. قَا َل فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم. هللاُ َو َرسُوْ لُهُ أَ ْعلَ َم: ت
ُ قُ ْل
Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-
duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat
hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun
di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi
lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah
shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku
tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “
Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain
Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia
berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang
membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu
beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia
berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan
aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak
lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-
tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika
engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala
domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang
itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi
wa sallam) bertanya,“Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“Dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya
terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Kemudian hadits ini
5
juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah
yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril)
dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallam ).
Rasulullah, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang
sebagaimana riwayat berikut.
عرضنى رسول هللا صلى, عن ابى عمرقال, عن نافع, جدثنا عبد هللا, حدثنا أبى,حدثنا محمد بن عبد هللا بن نمير
وانا بن خمس عشرة, وعرضني يوم الخندق. فام يجوني, وأنا ابن أربع عشرة,هللا عليه وسلم يوم أحد فى القتال
(رواه البخاري. فأجزانى,سنة
Menurut M. Arifin, ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Allah
terhadap perbuatan manusia, yaitu:17
6
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau
keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi
Allah yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman
atau ketakwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
ق™™ال رس™™ول هللا ص™™لى, عن ابى عمر ق™™ال, عن عبدهللا بن دينار, جدثنا اسماعيل بن جعفر,حدثنا قتيبة
فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى, وإنها مثل المسلم, ان من شجر شجرة ال يسقط ورقها,هللا عليه وسلم
. حدثنا ماهي يارسول هللا, ثم قالوا. فاستحييت, ووقع فى نفسى أنها النخلة, عبدهللا, قال,شجرة اليوادى
( (رواه البخارى. هي النخلة,قال
Artinya: Menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail ibn
Ja’far, dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah
bersabda,“Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak
jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim.
Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu?. Orang-orang mengatakan pohon itu terdapat
di pedalaman. ‘Abdullah Berkata, dalam benakku terbetik pikiran bahwa yang
dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu menjawabnya. Orang-orang
barkata beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah? Beliau
menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari No. 59).
Rasulullah, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang
sebagaimana riwayat berikut.
عرضنى رسول هللا ص™™لى, عن ابى عمرقال, عن نافع, جدثنا عبد هللا, حدثنا أبى,حدثنا محمد بن عبد هللا بن نمير
وانا بن خمس عش™™رة, وعرضني يوم الخندق. فام يجوني, وأنا ابن أربع عشرة,هللا عليه وسلم يوم أحد فى القتال
( (رواه البخاري. فأجزانى,سنة
7
mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun,
lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim No. 3473).
18 Misalnya QS. Al Baqarah: 155 yang menjelaskan tentang sikap manusia menghadapi kesulitan
hidup, QS. An Naml: 40 tentang bersyukur atau kufur, QS. An Naml: 27 tentang evaluasi kejujuran
burung Hud yang memberika kabar kepada Nabi Sulaiman kerajaan yang diperintah oleh seorang
wanita cantik, dan As Shaffat: 103, 106, 107 tentang ujian Nabi Ibrahim yang berat untuk
menyembelih putranya.
19 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), hlm. 221.
20 Menurut Abudin Nata dalam Ilmu Pendidikan Islam, dengan evaluasi ini, maka suatu kegiatan
dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya, serta diketahui pula tingkat keberhasilan seorang
pendidikdalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan yang dilakukan, baik
berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, sarana dan prasarana, lingkungan, dsb. Serta diketahui
kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian, dan mengajak peserta
didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui pula tingkat perubahan
tingkah lakunya.
8
dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, dan proses peyampaian materi
pelajaran.
5. Mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompitensi/subkompitensi
tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan
belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup
pengembangan evaluasi selanjutnya.
1. Ishlah
2. Tazkiyah
3. Tajdid
21 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012),
hlm. 234.
9
didinamisasikan untuk lebih maju dan relevan dengan kebutuhan peserta didik dan
perkembangan zaman.
4. Al Dakhil
Yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik berupa raport,
ijazah, piagam, dsb.
10
Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam,
diantaranya:24
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik,
pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-
prisip sebagai berikut:25
1. Valid
11
3. Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk
mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan
unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian. Dalam ajaran Islam
sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena dengan berpegang prinsip ini, keputusan
yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil serta menghasilkan suatu
tindakan yang menguntungkan.
4. Menyeluruh (Komprehensif)
6. Bermakna
26 Aspek kognitif adalah aspek yang mengarah pada ilmu pengetahuan yang sasarannya yaitu cara
berfikir seseorang dalam setiap perbuatan. Metode ini bisa dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Seperti dalam QS. Al-Baqarah: 31-32. Dalam ayat ini Allah SWT menguji pengetahuan dan
pemahaman Adam tentang dunia ini dan penciptaannya.
27 Aspek afektif adalah aspek yang mengarah pada perasaan atau jiwa dari peserta didik yang
sasarannya adalah cara bersikap dalam perbuatan. Dalam aspek ini bisa dilakukan dengan dua cara,
Observasi (pengamatan) dan Ujian tertulis dan atau lisan.
28 Aspek afektif adalah aspek yang mengarah pada perasaan atau jiwa dari peserta didik yang
sasarannya adalah cara bersikap dalam perbuatan. Dalam aspek ini bisa dilakukan dengan dua cara,
Observasi (pengamatan) dan Ujian tertulis dan atau lisan.
29 Abudin Nata menjelaskan prinsip-prinsip evaluasi ada tiga, yakni prinsip kesinambungan
(kontinuitas), menyeluruh (komperehensif) dan objektif. Lihat Abudin Nata, Ilmu Pendidikan
Islam…, hlm. 311,
12
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.
Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-
pihak yang berkepentingan.
7. Terbuka
8. Ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi
tercapainya tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta didik.
9. Praktis
Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan
komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.
َيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين
13
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
)kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119
Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seorang yang
melakukan penilaian harus benar-benar yakin terhadap hasil penilaiannya itu. Ia tidak
boleh menilai sesuatu yang belum diketahui dengan pasti atau masih meragukan. Hal
ini sejalan dengan hadits Nabi yang artinya: “Tinggalkan apa yang kau ragu-ragu,
kepada apa yang tidak engkau ragu-ragu. Sesungguhnya kebenaran itu membawa
kepada ketenangan, dan dusta itu membawa kepada keragu-raguan.” (HR. Tirmudzi).
14
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah mengabarkan kepada
kami 'Abdah, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari
Abu humaid as Sa'idi, bahwa Nabi pernah mempekerjakan Ibnul Atabiyah untuk
menghimpun sedekah bani Sulaim. Tatkala ia mendatangi Rasulullah dan Rasulullah
mengevaluasinya, ia mengatakan: “Ini bagian untukmu dan ini hadiah untukku.”
Spontan Rasulullah bersabda: "tidakkah jika engkau duduk saja di rumah ayahmu
dan rumah ibumu, maka apakah akan datang hadiahmu kepadamu jika memang
engkau jujur. "kemudian Rasulullah berdiri dan berpidato kepada manusia, beliau
memuja dan memuji Allah, kemudian mengatakan Amma ba'du. Sesungguhnya saya
mempekerjakan beberapa orang diantara kalian untuk urusan yang Allah
menguasakannya kepada saya, lantas salah seorang diantara kalian mengatakan ini
bagian untukmu dan ini hadiah untukku. tidakkah jika dia duduk saja di rumah
ayahnya dan rumah ibunya, maka apakah akan datang hadiahnya kepadanya jika
memang dia jujur. Demi Allah, tidaklah salah seorang diantara kalian mengambil
sesuatu yang bukan haknya, melainkan ia menghadap Allah dengan memikul barang
yang diambilnya, ketahuilah, aku tahu ada seseorang yang menghadap Allah dengan
memikul untanya yang mendengus, ada yang memikul sapinya yang melenguh, ada
yang memikul kambingnya yang mengembik," kemudian beliau mengangkat kedua
tangannya sehingga terlihat putih kedua ketiaknya. (HR. Bukhari No. 6658)
اِ َّن هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر اِلَى اَجْ َسا ِم ُك ْم:م. قال رسول هللا ص:ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل
ِ ع َْن اَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر
)َوالَ اِلَى ص َُو ِر ُك ْم َو ٰل ِك ْن يَ ْنظُ َر ِالَى قُلُوْ بِ َك ْم َواَ ْع َما لِ ُك ْم (رواه مسلم
حدثنا حفص بن عمر عن شعبة عن أبي ع™ون عن الح™ارث بن عم™رو بن المغ™يرة بن ش™عبة عن أن™اس من أه™ل
حمص من أصحاب معاذ بن جبل أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لما أراد أن يبعث معاذا إلى اليمن ق™™ال كي™™ف
15
تقضي إذا عرض لك قضاء قال أقضي بكتاب هللا فإن لم تجد في كت™اب هللا ق™ال فبس™نة رس™ول هللا ص™لى هللا علي™ه
وسلم قال فإن لم تجد في سنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وال في كتاب هللا قال أجتهد برأيي وال آلو (رواه أب™™و
)داود
Artinya: ‘Menceritakan kepada kami Hafs ibn umar dari Syu’bah dan Abi ‘Aun dari
Harith ibn ‘Amr ibn Mughirah ibn Syu’bah dari Anas dari Ahli Himsh dari sahabat-
sahabat Mu’adz bahwasanya Rasulullah ketika mengutus Mu’adz ke yaman
bersabda: “bagaimana engkau akan menghukum apabila datang kepadamu satu
perkara?, ia (Mu’adz) menjawab:”saya akan menghukum dengan kitabullah”, sabda
beliau:”bagaimana bila tidak terdapat di kitabullah?” ia menjawab:”saya akan
menghukum dengan sunnah Rasulullah,” beliau bersabda:”bagaimana jika tidak
terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW? Ia menjawab:”saya berijtihad dengan
pikiran saya dan tidak akan mundur”.(HR. Abu Daud).30
16
prinsip itu merupakan dasar pendidikan Islam untuk membimbing peserta didik
menjadi insan kamil.31
17
2. Ujian, ulangan dan atau penugasan untuk mengukur hasil aspek kognitif
peserta didik.
D. Sasaran Evaluasi
18
Keempat sasaran tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh. Artinya, jangan
hanya dinilai dari segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus dinilai dari
segi perubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas terdapat beberapa kesimpulan, yaitu :
20
e) Adil dan objektif
f) Bermakna
g) Terbuka
h) Ikhlas
i) Praktis
j) Dicatat dan akurat
4. Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat
empat kemampuan peserta didik yaitu:36
a) Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan
Tuhannya.
b) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan
masyarakat.
c) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan
alam sekitarnya.
d) Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah
anggota masyarakat serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun agar para pembaca dapat mengetahui
bagaimana evaluasi pendidikan dalam dimensi hadits Rasulullah. Dan terlebih
lagikepada kita sebagai pendidik dalam mengevaluasi pesertadidik hendaknya
berdasarkan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam mengevaluasi para
sahabatnya sehinga tujuan pendiidkan islam dapat terealisasi dengan sempurna.
21
DAFTAR KEPUSTAKAAN
22
Lidwa 9 imam, (Aplikasi Hadist).
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
23
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi PAI, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
24