Anda di halaman 1dari 24

EVALUASI PENDIDIKAN DALAM PERSFEKTIF HADITS

Makalah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Mursopi Salim M.M

Disusun oleh :

Alya Syarifatul Arsy ( 220010200032)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AMANAH AL-GONTORY

PERIGI BARU PONDOK AREN TANGERANG SELATAN

1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah


SWT yang melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah “Mahasiswa Memahami produk hasil
supervise Pendidikan” ini dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Sarana
penunjang makalah ini saya susun berdasarkan referensi yang bermacam-
macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk
mengetahui, memahami, bahkan menerapkannya.
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai
pihak sangat di harapkan. Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat
memberikan bantuan kepada para mahasiswa dalam menyelenggarakan proses
belajar mengajar di kampus.
Aamiin.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Tangerang selatan, 18 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................3

A. Latar Belakang............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................5
ISI....................................................................................................................5

A. Hakikat Evaluasi Pendidikan.....................................................................5


B. Hadits Nabi Tentang Evaluasi Pendidikan................................................8
C. Objek, Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan....................................11
D. Jenis-Jenis Evaluasi...................................................................................17
E. Prinsip-Prinsip Evaluasi...........................................................................19
BAB III......................................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................21

A. Simpulan....................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Dunia pendidikan secara umum telah dikenal berbagai macam
bentuk kegiatan tentang upaya mencapai kesuksesan dalam mewujudkan
Pendidikan yang berkualitas dan melahirkan anak didik yang mampu
menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya. Diantara bentuk
kegiatan itu adalah Evaluasi terhadap kegiatan yang telah atau akan
dilaksanakan dengan berbagai macam tujuan yang diinginkan.
Evaluasi dalam pendidikan adalah merupakan proses bagaimana seperti
Pembelajaran yang telah dilaksanakan mendapat hasil yang sesuai dengan
harapan atau belum mencapai tujuan tersebut secara sempurna, sehingga
perlu melakukan perbaikan dan peningkatan efektifitas Pembelajaran yang
lebih baik lagi.
Realita di dunia Pendidikan yang Kita hadapi ternyata masih terdapat
kekurangan yang cukup memperihatinkan dalam masalah Evaluasi ini.
Terbukti dengan kurangnya kepedulian terhadap Ujian-Ujian yang bersifat
Evaluatif, Misalnya Banyak sekali Opini yang beredar di Masyarakat
tentang Penolakan terhadap UN atau Ujian Nasional. Padahal, jika kita
sadari hal itu sangat mempengaruhi semangat peserta didik untuk
Meningkatkan semangat belajarnya. Kenyataan ini jika dibiarkan terus
tanpa ada Solusi maka yang terjadi adalah “Kesinisan Massal” terhadap
bentuk Evaluasi Pendidikan Seperti UN dan Sebagainya baik dari Peserta
didik, tenaga didik bahkan Pengelola Pendidikan.
Seharusnya, UN dapat dijadikan parameter tingkat keberhasilan
pendidikan Nasional. Akan tetapi ada fenomena yang kurang baik terhadap

5
pendidikan kita bahwa” UN adalah Proyek Menteri Pendidikan”. Ini sangat
amat lebih memperihatinkan.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat evaluasi Pendidikan ?
2. Bagaimana hadist tentang evaluasi Pendidikan ?
3. Apa Objek, Tujuan, Fungsi dan Prinsip dari Evaluasi pendidikan islam
?
4. Apa jenis-jenis evaluasi?
5. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat evaluasi Pendidikan
2. Memahami hadist tentang evaluasi Pendidikan
3. Mengetahui Objek, Tujuan, Fungsi dan Prinsip dari Evaluasi
pendidikan islam.
4. Mengetahui jenis-jenis evaluasi
5. Mengetahui prinsip-prinsip evaluasi

1
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6007/2/T2_942012701_BAB
%20II.pdf diakses pada tanggal 15 maret 2023, pukul 14.55 WIB

6
BAB II
ISI
A. Hakikat Evaluasi Pendidikan
Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk
memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan manusia agar ia dapat memiliki makna dan
tujuan hidup yang hakiki. Shalih Abd Al-Aziz dan Abd Al-Aziz Abd Al-
Majid menyatakan : innama al-hayat madrasah (bahwasanya hidup adalah
salah satu lembaga pendidikan). Sebagai suatu proses pendidikan
bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada
setiap si terdidik. Proses pendidikan tidak terlepas dari beberapa
komponen yang mendukungnya, dan salah satu komponen yang urgent
adalah penilaian atau evaluasi.2

Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti “menilai”. Kata


nilai menurut filosof pengertiannya adalah idea of worth. Selanjutnya kata
nilai menjadi populer, bahkan menjadi istilah yang ditemukan dalam dunia
ekonomi, kata nilai biasa dipautkan dengan harga. Nilai artinya power in
exchange.3 Sedangkan menurut pengertian pengertian istilah evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur memperoleh kesimpulan.4

Menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brow dalam bukunya


Esseential of Educational Evaluation, mengemukakan bahwa: Evaluation
refer to the act or process to determining the value of
something.”(Penilaian dalam pendidikan berarti seperangkat tindakan atau

2
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Kalam Mulia, 2002), hal.
195-196.
3
Ibid. hal. 196.
4
http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam. Diakses pada tanggal 4 april 2023,
Pukul 12.23 WIB.

7
proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia
pendidikan).5

Term / ketentuan evaluasi dalam wacana keislaman, terdapat


term-term tertentu mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut
adalah :

1. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung


dan menganggap.
2. Al-Bala’, memiliki makna cobaan, ujian.
3. Al-Hukum, memiliki makna putusan atau vonis
4. Al-Qadha, memiliki arti putusan
5. Al-Nazhar, memiliki arti melihat
6. Al-Imtihan, memiliki arti ujian

Beberapa term tersebut boleh jadi menunjukkan arti evaluasi secara


langsung, atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini
didasarkan asumsi bahwa Al-Qur’an dan Sunnah merupakan azas-azas
atau prinsip-prinsip umum pendidikan, sedang operasionalisasinya
diserahkan penuh kepada ijtihad umatnya.

Selanjutnya dalam sebuah ayat Allah azza wa jalla berfirman:

.‫َّمت لِغَ ٍذ َو َّات ُقواهللَ ِإ َّن اهللَ َخبِريٌ مِب َا َت ْع َملُو َن‬ ٌ َ‫ين ََأمنُوا َّات ُقواهللَ َولتَنظُر ن‬
َ ‫فس َما قَد‬
ِ َّ
َ ‫يَأيُّها الذ‬
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (AS al-Hasyr: 18).

Imam Ibnu Qoyim menjelaskan tafsir ayat ini, "Ayat ini


menunjukkan akan wajibnya melakukan muhasabah (instropeksi) diri.
Allah Shubhanahu wa ta’alla memerintahkan, "Supaya kalian
5
Drs. H. Tayar Yusuf, Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 209

8
memperhatikan amalan apa yang telah kalian persiapkan untuk hari kiamat
kelak, apakah amal sholeh yang akan menyelamatkan dirimu? Ataukah
amal kejelekan yang justru akan menyengsarakannya?".

Imam Hasan Bashri mengatakan, "Tidak ada waktu yang tersisa


yang menjumpai seorang mukmin melainkan ia harus gunakan untuk
muhasabah. Apa yang akan dikerjakan? Apa yang ingin dia makan dan
minum? Adapun orang jahat maka dirinya terus berlalu tidak pernah
menghisab dirinya sendiri".

Sedang Imam al-Mawardi menerangkan, "Muhasabah adalah


seseorang mengoreksi diri secara tuntas diwaktu keheningan malam
terhadap perbuatan yang dilakukan pada siang hari. Jika hasilnya terpuji
maka dia terus berlalu, sambil dibarengi keesokannya dengan perbuatan
yang serupa sambil memperbaikinya lagi. Dan bila hasilnya tercela maka
dia berusaha untuk mengoreksi dimana letaknya, lalu mencegah untuk
tidak mengulanginya lagi pada hari esok ".

Al-Ghazali mengatakan, "Orang-orang yang berakal dari kalangan


hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa Allah ta'ala selalu
mengawasinya. Dan bahwasannya mereka akan didebat atas amalannya
kelak pada hari hisab, lalu mereka dituntut untuk menambah bobot
timbangan dari peluang-peluang amal yang terlintas dalam pikiran. Maka
mereka mendapatkan bahwa tidak mungkin mereka selamat dari apa yang
terlintas tersebut melainkan dengan cara muhasabah, benar didalam
muroqobahnya, selalu menuntut pada jiwa, polah dan tingkah lakunya.
Serta muhasabah dalam setiap pikiran yang terlintas dalam benaknya.

Maka barangsiapa yang mengintropeksi diri sebelum dihisab


dirinya akan ringan didalam hisabnya kelak pada hari kiamat, manakala
hadir dalam pertanyaan serta jawaban, serta akan berakibat baik. Dan
barangsiapa yang enggan untuk instropeksi diri dia akan cepat merasakan

9
kerugian, menunggu dalam waktu yang lama pada hari kiamat kelak, dan
kesalahannya sebagai penuntun pada kehinaan dan siksaannya".

Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan


keputusan-keputusan kependidikan, baik yang menyangkut perencanaan,
pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan baik yang menyangkut
perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. Keputusan apapun
ditetapkan maksudnya agar tujuan yang dicanangkan dapat tercapai.
Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan nilai-
nilai yang Islami, sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan
dapat tercapai.

B. Hadits Nabi Tentang Evaluasi Pendidikan


Dalam ajaran Islam Evaluasi adalah merupakan pemahaman yang
tidak baru lagi. Artinya Evaluasi merupakan suatu ajaran yang pasti dan
harus dilakukan oleh umat Islam baik individu maupun kelompok seperti
yang telah dijelaskan di atas. Namun kaitannya dengan aplikasi terasa
memang sangat jauh dari harapan sehingga perlu mewacanakan lagi hadits
Rasulullah SAW, sebagai landasan berfikir dan pijakan dalam tindakan.
Begitu banyak hadits Shahih yang mengindikasikan tentang
Evaluasi, akan tetapi penulis mencukupkan pada dua hadits saja untuk
dibahas dan di analisis dari beberapa aspek tinjauan tanpa mengurangi
entitas makna dan maksud hadits tersebut.
Rasulullah SAW, bersabda:

‫س َع ْن َأيِب بَ ْك ِر بْ ِن َأيِب َم ْرمَيَ ح و َح َّد َثنَا َعْب ُد اللَّ ِه‬ ِ ِ


َ ‫َح َّدثَنَا ُس ْفيَا ُن بْ ُن َوكي ٍع َح َّدثَنَا ع‬
َ ُ‫يسى بْ ُن يُون‬
ِ ٍ ِ
َ‫ض ْمَرة‬ َ ‫َأخَبَرنَا ابْ ُن الْ ُمبَ َارك َع ْن َأيِب بَ ْك ِر بْ ِن َأيِب َم ْرمَيَ َع ْن‬ ْ ‫بْ ُن َعْبد الرَّمْح َ ِن‬
ْ ‫َأخَبَرنَا َع ْمُرو بْ ُن َع ْون‬
‫س َم ْن َدا َن َن ْف َسهُ َو َع ِم َل‬ ِ ‫يب عن َشد‬
َّ ِ َّ َّ َ ِّ ‫َّاد بْ ِن َْأو ٍس َع ْن النَّيِب‬
ُ ِّ‫صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم قَ َال الْ َكي‬ ْ َ ٍ ِ‫بْ ِن َحب‬

ٌ ‫اجُز َم ْن َأْتبَ َع َن ْف َسهُ َه َو َاها َومَتَىَّن َعلَى اللَّ ِه قَ َال َه َذا َح ِد‬
‫يث َح َس ٌن قَ َال‬ ِ ‫ت والْع‬
ِ ِ
َ َ ‫ل َما َب ْع َد الْ َم ْو‬

10
‫ب َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة َويُْر َوى‬ ُّ ‫ب َن ْف َسهُ يِف‬
َ َ‫الد ْنيَا َقْب َل َأ ْن حُي‬
َ ‫اس‬ َ ‫اس‬ ُ ‫َو َم ْعىَن َق ْولِِه َم ْن َدا َن َن ْف َسهُ َي ُق‬
َ ‫ول َح‬
‫ف‬ ِ ‫اسبُوا َوَتَزيَّنُوا لِْل َع ْر‬
ُّ ِ‫ض اَأْل ْكرَبِ َوِإمَّنَا خَي‬ ِ ِ
َ َ‫َع ْن عُ َمَر بْ ِن اخْلَطَّاب قَ َال َحاسبُوا َأْن ُف َس ُك ْم َقْب َل َأ ْن حُت‬
‫ون بْ ِن ِم ْهَرا َن قَ َال اَل‬
ِ ‫الد ْنيا ويروى عن ميم‬ ِ ِ ِ
ُ ْ َ ْ َ َ ُْ َ َ ُّ ‫ب َن ْف َسهُ يِف‬
َ ‫اس‬
َ ‫اب َي ْو َم الْقيَ َامة َعلَى َم ْن َح‬
ُ ‫احْل َس‬
‫ب َش ِري َكهُ ِم ْن َأيْ َن َمطْ َع ُمهُ َو َم ْلبَ ُسهُ – الرتمذي‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ب َن ْف َسهُ َك َما حُيَاس‬
َ ‫يَ ُكو ُن الْ َعْب ُد تَقيًّا َحىَّت حُيَاس‬

Artinya:” Menceritakan pada kami Sufyan bin Waki’, Menceritakan


pada kami Isa bin Yunus dari Abi Bakar bin Abi Maryam H W
Menceritakan pada kami Abdullah bin Abdurrahman, Memberitahukan
pada kami Amr bin Aun, Menceritakan pada kami Ibnul Mubarak, dari Abi
Bakar bin abi Maryam dari Dlamrah bin bin Habib dari Syaddad bin Aus
dari Nabi SAW bersabda, “Orang yang Cerdas itu adalah orang yang
mengalahkan Hawa Nafsunya (Dirinya) dan Melakukan perbuatan untuk
(Kehidupan setelah Mati), sedangkan orang yang Lemah adalah orang
yang Mengikuti Hawa Nafsunya dan Berangan-angan kepada Allah.
Sufyan berkata” ini hadits Hasan” berkata lagi Maksud” Man daana
Nafsahu” adalah Mengevaluasi dirinya di dunia sebelum di Hisab nanti di
hari Kiamat. Dan diriwayatkan dari Umar bin Khattab berkata” Evaluasi
diri kalian sebelum dihisab di Akhirat dan berhiaslah untuk kehormatan
yang besar dan bahwasanya Hisab pada hari Kiamat diringankan bagi
orang yang mengevaluasi dirinya di dunia. Diriwayatkan juga dari
Maimun bin Mihran berkata” Tidak dikatakan hamba yang bertaqwa,
sehingga ia mengevaluasi dirinya sebagaimana Menginterogasi temannya
dari mana dia mendapat Makanan dan Pakaian. (HR. Turmudzi).
Berkaitan dengan Takhrij Hadits di atas, sebagaimana diketahui
bahwa Saddad Bin Aus adalah Sahabat Nabi, Dlamrah bin Habib Tabi’ien
Kalangan Biasa(Tsiqah), Abu Bakar bin abi Maryam Tabi’iet tabi’ien Tua
(Dha’ief), Ibnul Mubarok Tabi’iet tabi’ien Pertengahan (Tsiqah), Isa bin

11
Yunus Tabi’iet tabi’ien Tua (Tsiqah), Amru bin Aun Tabi’u atba’ Tua
(Tsiqah), Sufyan bin Abi Waki’ Tabi’u atba’ Tua (Dha’ief ) dan Abdullah
bin Abdurrahman tabi’u atba’ Pertengahan (Tsiqah).
Jadi, secara keseluruhan berkaitan dengan sanad hadits di atas bias
dikatakan bahwa hadits tersebut bias dijadikan hadits hasan menurut Imam
Turmudzi sebab sanad hadits tersebut didominasi oleh Perawi yang
Tsiqah.

ُّ ،‫ول اللَّ ِه‬ ِ ٍ


:‫َأش ُّد بَاَل ءً؟ قَ َال‬ ِ ‫َأي الن‬
َ ‫َّاس‬ ُ ‫ ُق ْل‬:‫ قَ َال‬،‫ َع ْن َأبِيه‬،‫ب بْ ِن َس ْعد‬
َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ت‬ ِ ‫ص َع‬
ْ ‫َع ْن ُم‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫الرجل علَى حس‬
ُ ُ‫ فَِإ ْن َكا َن دينُه‬،‫ب دينه‬
،ُ‫ص ْلبًا ا ْشتَ َّد بَاَل ُؤ ه‬ َ َ َ ُ ُ َّ ‫ َفيُْبَتلَى‬،‫اَألمثَ ُل‬ ْ َّ‫«اَألنْبِيَاءُ مُث‬
ْ َ‫اَألمثَ ُل ف‬
‫العْب ِد َحىَّت َيْتُر َكهُ مَيْ ِشي َعلَى‬ ِ ِ ِ ِ ‫وِإ ْن َكا َن يِف ِدينِ ِه ِرقَّةٌ ابتُلِي علَى حس‬
َ ِ‫ فَ َما َيْبَر ُح البَاَل ءُ ب‬،‫ب دينه‬ ََ َ َ ْ َ

ٌ‫ض َما َعلَْي ِه َخ ِطيَئة‬


ِ ‫اَألر‬
ْ
Artinya : Dari Mus’ab dari Sa’ad dari bapaknya berkata, aku berkata,
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat
ujiannya?” Kata beliau: “Para Nabi, kemudian yang semisal
mereka dan yang semisal mereka. Dan seseorang diuji sesuai
dengan kadar dien (keimanannya). Apabila diennya kokoh, maka
berat pula ujian yang dirasakannya; kalau diennya lemah, dia diuji
sesuai dengan kadar diennya. Dan seseorang akan senantiasa
ditimpa ujian demi ujian hingga dia dilepaskan berjalan di muka
bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” (HR. At-Tirmidzi
no.2398, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani)
Hadits ini diriwaytkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah , Ad-Darimi,
Ath-Thahawi, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Imam Ahmad dan Adh-Dhiya
dalam Al-Mukhtarah dari jalur Ashim bin Bahadalah, yang memberitakan:
“Telah bercerita kepadaku Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya, yang
mengisahkan: “Saya bertanya kepada Rasulullah : “Siapakah manusia
yang paling dashyat cobaannya?” Beliau menjawab: (kemudian Rasul

12
menjawab: “Para anbiya’ kemudian…) Al-Hadits. At-Tirmidzi menilai:
“Hadits ini hasan shahih.” Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi
yang memenuhi kriteria hadis shahih, namun terdapatjalur lain yang
bernilai hasan sesuai dengan rumusan al-Tirmidzi.
Hadits-hadits itu jelas menunjukkan bahwa seorang mukmin
makin bertambah imannya, makin besar ujian yang menimpanya.
Demikian pula sebaliknya. Jadi hadits-hadits itu dengan sendirinya
membantah orang-orang yang mengira bahwa manakala seorang mukmin
ditimpa cobaan; seperti dipenjara, diasingkan atau dipecat dari jabatannya
dan lain sebagainya, adalah pertanda bahwa ia tidak diridhai oleh Allah.
Dugaan semacam itu salah sama sekali. Sedangkan Rasulullah sendiri,
adalah orang yang paling mulia, namun sekaligus dia sebagai orang yang
paling dashyat cobaannya, bila dibandingkan dengan para nabi lainnya.
Bahkan pertanda buruk, seperti yang telah disebutkan pada hadits berikut
ini.
ِ ‫ِإ‬ ‫ِ ِإ‬ ِ ‫ِإ‬
ُ‫ب َق ْو ًما ْابتَالَ ُه ْم فَ َم ْن َرض َي َفلَه‬ َ ‫َّن َعظْ َم اجْلََزاء َم َع َعظْ ِم الْبَالَء َو َّن اهللَ َت َعاىَل َذا‬
َّ ‫َأح‬

.‫ط‬
ُ ‫الس ْخ‬
ُّ ُ‫ط َفلَه‬
َ ‫الرضٰى َو َم ْن َس َخ‬
ِّ
Artinya : “Sesungguhnya besarnya pembalasan (pahala) itu bersama
dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya manakala Alalh
mencitani suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang
siapa relah, maka untuknyalah kerelaah (Allah), barangsiapa
yang murka, maka untuknya pula kemurkaan itu.”
Hadits ini dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Abubakar Al-Bazzar bin Najih dalam Ats-Tsani Min Hadithi dari Sa’ad
bin Sinan, dari Anas, dari Nabi r. At-Tirmidzi menilai: “Hadits ini hasan
gharib.”
C. Objek, Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan
Instrumen Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan
guru, keprihatinan guru terhadap murid. Dalam konsep murid ini

13
terkandung keyakinan bahwa mengajar dan belajar itu wajib dalam
perbuatan mengajar dan belajar itu ada barokah. Sebutan murid bersifat
umum. Di dalam Islam, istilah ini diperkenalkan oleh kalangan shufi.
Istilah murid dalam tasawuf mengandung pengertian orang yang sedang
belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan.
Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umumnya adalah
peserta didik, atau dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang
terdapat pada peserta didik. Evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu evaluasi diri sendiri (self evaluation / instropeksi)
dan evaluasi terhadap orang lain (peserta didik).
Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan menggalakkan instropeksi
atau penghitungan diri sendiri dengan tujuan meningkatkan kreatifitas dan
produktivitas (amal saleh) pribadi. Apabila dalam  proses evaluasi tersebut
ditemukan beberapa keberhasilan, maka keberhasilan itu hendaknya
dipertahankan atau ditingkatkan, tetapi apabila ditemukan beberapa
kelemahan dan kegagalan, maka hendaknya hal itu segera diperbaiki
dengan cara meningkatkan ilmu, iman dan amal.
Umar bin Khattab berkata; “Hasibu an fusakum qobl an tuhasabu”
(Evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi). Statemen ini berkaitan
dengan kegiatan evaluasi terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasar
statement tersebut adalah bahwa Allah SWT mengutus dua malaikat Raqib
dan Atid sebagai supervisor dan evaluator terhadap manusia. Karena itulah
manusia dituntut selalu waspada dan memperhitungkan segala tindakannya,
agar kehidupannya kelak tidak merugi.
Evaluasi terhadap diri orang lain (peserta didik) merupakan bagian dari
kegiatan pendidikan Islam. Kegiatan ini tidak sekedar boleh, tetapi bahkan
diwajibkan. Kewajiban di sini tentunya berdasarkan niat amar ma’ruf nahi
munkar, yang bertujuan untuk perbaikan (islah) perbuatan sesama umat
Islam. Syarat penilaian ini adalah harus bersifat komparabel, segera dan
tidak dibiarkan berlarut-larut, sehingga anak didik tenggelam dalam

14
kebimbangan, kebidihan, kezaliman, dan dapat melangkah lebih baik dari
perilaku manusia semula.
Aspek-aspek khusus yang harus menjadi sasaran evaluasi pendidikan
Islam adalah perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik
dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu:
1. Dilihat dari sudut tujuan umum pendidikan Islam
Tujuan umum pendidikan Islam adalah adanya taqqarub dan
penyerahan mutlak peserta didik, kepada Allah SWT. Evaluasi di
sini meliputi aspek:
a. Perkembangan ibadah ibadah peserta didik
b. Perkembangan pelaksanaan menjadi khalifah Allah di muka
bumi
c. Perkembangan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya
d. Perkembangan pemenuhan kewajiban hidup, berupa
kewajiban yang bersifat duniawi atau ukhrawi.
2. Dilihat dari sudut fungsi pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah pengembangan potensi peserta
didik dan transliternalisasi nilai-nilai Islami, serta mempersiapkan
segala kebutuhan masa depan peserta didik; Evaluasi di sini
meliputi aspek:
a. Perkembangan pendayagunaan potensi-potensi peserta
didik,
b. Perkembangan perolehan, pemahaman dan pelaksanaan
nilai-nilai Islam,
c. Perkembangan perolehan kelayakan hidup, baik hidup yang
bersifat duniawi maupun ukhrawi.
3. Dilihat dari sudut dimensi-dimensi kebutuhan hidup dalam
pendidikan Islam, Evaluasi di sini meliputi aspek:
a. Perkembangan peserta didik dalam memperoleh dan
memenuhi kebutuhan hidupnya.

15
b. Perkembangan pendayagunaan dan optimalisasi potensi
jasmani, intelegensi, agar peserta didik ini mampu
berkepribadian mulia, baik terhadap diri sendiri, sesama
manusia, alam dan kepada Tuhan.
6. Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada diri peserta
didik.
a. Aspek kognitif berupa pengembangan pengetahuan agama
termasuk di dalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan.
b. Aspek Afektif, berupa pembentukan sikap terhadap agama,
termasuk di dalamnya fungsi perasaan dan sikap.
c. Aspek psikomotor berupa menumbuhkan keterampilan
beragama termasuk di dalamnya fungsi kehendak, kemauan
dan tingkah laku.6
Sedangkan Fungsi dan Tujuan Evaluasi adalah Meliputi :
1.  Fungsi Bagi Siswa
a.  Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
b.  Memberikan dorongan belajar bagi siswa
c.   Sebagai laporan bagi orang tua siswa
2.  Fungsi Bagi Pendidik (Guru)
a.  Untuk menyeleksi siswa, dengan tujuan antara lain :
1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah
tertentu
2) Untuk menentukan siswa yang dapat naik kelas atau
tingkat berikutnya
3) Untuk menentukan siswa yang pantas diberikan
beasiswa dan lain sebagainya
4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak
menyelesaikan sekolah
b.  Evaluasi berfungsi diagnosa
6
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., hal. 200-204

16
Guru dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa dan
dapat mengetahui sebab musabab kelemahan dan kekurangan
itu.
c.  Berfungsi sebagai penempatan
Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan dari masing-
masing peserta didik melalui hasil belajar. Tujuannya adalah
agar siswa yang tadinya memiliki bakat dan minat tertentu
dalam belajar benar-benar tersalur sesuai dengan pilihannya.
d.  Mengukur ketepatan materi pelajaran
Guru dapat mengetahui apakah materi tersebut telah dikuasai
siswa atau masih perlu diadakan peningkatan atau perbaikan
untuk masa yang akan datang.
e.  Untuk mengetahui ketepatan metode
Metode adalah cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran
agar diterima oleh anak didik.
f.  Untuk merencanakan program yang akan datang
3.  Fungsi bagi sekolah
a. Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus
b. Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah
c. Megukur keberhasilan guru mengajar
d. Untuk meningkatkan prestasi kerja.
Sedangkan fungsi evaluasi sebagai umpan balik (feed back)
terhadap kegiatan pendidikan. Umpan balik ini berguna untuk :
1. Ishlah, yaitu perbaikan terhadap semua komponen-komponen
pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan dan
kebiasaan-kebiasaan
2. Tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua komponen-
komponen pendidikan. Artinya melihat kembali program-
program pendidikan yang dilakukan, apakah program itu
penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik.

17
3. Tajdid, yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan.
Kegiatan yang tidak relevan baik untuk kepentingan internal
maupun eksternal maka kegiatan itu harus diubah dan dicarikan
penggantinya yang lebih baik
4. Al-dakhil, yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua murid
berupa rapor, ijazah, piagam dan sebagainya.
Sedangkan Faidah dari muhasabah:
1. Menjumpai adanya kekurangan dalam dirinya. Dan orang yang
tidak menyadari adanya kekurangan dari dirinya tidak mungkin
sanggup untuk mengobatinya.
2. Bukti akan takutnya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
persiapan untuk bertemu dengan -Nya.
3. Akan menjadi jelas bagi seorang mukmin hakekat keuntungan
dan kerugian sejati.
4. Muhasabah didunia akan memudahkan seorang mukmin kelak
pada hari kiamat.
5. Sebagai bentuk memenuhi perintah Allah ta'ala.
6. Menjauhkan diri dari kelalaian, terjatuh dalam lumpur
kemaksiatan dan dosa.
7. Akan menolong seorang mukmin dan membantunya untuk
segera mendapatkan sisi kekurangan dari pengerjaan kewajiban
dan amalan sunah.
8. Akan membuahkan kecintaan kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla dan mendapat keridhoan -Nya.
9. Dengan cara tersebut akan mengetahui hak Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang harus ia tunaikan. Dan bagi siapa yang tidak
mengetahui hak Allah Shubhanahu wa ta’alla yang harus ia
kerjakan maka ibadahnya hanya sekedarnya dan sangat sedikit
sekali memberi dampak positif baginya.

18
10. Bahwa baiknya hati bisa tercapai dengan muhasabah, sebaliknya
rusaknya hati akibat dari jauhnya muhasabah dan tidak
memperdulikannya.7
D. Jenis-Jenis Evaluasi

Muhasabah itu ada dua macam: Muhasabah sebelum berbuat dan


yang kedua muhasabah seusai melakukan perbuatan.

1. Adapun jenis yang pertama, yaitu dirinya merenung sejenak


manakala baru timbul keinginan serta kemauan lantas dirinya
melihat, apakah perbuatan yang akan dilakukannya ini sesusai
dengan al-Qur'an dan sunah Rasulallah Shalallah 'alaihi wa sallam
atau tidak? Jika sesuai maka terus kerjakan, bila menyelisihi maka
tinggalkan.
2. Adapun untuk jenis yang kedua, yaitu muhasabah seusai
mengerjakan perbuatan, maka dalam hal ini terbagi menjadi empat
macam:
a. Muhasabah pada ketaatan yang banyak kekurangan
didalamnya, disaat pengerjaan kewajiban kepada Allah ta'ala
belum sesuai dengan harapan yang seharusnya dituntut.
b. Muhasabah atas larangan-larangan yang ada. Jika dirinya
menjumpai telah menerjang salah satunya maka segera
iringi dengan bertaubat, istighfar, dan amalan-amalan
kebajikan yang bisa menghapusnya.
c. Muhasabah atas setiap amalan yang telah ditinggalkan
namun membawa kebaikan jika ia kerjakan
d. Muhasabah pada perkara mubah atau kebiasaan, kenapa ia
kerjakan? Apakah ia kerjakan ingin mengharap ridho Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan kampung akhirat? Sehingga ia
beruntung, atau dia mengerjakannya hanya bertujuan dunia
7
https://www.tukangketik.web.id/2021/10/instrumen-supervisi-akademik.html diakses
pada tanggal 15 mater 2023, pukul 12.22 WIB

19
yang ia inginkan? Maka dirinya telah merugi serta luput dari
keuntungan tersebut.

Selanjutnya kurikulum 1975 membedakan evaluasi prestasi belajar


siswa di sekolah  menjadi 4 (empat) jenis yaitu: Evaluasi Formatif, Adalah
evaluasi yang ditujukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Jenis
evaluasi wajib dilaksanakan oleh guru bidang studi setelah selesai
mengajarkan satu unit pengajaran tertentu.

Evaluasi Sumatif, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan


penentuan angka kemajuan atau hasil belajar siswa. Jenis evaluasi ini
dilaksanakan setelah guru menyelesaikan pengajaran yang diprogramkan
untuk satu semester. Dan kawasan bahasanya sama dengan kawasan bahan
yang terkandung di dalam satuan program semester.

Evaluasi Penempatan, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk


menempatkan siswa dalam situasi belajar atau program pendidikan yang
sesuai dengan kemampuannya.

Evaluasi Diagnostik, Adalah evaluasi yang ditujukan guna


membantu memecahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu.

Jenis evaluasi formatif dan sumatif terutama menjadi


tanggungjawab guru (guru bidang studi), evaluasi penempatan dan
diagmostik lebih merupakan tanggungjawab petugas bimbingan
penyuluhan. Oleh karena itu wajar apabila dalam tulisan ini hanya
mengaksentuasi pada jenis penilaian yang pertama dan jenis yang kedua.8

E. Prinsip-Prinsip Evaluasi

Adapun prinsip-prinsip dari Evaluasi Pendidikan itu adalah Meliputi :

8
Ega Zulanda, Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di Sekolah, (padang : universitas negeri padang 2017) hlm 243.

20
1. Terus menerus / kontinu; artinya evaluasi ini tidak hanya dilakukan
setahun sekali, sekuartal sekali, atau sebulan sekali, melainkan terus
menerus, pada waktu mengajar sambil mengevaluasi sikap dan
perhatian murid, pada waktu pelajaran hampir berakhir. Prinsip
kesinambungan (Istimrar ) (al-An’aam:135)
2. Menyeluruh / komprehensif; Adanya evaluasi yang meliputi semua
aspek kepribadian manusia, misalnya aspek intelegensi, pemahaman,
pensikapan, ketulusan, kedisiplinan, tanggung jawab dan sebagainya.
Dalam al-qur’an Totalitas (al-Kamal/Tamm) ; Meliputi Kognitif (QS.al-
Anfal:2), Afektif ((QS. Al-‘Ashr : 3). Dan Psikomotorik (al-
Mukmin:35)
3. Objektivitas; Adanya evaluasi yang benar-benar objektif bukan
subjektif, artinya pelaksanaan evaluasi berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya tidak dicampuri oleh hal yang bersifat emosional dan
irasional. (QS. At-Taubah:119).
4. Validitas; Adanya evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang
seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang-bidang tertentu
yang diingini dan diselidiki, sehingga tidak hanya mencakup satu
bidang saja. Prinsip Validitas (QS.al-Hujurat:6)
5. Realibilitas; Evaluasi itu dapat dipercayai, artinya memberikan evaluasi
kepada peserta didik sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan
keadaan sesungguhnya. (QS.Hamim As-sajadah:53)
6. Efisiensi; Adanya evaluasi yang dapat menggunakan sarana dan
prasarana yang baik, memanfaatkan waktu sebaik mungkin, mudah
dalam proses administrasi dan interpretasinya sehingga evaluasi ini
tidak tepat pada sasarannya. (QS.al –Asr’:1-2)
7. Ta’abbudiah dan ikhlas; Adanya evaluasi yang dilakukan penuh
keutulusan dan pengabdian kepada Allah SWT.(al-Bayyinah:5) 9

9
https://alquran-sunnah.com/kitab/Shahihah/MANUSIA%20YANG%20PALING
%20BESAR%20UJIANNYA.htm diakses pada tanggal 27 maret 2023, Pukul 14.12 WIB.

21
22
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan
keputusan-keputusan kependidikan, baik yang menyangkut perencanaan,
pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan baik yang menyangkut
perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. Keputusan apapun
ditetapkan maksudnya agar tujuan yang dicanangkan dapat tercapai.
Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan nilai-
nilai yang Islami, sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan
dapat tercapai.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih meluas tentang hadits tentang evaluasi
Pendidikan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Kalam Mulia, 2002),

Yusuf. Tayar, Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 209

Zulanda . Ega, Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan Di Sekolah, (padang : universitas negeri padang 2017)

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6007/2/T2_942012701_BAB
%20II.pdf diakses pada tanggal 15 maret 2023, pukul 14.55 WIB

https://www.tukangketik.web.id/2021/10/instrumen-supervisi-akademik.html
diakses pada tanggal 15 mater 2023, pukul 12.22 WIB

http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam. Diakses pada tanggal 4 april


2023, Pukul 12.23 WIB.

https://alquran-sunnah.com/kitab/Shahihah/MANUSIA%20YANG
%20PALING%20BESAR%20UJIANNYA.htm diakses pada
tanggal 27 maret 2023, Pukul 14.12 WIB.

24

Anda mungkin juga menyukai