Anda di halaman 1dari 15

 

EVALUASI PEMBELAJARAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah

NURDIANA
NIM. 1212.19.2902

SEMESTER VI PAI

Dosen Pembimbing :
MARALOTTUNG SIREGAR, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ROKAN

BAGAN BATU

TP. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah pada kesempatan ini tiada kata yang pantas terucap, tiada
kalimatyang pantas terungkap, selain persembahan puja puji syukur kita kepada Allah SWT,tuhan
semesta alam yang telah memberikan begitu banyak limpahan rahmat , anugrah,dan karuniaNya
kepada kita semua, sehinnga saya juga ,masih bias menyelesaikanmakalah ini.Sholawat beriring
salam marilah senantiasa kita senandungkan kepada bagindaRasulullah SAW. Karena syafaat
beliaulah yang kita harapkan diyaumil akhir nanti,semoga kita termasuk golongan ummatnya yang
setia kepada beliau dan mendapatkansyafaatnya nanti, amin. Dalam makalah ini, saya akan
memmbahas tentang “EVALUASI FORMATIF DAN SUMATIF””saya sadari selaku
mahasiswi yang masih dalam keadaan belajar dan

menimba ilmu, makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari isi,
dan cara penulisannya, untuk itu saya mohon kritik dan saran yang membanagun dari
pembaca danDosen pengasuh mata kuliah ini.Akhir kata, semoga tulisan ini
bermanfaat,khususnya bagi saya dan untuk rekan-rekan semua,semoga dapat menambah
khazanah ilmu kita, Amin.

 
DATAR ISI

CAVER ……………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ....................................................................................ii

Daftar Isi .........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN ..............................................................................2

1. Pengertian Evaluasi ………..……………....................................2
2. Sejarah Perkembangan Evaluasi Pendidikan .................................2
3. Klasifikasi Evaluasi……………………………………………….3
4. Evaluasi Sumatif………………………………………………….6
5. Perbedaan Evaluasi Formatif Dan Sumatif………………………10
BAB III. PENUTUP .......................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari
tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan
evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum
tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Pemahaman terhadap dasar-
dasar evaluasi dapat membantu para pengembang kurikulum untuk merancang
evaluasi yang sesuai kajian-kajian teoritis yang relevan. Evaluasi dalam pengajaran
tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan revisi
desain pengajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas bagaimana evaluasi itu dari segi:
pengertian, sejarah perkembangan evaluasi, klarifikasi evaluasi menjadi dua (evaluasi
formatif dan sumatif) beserta contoh dari kedua macam klarifikasi tersebut. Dengan
demikian akan menjadikan pemahaman kita tentang kedua klarifikasi tersebut dan
bisa menjadi patokan kita dalam menjalankan kedua evaluasi tersebut dalam
lingkungan sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Evaluasi

Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation;
dalam bahasa Arab berarti al-taqdîr (‫ ;)التقدير‬dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.
Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab berarti al-qîmah (‫ ;)القيمة‬dalam bahasa
Indonesia berarti nilai. Dengan demikian, secara harfiah evaluasi pendidikan adalah
penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan. (Sudijono, 2007: 1)
Adapun dari segi istilah, terdapat berbagai definisi yang diungkap oleh para ahli. Di
antaranya adalah seperti yang dikatakan Anas Sudijono, yang mengutip Edwind
Wandt dan Gerald W. Brown mengatakan evaluation refer to the act or process to
determining the value of something (evaluasi menunjukkan kepada atau mengandung
pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu).
(Sudijono, 2007: 1) Sedangkan menurut Rusman, dia mengutip berbagai definisi
tentang evaluasi sebagai berikut: Gronlund mengatakan bahwa proses yang sistematis
dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Hopkins dan Antes
mengatakan evaluasi adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan
informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan, dan proses belajar
mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang
gambaran siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektifitas
program. MacDonald berpendapat bahwa evaluation is the process of conceiving,
obtaining and communicating information for guidance of educational decision
making with regard to a specified programme (evaluasi adalah proses memahami,
memperoleh dan memberitahukan informasi untuk bimbingan pendidikan dengan
membuat keputusan untuk sebuah program yang telah ditetapkan). Menurut Morrison,
evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. (Rusman, 2009: 93) Dari berbagai
definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa evaluasi dalam pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dengan tujuan yang
telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan.

2. Sejarah Perkembangan Evaluasi Pendidikan

Pemahaman tentang dasar-dasar evaluasi dapat membantu para pengembang


kurikulum dalam merencanakan evaluasi yang berada dalam pendidikan. Untuk
meningkatkan evaluasi, perlu diketahui bagaimana sejarah perkembangan evaluasi
dari masa ke masa. Berikut ini adalah perkembangan evaluasi sebagaimana dikutip
oleh Rusman:

1. Masa pertama, dipelopori oleh Bobbit (tahun 1918) dan Charles (tahun 1923).
evaluasi dipusatkan pada pengukuran prestasi akademik siswa. Evaluasi ini
digunakan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pembelajaran berkenaan dengan
prestasi spesifik siswa. Evaluasi difokuskan dalam mengukur apakah tujuan
pembelajaran sudah dicapai. Tipe evaluasi ini merefleksikan pertumbuhan minat
dalam ilmu perilaku. Tes psikologis dan intelegensi digunakan untuk menetukan
bakat belajar dan untuk menemukan penjelasan mengapa siswa menghadapi kesulitan
ketika belajar. Ketika siswa gagal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan, kegagalan dianggap terletak pada siswa, bukan pada kurikulum.

2. Masa kedua, dimulai pada tahun 1940


dengan garapan komisi relasi sekolah dan lembaga. Ralph Tyler dan kelompok
asosiasinya mengembangkan landasan filosofis evaluasi yang menekankan ranah
kognitif yang lebih tinggi dan tujuan pembelajaran afektif. Mereka juga menunjukkan
bahwa tujuan pembelajaran bisa menjadi sasaran untuk pengukuran. Dengan adanya
dasar filosofis baru berkenaan dengan evaluasi, telah terjadi pergerakan menuju
pengembangan program kelas pada satu tingkatan daerah sehingga evaluasi lebih
berbasis kelas. Dengan adanya dasar filosofis baru berkenaan dengan evaluasi, telah
terjadi pergerakan menuju pengembangan program kelas pada satu tingkatan daerah
sehingga evaluasi lebih berbasis kelas. Hal ini berarti bahwa guru bisa mengonstruksi
tesnya sendiri yang digunakan untuk mengevaluasi secara lokal kurikulum yang
dikembangkan. Tes ini juga bisa digunakan untuk memberi informasi terhadap siswa
secara individu mengenai kekuatan dan kelemahannya.

3. Masa ketiga, ditandai dengan peluncuran Sputniktahun 1957.


Pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan seperti pembelajaran inquiry
(penyelidikan), pendekatan-pendekatan discovery (penemuan), keterampilan
pemecahan masalah dan variasi metodologi. Cronbach yang dikutip oleh Rusman
mengarahkan pembaharuan evaluasi dengan pendapat sebagai berikut:
Sejauh mungkin, evaluasi harus digunakan untuk memahami bagaimana kegiatan
menghasilkan efek-efek dan parameter apa yang mempengaruhi efektivitas dan
harapannya. Studi evaluasi berjalan melebihi laporan kegiatan dan membantu kita
memahami pembelajaran dalam pendidikan. evaluasi akan menegaskan apa yang
mengubah hasil kegiatan dan harus mengidentifikasi berbagai aspek dari kegiatan
yang membutuhkan revisi. Hasil yang diamati bisa meliputi hasil umum yang berada
jauh di luar isi kurikulum itu sendiri, sikap, pilihan karir, pemahaman umum,
kekuatan intelektual, dan bakat untuk belajar lebih lanjut pada satu bidang. (Rusman,
2009: 91-93)

3. Klasifikasi Evaluasi

Klasifikasi atau penggolongan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat


beragam. Sangat beragamnya ini disebabkan karena sudut pandang yang saling
berbeda dalam melakukan kalsifikasi tersebut. Dalam hal ini, klasifikasi tentang
evaluasi yang akan penulis jelaskan adalah evaluasi formatif dan sumatif.
1. Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran,
yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok
bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk membahas evaluasi
formatif ini, seperti yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan
dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991:
173-175) perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan mudah
memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Formatif
Fungsi dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar-
mengajar.
b. Manfaat Evaluasi
Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh
Suharsimi Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah
yang penjabarannya sebagai berikut:
1) Manfaat bagi siswa:
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan
program secara menyeluruh atau belum
b) Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa
untuk belajar giat
c) Untuk perbaikan belajar siswa
d) Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
2) Manfaat bagi guru:
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat
diterima oleh siswa
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
dikuasai siswa
3) Manfaat bagi program sekolah:
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat
atau tidak
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil
yang akan dicapai atau tidak
d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah
tepat atau tidak (Arikunto, 1996: 34-36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka evaluasi ini
dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses
belajar mengajar atau pada akhir unit pelajaran yang singkat yaitu satuan
pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya mungkin jika
dilakukan secara sistematis dan bertahap.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Aspek tingkah laku yang dinilai dari evaluasi formatif ini cenderung
terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan)
yang terkandung dalam tujuan khusus pelajaran. Untuk menilai segi afektif
(sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif tidaklah tepat.
Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode
pengajaran yang cukup panjang.
e. Cara Menyusun Soal
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun
dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus
pengajaran yang dicapai. Oleh karena itu, soal harus dibuat secara
langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke dalam bentuk
pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan
daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka sasaran penilaian adalah
kecakapan nyata setiap peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan dalam
penilaian evaluasi formatif adalah penilaian yang bersumber pada kriteria
mutlak.
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Ada beberapa cara pengolahan hasil evaluasi formatif. Cara-cara tersebut
adalah sebagai berikut:
i. Menghitung presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal.
Dengan melihat hasil presentase ini, guru akan dapat mengetahui sejauh
mana tujuan khusus pengajaran (TKP) yang bersangkutan dengan soal
telah dicapai atau dikuasai oleh kelas.
ii. Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah
disajikan. Dengan kata lain, berapa persen kah dari bahan yang telah
disajikan itu dikuasai kelas. Cara pengolahan ini bertujuan untuk
mendapatkan keterangan, apakah keterangan apakah kriteria keberhasilan
belajar yang diharapkan telah tercapai.
iii. Menghitung presentase jawaban yang benar yang dicapai setiap peserta
didik dalam tes secara keseluruhan. Dengan angka presentase ini, guru
akan dapat mengetahui sampai berapa jauh penguasaan setiap peserta didik
atas bahan yang telah diajarkan. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat
keberhasilan setiap peserta didik atas unit pengajaran yang telah diajarkan
ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan atau yang
telah ditetapkan.
h. Penggunaan Hasil Evaluasi
Hasil pengolahan evaluasi formatif sebagaimana disebutkan di atas, dapat
digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
 Atas dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam
setiap soal. Guru dapat mempertimbangkan apakah bahan
pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu
dibicarakan lagi secara umum atau tidak.
 Atas dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan
yang telah disajikan, guru dapat menilai dirinya sendiri
mengenai kemampuannya dalam mengajar. Jika angka itu
belum mencapai kriteria keberhasilan umpamanya, maka
guru akan mencari sebabnya dan kemudian ia akan
memikirkan perbaikan-perbaikan apa yang perlu diadakan
agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien
dan efektif sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai.
 Dengan mengetahui presentase jawaban yang benar dari
setiap peserta didik dalam tes secara keseluruhan, guru
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada
setiap peserta didik sehingga guru mendapat bahan yang
dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan apakah peserta
didik perlu dapat bantuan atau pelayanan khusus dari guru
untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. (Rohani dan
Ahmadi, 1991: 173-175)
i. Contoh Evaluasi Formatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi formatif
dengan berbagai pengolahan:
1) Mengolah hasil setiap tujuan khusus pengajaran (TKP)
TKP merupakan penjabaran dari pokok bahasan dalam satuan
pengajaran. Dalam pengelolaan ini, kita mencari presentase gagal pada
setiap soal dari keseluruhan peserta didik pengikut tes.
Misalnya: pada satuan pelajaran IPA untuk SD kelas V berdasarkan
TKP-TKP yang ada disusun soal-soal tes sebagai alat evaluasi. Setelah
tes dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen peserta didik
yang gagal pada setiap soal.
Bidang pengajaran : IPA
Catur wulan : I
Kelas : V
Jumlah peseta didik : 40 orang
Pokok bahasan :
– tumbuh tumbuhan dan peristiwa alam
– hewan dan peristiwa alam
1) Soal-soal tes Presentase peserta didik yang gagal
1. Sebutkan manfaat hutan bagi manusia ? 25 %
2. Apakah yang terjadi ketika terjadi penebangan hutan secara liar ? 10
%
Soal no 1. Dari 40 orang pengikut tes terdapat 30 orang peserta
didik yang menjawab dengan tepat. Ini berarti ada 10 orang peserta
didik yang gagal.
Jadi: 10 x 100 % = 25 % peserta didik yang gagal.
40
2) Mengolah hasil evaluasi sebagai nilai harian
Pada pengolahan evaluasi ini, pengolahan didasarkan atas “ukuran
mutlak” dengan mempergunakan rumus:
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Skor akhir yang diperoleh peserta didik ialah skor ideal atau skor yang
berupa raw score (skor mentah) yang dicapainya, dibagi dengan skor
ideal (skor tertinggi yang mungkin dicapai bila semua soal dikerjakan
benar), kemudian hasil baginya dikalikan 10 (bila menggunakan skala
10 atau dikalikan dengan 100 (bila menggunakan skala 100). Kalau
peserta didik (Abdullah) memperoleh dari 20 soal tersebut skor realnya
86, maka nilai akhir peserta didik tersebut adalah:
86 x 10 = 8.6 (dalam skala 10)
100
4. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah
sekumpulan progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi
yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun
tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang
melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program
pengajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Seperti halnya
evaluasi formatif yang dikatakan Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam
bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 176-179),
untuk membahas evaluasi sumatif ini, perlu meninjau dari berbagai segi
sehingga akan mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Evaluasi Sumatif
Fungsi evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan angka kemajuan atau
hasil belajar peserta didik.
b. Manfaat Evaluasi Sumatif
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif:
1) Untuk menentukan nilai
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok
dalam menerima program berikutnya
3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1996: 36)
c. Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka evaluasi sumatif ini dilakukan untuk
menilai hasil belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar seperti
pada akhir program pengajaran.
d. Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Karena evaluasi sumatif merupakan untuk menilai hasil jangka panjang, maka
aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan),
psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai).
e. Cara Menyusun Soal
Penilaian sumatif ini merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir program
pengajaran. Ini berarti bahan pengajaran yang menjadi sasaran penilaian cukup
luas dan banyak. Oleh karena itu, tidak efisien jika soal-soalnya disusun atas
dasar tujuan khusus pengajaran (TKP) seperti pada evaluasi formatif. Akan
tetapi penyusunan soal-soalnya harus didasarkan pada tujuan umum
pengajaran (TUP) yang ada di dalam program pengajaran tersebut.
Selanjutnya, karena tujuan evaluasi sumatif itu untuk menentukan angka
kemajuan setiap peserta didik yang di antaranya untuk menentukan kenaikan
kelas atau lulus tidaknya, maka masalah tingkat kesukaran soal harus
diperhatikan. Artinya, soal-soal itu harus disusun sedemikian rupa sehingga
mencakup yang mudah, sedang dan sukar yang jumlahnya perbandingannya
sekitar 3 : 5 : 2, perbandingan ini tidak harus mutlak demikian. Masalah
tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan agar hasil penilaian dapat memberi
gambaran mengenai tingkat kecerdasan atau kemampuan atau kepandaian
tiap-tiap peserta didik atas dasar klasifikasi kurang, sedang dan pandai.
Di samping masalah tingkat kesukaran soal, pada evaluasi sumatif ini
diperhatikan daya pembeda dari setiap soal. Artinya setiap soal harus
mempunyai daya untuk membedakan peserta didik yang pandai dengan yang
kurang atau tidak pandai. Tapi tingkat kesukaran dan daya pembeda suatu soal
itu hanya dapat diketahui melalui analisis soal setelah tes itu dicobakan. Untuk
itu perlu diperhatikan pengetahuan lebih lanjut mengenai teknik penilaian
pendidikan yang menyangkut masalah “analisis soal”.
f. Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Pada evaluasi sumatif, ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
menilai: 1) penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak dan 2) penilaian
yang bersumber pada norma relatif (kelompok)
g. Cara Pengolahan Hasil Evaluasi
Karena pada evaluasi sumatif ini ada dua pendekatan dalam mengevaluasi,
maka pengolahan hasilnya pun ada dua cara:
1) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan ukuran mutlak. Jika pengolahan
hasil evaluasi itu berdasarkan ukuran atau kriteria mutlak, maka yang harus
dicari adalah presentase jawaban benar yang dicapai oleh setiap peserta didik.
2) Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan norma relatif (kelompok). Untuk
mengolah hasil evaluasi yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai
yang standar seperti skala nilai 0 – 10 atau skala nilai 0 – 100. Untuk merubah
nilai atau skor mentah ke dalam skor terjabar berdasarkan skala penilaian
tertentu, maka prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menyusun distribusi atau frekwensi skor yang diperoleh peserta didik
b) Menghitung angka rata-rata
c) Menghitung standar devisi
d) Mengubah skor ke dalam skala penilaian yang dikehendaki
h. Penggunaan Hasil Evaluasi
Pada evaluasi sumatif, hasilnya digunakan antara lain sebagai berikut:
a) Menentukan kenaikan kelas
b) Menentukan angka raport
c) Mengadakan seleksi
d) Menentukan lulus tidaknya peserta didik
e) Mengetahui status setiap peserta didik dibandingkan dengan peserta didik
lainnya dalam kelompok yang sama
i. Contoh Evaluasi Sumatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi sumatif dengan
berbagai pengolahan: (Rohani dan Ahmadi, 1991: 192-194)
1) Pengolahan berdasarkan “ukuran mutlak”
Pengolahan skor mentah (raw score) dengan ukuran mutlak dalam standar atau
skala 10 dengan mempergunakan ketentuan rumus
s.a = s.r x 10
s.i
s.a: skor akhir
s.r: skor real
s.i: skor ideal
10: skor 1-10
Contoh:
Di dalam evaluasi sumatif dari suatu bidang pengajaran dibuat soal-soal
sebagai berikut:
a) Tes bentuk B – S : 30 soal, skor 1 untuk setiap soal yang benar
b) Tes bentuk pilihan jamak : 50 soal, n = 3 skor 1 per soal yang benar
c) Tes bentuk uraian : 4 soal, skor 5 untuk setiap soal yang benar dan memakai
bobot 2 soal mudah berbobot 1 masing-masingnya.
– 1 soal sedang berbobot 2
– 1 soal sukar berbobot 3
Skor tertinggi yang mungkin dicapai peserta (disebut juga skor ideal)
dari tes tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes benar – salah : 30 x 1 = 30
b) Tes pilihan jamak : 50 x 2 = 100
c) Tes bentuk uraian : 2 mudah : 2 x 5 x 1 = 10
1 sedang : 1 x 5 x 2 = 10
1 sukar : 1 x5 x 3 = 15
Jumlah skor ideal = 165
Di antara peserta didik suatu kelas yaitu kelas A, B dab C berhasil
mengerjakan soal-soal tes sebagai berikut:
nama Benar-salah Pilihan jamak Bentuk uraian
dibuat benar Dibuat benar Skor no 1 2 3 4
A 30 21 49 31 5 5 3 2
B 25 21 40 31 5 5 3 2
C 25 25 35 30 5 4 5 4
Skor mentah (raw score) mereka masing-masing, bila dengan “rumus
tebakan” (untuk B-S dan pilihan jamak) adalah sebagai berikut:
Si A = (21 – 9) x 1 + (31 – 18 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (2 x 3) = 78
3–1
Si B = (21 – 4) x 1 + (31 – 9 ) x 2 + (10 x 1) + (3 x 2) + (3 x 3) = 95
3–1
Si C = (25 – 0) x 1 + (30 – 5 ) x 2 + (9 x 1) + (5 x 2) + (5 x 3) = 111
3–1
Skor akhir A = 78 x 10 = 4,72 (atau 5)
165
Skor akhir B = 95 x 10 = 5,75 (atau 6)
165
Skor akhir C = 111 x 10 = 6,72 (atau 7)
165
2) Pengolahan berdasarkan “ukuran relatif (kelompok)”
Pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif ini ditujukan untuk menilai /
mengukur prestasi seseorang dibandingkan dengan nilai prestasi rata-rata dari
kelompoknya. Dengan kata lain, pengolahan yang berdasarkan ukuran relatif
menentukan kedudukan peserta didik masing-masing di dalam kelasnya.
Karena pengukuran “prestasi seseorang” dalam pengolahan berdasarkan
ukuran relatif ini dibandingkan dengan hasil rata-rata kelompok dalam
bilangan, maka kita pergunakan teknik-teknik statistik yang sederhana yaitu
teknik menyusun distribusi frekuensi.
Teknik Menyusun Distribusi Frekuensi
Distribusi: penyebaran
Frekuensi: berapa kali datang yang sejenis pada suatu saat tertentu, atau
berapa banyaknya yang sejenis pada suatu kelompok atau berapa kali suatu
kelompok muncul dalam kelompok angka atau skor tertentu.
(1) Data yang mempunyai frekuensi sama
Hasil tes 8 orang peserta didik adalah sebagai berikut:
Pada data sebelah kiri ini kita lihat, bahwa setiap angka hanya diperoleh
seorang peserta didik. Frekuensi setiap angka sama yaitu satu.
(2) teknik menyusun distribusi frekuensi tidak sama
pada suatu tes, 10 orang peserta didik memperoleh skor sebagai berikut:
dari data hasil tes seperti contoh di samping, ternyata:
yang memperoleh angka 75 = 1 orang
yang memperoleh angka 65 = 2 orang
yang memperoleh angka 60 = 4 orang
yang memperoleh angka 56 = 2 orang
yang memperoleh angka 55 = 1 orang
5. Perbedaan Evaluasi Formatif Dan Sumatif

Seperti yang dikatakan Rusman mengutip pendapatnya Scriven, dia (Scriven)


telah membuat perbedaan antara evaluasi sumatif dan formatif. Dalam
evaluasi sumatif, evaluasi berfungsi untuk menetapkan keseluruhan penilaian
program. Termasuk menilai keseluruhan manfaat program tertentu dalam
hubungannya dengan kontribusi terhadap kurikulum sekolah secara total.
Dalam evaluasi formatif meliputi pembuatan penilaian dan usaha untuk
menentukan sebab-sebab khusus. Informasi yang diperoleh dalam evaluasi
formatif memberi kontribusi terhadap revisi program. Ini memungkinkan
pengembang kurikulum untuk mengubah dan mengembangkan kurikulum
sebelum menetapkan bentuk final. Perbedaan yang mendasar antara dua tipe
evaluasi ini menyangkut bagaimana evaluasi diperlakukan, apa yang akan
dievaluasi dan bagaimana hasilnya akan digunakan. (Rusman, 2009: 101)
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Juli 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cet 12.


Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, M. Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Evaluasi
Pengajaran. Cet 2. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Januari 1991. Pengelolaan Pengajaran.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rosyadi, Khoiron. November 2004. Pendidikan Profetik. Cet 1. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Edisi 2. Jakarta: Rajawali Press.
Silveirus, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Edisi 7. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Toha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Cet 5. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai