Anda di halaman 1dari 10

Evaluasi Pendidikan Dalam Al Quran

Mata kuliah Tafsir Tarbawi


Dosen :

IRFAN EFENDI

21.02.0004

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-AMIN


INDRAMAYU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur terhadap Gusti Pangeran Allah SWT karna telah memberikan kita
semua nikmat sehat serta nikmat iman sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita junjung kepada
kekasih kita Nabi Muhammad SAW, yang telah mengubah zaman gelap gurita
hingga zaman terang benderang, semoga kita mendapatkan safaat / pertolongan di
akhir zaman nanti, Aamiin.

Dan penulis ucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat selesai, makalah ini disusun guna menyelesaikan
tugas dari Bidang Studi Tafsir Tarabwi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-
Amin Indramayu.

Sesunguhnya di dunia ini tidak ada yang sempurna maka dari itu kritik serta saran
akan penulis terima untuk membangun penulisan dalam mengerjakan makalah
kedepanya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Indramyu, 18 April 2022

Irfan Efendi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan Masalah.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A.    Pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran............................2

B. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.................................3

C.    Mengatur ruang kelas...................................................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................7

A. Kesimpulan................................................................................................7

B. Saran..........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran (belajar-mengajar) akan terdapat penilaian


terhadap hasil yang telah dilakukan atau ditempuh. Dalam hal ini gurulah
(pendidik) yang memberikan penilaian itu, dan peserta didiklah yang
menerima atau sebagai subjek dari penilaian. Penilaian ini disebut dengan
evaluasi. Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang membahas mengenai
evaluasi, walau secara harfiah tidak disebut sebagai “evaluasi”, namun
bermakna sama, yakni “penilaian”. Jadi, makalah ini dibuat agar pembaca
dapat mengerti dan memahami evaluasi (penilaian), baik kaitannya dengan
pentingnya, tujuan, dan prinsip-prinsipnya sesuai dengan ayat-ayat dalam al-
Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana hakikat evaluasi pendidikan?


2.      Bagaimana tujuan evaluasi pendidikan?
3.      Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Evaluasi Pendidikan

Secara etimologi evaluasi berasal dari kata evaluation dalam bahasa


Inggris, yang berarti penilaian.[1] Evaluasi merupakan komponen yang akan
mengukur penambahan dan perubahan perilaku.[2] Jadi, ketika kata evaluasi
dihubungkan dengan pendidikan maka evaluasi pendidikan berarti proses
penilaian untuk mengukur penambahan atau perubahan perilaku (baik kognitif
maupun afektif) yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dalam
suatu kegiatan belajar mengajar.
Al-Qur’an banyak mengulang istilah yang berkaitan dengan evaluasi.
Bahkan al-Qur’an tidak hanya menggunakan satu istilah dalam perbincangannya

1
mengenai evaluasi, tetapi ia menggunakan banyak istilah. Diantara istilah itu
adalah bala dan fatana. Secara etimologi bala semakna
dengan ikhtabara dan imtahana yang berarti menguji atau mencoba.
Dan fatana semakna dengan a’jabu yang membingungkan atau mengherankan,
dari kata fatana terbentuk pula kata al-fitnah yang sering diartikan kepada
musibah atau bencana, karena memang bencana yang Allah swt. Timpakan
kepada manusia merupakan ujian atau evaluasi dari-Nya. sehingga dapat
dibedakan antara manusia yang baik dan yang jahat. Jadi, tujuan dari adanya al-
fitnah dan al-bala untuk mengetahui dengan jelas perbedaan karakteristik
keberimanan atau ketaatan manusia. Sebagaimana juga evaluasi dalam
pembelajaran bertujuan untuk mengetahui siswa yang menguasai materi
pembelajaran dengan yang tidak.[3]

ُ‫) َو لَقَد فَتَنَّاالَّ ِذينَ ِمن قَبلِ ِهم فَلَيَعلَ َم َّن هللا‬۲( َ‫ب النَّاسُ َأن يُّت َر ُكواانيَّقُولُوا آ َمنَّا َوهُم اَل يُفتَنُون‬ َ ‫َأ َح ِس‬
)٣( ‫ين‬ َ ‫ص َدقُوا َولَيَعلَ َم َّن ا ٰلك ِذ ِب‬
َ َ‫الَّ ِذين‬

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan


mengatakan, “kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-
orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS.
Al-‘Ankabut: 2-3)

QS. Al-‘Ankabut: 2-3 diatas dimulai dengan kata tanya, hal ini berarti
bahwa pernyataan seseorang bahwa “mereka telah beriman,” tidak menyebabkan
Allah swt. tidak mengujinya lagi. Allah akan menguji mereka, sama seperti orang-
orang sebelum mereka. Untuk itu, dalam kaitannya dengan evaluasi pendidikan,
pengakuan peserta didik mengenai penguasaannya terhadap materi pembelajaran
pula tidak cukup, tetapi peserta didik masih tetap diuji dulu atas pengakuannya
itu.

Maka sesuailah jika dikatakan bahwa evaluasi adalah hal penting dalam
suatu pembelajaran. Berhasil tidaknya pembelajaran itulah dapat dilihat melalui
evaluasi. Sejalan dengan konsep bahwa evaluasi merupakan hal penting dalam
pendidikan, agama Islam pula memandang dengan pandangan yang sama, terkait
pentingnya evaluasi dalam pendidikan. Dalam firman-Nya Allah swt.
menunjukkan telah melakukan evaluasi, yakni evaluasi yang ditujukan kepada
Nabi Adam as.

2
َ ‫ضهُم َعلَى ال َملَِئ َك ِة فَقَا َل َأنبُِئو نِي بَِأس َما ِء هُؤآل ِء ِإن ُكنتُم‬
‫ قَالُو‬. َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫َو َعلَّ َم آ َد َم اَألس َم َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬
‫ك اَنتَ ال َعلِي ُم ال َح ِكي ُم‬َ َّ‫ك اَل ِعل َم لَنَآ ااَّل َما َعلَّمتَنَا اِن‬
َ َ‫سُب َحان‬
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
“Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang
yang benar.” Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengtahui lagi Maha Bijaksana.””(QS. Al-Baqarah: 31-
32)
Dari ayat tersebut ada empat hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah
swt. telah bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran kepada Nabi Adam
as. Kedua, para malaikat karena tidak memperoleh pengejaran sebagaimana yang
diterima Nabi Adam, mereka tidak dapat menyebutkan nama-nama benda (ajaran)
yang pernah diberikan kepada Nabi Adam. Ketiga, Allah swt. Telah meminta
kepada Nabi Adam agar mendemostrasikan ajaran yang diterimanya dihadapan
para malaikat. Keempat, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi evaluasi atau
meteri yang diujikan, haruslah materi yang pernah diajarkan.
Berdasarkan ayat diatas dapat dikatakan bahwa hal yang harus
diperhatikan dalam evaluasi pendidikan, yakni.
1.      Dalam evaluasi haruslah ada guru (pendidik) sebagai fasilitator dalam
penyampaian pengetahuan (knowledge) kepada peserta didik.
2.      Dalam evaluasi harus ada pengajaran dari pendidik kepada peserta didik, karena
tanpa adanya pengajaran materi maka tidak akan ada evaluasi.
3.      Guru hanya melakukan evaluasi berkenaan dengan materi yang telah
diajarkannya. Untuk materi yang belum diajarkan, evaluasi tidak bisa dilakukan.
B.     Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi dapat dipahami berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an,


yakni: Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problem kehidupan yang dialaminya.[4] Sebagaimana yang terdapat
dalam QS. al-Baqarah:155.
ّ ٰ ‫ت َوبَ ِّش ِرال‬
َ‫صبِ ِرين‬ ِ ۗ ‫س والثَّ َم ٰر‬
ِ ُ‫َقص ِمنَ االَم َوا ِل َواالَنف‬
ٍ ‫ُوع َون‬ ِ َ‫َولَنَبلُ َونَّ ُكم بِ َشي ٍء ِمن الخ‬
ِ ‫وف والج‬
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutann, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan

3
berikanlah berita gembira pada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:
155)
Maksudnya: Seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman dan
dirinya mempunyai pengalaman digembleng dalam penderitaan, maka adanya
musibah justru akan membersihkan jiwanya.[5] Untuk kaitannya dengan evaluasi
dalam bidang pendidikan, maka ayat diatas menjelaskan bahwa evaluasi memang
kadang terasa seperti penderitaan atau beban (utamanya bagi peserta didik),
namun justru dengan evaluasi itulah akan mendatangkan “berita gembira bagi
orang yang sabar” yang kaitannya dengan peserta didik yakni hasil yang
memuaskan, bukan hanya dalam angka semata, namun jika peserta didik berusaha
dalam melaksanakan evaluasi, maka akan ada pengetahuan yang didapat. Selain
itu, daya kemampuan peserta didik juga akan benar-benar teruji sehingga guru
pun dapat memantau dan memberikan pendampingan kepada peserta didik
berdasarkan kemampuan-kemampuannya.
C.    Prinsip-Prinsip dalam Evaluasi

1.      Prinsip kesinambungan (istimrar ‫استمرار‬ )


Penilaian diusahakan secara kesinambungan (kontinuitas) atau terus
menerus.[6]
ّ ٰ ‫ّار ِا َّن ٗه اَل يُفلِ ُح‬ ٰ
)١٣٥( ‫ُون‬
َ ‫الظلِم‬ ِ ۗ ‫فَ َسوفَ تَع َملُو ۙ َن َمن َت ُكونُ لَ ٗە َعاقِ َب ُة الد‬ ‫عام ِۚل‬ ‫ َم َكانَتِ ُكم اِنِّي‬ ‫اع َملُوا َعلى‬ ‫وم‬
ِ ‫ ٰي َق‬ ‫قُل‬
“Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah
(diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik didunia ini. Sesungguhnya
orang-orang yang dzalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.” (QS. Al-
An’am: 135)
Dalam kaitannya dengan evaluasi pendidikan, ayat al-An’am ini
menjelaskan bahwa setiap peserta didik haruslah belajar dengan sepenuh
kemampuannya, dan hasil dari usaha setiap peserta didik itulah yang nantinya
akan diketahui melalui evaluasi. Maka dari itu, untuk mengkur kemampuan setiap
peserta didik, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dan  tidak hanya
sekali saja. Sebab, dengan melakukan evaluasi secara terus-menerua
(kesinambungan) maka guru (pendidik) akan dapat mengetahui kemampuan-
kemampuan dari peserta didiknya, yakni yang sudah mengerti maupun yang
belum mengerti pada materi yang diajarkan.
2.      Prinsip Objektivitas (maudluiyyah ‫)موضوعيّة‬

4
Penilaian diusahakan objektivitas atau jujur mengatakan sesuatu sesuai
dengan apa adanya.[7]
َ‫يَا أيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوأ اتَّقُوأ هللاَ َو ُكونُوأ َم َع الصَّا ِدقِين‬  
 “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Dalam konteks evaluasi pendidikan, maudliyyah dapat diartikan bahwa
guru selaku pendidik dalam melakukan evaluasi kepada peserta didiknya haruslah
objektif. Guru harus menilai peserta didik sesuai dengan kemampuan peserta
didik itu sendiri. Bagi peserta didik yang kemampuannya memang sudah
mumpuni, maka guru harus menilainya dengan nilai yang baik, begitupun
sebaliknya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an banyak mengulang istilah yang berkaitan dengan evaluasi. Diantara
istilah itu adalah bala dan fatana. Secara etimologi bala semakna
dengan ikhtabara dan imtahana yang berarti menguji atau mencoba. Jadi, tujuan
dari adanya al-fitnah dan al-bala untuk mengetahui dengan jelas perbedaan
karakteristik keberimanan atau ketaatan manusia. Sebagaimana juga evaluasi
dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui siswa yang menguasai materi
pembelajaran dengan yang tidak.

Tujuan evaluasi adalah untuk menguji daya kemampuan manusia beriman


terhadap berbagai macam problem kehidupan yang dialaminya yang berarti dalam
kaitannya dengan evaluasi pendidikan adalah menguji daya kemampuan peserta
didik sehingga guru dapat memantau dan memberikan pendampingan kepada
peserta didik berdasarkan kemampuan-kemampuannya.

Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan:

1.      Prinsip kesinambungan (istimrar ‫تمرار‬œœœ‫)اس‬: Penilaian diusahakan secara


kesinambungan (kontinuitas) atau terus menerus.

5
2.      Prinsip Objektivitas (maudluiyyah ‫وعيّة‬œœœœœ‫)موض‬: Penilaian diusahakan
objektivitas atau jujur mengatakan sesuatu sesuai dengan apa adanya.

6
DAFTAR PUSTAKA
Afendi, Arief Hidayat. 2016. Al-Islam Studi Al-Qur’an (Kajian Tafsir
Tarbawi).  Yogyakarta: Deepulish.
Aziz, Abd. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: TERAS.
Yusuf, Kadar M. 2013. Tafsir Tarbawi Pesan-pesan al-Qur’an tentang
Pendidikan. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai