MATERI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
1. Dea Khaerunisa Fitria (2008101055)
2. Ade Maulidiah (2008101057)
3. Lisnawati Nuraida (2008101064)
PAI /B /3
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak terkait yang telah membantu penyusunan makalah ini. Penulis berharap pada penyusunan
makalah ini dapat berjalan dengan baik, dan semoga Allah Swt. selalu memberikan
perlindungan dan karunia-Nya kepada mereka yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan dari diri penulis. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, supaya penulis
dalam penyusunan makalah dapat lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis, para pembaca, dan masyarakat umum.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
A. Ayat dan Hadits Tentang Materi Pendidikan .............................................................. 2
1. Q.S Luqman : 12 – 19 ................................................................................................... 2
2. Q.S Yusuf : 4-8 .............................................................................................................. 3
3. Q.S Hud : 42-46............................................................................................................. 4
4. Q.S Maryam : 27-33 ..................................................................................................... 5
5. Q.S Al-Baqarah : 132-133 ............................................................................................ 5
B. Mufrodat Perkata dari Ayat Tentang Materi Pendidikan .......................................... 6
C. Tafsir Ayat Tentang Materi Pendidikan ..................................................................... 15
D. Tafsir Tarbawi Yang Di Bahas .................................................................................... 24
1. Materi Tauhid /Aqidah/ Keimanan .......................................................................... 24
2. Materi Ibadah/Syari’ah. ............................................................................................ 26
3. Materi Akhlak ............................................................................................................. 27
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 29
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 29
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 30
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-
ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Pendidikan,
dalam pengertiannya yang paling luas, memainkan peran yang makin besar untuk
mewujudkan perubahan mendasar dalam cara hidup dan bertindak. Pendidikan adalah
kekuatan masa depan karena merupakan alat perubahan yang paling ampuh. Karena
dengan pendidikan kita bisa mempengaruhi manusia secara masal untuk mencapai
sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Merujuk kepada pentingnya pendidikan tersebut,
maka dibutuhkan materi-materi yang harus dijadikan landasan dan sandaran dalam
pendidikan. Maka materi Pendidikan Islam adalah bahan-bahan, atau pengalaman-
pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikan rupa untuk disajikan
atau disampaikan kepada anak didik.
Landasan dasar dari materi pendidikan dalam islam sendiri bersumber dari ayat-
ayat Al-Qur’an yang memberikan pengajaran sebagai bahan pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik. Tak hanya memberikan gambaran saja pembahasan
ini akan memberikan fakta-fakta yang diambil dari kisah-kisah Nabi yang
mencerminkan nilai-nilai pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa Saja Ayat-Ayat Yang Berisi Mengenai Materi Pendidikan ?
2. Bagaimana Mufrodat Dari Ayat-Ayat Tersebut ?
3. Bagaimana Penjelasan Tafsir Dari Para Mufasir Mengenai Ayat-Ayat Tersebut?
4. Bagaimana Penjelasan Tafsir Tarbawi Dalam Ayat-Aayat Tersebut ?
1. Q.S Luqman : 12 – 19
ْقَا َل ْ( َو ِإذ12)ِْي َحمِ يد ْ غن ْ لِل ْۚ َو َمنْ َيشكُ ْر َفإِ َن َما َيشكُ ُْر ِلنَفسِ ِْه ْۚ َو َم
َ َ َْن َكف ََْر فَإِن
َ ّْللا َِْ ِ ن اشكُ ْر ِْ ََو َل َقدْ آتَينَا لُق َمانَْ الحِ ك َمةَْ أ
ُأ ُ ُّمه ُاْلن َسانَْ بِ َوا ِلدَي ِْه َح َملَته
ِ صينَا َ ( َو َو13) ْالشركَْ لَظُلمْ عَظِ يم ِ َْالِل ْۚ إِن َِْ ِِل تُش ِركْ ب َْ يَْ َلُق َمانُْ ِِلبنِ ِْه َوه َُْو يَ ِعظُهُ يَا بُن
ْ َعلَىْ أ
تُش ِركَْ بِي َما
ن َ َْ( َوإِنْ َجاهَدَاك14) ير ُْ ص َْ َن اشكُ ْر لِي َول َِوا ِلدَيكَْ إِل
ِ ي ال َم ِْ َن أ َ صالُهُ فِي
ِْ عا َمي َ ِعلَىْ َوهنْ َوف َ َوهنًا
ْي َمر ِجعُكُم ۚ ث ُ َْم
َْ إِ َل ْ ي َْ ل َمنْ أَن
َْ ََاب إِل َْ صاحِ ب ُه َما فِي الدُّنيَْا َمع ُروفًا ْۚ َواتَبِعْ َسبِي ْ َ س لَكَْ بِ ِْه عِلمْ ف
َ َل تُطِ ع ُه َمْا ْۚ َو َْ لَي
ت اَوْ فِى
ِْ صخ َرةْ اَوْ فِى السَمو َ ْل َحبَةْ مِنْ خَردَلْ فَتَ ُكنْ فِي َْ ي اِنَ َهاْ اِنْ تَكُْ مِ ثقَاَْ َ( يبُن15) َْفَأُن َِبئ ُ ُكْمْ ِب َما ُكنتُمْ تَع َم ُلون
ْعلى َما َ ع ِنْ ال ُمنك َِْر َواص ِب ْر
َ َْصلو ْةَ َوأ ُم ْر ِبال َمع ُروفِْ َوانه َْ َ(يبُن16) ّللا َلطِ يفْ َخ ِبي ْر
َ ي اَق ِِْم ال َْٰ َّْللا اِن
ُْٰ ت ِب َها ْ ِ اِلَر
ِْ ض َيأ
َْ ِل يُحِ بُّْ ُك
ل ْ َ ّللا
َْٰ َْض َم َرحًا ْۚ اِن ْ ِ ش فِى اِلَر ْ ِ ِل تَم ْ َ اس َو
ْ ِ َِر َخدَكَْ لِلنْ صع ْ َ ( َو17) عز ِْم اِلُ ُمو ِْر
َ ُ ِل ت َ َا
َ ْصا َبكَْْۚ اِنَْ ذلِكَْ مِن
َ َت ل
(19) صوتُْ ال َحمِ ي ِْر ِْ صوتِكَْْۚ اِنَْ اَنك ََْر اِلَص َوا ِ ( َواق18) ُمختَالْ فَ ُخو ْر
َ ْصدْ فِيْ َمشيِكَْ َواغضُضْ مِن
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".(12) Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
2
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(13) Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (14) Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(15) (Luqman
berkata): "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya
(balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha teliti”.(16) “Wahai anakku!
Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah
(mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”. (17) “Dan janganlah
kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di
bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri”.(18)“Dan sederhanalah dalam berjalan, dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.(19)
ْصص ُ ِل تَق َْ َ( قَالَْ يبُن4) َْس َوالقَ َم َْر َراَيت ُ ُهمْ لِىْ س ِجدِين
َْ ى َْ َر كَو َكبًا َوال َشم َْ عشَ َْت اِنِىْ َراَيتُْ اَ َحد
ِْ َِل ِبي ِْه ياَب
َ ِ ُف
ُْ ل يُوس َْ اِذْ قَا
ِْ ( َوكَذلِكَْ َيجتَ ِبيكَْ َربُّكَْ َويُ َع ِل ُمكَْ مِنْ تَا ِوي5) ن
ل ْ عدُوْ ُّم ِبي
َ انِْ علٰٓى اِخ َوتِكَْ فَ َيكِيدُوا لَـكَْ كَيدًا ْۚ اِنَْ ال َشيطنَْ لِلِن َس َ َُْرء َياك
ْعلِيمْ َحكِيمَ َْل اِبرهِي َْم َواِسحقَْ ْۚ اِنَْ َربَك ُْ علٰٓى اَبَ َويكَْ مِنْ قَبَ ب َك َماْ اَتَ َم َها َْ ل يَعقُو ِْ علٰٓى ا
َ علَيكَْ َو ِْ اِلَ َحادِي
َ ْث َويُتِ ُّْم نِع َمتَه
َُْف َواَ ُخوهُْ اَ َحبُّْ اِلٰٓى اَبِينَا مِ نَا َونَحنُْ عُصبَ ْة ْۚ اِن ُْ (اِذْ قَالُوا لَيُوس7) َُْف َواِخ َوتِهْ ايتْ لِـل َسا ٰٓ ِٕٮلِينَْ (لَقَدْ كَانَْ فِىْ يُوس6)
(8)ن ِْ ضللْ ُّمبِي َ ْاَبَانَا َلفِى
Artinya : ‘(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Sungguh,
aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud
kepadaku."(4) “Dia (ayahnya) berkata, "Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan
mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk
membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia."(5) “Dan
demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi Nabi) dan mengajarkan
3
kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan (nikmat-Nya) kepadamu
dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya
kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sungguh,
Tuhanmu Maha Mengetahui, Mahabijak-sana”.(6)“Sungguh, dalam (kisah) Yusuf
dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang
bertanya”.(7) Ketika mereka berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya
(Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan
(yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata.(9)
Artinya : Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana
gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh
terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada
bersama orang-orang yang kafir".(42) Anaknya menjawab: "Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata:
"Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha
Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah
anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.(43) Dan difirmankan: "Hai
bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan,
perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan
dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim".(44) Dan Nuh berseru kepada
Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku,
dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya".(45) Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah
termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya
(perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon
kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku
4
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan".(46)
ْ(28)سوءْ َو َما كَانَتْ أُ ُّمكِْ بَ ِغيًّا ُ ( يَا أُختَْ ه27) ت شَيئًا ف َِريًّا
َ ََارونَْ َما كَانَْ أَبُوكِْ ام َرْأ ِْ فَأَتَتْ بِ ِْه قَو َم َها تَح ِملُهُ قَالُوا يَا َمريَ ُْم لَقَدْ ِجئ
َ َ( َو َجعَلَنِي ُمب30) َاب َو َجعَلَنِي نَبِيًّا
اركًا َْ ِي ال ِكت َِْ ُعب ْد
َْ ّللا آتَان َْ ( ْقَا29)صبِيًّا
َ ل إِنِي َْ َارتْ إِلَي ِْه قَالُوا كَي
َ ف نُك َِل ُْم َمن كَانَْ فِي ال َمه ِْد َ فَأَش
َْ َعل
ْي يَو َم َ (ْ َوالس ََل ُْم32)ي
ًّْ ش ِق ً ( َوبَ ًّرا ِب َوا ِلدَتِي َولَمْ يَج َعلنِي َجب31) الزكَاةِْ َما دُمتُْ َحيًّا
َ َارا َ صانِي ِبالص ََلةِْ َو َ أَينَْ َما كُنتُْ َوأَو
(33) ث َحيًّا ُْ َُولِدتُّْ َويَو َْم أَ ُموتُْ َويَو َْم أُبع
ْ َ َل تَ ُموتُنَْ ا
ْ(اَمْ كُنتُمْ شُ َهدَا َْء اِذ132) ْۚ َِِْل َواَنتُمْ ُّمس ِل ُمون ْ َ طفى لَكُ ُْم الدِينَْ ف
َ ّللا اص َْ ِصى بِ َهْآٰ اِبره ُْم بَنِي ِْه َويَعقُوبُْ يبَن
َْٰ َْي اِن ٰ َو َو
َْ ل ِلبَنِي ِْه َما تَعبُدُونَْ مِنْ بَعدِيْ قَالُوا نَعبُ ْدُ اِل َهكَْ َواِلهَْ ابَاٮِٕكَْ اِبره َْم َواِسمعِي
ْل َواِسحقَْ اِل ًها َواحِ دًا َْ ض َْر يَعقُو
َْ ب ال َموتُْ اِذْ قَا َ َح
(133) َْن لَهْ ُمس ِل ُمون
ُْ َونَح
5
Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-
Nya.”(133)
Allah َّْللا
ٰ kepada Allah ۚ ِْٰ ِ
ْ لِل
Ayat 13
dengan Allah ۚؔ
ْ ْالِل
ِ ٰ ِب Luqmân ْ ُْلُقمنl
6
Ayat 14
agar ِْ َا
ْن terhadap kedua ْۚ
ْ بِ َوا ِلدَي ِْه
orang tuanya
Ayat 15
7
lalu akan Ku-
beritahukan kamu فَاُنَبِئ ُ ُك ْم maka jangan َْ ف
ْ َل
kamu mentaati
tentang apa
ِب َما keduanya ْ تُطِ ع ُه َمْا
dan pergaulilah
kalian adalah
ْكُنتُم keduanya ْ صاحِ ب ُه َمْا
َ َْو
kamu kerjakan
َْتَع َملُون
Ayat 16
8
menimpa kamu ۚ َ َا
ْ َْصابَك sholat ْ َصلوْة
َ ال
Ayat 18
Allah َّْللا
ٰ Mukamu ْ ََْخدَك
Ayat 19
Suara ۚ
ْ َْصوتِك
َ
9
2. Mufradat Q.S Yusuf : 4-8
Ayat 4
10
ِْ علٰٓى ا
Maha Bijaksana dan kepada keluarga
ْ َْحكِيم
Yakub َ ل يَعقُو
ْب َ َو
Ayat 7-8
11
Dia kasihani ia
ْ۫ ْرحِ م ْص ُمنِی
ِ یع
menjagaku/melindungiku
dan dari
ْوْ حال ْمِن
menghalangi/memisahkan
diantara keduanya بین ُهما Air ْ۫ ِْالمآء
Gelombang ُْ المو
ج (Nuh) berkata ْقال
maka adalah ia/anak itu ْفكان tidak ada ْل
dari/termasuk ْمِن pelindung ْاصم
ِ ع
orang-orang yang hari ini
ْال ُمغرقِین ْالیوم
ditenggelamkan
ْ dari ْمِن
Ayat 44
12
sebab itu jangan engkau
ْ َ ْۚ ف
َْل تَسـَٔل ِن
memohon kepada-Ku
13
dan (menunaikan) zakat َ َو
ْ ِْالزكَاة seroang yang diberkahi ْ اركًا
َ َُمب
dan (menunaikan) zakat ْ َُْما دُمت dimana saja أَينَْ َما
Hidup ْ َحيًّا aku berada ُْكُنت
dan Dia memerintahkan
kepadaku َ َوأَو
ْ صانِي
Ayat 32
14
(yaitu) Tuhan ِْإل ًها kepada anak-anaknya ْ لِبنِی ِْه
Yang Maha Esa ْواحِ دًا apa yang kamu sembah ْ ْما تعبُدُون
dan kami ُْ ونح
ن sepeninggalku ْ ْمِنْ بعدِي
(hanya) kepada-Nya ْله mereka menjawab قالُوا
berserah diri ُْمس ِل ُمون kami akan menyembah ُنعبُد
15
itu dalam literatur Arab klasik, memperkuat dugaan bahwa buku ini disusun pada
masa yang belum terlalu lama. Banyak pendapat mengenai siapa Luqmân al-Hakîm
sebenarnya. Ada yang mengatakan bahwa ia berasal dari Nûba, dari keluarga Aylah.
Ada juga yang menyebutnya dari Etiopia. Pendapat lain mengatakan bahwa ia
berasal dari Mesir selatan yang berkulit hitam. Juga ada pendapat lain menyebutkan
bahwa ia seorang Ibrani. Hampir semua orang yang menceritakan riwayatnya
sepakat bahwa Luqmân bukan seorang nabi. Hanya sedikit yang berpendapat bahwa
ia termasuk salah seorang nabi. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari riwayat-
riwayat yang menyebutkannnya adalah bahwa ia bukan orang Arab. Para periwayat
itu bersepakat untuk mengatakan demikian. Ia adalah seorang yang bijak, bukan
seorang nabi. Dan ia telah memasukkan banyak kata bijak baru ke dalam literatur
Arab yang kemudian mereka pakai, sebagaimana dapat ditemukan dalam banyak
buku.
2) Q.S Yusuf : 4-8
Menurut tafsiran Kemenag Q.S Yusuf ayat 4-8 berisi tentang mimpi Nabi
Yusuf. Pada suatu ketika Nabi Yusuf a.s. memberitahukan kepada ayahnya Nabi
Yakub bin Ishak bin Ibrahim bahwa ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari,
dan bulan, semuanya tunduk dan sujud kepadanya. Tentu saja sujud di sini bukan
dengan arti menyembah seperti yang kita kenal, tetapi hanyalah sujud dalam arti
kiasan yaitu tunduk dan patuh.
Setelah mendengar cerita itu, Nabi Yakub a.s. menyadari bahwa mimpi
anaknya bukan mimpi biasa, tetapi merupakan ilham dari Allah sebagaimana
kerapkali dialami oleh para nabi. Ia yakin bahwa anaknya ini akan menghadapi
urusan yang sangat penting dan setelah dewasa menjadi pemimpin dimana
masyarakat akan tunduk kepadanya tidak terkecuali saudara-saudaranya dan ibu-
bapaknya. Ia merasa khawatir kalau hal ini diketahui oleh saudara-saudaranya, dan
tentulah mereka akan merasa iri dan dengki terhadapnya serta berusaha untuk
menyingkirkan atau membinasakannya apalagi mereka telah merasa bahwa ayah
mereka lebih banyak menumpahkan kasih sayangnya kepadanya. Tergambarlah
dalam khayal Nabi Yakub bagaimana nasib anaknya bila mimpi itu diketahui oleh
saudara-saudaranya, tentulah mereka dengan segala usaha dan tipu daya akan
mencelakakannya.
Oleh sebab itu, Nabi Yakub a.s. berkata kepada anaknya, “Hai anakku,
jangan sekali-kali engkau beritahukan apa yang engkau lihat dalam mimpi itu,
16
karena kalau mereka sampai mengetahuinya, mereka akan mengerti ta’bir mimpi
itu dan mereka akan iri dan dengki terhadapmu. Aku melihat bahwa mimpi itu
bukan sembarang mimpi. Mimpimu itu adalah sebagai ilham dari Allah bahwa
engkau di belakang hari akan menjadi orang besar serta berpengaruh, dan manusia
akan tunduk patuh kepadamu termasuk saudara-saudaramu dan aku serta ibumu.
Aku tidak dapat menjamin bahwa saudara-saudaramu tidak akan melakukan
tindakan-tindakan buruk terhadapmu.”
Nasihat ayahnya itu disadari sepenuhnya oleh Yusuf dan selalu diingat dan
dikenangnya. Selanjutnya ayahnya berkata, “Demikianlah Tuhan akan memilihmu
untuk menjadi nabi dan mengangkat derajatmu menjadi penguasa serta
menganugerahkan kepadamu berbagai macam nikmat dan kemuliaan. Dia akan
memberikan kepadamu ilmu dengan mengilhamkannya kepadamu. Dengan ilmu itu
kamu dapat menta’birkan mimpi dan mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui
oleh manusia biasa.” Hal ini terbukti di waktu Yusuf dalam penjara, dapat
menta’birkan mimpi raja Mesir sehingga ia menjadi orang yang disegani dan
diangkat menjadi penguasa tertinggi. Selain itu dapat mengetahui makanan apa
yang akan dibawa oleh pegawai penjara sebelum makanan itu sampai ke kamar
temannya.
Kemudian Yakub berkata lagi kepada Yusuf dalam ayat ini, “Allah akan
menyempurnakan nikmat dan karunia-Nya kepadamu dan kepada keluarga Yakub
termasuk ayahmu, saudaramu, dan keturunan mereka di belakang hari. Adapun
nikmat dan karunia-Nya kepadamu ialah seperti yang telah diterangkan tadi, sedang
nikmat dan karunia-Nya kepada ayah dan ibumu serta saudara-saudaramu dan
keturunan mereka ialah terlepasnya mereka dari berbagai macam kesulitan serta
marabahaya dan mendapat kehormatan serta kedudukan di Mesir, kemudian di
antara keturunan keluarga Yakub akan diangkat pula beberapa orang nabi. Semua
nikmat dan karunia itu telah diberikan Allah kepada kakekmu Ibrahim serta Ishak.
Kepada Ibrahim, Allah telah menjanjikan akan memilih di antara keluarga dan
keturunannya untuk menerima kenabian dan kitab suci.”
Lanjut Yakub lagi, “Demikianlah ta’bir mimpi itu dan bergembiralah dengan
rahmat dan karunia Allah yang akan dianugerahkan kepadamu, tetapi engkau harus
tabah dan sabar menghadapi segala ujiannya dan penuh tawakkal serta rela atas
segala yang ditimpakan-Nya kepadamu, karena Dia Maha Bijaksana dan Maha
Mengetahui segala apa yang ditetapkan-Nya. Allah memperingatkan lebih dahulu
17
bahwa pada kisah Nabi Yusuf a.s. ini terdapat teladan yang baik dan pelajaran bagi
orang yang memperhatikannya yaitu betapa besar kekuasaan Allah swt, dan betapa
luas hikmah dan kebijaksanaan-Nya dalam mengatur sesuatu dalam suatu rentetan
kejadian yang akhirnya sampai kepada tujuan yang dimaksud yaitu pemberian
rahmat dan karunia kepada orang yang dikasihi-Nya. Sesudah itu barulah Allah
mengisahkan bagaimana sikap saudara-saudara Yusuf terhadapnya.
Saudara-saudara Yusuf berkata sesama mereka, “Sesungguhnya ayah kita
lebih banyak menyayangi Yusuf dan saudaranya Bunyamin dan lebih banyak
menumpahkan perhatiannya kepada keduanya, padahal kitalah yang lebih berhak
untuk disayangi dan diperhatikan, karena kita ini sudah menjadi orang dewasa yang
kuat dan dapat membelanya serta memenuhi segala kebutuhannya. Sikap ayah kita
itu bertentangan dengan keadilan dan persamaan hak antara anak-anak. Mengapa
ayah lebih mengutamakan dua orang anak yang lemah dan tak berdaya itu dari pada
kita yang kuat serta lebih sanggup berkhidmat dan berbakti kepadanya?”
Sepintas lalu nampak dengan jelas kebenaran ucapan saudara-saudara Yusuf
itu, seakan-akan Nabi Yakub a.s. telah membuat kekeliruan dengan tindakannya itu
padahal dia seorang nabi yang selalu dibimbing Allah dalam segala sikap dan
tindakannya. Menurut riwayat memang Yakub menumpah-kan perhatian yang
besar terhadap Yusuf, karena ada firasat dan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa
Yusuf mempunyai keistimewaan pada sifat dan pembawaannya.
Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya yang lain. Maka
Yakub sangat menaruh harapan kepadanya, apalagi setelah ia mendengar Yusuf
menceritakan mimpinya. Jika Yakub lebih cinta kepada Yusuf dan lebih '
memperhatikannya, maka hal itu adalah wajar, sebab Yusuf dan Bunyamin masih
kecil-kecil dan lebih banyak membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tuanya
dibanding saudara-saudaranya yang sudah besar. Hanya sifat iri dan dengki sajalah
yang mendorong saudara-saudaranya untuk melakukan tindakan permusuhan
terhadapnya, bukanlah karena ayah mereka sudah menyimpang dari jalan keadilan.
3) Q.S Hud : 42-46
Dalam Tafsir Jalalai Q.S Hud ayat 42-43 dijelaskan (Dan bahtera itu berlayar
membawa mereka dalam gelombang laksana gunung) menggambarkan tentang
tinggi dan besarnya gelombang. (Dan Nuh memanggil anaknya) yaitu Kan`an
(sedangkan anaknya itu berada di tempat yang jauh) dari bahtera ("Hai anakku!
Naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang
18
kafir."). (Anaknya menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang
dapat memelihara diriku) yang dapat menyelamatkan diriku (dari air bah ini." Nuh
berkata, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah) dari siksaan-Nya
(selain) kecuali hanya (Zat Yang Maha Penyayang.") yaitu Allah sendiri, hanya
Dialah yang dapat menolong. Selanjutnya Allah berfirman mengisahkan
kelanjutannya. (Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah
anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir Q.S Hud ayat 44 menjelaskan mengenai firman
Allah SWT, "Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit (hujan), berhentilah, dan air
pun disurutkan, perintah pun diselesaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di atas
Bukit Judi, dan dikatakan, "Binasalah orang-orang yang zalim. Allah Swt.
menceritakan bahwa setelah Dia menenggelamkan seluruh penduduk bumi kecuali
orang-orang yang ada di dalam bahtera itu, lalu Allah memerintahkan kepada bumi
agar menelan airnya yang telah dipancarkan darinya dan berkumpul di
permukaannya. Allah memerintahkan pula kepada langit agar menghentikan
hujannya. dan air pun disurutkan. (Hud: 44) “Yaitu mulai menyurut dan berkurang.
dan perintah pun diselesaikan”. Maksudnya, telah selesai dari membinasakan
seluruh penduduk bumi yang kafir kepada Allah, sehingga tiada sesuatu pun dari
rumah mereka yang tersisa. dan bahtera pun berlabuh (Hud: 44) “Yakni berlabuhlah
bahtera itu bersama orang-orang yang ada di dalamnya. di atas bukit Judi.”
Sehingga Musa melakukan puasa pada hari itu sebagai ungkapan rasa syukurnya
kepada Allah Swt." Maka Nabi Saw. bersabda: Aku lebih berhak terhadap Musa
dan lebih berhak untuk melakukan puasa pada hari ini. Nabi Saw. melakukan puasa
pada hari itu, dan beliau bersabda kepada para sahabatnya: Barang siapa yang
berpagi hari di antara kalian dalam keadaan berpuasa, hendaklah ia melanjutkan
puasanya. Dan barang siapa yang telah menyantap sebagian dari makanan
keluarganya, maka hendaklah ia melanjutkan harinya dengan puasa. Hadis ini garib
bila ditinjau dari segi jalur ini, tetapi sebagian darinya ada syahid yang
menguatkannya di dalam kitab Sahih. Firman Allah Swt.: dan dikatakan, "Binasalah
orang-orang yang zalim. (Hud: 44) Artinya, binasa dan merugilah mereka serta
dijauhkanlah mereka dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya mereka telah binasa
sampai ke akar-akarnya, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang masih hidup.
Dalam Tafsir Al-Azhar Q.S Hud ayat 45 menjelaskan Allah SWT berfirman
“Dan menyerulah kepada Allahnya"Dapat juga kata menyeru itu diartikan berdoa
19
atau munajat, menyampaikan perasaan yang amat terasa di hati. “Lalu dia berkata,
‘Allahku! Sesungguhnya, anakku adalah termasuk ahliku dan sesungguhnya janji-
Mu adalah benar!"Di sinilah Nuh menyatakan keluhan hati ya ng ikhlas kepada
Allah. Sebagaimana tersebut di dalam ayat 40 di atas tadi, beliau disuruh Allah
membawa segala ahlinya ke dalam kapal, kemudian itu termasuk pula orang-orang
yang beriman. Memang Allah menyatakan bahwa yang dikecualikan dari ahlinya
itu ialah orang-orang yang terlebih dahulu sudah ditentukan Allah buat tidak masuk.
Tetapi waktu itu Allah tidak menjelaskan bahwa anaknya itu termasuk orang yang
dituliskan tidak akan masuk itu. Sekarang ternyata anak kandung beliau sendiri
tenggelam ke dalam laut. Betapa jadinya janji Allah? Dalam janji Allah segala ahli
boleh masuk? Sedang janji Allah selalu benar? Bukankah anak itu ahliku jua?“Dan
Engkau adalah sebaik-baik Hakim."Dengan ayat ini Nabi Nuh meminta penjelasan
dari Allah sendiri, untuk menghilangkan musykil hatinya. Nyata Nuh bersedih hati
karena anak kandungnya hilang ke dasar laut. Tetapi kepercayaan Nuh akan
kebijaksanaan Allah tidak sedikit pun goncang dan kurang lantaran itu. Sebab itulah
dia bertanya.Lalu Allah berfirman menjawab pertanyaan Nuh itu,Ayat 46“Dia
berfirman, ‘Hai, Nuh! Sesungguhnya, dia bukanlah termasuk ahlimu.'"Suatu
jawaban yang tegas dari Allah yang sebelum sampai kepada pertanyaan sebab.
Lalu Allah menjawab bahwa anak itu bukanlah ahlinya karena amal anak itu
tidak saleh. Lalu Allah melanjutkan, “Maka janganlah engkau mohon kepada-Ku
hal yang engkau tidak tahu!' Sebab soalnya bukanlah soal semata-mata dia
tenggelam karena enggan masuk bahtera, melainkan soal yang jauh lebih dahulu
daripada itu, yang engkau sendiri, hai Nuh, tidak mengetahuinya selama ini. Bahkan
dengan penolakannya ketika engkau ajak naik itu saja, sudah nyata bahwa dia
bukanlah ahli engkau. Kalau dia ahli engkau, yaitu ahli yang telah bertali karena
aqidah, niscaya perintah engkau supaya naik ke bahtera sebab gelombang sudah
mulai besar, akan segera dilakukannya. Tidak ada ombak pun, kalau seorang umat
diperintah oleh nabinya, wajiblah dia mematuhinya. Dan di penutupnya Allah
berfirman,“Aku ajari engkau janganlah engkau termasuk orang-orang yang
bodoh."Seorang Nabi janganlah termasuk golongan orang bodoh. Hanya orang
bodoh yang lebih mementingkan kekeluargaan walaupun ke luarga itu tidak mau
menerima iman.
Dan dalam Tafsir Jalalain Allah menjelaskan mengenai Q.S Hud ayat 46
bahwa (Dan berfirmanlah) Allah swt. ("Hai Nuh! Sesungguhnya dia bukan
20
termasuk keluargamu) yang dijanjikan akan diselamatkan, atau dia bukan termasuk
pemeluk agamamu (sesungguhnya) permintaanmu kepada-Ku yang memohon
supaya dia diselamatkan (perbuatan yang tidak baik) karena sesungguhnya dia
adalah orang kafir, dan tidak ada keselamatan bagi orang-orang kafir. Menurut
qiraat lain dibaca `amila sedangkan lafal ghairu dibaca ghaira dan dhamir kembali
kepada anaknya Nabi Nuh, artinya sesungguhnya dia telah mengerjakan perbuatan
yang tidak baik (sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku) dapat dibaca tas-
alanna dan tas-alan (sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya) yaitu memohon
supaya anakmu diselamatkan. (Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu
supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan") yang
menyebabkan kamu meminta kepada-Ku apa-apa yang kamu tidak ketahui
hakikatnya.
4) Q.S Maryam : 27-33
Menurut Tafsir Kemenag Qur’an Surah Maryam ayat 27-33 mengisahkan
tentang Maryam yang berpuasa dan juga tidak berbicara dengan seorangpun ketika
akan melahirkan Nabi Isa., menjelaskan secara runtut keadaan Maryam saat orang-
orang mengetahui bahwa ia hamil dan bagaimana Nabi Isa yang baru saja dilahirkan
dapat berbicara memberi penjelasan kepada orang-orang yang mencemooh
Maryam.
Setelah Maryam diperintahkan untuk berpuasa pada hari melahirkan
putranya dan tidak berbicara dengan seorang pun dan setelah ada jaminan dari Allah
bahwa kehormatannya tetap terpelihara; maka Maryam menyerahkan seluruh
nasibnya pada ketetapan Allah, Maryam menggendong anaknya dan membawanya
kepada kaumnya, hal itu menyebabkan kaumnya mencela perbuatannya seraya
berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu perbuatan
yang amat mungkar.”
Kemudian mereka menambah celaan dan cemoohan serta tuduhan kepada
Maryam seraya berkata, “Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali
bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang wanita tuna
susila. Bagaimana kamu sampai mendapatkan anak ini.” Maryam dipanggil dengan
sebutan “Saudara perempuan Harun”, oleh karena telah menjadi kebiasaan Bani
Israil untuk menyebutkan nama-nama para nabi dan orang-orang saleh sebelumnya.
Diriwayatkan oleh al-Mugirah bin Syu`bah yang diutus oleh Rasulullah saw,
ke Najran di negeri Yaman di mana terdapat orang-orang Nasrani dan mereka
21
bertanya kepadanya, “Mengapa kamu membaca di dalam Al-Qur’an, “hai saudara
perempuan Harun,” padahal Harun dan Musa itu hidupnya lama sekali sebelum
lahirnya Isa putra Maryam?” al-Mugirah tidak sempat memberikan jawaban dan
ketika beliau pulang ke Medinah dan menghadap Rasulullah beliau mengemukakan
pertanyaan itu. Oleh Rasulullah saw dijawab:
َ اَِلَْ أَخبَرتَ ُهمْ اَنَ ُهمْ كَانُوا يُ َس ُّمونَْ ِباِلَن ِبيَاءِْ َوال
(صالِحِ ينَْ قَبلَ ُهمْ)رواه أحمد
“Mengapa kamu tidak memberitahu mereka, bahwa kebiasaan mereka (Bani
Israil) itu suka menyebut-nyebut nama para nabi dan orang-orang saleh sebelum
mereka.” (Riwayat Ahmad)
Maryam menunjuk kepada putranya supaya berbicara dan menjelaskan
tentang keadaannya, karena Maryam sudah bernazar untuk tidak berbicara dengan
siapa pun dan sudah merasa yakin bahwa anaknya mengerti isyarat itu. Orang-orang
Yahudi bertanya dengan keheranan, “Bagaimana kami akan berbicara dengan
seorang bayi yang masih di dalam gendongan?” Mereka menduga bahwa Maryam
memperolok-olok mereka.
Isa a.s. yang masih dalam gendongan ibunya kemudian berkata,
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia yang akan memberikan aku kitab suci
Injil dan Dia yang akan menjadikan aku seorang Nabi.” Ucapan ini mengandung
penjelasan bahwa ibunya adalah seorang wanita yang suci karena seorang Nabi
harus dari keturunan orang yang saleh dan suci.
Selanjutnya Isa kecil mengatakan, Allah akan menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, karena aku memberi manfaat kepada manusia
dan memberi petunjuk kepada mereka ke jalan kebahagiaan. Allah telah
memerintahkan aku untuk mendirikan salat karena dalam mendirikan salat itu
terkandung perbuatan membersihkan diri dari berbagai macam dosa lahir dan batin,
Allah juga memerintahkan aku untuk menunaikan zakat selama aku hidup di dunia.
Zakat bertujuan untuk membersihkan harta, jiwa dan memberi bantuan kepada fakir
miskin.
Isa yang masih bayi menjelaskan lebih lanjut, bahwa Allah memerintahkan
kepadanya supaya berbakti kepada ibunya, tunduk dan selalu berbuat kebaikan
kepadanya. Ucapan ini menunjukkan pula kesucian Maryam, karena apabila tidak
demikian maka Nabi Isa tidak akan diperintah untuk berbakti kepada ibunya.
Keterangan selanjutnya Isa mengatakan, “Allah tidak menjadikan aku seorang yang
22
sombong karena aku selalu taat menyembah Allah dan tidak pula menjadikan aku
seorang yang celaka karena aku selalu berbuat baik kepada ibuku.”
Selanjutnya Isa berdoa, Semoga kesejahteraan dan keselamatan dilimpahkan
kepadanya pada tiga peristiwa yaitu pada hari ia dilahirkan, pada hari ia wafat dan
pada hari ia dibangkitkan hidup kembali pada hari Kiamat. Maka tidak ada seorang
pun yang dapat memberi mudarat kepadanya dalam tiga peristiwa ini yang
merupakan peristiwa-peristiwa paling sulit dan kritis bagi setiap hamba Allah yang
hidup di dunia.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengingkari bahwa Isa a.s. pernah
berbicara ketika masih bayi dan masih dalam gendongan. Mereka mengemukakan
bahwa seandainya hal ini betul-betul terjadi tentu beritanya tersebar luas di
kalangan masyarakat ramai, karena peristiwa itu merupakan hal yang sangat aneh
dan sangat menarik perhatian. Mereka telah mengadakan penyelidikan ke mana-
mana dan tidak menjumpai keterangan itu dalam kitab-kitabnya.
Bagi kaum Muslimin peristiwa ini tetap menjadi suatu keyakinan karena
tersebut di dalam Al-Qur’an yang pasti kebenarannya karena seandainya Isa a.s.,
tidak berbicara waktu kecilnya dan membersihkan ibunya dari segala tuduhan yang
kotor tentu orang Yahudi akan melaksanakan hukuman rajam kepada Maryam,
besar kemungkinan bahwa yang menyaksikan ucapan bayi itu beberapa orang saja
yang jumlahnya terbatas sehingga tidak sampai tersebar luas di kalangan mereka.
5) Q.S Al-Baqarah : 132-133
Tafsiran Q.S Al-Baqarah ayat 132-133 menurut Tafsir Al-Mawardi adalah
bahwa setelah nabi Ibrahim memberi nasehat kepada anak-anaknya, kemudian
dilakukan juga oleh nabi Ya'kub kepada anak-anaknya dengan wasiat yang sama,
Bahwa Allah telah memilih satu agama buat kalian, yakni agama Islam. Jika ada
yang bertanya, "Bagaimana mereka bisa dicegah dari kematian, karena kematian
bukanlah urusan mereka? Dan mereka itu hanyalah dimatikan?" Maka jawabannya
adalah bahwasanya ayat ini menunjukkan kekayaan bahasa yang digunakan dalam
al-Quran yang hanya bisa dipahami dari segi maknanya saja. Yang dimaksud
dengan larangan dalam ayat itu adalah larangan keluar dari Islam, bukan larangan
menghindari kematian. Jadi maknanya adalah berpeganglah kepada ajaran agama
Islam dan janganlah kalian keluar dari agama itu hingga ajal menjemput kalian.
Sedangkan Mengenai asbab al-Nuzul ayat ini, Musthafa Hasan al-Manshuri
(1996:159) mengungkapkan bahwa ayat ini turun ketika orang-orang Yahudi
23
berkata kepada Rasulullah: “Apakah engkau tdak tahu, bahwasannya Ya’qub telah
berwasiat kepada para putranya untuk beryahudi”. Kemudian Muhammad Abdul
Mun’im al-Jamali (tt:118) mengungkapkan pula bahwa : ayat ini turun ketika
orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi saw: “Sesungguhnya Ya’qub menjelang
hari kematiannya telah berwasiat kepada para putranya untuk beryahudi”.
Kemudian Allah menurunkan ayat ini dalam rangka membohongkan/ menyangkal
(perkataan/pengakuan) Yahudi.
Pada ayat 132 Allah swt menggambarkan Nabi Ibrahim dan Ya’qub telah
berwasiat kepada para putranya masing-masing agar memeluk Islam, bertauhid dan
beribadah kepada Allah swt. Sedangkan pada ayat ini (ayat 133), Allah
menggambarkan tentang pengujian Ya’qub kepada para putranya atas wasiat yang
telah diberikan sebelumnya, dengan mengajukan sebuah pertanyaan : “Apa yang
kamu sembah setelah aku meninggal? kemudian para putranya menjawab: Kami
akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan Bapak, Bapakmu yaitu Tuhan YME dan
kami berserah diri (Tunduk dan taat) kepada-Nya.
Di bawah ini secara berurutan penulis paparkan kandungan ayat tentang materi
pendidikan , sebagai berikut :
24
tentang pentingnya syukur, baik syukur kepada Allah maupun syukur kepada
kedua orang tua. Syukur kepada Allah sebagai manifestasi dari segala nikmat
dan anugerah yang telah diberikan oleh-Nya kepada manusia, dan itu sebagai
wujud aplikasi keimanan seseorang kepada Allah. Dengan demikian, hakekat
syukur adalah proporsionalisasi, yaitu menempatkan nikmat yang diperoleh
pada tempatnya sesuai dengan tempatnya, dan internalisasi, yaitu peresapan
dan penghayatan yang sangat mendalam dalam rangka ma’rifat (mengenal)
sang pemberi, untuk apa dan bagaimana nikmat itu diberikan.
b. Q.S Yusuf ayat 4-8
Dalam Surat Yusuf ayat 6 dapat dipahami adanya pendidikan aqidah
atau konsep ketuhanan oleh Yakub kepada Yusuf, mengatakan “ Dan
Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-
Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya
nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana dia Telah
menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu)
Ibrahim dan Ishak.”
c. Q.S Hud ayat 42-46
Materi pendidikan aqidah yang terdapat dalam Surat Hud yang
mengkisahkan Nabi Nuh dan anaknya, berisi ajakan Nabi Nuh kepada keluarga
dan masyarakat umumnya untuk tidak menyembah berhala dan supaya
meyakini kekuasaan dan kebesaran Allah. Hal itu dilakukan karena pada saat
itu masyarakat telah berpaling dari agama tauhid yang dibawa oleh nabi Idris
dan berganti menganut agama raja dengan menyembah berhala.
d. Q.S Maryam ayat 27-33
Dalam surat Maryam ayat 30, menyatakan dengan jelas sekali bahwa
nabi Isa secara intuitif (dengan wahyu Allah) berbicara dalam rangka untuk
membebaskan ibunya dari tuduhan perzinahan dan yang terpenting adalah
menunjukkan kepada masyarakat tentang kekuasaan Allah.
Dari kisah peristiwa itu masyarakat yang telah menuduh Maryam
berbuat serong akhirnya tertepis dan sadar bahwa terdapat Dzat Yang Maha
Kuasa, yang dapat menghendaki sesuatu terjadi walaupun secara akal sehat hal
itu tidak mungkin terjadi. Inilah pokok materi tauhid dalam surat Maryam.
e. Q.S Al-Baqoroh ayat 132-133
25
Di dalam surat Al Baqarah ayat 132 dan 133 merupakan penegasan
bahwa Rasul-rasul Allah menekankan kepada anak-anaknya bahwa Allah telah
memilih agama Islam sebagai agamamu. Begitu Juga pertanyaan Ya’kub
kepada anak-anaknya tentang apa yang akan mereka sembah setelah beliau
meninggal ?
Anak-anak Ya’kub pun menjawab bahwa mereka menyembah Tuhan
Ya’kub dan nenek moyangnya, yaitu tuhan Yang Maha Esa . Inilah bukti materi
tauhid yang disampaikan oleh nabi Ibrahim dan Ya’kub kepada anak-anaknya.
Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa Syirk dalam persoalan aqidah
merupakan suatu ancaman utama dalam sistem kepercayaan dan keyakinan
umat Islam. Tercatat setidaknya 169 kali persoalan syirk diungkap dalam
berbagai surat dalam al-Qur’an.
2. Materi Ibadah/Syari’ah.
Ibadah adalah sutu kegiatan penghambaan seorang manusia kepada Allah,
ketaatan terhadap apa yang telah diperintahkannya. Oleh karenanya ibadah
digolongkan dalam dua kategori yaitu ibadah Mahdzoh (seperti syahadat, shalat
dan lain-lain) dan ibadah ghoiru mahdzoh (beramal sholeh, yang didalamya
termasuk berakhlakul karimah). Di dalam Al Qur’an perintah ibadah sangat banyak
sekali. Namun yang secara langsung tersurat kontek pendidikan ibadah di
antaranya adalah:
a. Q.S Luqman ayat 12-19
Pada ayat 12 dan 14 terdapat materi pendidikan ibadah yaitu perintah
bersyukur kepada Allah yang disampaikan oleh Luqman kepada anakanya.
Syukur atas nikmat dan karunia dari Allah merupakan bentuk ungkapan terima
kasih seorang hamba kepada Sang Khaliq. Ungkapan syukur dapat
diimplementasikan melalui:
1) Lisan atau ucapan disebut syukur bil qoul
2) Hati atau wajah dengan menampakkan gembira disebut syukur bil qolbi
3) Penglihatan atau perbuatan disebut syukur bil fi’li
Sedangkan pada ayat 17 terdapat pendidikan ibadah dari Luqman kepada
anaknya dalam bentuk perintah sholat, amar ma’ruf-nahi munkar dan perintah
bersabar. Perintah ibadah dalam ayat ini saling berkaitan satu sama lain, karena
shalat membawa dampak terlindungi dari perilaku mungkar . Sementara
26
rintangan yang mempengaruhi kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar
tidaklah ringan. Karenaya diperlukan sikap sabar dalam menjalankan perintah
Allah swt. tersebut.
b. Q.S Maryam ayat 27-33
Materi pendidikan ibadah dalam surat maryam, secara langsung
ditunjukkan dalam ayat 31. Dalam ayat tersebut Isa mengabarkan kepada
umatnya tentang perintah mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Sementara
pada ayat 29, ketika maryam dituduh melakukan sesuatu yang amat mungkar,
maryam langsung menunjuk kepada anaknya (Isa), karena saat itu Maryam
sedang melakukan puasa tidak berkata-kata.
3. Materi Akhlak
a. Q.S Luqman ayat 12-19
Nilai-nilai pendidikan akhlak mulia juga ditunjukkan dalam surat
Luqman mulai dari ayat 12 sampai dengan ayat 19, dengan komposisi bahwa
ayat 12 dan 14 tentang bersyukur, ayat 14 dan 15 tentang berbakti kepada kedua
orang tua, ayat 17 tentang sabar, ayat 18 tentang etika berkomunikasi, berjalan
dan bersuara (bergaul dengan masyarakat).
Pada ayat ke 14 Surat Luqman, materi akhlak menekankan kepada anak
agar senantiasa mengormati ibu terlebih dahulu, ini disebabkan karena ibu telah
melahirkannya dengan susah payah, kemudian memeliharanya dengan kasih
sayang yang tulus ikhlas, sehingga ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh
anak karena kelemahan ibu yang berbeda dengan bapak. Di sisi lain peranan
bapak dalam konteks kelahiran anak lebih ringan di banding dengan peranan
ibu
Dalam ayat 17, Luqman memerintahkan anaknya agar bersikap sabar
terutama dalam menjalankan perintah Allah, karena semua itu membutuhkan
tenaga dan usaha yang tidak sedikit serta keteguhan hati yang tak berisiko
tinggi. Dalam konteks inilah, idealnya sabar harus dimiliki setiap anak, karena
dengan kesabaran, anak akan dapat mengahadapi segala persoalan yang arif
dan dewasa serta tidak cepat putus asa. Di sinilah pentingnya materi sabar
dalam pendidikan untuk anak-anak, dan ini telah dibuktikan Luqman al-Hakim
kepada anaknya. Pendidikan Aklak lainnya dapat disaksikan dalam ayat 18-19
yang menyangkut masalah etika berkomunikasi, berjalan, bertutur kata, dan
bertutur sapa (bergaul dengan masyarakat). Ayat tersebut terdapat dalam term
27
sebagai berikut: ”wala tusha’ir khaddaka li al-nasi wala tamsyi fi al-ardli
maraha”. Al-Sha’r secara etimologis berarti memalingkan leher dan muka ke
arah lain dengan perasaan sombong
b. Q.S Yusuf ayat 4-8
Aspek pendidikan akhlak dalam surat Yusuf 4-5 yaitu bertujuan untuk
membagun hubungan harmonis diantara yusuf dan saudara-saudaranya dengan
cara Ya’kub meminta kepada Yusuf untuk tidak menceritakan mimpinya
kepada saudara-saudaranya, yang dinilai dapat menyebabkan iri dan dengki.
Sedang dalam ayat 6 materi akhlak terdapat dalam peristiwa upaya Ya’kub
mengatasi kecemburuan saudara Yusuf yang lain atas perlakuannya kepada
Yusuf dan Bunyamin.
c. Q.S Hud ayat 42-46
Dalam surat Hud, materi akhlak ditunjukkan dalam nasehat dan ajakan
Nabi Nuh kepada kan’an supaya meninggalkan pergaulan dengan masyarakat
yang sudah terkontaminasi oleh tradisi kerajaan yang menyimpang. Moralitas
Kan’an yang telah terpengaruh pergaulan dengan orang-orang kafir,
menjadikan Kan,an menjadi anak yang durhaka kepada ayahnya (Nuh) dan ini
mengisyaratkan aklak madzmumah yang harus dihindari menurut ajaran Islam.
Apa yang dilakukan Nuh merupakan realisasi tangung jawab pendidikan
kepada anaknya. Kasih sayang dan perhatian nabi Nuh dilakukan untuk
keberhasilan dan keselamatan anaknya, merupakan tanggung jawab moral
orang tua kepada anaknya.
d. Q.S Maryam ayat 27-33
Dalam surat maryam 27-28 materi akhlak terdapat pada peristiwa sikap
su’udzan dan tuduhan yang dilakukan umat/masyarakat saat merupakan akhlak
madzmumah, walaupun itu suatu kewajaran secara akal, karena masyarakat
mengetahui bahwa dalam keluarga Maryam bukan orang yang jahat. Pada ayat
32 surat maryam jelas sekali perkataan Isa kecil tentang berbakti kepada ibunya
dan Allah tidak menjadikan orang yang sombong lagi celaka.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luqman al-Hakim adalah manusia biasa yang dapat menembus sifat-sifat,
kebiasaan-kebiasaan serta karakteristik manusia pada umumnya. Dia memiliki
keutamaan (al-hikmah) yang sangat jarang dimiliki manusia lain. Keadaan inilah yang
dapat membawa dirinya pada derajat yang sangat terhormat di hadapan Allah. Ia
diposisikan hampir sama dengan para Nabi, walaupun pada hakekatnya tidaklah sama.
Ayat tentang materi pendidikan dalam Al Qur’an meliputi pendidikan aqidah,
ibadah dan akhlak/moral. Ketiga materi tersebut merupakan satu paket yang tidak bisa
dipisah-pisahkan. Bila ketiga tata nilai tersebut bisa diserap oleh anak-anak dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan menjadi manusia kamil
sebagaimana yang diidealkan oleh pendidikan Islam.
29
Daftar Pustaka
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
(2002), 30
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (revisi terbaru), (Semarang: CV.
Asy Syifa’, 2000)
Hilmi ‘Ali Sya’ban, Nuh ‘Alaih al- Salam, (Beirut: Dar al Kutub al-‘Ilmiyah, 1991)
Mujama’ Khadim al-Haromain asy Syarifain al-Malik Fahd Littiba’at al-Mushaf asy
Syarif, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Medinah Munawaroh , 1412 H)
30