Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDEKATAN DALAM PENILAIAN CIRI TES YANG BAIK

Diajukan untuk memenuhi tugasEvaluasi Pembelajarn PKN

dengan Dosen Mata Kuliah

H.A.Barnas EK. Drs. M.M.Pd.

Disusun Oleh :

Yayu Nur Faidah NIM. 41032161171009


Delfi Tri Amanda NIM. 41032161171002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Pendekatan
Dalam Penilaian Ciri Tes Yang Baik.
Dalam penyusunan makalah ini, Kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini
kami mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala
bantuan dari semua pihak mudah – mudahan mendapat amal baik yang diberikan
oleh Allah SWT.

Bandung, 02 Oktober

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................


B. Rumusan Makalah ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

A. Pengertian Tes ......................................................................................


B. Fungsi Tes ............................................................................................
C. Ciri – Ciri Tes Yang Baik ....................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Setelah mempelajari beberapa konsep dasar evaluasi pendidikan. evaluasi


yang baik itu dapat dilakukan dalam beberapa tahap yakni pengukuran,
penilaian dan evaluasi. Dalam makalah ini kita akan membahas masalah ciri-
ciri tes yang baik, dan tes ini termasuk kedalam kategori pengukuran karena
bersifat kuantitatif.
Sebelum melakukan tes, kita seharusnya mengetahui terlebih dahulu ciri-
ciri tes yang baik, karena sempurnanya suatu evaluasi pendidikan tidak lain
juga karena di ukur dengan tes yang baik.
Sebelum membahas mengenai ciri-ciri tes yang baik, kita harus terlebih
dahulu mengetahui Pengertian tes, fungsi tes, dan terakhir baru membahas
mengenai ciri-ciri tes yang baik. Dan semua ini kita paparkan dalam
pembahasan makalah ini.

B. Rumusan Makalah

Untuk memudahkan pembaca memahami isi makalah, penulis mencoba


mempersempit uraian-uraian dalam makalah ini menjadi beberapa garis besar
yang pada intinya membahas :

1. Pengertian Tes
2. Fungsi Tes
3. Ciri – Ciri Tes Yang Baik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes

Istilah tes diambil dari kata “testum” suatu pengertian dalam bahasa
Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada
pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Dalam
perkembangannya, istilah tes diadopsi dalam psikologi dan pendidikan.
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyatan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah
memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang
berjudul “mental test and measurement”. Selanjutnya di Amerika Serikat tes
ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama
masyarakat mulai menggunakannya.
Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang,
namun yang terkenal adalah sebuah tes intelegensi yang disusun oleh orang
Prancis bernama Binet, yang kemudian di bantu penyempurnaannya oleh
Simon, sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes binet-simon (tahun 1904).
Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan
dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini :
a) Tes
Tes : (sebelum adanya ejaan uang disempurnakan dalam bahasa
indonesia ditulis dengan tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk
mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya :
melingkari salah satu huruf didepan pilihan jawaban, menerangkan,
mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan,
menjawab secara lisan dan sebagainya.
b) Testing
Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga
dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.
c) Testee
Testee (dalam istilah indonesia tercoba), adalah responden yang sedang
mengerjakan. Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik
mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian dan sebagainya.
d) Tester
Tester : (dalam istilah indonesia : percoba), adalah orang yang diserahi
untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan
lain perkataan, tester adalah subyek evaluasi (tetapi adakalanya hanya
orang yang ditunjuk oleh subyek evaluasi untuk melaksanakan
tugasnya).
Tugas tester antara lain :
a. Mempersiapakan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan .
b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
c. Menerangkan cara mengerajakan tes
d. Memberikan tanda-tanda waktu.
e. Mengumpulkan pekerjaan responden
f. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).
B. Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
C. Ciri-ciri tes yang baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: (1) Validitas, (2) Reliabilitas, (3)
Obyektivitas, (4) Peraktikabilitas, dan (6) Ekonomis.
Keterangan dari masing-masing ciri akan diberikan dengan lebih terperinci
sebagai berikut :

1. Validitas
Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya dipahami terlebih dahulu
perbedaan arti istilah “validitas” dengan “valid”. “validitas” merupakan
sebuah kata benda, sedangkan “valid” merupakan kata sifat. Dari pengalaman
sehari-hari tidak sedikit mahasiswa atau guru mengatakan : “tes ini baik
karena sudah validitas”. Jelas kalimat tersebut tidak tepat yang benar adalah :
“tes ini sudah baik karena sudah Valid” atau “tes ini baik karena memilki
validitas yang tinggi”.
Untuk menetapkan apakah sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai tes yang telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur
ataukah belum, dapat dilakukan penganalisaan secara rasional atau secara
logika (logical analysis) dan dapat pula dilakukan penganalisaan secara
empiric (empiric analysis).
Ada dua unsur penting dalam validitas ini. Pertama, validitas menunjukan
suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang dan ada pula yang rendah.
Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang
spesifik. Sementara itu, Gronlund mengemukakan ada tiga faktor yang
memengaruhi validitas hasil tes, yaitu faktor instrument evaluasi, faktor
administrasi evaluasi dan penskoran, dan faktor dari jawaban peserta didik.

a) Faktor instrument evaluasi


Seorang evaluator harus memperhatikan hal-hal yang memengaruhi
validitas instrument dan berkaitan dengan prosedur penyusunan
instrument, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjakan soal dan
pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan kalimat efektif,
bentuk alternative jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
sebagainya.
b) Faktor administrasi evaluasi dan penskoran
Dalam administrasi evaluasi dan penskoran banyak sekali terjadi
penyimpangan atau kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk pengerjaan
soal yang tidak proposional, memberikan bantuan kepada peserta didik
dengan berbagai cara, peserta didik saling menyontek ketika ujian,
kesalahan penskoran, termasuk kondisi fisik dan psikis peserta didik
yang kurang menguntungkan.
c) Faktor jawaban peserta didik
Dalam praktiknya, fackor jawaban peserta didik justru lebih banyak
berpengaruh daripada dua factor sebelumnya. Factor ini meliputi
kecendrungan peserta didik untuk menjawab secara tepat, tetapi tidak
tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan gaya bahasa
tertentu dalam menjawab bentuk uraian.

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak
di ukur. Istilah “valid”, sangat sukar dicari gantinya. Ada istilah baru yang
mulai diperkenalkan, yaitu sahih. Sehingga validitas diganti menjadi
kesahihan. Walaupun istilah “tepat” belum dapat mencakup semua ati yang
tersirat dalam kata “valid”, dan kata “tepat” kadang-kadang digunakan dalam
konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata “tepat” dalam menerangkan kata
“valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.
Contoh :
Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan,
tetapi dilihat melalui “kehadiran”: Terpusatnya perhatian pada pelajaran ,
Ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam
arti relevan pada permasalahannya.
Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan
partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar. Ada beberapa macam
validitas, yaitu validitas logis (logicak validity), validitas ramalan (predictive
validity), dan validitas kesejajaran (concurrent validity).

2. Realibilitas
Kata realibilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam
bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Seperti
halnya istilah validitas dan valid dikacaukan dengan istilah “reilabel”
merupakan kata sifat atau kata keadaan.
Contoh :

Nama Siswa / Waktu Tes Pengetesan Pertama Pengetesan Kedua

Amin 6 7
Badu 5,5 6,6
Cahyani 8 9
Didit 5 6
Elvi 6 7
Parida 7 8

Demikan pula halnya sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes
dikatakan raliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan.
Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu
yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking)
yang sama dalam kelompoknya.
Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baiik, akan
tetapi karena kenaikannnya dalami oleh semua siswa, maka tes yang
digunakan dapat dikatakan memiliki reablitas yang tinggi yang digunakan
dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi . kenaikan hasil tes kedua
barangkali disebabkan oleh adanya “pengalaman” yang diperoleh pada waktu
mengerjakan tes pertama. Dalam keadaan seperti ini dikatakan bahwa karena
siswa atau practice-effect, yaitu adanya akbat yang dibawa karena siswa telah
mengalami suatu kegiatan. Penjelasan tentang reliilitas secara lebih terperinci,
dapat dibaca di bab lain.
Jika dihubungkan dengan validitas maka :
- Validitas adalah ketepatan
- Reliabilitas dalah ketetapan.

Seorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu diberi ajeg,
tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian pula
halnya sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan
hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel
apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan perkataan
lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang
berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang
sama dalam kelompoknya.
Kerlinger mengemukakan, reliabilitas dapat diukur dari tiga criteria, yaitu,
stability, dependability, dan predictability. Stability menunjukan keajegan
suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu yang berbeda.
Dependability menunjukan kemantapan suatu tes atau seberapa jauh tes dapat
diadalkan. Predictability menunjukan kemampuan tes untuk meramalkan
hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Untuk meningkatkan realibilitas
suatu tes, antara lain dapat dilakukan dengan memperbanyak butir soal.

3. Obyektivitas
Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahawa
obyektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari
obyektif adalah subyektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk
memperngaruhi. Sebuah tes memiliki obyektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subyektif yang mempengaruhi. Hal ini
terutama terjadi pada sistem skoringnya.
Tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif
apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan : menurut apa adanya “. Ditinjau
dari segi isi atau materi tesnya, maka istilah : apa adanya “ itu mengandung
pengertian bahwa materi tes tersebut adalah diambilkan atau bersumber dari
materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan
tujuan instruksional khusu yang telah ditentukan. Bahan pelajaran yang telah
diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik itulah yang
dijadikan acuan dalam pembuatan atau penyusunan tes hasil belajar tersebut.

4. Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut itu bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
Tes yang praktis adalah tes yang :
1. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menurut peralatan yang banyak dan
memberi kebebasan dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa.
2. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk obyektif,
pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam
lembar jawaban.
3. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan/diawali oleh orang lain.
5. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak
dan waktu yang lama.
KESIMPULAN

1. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyatan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Lanjutkan di buku evaluasi pembelajaran dr zaenal arifin.
2. Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui
tes tersebut akan dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang
telah ditentukan, telah dapat dicapai.
3. Ciri-ciri tes yang baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki:
- Validitas
- Reliabilitas
- Obyektivitas
- Peraktikabilitas
- Ekonomis

Anda mungkin juga menyukai