Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ORANG BERIMAN PASTI DI UJI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur’an Hadits
Dosen Pengampu: Muhammmad Zakiyaman, M.Pd.I.

Disusun oleh:
1. Dea Santi Yuliani
2. Denisa Putri Herawati
3. Moh.Haris Rahman Hakim
4. Ziadatun Nisa

PROGRAM STUDI PAI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM – PUI MAJALENGKA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, sholawat serta
salam semoga dicurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad saw,
keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang selalu taat dan patuh
terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasullullahsaw hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, berkat izin dan pertolongan dari Allah SWT
pembuatan makalah tentang “Orang Beriman Pasti di Uji” dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas
mata kuliah Al-Qur’an Hadits. Dalam pelaksanaan pembelajaran maupun saat
pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak masalah dan
kendala yang dihadapi. Sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Muhammmad Zakiyaman, M.Pd.I. selaku dosen
pembimbing mata kuliah, dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Demikianlah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Dan tidak
lepas dari keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu,
penulis tetap menerima kritik dan saran dari berbagai pihak. Guna
kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi penulis ke depannya dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Majalengka, 20 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Ujian Bagi Orang Beriman Menurut Ayat Al-Qur’an ............................................ 2
1. Q.S Al-Baqarah Ayat 286 ................................................................................... 2
2. Q.S Al Baqarah Ayat 216 ................................................................................... 4
3. Q.S Al Ankabut Ayat 2-4 .................................................................................... 5
4. Q.S Al Mulk Ayat 1-2 ......................................................................................... 8
B. Ujian Bagi Orang Beriman Menurut beberapa Hadits ............................................ 9
BAB III ............................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan dunia ini, setiap orang mempunyai permasalahan
masing masing tanpa terkecuali. Permasalahan tersebut dapat berupa ujian
dan cobaan dalam hidup. Kita bahkan mengatakan bahwa ujian dan cobaan
merupakan teman yang mengiringi kita dalam memberi suasana yang
beragam dalam hidup ini. Dan ada juga pepatah yang mengatakan bahwa jika
hidup tak punya ujian maka hidup terasa hampa.Yang memberikan ujian dan
cobaan kepada kita yaitu Allah SWT. Dia memberikan ujiian kepada kita
pasti mempunyai tujuan. Salah satunya tujuan yang paling jelas adalah untuk
menguji keimanan kita kepada Allah SWT.
Seperti yang kita lihat di masyarakat kita,begitu banyak ujian dan cobaan
yang menimpa pada setiap manusia hanya kadarnya yang berbeda satu sama
lain. Banyak manusia yang justru diuji dengan cobaan malah membuat
keimanannya menjadi lemah, tapi ada juga yang diberi cobaan malah
membuat dirinya semakin tinggi keimanannya kepada Allah SWT. Allah juga
telah memberi tahu kepada kita lewat kitab sucinya yaitu Al-Qur’an
mengenai ayat-ayat tentang ujian dan cobaan. Oleh karena itu di dalam
makalah ini akan ditampilkan dan di jelaskan ayat tentang ujian dan cobaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ujian bagi orang beriman menurut ayat Al-Qur’an?
2. Bagaimana ujian bagi orang beriman menurut Hadits?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui bagaimana ujian bagi orang beriman menurut ayat Al-Qur’an
2. Mengetahui bagaimana ujian bagi orang beriman menurut Hadits

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ujian Bagi Orang Beriman Menurut Ayat Al-Qur’an


Segala macam permasalahan baik itu ujian ataupun cobaan dalam
kehidupan, merupakan proses yang akan dilewati manusia untuk membentuk
pribadi yang lebih kokoh dan iman yang kuat. Pondasi seorang muslim adalah
keimanan. Maka dari itu keimanan seorang muslim akan di uji oleh Allah
SWT melalui berbagai macam ujian hidup. Adapun ujian dan cobaan bisa
bermakna sebagai teguran. Karna jika di biarkan hidup enak tanpa ujian dan
cobaan, takutnya kita lalai.

Ada pula ujian dan cobaan merupakan azab atau siksa tuhan di dunia. Di
peruntukan bagi orang yang sudah berani melanggar larangan Allah,
meninggalkan kewajiban-Nya dan tak pernah menghadap-Nya. Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Cobaan itu akan senantiasa bersama orang yang beriman
baik laki laki ataupun perempuan baik berkaitan dengan dirinya, anaknya
ataupun hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa.”
(HR. At-Turmudzi no. 2323 dengan sanad yang shahih).

Berikut beberapa ayat al-qur’an tentang ujian dan cobaan:

1. Q.S Al-Baqarah Ayat 286

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka
berdo’a): "ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami tersalah.Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada
kami beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang
yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami,

2
3

ampunilah kami dan rahmatilah kami, Engkaulah Penolong kami, maka


tolonglah kami terhadap kaum kafir”.

Bahwa ketika ayat 284 turun, yang menjelaskan Allah akan melakukan
perhitungan terhadap apa yang manusia perbuat baik oleh anggota tubuh
maupun hatinya, sebagian sahabat mengadu kepada Rasulullah. “Kami
telah dibebani tugas yang tak mampu kami pikul,” kata sebagian Sahabat
Nabi. Maka, Rasulullah bersabda, “Apakah kalian akan berucap
sepertiucapan Bani Israil, ‘Kami mendengar tetapi kami tidak
mentaatinya’? ucapkanlah ‘Kami dengar dan kami taat, ampuni kami
wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.” Allah pun
menyambut permohonan mereka dan menurunkan Surat Al Baqarah ayat
286 ini.

Al Baqarah ayat 285-286 memiliki keutamaan dahsyat. Dan dua ayat ini
merupakan perbendaharaan dari bawah Arsy yang belum pernah Allah
berikan kepada seorang Nabi pun sebelum Rasulullah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dua ayat dari akhir Surat Al Baqarah, siapa yang membaca keduanya di
suatu malam, niscaya mencukupinya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Aku dianugerahi ayat-ayat penutup surat Al Baqarah dari perbendaharaan


di bawah Arsy yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun
sebelumku. (HR. Ahmad) Sesungguhnya Allah telah menulis Kitab-Nya
sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jangka dua ribu tahun. Dia
menurunkan dua ayat darinya untuk mengakhiri surat Al Baqarah dengan
keduanya. Tidaklah ayat-ayat itu dibaca di dalam sebuah rumah selama
tiga malam, melainkan setan tidak ada yang berani mendekatinya. (HR.
Tirmidzi; hasan)
4

2. Q.S Al Baqarah Ayat 216

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu


yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Melalui Q.S Al Baqarah ayat 216, Allah menjelaskan selain diuji


dengan kemiskinan dan kemelaratan, orang-orang beriman juga akan diuji
dengan diminta mengorbankan jiwa mereka melalui kewajiban perang.
Diwajibkan atas kamu berperang melawan orang-orang kafir yang
memerangi kamu, padahal berperang itu tidak menyenangkan bagimu,
sebab ia mengorbankan harta benda dan jiwa. Tetapi boleh jadi kamu tidak
menyenangi sesuatu, yakni boleh jadi kamu tidak menyukai peperangan,
padahal itu baik bagimu karena kamu mendapat kemenangan atas orang-
orang kafir atau masuk surga jika terbunuh atau kalah dalam peperangan,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.
Allah mengetahui apa yang baik bagimu, sedang kamu tidak mengetahui.
Karena itu, tunaikanlah perintah Allah yang pasti akan membawa kebaikan
bagimu. Allah mengetahui apa yang baik bagimu, sedang kamu tidak
mengetahui.

Allah mewajibkan jihad kepada kaum muslim demi


mempertahankan agama Islam dari kejahatan musuh-musuhnya. Az-Zuhri
mengatakan bahwa jihad itu wajib atas setiap orang, baik ia ahli dalam
berperang ataupun tidak. Bagi orang yang tidak biasa berperang, apabila
diminta bantuannya untuk keperluan jihad, maka ia harus membantu. Dan
apabila dimintai pertolongannya, maka ia harus menolong. Apabila
diminta untuk berangkat berjihad, maka ia harus berangkat; tetapi jika
tidak diperlukan, ia boleh tinggal (tidak berjihad).
5

Menurut sebuah hadis sahih telah disebutkan seperti berikut:


Barang siapa yang meninggal dunia, sedangkan dia belum pernah
berperang (berjihad) dan tiada pula keinginan dalam hatinya untuk
berperang, maka ia mati dalam keadaan mati Jahiliah. Artinya, Allah lebih
mengetahui tentang akibat dari semua perkara daripada kalian, dan lebih
melihat tentang hal-hal yang di dalamnya terkandung kemaslahatan dunia
dan akhirat bagi kalian. Maka perkenankanlah seruan-Nya dan taatilah
perintah-Nya,

3. Q.S Al Ankabut Ayat 2-4

Melalui ayat ini, Allah sedari dini sudah menyampaikan kepada


kita bahwa masing-masing kita akan diuji, dan sudah seharusnya kita tidak
kaget dan sudah siap atas bentuk dan model-model ujian yang akan
diberikan olehNya.
6

Salah satu bentuk ujian ini berupa gangguan dan siksaan dari kafir
Quraisy terhadap para sahabat di masa awal-awal Islam. Sebut saja sahabat
Ammar bin Yasir, ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah, Al-Walid dan Salamah bin
Hisyam. Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani, kejadian ini yang
menjadi sabab nuzul ayat. Sudah jamak diketahui bahwa ayah dan ibu
sahabat Ammar yang pada saat itu sedang hamil dibunuh oleh orang kafir
di depannya langsung, sehingga peristiwa ini sempat membuat
keimanannya goyah. Tidak begitu berbeda dengan siksaan yang diterima
sahabat lainnya.

Dalam surat Al-Ankabut ayat 2 ini menyampaikan bahwa iman


kepada Allah itu tidak cukup hanya dengan pernyataan ‘kami telah
beriman’, tetapi tanpa bukti nyata, tidak ada tindakan dan perjuangan.
Thaba’thaba’i dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-
Misbah menyampaikan bahwa Allah menghendaki dari keimanan bukan
sekadar mengucapkan “kami telah beriman kepada Allah”, tetapi hakikat
iman yaitu keteguhan menghadapi gelombang fitnah dan penganiayaan,
tidak tergoyahkan oleh perubahan kedaan dan situasi.

Kata hasiba dalam ayat ini bermakna zhanna (menduga, mengira).


Artinya, mereka tidak dibiarkan begitu saja mengatakan telah beriman
tanpa diuji dan dicoba seperti yang mereka kira. Mereka benar-benar akan
diuji untuk membuktikan kebenaran pengakuan iman mereka.

Kata yuftanûn berasal dari kata al-fitnah. Ada beberapa pengertian yang
diberikan oleh para mufassir mengenai kata tersebut. Mujahid,
sebagaimana dikutip Ibnu Jarir, memaknainya lâ yuftanûn sebagai lâ
yubtalûn (mereka diuji). Menurut al-Nasafi, pengertian al-fitnah di sini
adalah al-imtihân (ujian) yang berupa taklif-taklif hukum yang berat,
seperti kewajiban meninggalkan tanah air dan berjihad melawan musuh;
melaksanakan seluruh ketaatan dan meninggalkan syahwat; ditimpa
kemiskinan, pacelik, dan berbagai musibah yang melibatkan jiwa dan
7

harta; dan bersabar menghadapi kaum kafir dengan berbagai makar


mereka. Semua ujian itu berfungsi untuk membuktikan kebenaran iman
seseorang.

Terbukti Iman atau Dusta

Setelah menegaskan adanya cobaan untuk menguji keimanan manusia,


Allah Swt berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum


mereka”

Ayat ini memberitakan bahwa ujian keimanan itu tidak hanya diberikan
kepada kalian, namun juga umat-umat terdahulu. Oleh karena itu, ujian
keimanan merupakan sunnatul-Lâh yang berlaku di setiap masa.

Dengan ujian dan cobaan itulah dapat diketahui pengakuan yang benar dan
yang dusta. Allah Swt berfirman:

“Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar”

Sebagai Dzat Yang Maha Mengetahui, Allah Swt telah mengetahui semua
peristiwa, baik sebelum, sedang, maupun sudah terjadi. Oleh karena
itu, al-‘ilmu di sini dimaknai al-ru’yah.

Allah Swt berfirman:

“Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”

Dengan ujian tersebut, akan terlihat pula orang-orang yang dusta


pengakuannya. Pengakuan iman mereka hanya terbatas di mulut saja, tidak
melebihi kerongkongan. Dalam al-Quran juga banyak dikisahkan tentang
kaum yang gagal membuktikan kebenaran iman mereka.
8

4. Q.S Al Mulk Ayat 1-2

Dalam Al-Quran, ayat di permulaan surah biasanya menjadi pengikat


tema dari ayat-ayat selanjutnya, meski tidak selalu begitu. Al-Quran itu
khas, disusun tidak seperti buku-buku karangan manusia. Seluruh surah ini
akan menegaskan apa yang dinyatakan pada permulaannya.

“Tabaaroka” memiliki beberapa makna: maha suci, maha tinggi,


pemberi barokah. Ketiganya merupakan sifat Allah. Seluruh kerajaan
semesta ada di tangan-Nya. Segenap kekuasaan manusia, dalam level
mana pun, pada dasarnya ada dalam kuasa-Nya. Allah-lah yang menaikkan
dan menurunkan, menjatuhkan dan menampilkan. Tidak ada yang lepas
dari kuasa dan kehendak-Nya. Kuasa Allah mencakup segala sesuatu,
efektif tanpa batasan apa pun, beda dengan kuasa kita. Kuasa dan wibawa
presiden suatu negara bisa tidak berarti apa-apa di hadapan suku terasing
yang tidak mengenalnya, atau di luar wilayah negaranya, tetapi Allah
tidak.

“Dia menciptakan kematian dan kehidupan…”, di sini kematian


disebut lebih dahulu karena hanya kematian yang bisa membuat manusia
takut dan mempersiapkan akhirat. Adapun perasaan bahwa kehidupan
masih panjang dan lapang, seringkali membuatnya lalai. Makna lain: Allah
menciptakan kehidupan untuk menguji kalian, dan menciptakan kematian
9

untuk membalas amal perbuatan kalian semasa hidup. Pernyataan “supaya


Dia menguji kamu” di sini terkait kehidupan. Bahwa, hidup ini ujian,
bukan pesta kelulusan. Ada orang-orang yang gagal paham atas realitas
ini. Mereka tidak sibuk “mengerjakan soal-soal ujiannya” atau “belajar
untuk menyiapkan diri menyongsong ujian”, akan tetapi malah sibuk
berpesta-pora seperti orang yang telah lulus ujian. Inilah yang
disebut “ghurur” (ketertipuan) dan “ghoflah” (kelalaian).

“Siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”, adalah kalimat tanya
yang menggantung. Jawabannya ada di tangan kita, para peserta ujian
kehidupan ini. Allah tidak memastikan orang per orang, tapi hanya
menggambarkan sifat orang yang lulus dan merinci kriteria-kriterianya.

“Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”, merupakan warning


sekaligus hiburan. Seimbangkanlah keduanya di dalam hati. Di satu sisi,
kita diperingatkan agar tidak sembrono di hadapan seluruh kuasa dan
keperkasaan-Nya. Jangan mimpi bisa melawan dan menipu Allah. Di sisi
lain, kita dihibur dengan ampunan-Nya yang teramat lapang. Allah tahu
kelemahan dan kebodohan kita, sehingga sering patah semangat dan
malas, bahkan ambruk dan terjerumus dosa. Kembalilah ke jalan Allah,
karena pintu ampunan-Nya begitu luas.

B. Ujian Bagi Orang Beriman Menurut beberapa Hadits


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang


dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi
dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia
bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa keburukan, maka dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim no.2999, dari sahabat Shuhaib)

Benarlah, bahwasanya hanya orang yang beriman yang bisa lurus dalam
menyikapi silih bergantinya situasi dan kondisi. Hal ini karena ia
10

meyakini keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala serta tahu akan


kelemahan dirinya. Tidak dipungkiri memang, musibah dan bencana
akan selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan. Betapa tidak, orang
yang dicinta kini telah tiada, harta benda musnah tak bersisa, berbagai
agenda tertunda, bahkan segenap waktu dan perasaan tercurah untuk
memikirkannya.

Dijelaskan Ibnu Katsir bahwa ujian yang diberikan itu sesuai dengan kadar
keimanan pelakunya. Nabi saw bersabda:

“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian


orang-orang shalih, kemudian berikutnya dan berikutnya. Seseorang
dicoba sesuai dengan (kadar) agamanya. Ketika dia tetap tegar, maka
ditingkatkan cobaannya” (HR al-Tirmidzi).

Menurut Ibnu Katsir ayat ini sejalan dengan beberapa ayat lainnya, seperti
firman Allah Swt: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu,
dan belum nyata orang-orang yang sabar (TQS Ali Imran [3]: 142). Juga
QS al-Baqarah [2]: 214.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pondasi seorang muslim adalah keimanan. Maka dari itu keimanan
seorang muslim akan di uji oleh Allah SWT melalui berbagai macam ujian
hidup. Adapun ujian dan cobaan bisa bermakna sebagai teguran. Karna jika di
biarkan hidup enak tanpa ujian dan cobaan, takutnya kita lalai.
Setiap orang yang mengaku beriman pasti diuji keimanannya. Orang yang
tetap sabar, istiqamah, dan taat dalam menghadapi ujian adalah orang yang
benar keimanannya. Orang yang berpaling dan menolak untuk taat terhadap
syariah-Nya adalah orang yang dusta pengakuannya.
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Orang Beriman Pasti Di Uji” yang
kami buat.Kami menyadaridalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan.Maka,kritik dan saran konstruktif kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik.Semoga makalah ini menjadi motivator
dan inspirator bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://muslimah.or.id/4041-karena-setiap-kita-akan-diuji.html

https://tafsirweb.com/845-surat-al-baqarah-ayat-216.html

https://hidayatullah.or.id/read/ngaji-surah-al-mulk/2018/08/28/ngaji-bareng-surah-
al-mulk-ayat-1-2-ujian-hidup-dan-keberkahan-nya/

https://baitulkhairorid.wordpress.com/2017/11/06/tafsir-surat-al-ankabut-2-3-
ujian-kebenaran-iman/

12

Anda mungkin juga menyukai