Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

OBJEK PENDIDIKAN ISLAM DALAM

QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24

Dosen : Drs. H. Ahmad Bahruni,M.AP


Mata Kuliah : TAFSIR TARBAWI

Lokal/Semester : A9/7

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5 :
 M. Chandra Apriadi
 Sarbani
 Siti Hasanah
 Jamilah
 Munawarah
 Misna

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


KUALA KAPUAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan inayah-Nya kami dapat
menyusun makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda
alam Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Matakuliah Tafsir II dan
diharapkan kepada seluruh pembaca untuk dapat memahaminya secara mendalam tentang hal-hal
yang berkaitan dengan materi yang disampaikan yakni tentang Objek Pendidikan (Tafsir QS An-Nisa
Ayat 170 dan At-Tahrim Ayat 6).
Kami sangat menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritiknya kepada para pembaca
sekalian.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya, yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya. Amiin.

Wassalam

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...........................................................................................................................................
..................... i
DAFTAR
ISI ..............................................................................................................................................................
............. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah................................................................................................................................... 1
B. Perumusan
Masalah.........................................................................................................................................
.1
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................................................................................
.......... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Objek
Pendidikan .......................................................................................................................... 2
B. Asbabun Nuzul QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ :
24 ....................................... 2
C. Penafsiran QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ :
24................................................ 4
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................................................................
......................... 13
B. SARAN............................................................................................................................................
......................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu rukun iman dalam agama Islam adalah iman kepada kitab-kitab Allah. Kitab yang
dimaksud adalah kitab yang diturunkan kepada Rosulullah SAW, yaitu Al-Qur ’an melalui Malaikat
Jibril.
Diturunkannya Al-Qur’an ke muka bumi ini tentunya sebagai pedoman hidup bagi umat muslim
khususnya menuju arah atau jalan yang benar demi mendapatkan ridha Allah SWT. Tentunya untuk
mendapatkan ridha Allah SWT kita harus memahami kandungan Al-Qur ’an serta mengamalkannya.
Cara yang tepat untuk memahami kandungan Al-Qur ’an adalah dengan menggunakan Ilmu
Tafsir. Ilmu Tafsir adalah ilmu yang mempelajari tentang penjelasan kandungan ayat-ayat Al-Qur ’an.
Melalui penafsiran ini kita akan lebih mudah memahaminya serta mengamalkannya.
Dalam makalah ini akan membahas tentang objek pendidikan yang terkandung dalam QS. At-
Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24. Pembahasan yang digunakan tentunya adalah
menggunakan penafsiran ayat yang akan diuraikan dibawah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian objek pendidikan?
2. Bagaimana asbabunnuzul dalam QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24?
3. Bagaimana penafsiran QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisannya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian objek pendidikan.
2. Untuk mengetahui asbabunnuzul QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24.
3. Untuk mengetahui penafsiran QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Objek Pendidikan


Pengertian objek pendidikan terbagi dua bagian, yaitu objek dan pendidikan. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia (KUBI) bahwa pengertian objek adalah hal, perkara, atau orang yang
menjadi pokok pembicaraan, sasaran.[1] Kemudian pengertian pendidikan dikutip dari GBHN tahun
1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.[2]
Dari uraian diatas, maka pengertian objek pendidikan adalah orang yang menjadi pokok
pembicaraan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.

B. Asbabun Nuzul QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24
1. QS. At-Tahrim : 6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, Umar berkata : ”Wahai Rasulullah, kami
sudah menjaga diri kami dan bagaimana menjaga keluarga kami? ” Rasulullah SAW, menjawab :
”Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka
melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu melakukannya. Begitulah cara meluputkan
mereka dari api neraka. Neraka itu di jaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya
berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka,
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepadanya ”. Maka jelas bahwa tugas
manusia tidak hanya menjaga dirinya sendiri, namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk dapat
melaksanakan taat kepada Allah SWT, tentunya harus dengan menjalankan segala perintah-Nya, serta
menjauhi segala larangan-Nya. Dan semua itu tak akan bisa terjadi tanpa adanya pendidikan syari ’at.

2. QS. An-Nisa : 170

Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa)
kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu
kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit
dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah[382]. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.

An-Nisa ayat 170 menjelaskan bahwa kedatangan Rasulullah adalah benar dengan membawa
sesuatu yang hak dari Tuhan yang sebelumnya telah diketahui ahlul kitab, manusia selaku objek
pendidikan diperintahkan untuk beriman kepada Allah SWT.
Apabila manusia tetap dalam kekafirannya dan tidak mau beriman kepada Allah maka
Allah akan memberikan azab dan memberi
pembalasan terhadap kekafirannya. Allah adalah pemilik singgasana langit dan bumi serta menguasai,
Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.

3. QS. As-Syura’ : 24
Tafsir Ringkas Kemenag
Ataukah mereka, orang-orang kafir itu masih terus mengatakan, “Dia, Muhammad, telah
mengada-adakan kebohongan tentang Allah dengan mengatakan bahwa Al-Qur ’an itu adalah firman-
Nya, padahal dia bukan firman-Nya.” Lalu sekiranya Allah menghendaki dengan izin dan kekuasaan-
Nya niscaya Dia kunci hatimu. Dan Allah menghapus yang batil dengan cara menimbulkan sebab-
sebab yang dapat menghancurkannya dan membenarkan yang benar yang di tunjukkan-Nya dengan
firman-Nya, yaitu wahyu-wahyu yang di turunkannya melalui Al-Qur ’an. Sungguh, Dia Maha
Mengetahui segala isi hati, baik yang di nyatakan maupun yang di sembunyikan.

Tafsir Lengkap Kemenag


Dalam ayat ini Allah menolak tuduhan kaum musyrik Mekah bahwa Muhammad saw itu
mengada-adakan dusta terhadap Allah. Ini adalah perbuatan yang amat buruk. Seandainya Allah
menghendaki, tentu Dia dapat mengunci mati hatimu karena perbuatan semacam itu, tidak dilakukan
kecuali oleh orang musyrikin.
Tetapi sunah Allah telah berlaku dan akan terus berlaku bahwa Dia selalu menghancurkan
dan menghapuskan yang batil serta menguatkan yang hak dan menanamkan hakikat yang hak itu di
kalangan manusia sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Itulah sebabnya agama yang
dibawa oleh Muhammad saw hari demi hari makin bertambah kuat dan mantap, makin tersebar luas,
serta semakin bertambah banyak penganutnya.
Allah Maha Mengetahui semua yang tersimpan dalam hati, tidak ada yang tersembunyi bagi-
Nya, maka segala sesuatu terjadi berdasarkan ilmu Allah yang amat luas, meliputi segala sesuatu.
Oleh sebab itu tuduhan mereka terhadap Nabi Muhammad yang dianggap telah mengada-adakan
kebohongan tentang Allah diketahui oleh-Nya dan telah dibuktikan ketidakbenarannya dalam ayat ini.

Tafsir Ibnu Katsir


Firman Allah Swt.:
“Bahkan mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah. ” Maka
jika Allah menghendaki, niscaya Dia mengunci mati hatimu.” (Asy-Syura: 24)
Sekiranya engkau membuat-buat kedustaan terhadap Allah, sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-
orang jahil itu,
“niscaya Dia mengunci mati hatimu.” (Asy-Syura: 24)
Maknanya, niscaya Dia menutup rapat hatimu dan mencabut kembali Al-Qur'an yang telah diberikan-
Nya kepadamu. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-
benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali
jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari
pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 44-47).

C. Penafsiran QS. At-Tahrim : 6, QS. An-Nisa : 170 dan QS. As-Syura’ : 24


Dibawah ini adalah pemaparan dari beberapa kitab tafsir yang menjelaskan tentang objek
pendidikan.

4
1. Tafsir Ibnu Katsir
a. QS. At-Tahrim : 6
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari seorang lelaki, dari seorang lelaki, dari
Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Makna yang dimaksud ialah didiklah mereka dan ajarilah mereka.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Yakni amalkanlah ketaatan
kepada Allah dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta perintahkanlah kepada
keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kamu dari api neraka.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan perintahkanlah
kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah.
Qatadah mengatakan bahwa engkau perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan engkau
cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadap-Nya. Dan hendaklah engkau tegakkan terhadap
mereka perintah Allah dan engkau anjurkan mereka untuk mengerjakannya serta engkau bantu
mereka untuk mengamalkannya. Dan apabila engkau melihat di kalangan mereka terdapat suatu
perbuatan maksiat terhadap Allah, maka engkau harus cegah mereka darinya dan engkau larang
mereka melakukannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Muqatil, bahwa sudah
merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim mengajarkan kepada keluarganya —baik dari
kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya — hal-hal yang difardukan oleh Allah dan
mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka jauhi.
Semakna dengan ayat ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu
Daud, dan Imam Turmuzi melalui hadis Abdul Malik ibnur Rabi' ibnu Sabrah, dari ayahnya, dari
kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"‫ فَإِ َذا بَلَ َغ َع ْش َر ِسنِينَ فَاضْ ِربُوهُ َعلَ ْيهَا‬، َ‫صاَل ِة إِ َذا بَلَ َغ َس ْب َع ِسنِين‬
َّ ‫ي بِال‬ َّ ‫" ُمرُوا ال‬
َّ ِ‫صب‬
“Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai tujuh tahun; dan apabila
usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya.”

5
Ini menurut lafaz Abu Daud. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Imam Abu
Daud telah meriwayatkan pula melalui hadis Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari
Rasulullah Saw. hal yang semisal. Ulama fiqih mengatakan bahwa hal yang sama diberlakukan
terhadap anak dalam masalah puasa, agar hal tersebut menjadi latihan baginya dalam ibadah, dan bila
ia sampai pada usia balig sudah terbiasa untuk mengerjakan ibadah, ketaatan, dan menjauhi maksiat
serta meninggalkan perkara yang mungkar.

Firman Allah Swt.:


“yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At-Tahrim: 6)
Waqud artinya bahan bakarnya yang dimasukkan ke dalamnya, yaitu tubuh-tubuh anak Adam.
dan batu. (At-Tahrim: 6)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan batu adalah berhala-berhala yang dahulunya
dijadikan sesembahan, karena ada firman Allah Swt. yang mengatakan:
“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam.” (Al-Anbiya:
98)
Ibnu Mas'ud, Mujahid, Abu Ja'far Al-Baqir, dan As-Saddi mengatakan bahwa batu yang
dimaksud adalah batu kibrit (fosfor). Mujahid mengatakan bahwa batu itu lebih busuk baunya
daripada bangkai.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal ini, dia mengatakan bahwa telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sinan Al-Minqari, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz (yakni Ibnu Abu Daud) yang mengatakan bahwa telah sampai
kepadaku bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu. (At-Tahrim: 6) sedangkan di hadapan beliau terdapat para sahabatnya yang di antara mereka
terdapat seorang yang sudah lanjut usianya, lalu orang tua itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
batu Jahanam sama dengan batu dunia?"Nabi Saw. menjawab:
"‫ص ْخ ِر َجهَنَّ َم أعظ ُم ِم ْن جبَال ال ُّد ْنيَا ُكلِّهَا‬ َ َ‫ ل‬،‫"والَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه‬.
َ ‫صخرة ِم ْن‬ َ
“Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya sebuah batu Jahanam
lebih besar daripada semua gunung yang ada di dunia.”

Lalu orang tua itu jatuh pingsan karena mendengarnya, maka Nabi Saw. meletakkan
tangannya di jantung orang tua itu dan ternyata masih berdegup, berarti dia masih hidup. Maka beliau
Saw. menyerunya (menyadarkannya) seraya bersabda, "Hai orang tua, katakanlah, 'Tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah'." Maka orang tua itu membacanya sepuluh kali, dan Nabi Saw.
menyampaikan berita gembira masuk surga kepadanya. Maka para sahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah di antara kita?" Rasulullah Saw. mengiakan dan beliau membaca firman-Nya:

6
“Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan takut
kepada ancaman-Ku.” (Ibrahim: 14)

Hadis ini mursal lagi garib.


Firman Allah Swt.:
“penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras.” (At-Tahrim: 6)
Yakni watak mereka kasar dan telah dicabut dari hati mereka rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang kafir kepada Allah. Merekajuga keras, yakni bentuk rupa mereka sangat keras,
bengis, dan berpenampilan sangat mengerikan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Hakam ibnu Aban,
telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa apabila permulaan ahli
neraka sampai ke neraka, maka mereka menjumpai pada pintunya empat ratus ribu malaikat
penjaganya, yang muka mereka tampak hitam dan taring mereka kelihatan hitam legam. Allah telah
mencabut dari hati mereka rasa kasih sayang; tiada kasih sayang dalam hati seorang pun dari mereka
barang sebesar zarrah pun. Seandainya diterbangkan seekor burung dari pundak seseorang dari
mereka selama dua bulan terus-menerus, maka masih belum mencapai pundak yang lainnya.
Kemudian di pintu itu mereka menjumpai sembilan belas malaikat lainnya, yang lebar dada seseorang
dari mereka sama dengan perjalanan tujuh puluh musim gugur. Kemudian mereka dijerumuskan dari
satu pintu ke pintu lainnya selama lima ratus tahun, dan pada tiap-tiap pintu neraka Jahanam mereka
menjumpai hal yang semisal dengan apa yang telah mereka jumpai pada pintu pertama, hingga
akhirnya sampailah mereka ke dasar neraka.

Firman Allah Swt.:


“yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Maksudnya, apa pun yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka, maka mereka segera
mengerjakannya tanpa terlambat barang sekejap pun, dan mereka memiliki kemampuan untuk
mengerjakannya: tugas apa pun yang dibebankan kepada mereka, mereka tidak mempunyai
kelemahan. Itulah Malaikat Zabaniyah atau juru siksa, semoga Allah melindungi kita dari mereka.

7
b. QS. An-Nisa : 170
Allah Swt. berfirman:
”Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepada kalian dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhan kalian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi
kalian.” (An-Nisa: 170)
Telah datang Nabi Muhammad Saw. kepada kalian dengan membawa hidayah, agama yang
hak, dan keterangan yang memuaskan dari Allah Swt Karena itu, berimanlah kalian kepada apa yang
didatangkannya kepada kalian dan ikutilah dia, niscaya hal itu baik bagi kalian.

Kemudian Allah Swt. berfirman:


“Dan jika kalian kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan sedikit pun kepada Allah), karena
sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah.” (An-Nisa: 170)

Dengan kata lain, Dia tidak memerlukan kalian dan iman kalian, dan Dia tidak terkena
mudarat karena kekafiran kalian. Perihalnya sama dengan makna ayat lain, yaitu firman-Nya:

”Dan Musa berkata, "Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya kafir, maka
sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Ibrahim: 8)
Dalam firman selanjutnya disebutkan:

“Dan adalah Allah Maha Mengetahui.” (An-Nisa: 170)

Terhadap orang yang berhak memperoleh hidayah dari kalian, maka Dia memberinya
hidayah, dan terhadap orang yang berhak mendapat kesesatan, lalu Dia menyesatkannya.
“lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa: 170)
Yaitu dalam semua ucapan, perbuatan, syariat dan takdir-Nya.

2. Tafsir Al-Misbah
a. QS. At-Tahrim : 6
Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi saw, ayat diatas memberi
tuntunan kepada kepada kaum beriman bahwa : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu,
anatara lain dengan meneladani Nabi, dan pelihara juga keluarga kamu, yakni istri, anak, dan seluruh
yang

8
berada dibawah tanggung jawab kamu, dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua
terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan juga batu-batu
antara lain yang dijadikan berhala-berhala. Datasnya, yakni yang menangani neraka itu dan bertugas
menyiksa penghuni-penghuninya, adalah malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati dan perlakuannya,
yang keras-keras perlakuannya dalam melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah
menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga sisksa yang mereka jatuhkan kendati
mereka kasar tidak kurang dan juga tidak berlebih dari apa yang dipperintahkan Allah, yakni sesuai
dengan dosa dan keslahan masing-masing penghuni neraka, dan mereka juga senantiasa dan dari saat
ke saat mengerjakan dengan mudah apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.

b. QS. An-Nisa : 170


“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rosul dengan (membawa)
kebenaran dari Tuhan kamu, maka berimnlah, itulah yang baik bagi kamu. Dan jika kamu kafir,
maka sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah milik Allah. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
Rosul saw. telah membawa kebenaran dari Allah sambil membuktikan kekeliruan,
bahkan kesesatan pandangan mereka, kini menjadi sangat wajar menyampaikan ajakan kepada
seluruh manusia, bukan hanya Ahl al-Kitab: Wahai seluruh manusia, sesungguhnya telah datang
kepada kamu Rosul, yakni Muhammad saw, dengan membawa tuntunan al-Qur ’an dan syariat
yang mengandung kebenaran dari Tuhan Pembimbing dan Pemelihara kamu, maka karena itu
berimanlah dengan iman yang benar. Itulah, yakni keimanan itu yang baik bagi kamu. Dan jika
kamu terus-menerus kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedeikit pun, tidak juga
mengurangi kekuasaan dan kepemilikan-Nya karena sesungguhnya apa yang di langit dan di
bumi itu adalah milik Allah serta dibawah kendali-Nya sehingga Dia dapat menjatuhkan sanksi
atas kamu dari langit atau bumi. Dan adalah Allah senantiasa Maha Mengetahui sehingga
tidaklah wajar menolak informasi-Nya, Dia juga Maha Mengetahui siapa yang taat dan siapa
yang durhaka lagi Mahabijaksana, mempermalukan setiap hamba-Nya sesuai dengan perlakuan
yang wajar lagi pada tempatnya yang sesuai.
Kehadiran Rasul yang dinyatakan datang kepada kamu serta pernyataan yang beliau
bawa adalah tuntunan dari Tuhan Pembimbing dan Pemelihara kamu dimaksudkan sebagai
rangsangan kepada mitra bicara (kamu) agar menerima siapa yang datang itu dan meneriama apa
yang dibawanya. Karena, jika sesuatu datang menemui seseorang dan membawa sesuatu yang
bermanfaat kepadanya, ini menunjukan perhatian kepada mereka sekaligus menjadi sangat wajar,
bahkan wajib bagi yang didatangi untuk menyambutnya dengan gembira.

9
Firman-Nya; Dan jika kamu kafir, maka sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu
adalah milik Allah, disamping makna yang telah dikemukakan diatas juga dapat mengandung
makna bahwa jika kamu kafir maka kekufuran kamu tidak akan menambah sesuatu bagi kamu,
tidak juga mengurangi sesuatu dari apa yang dimilki Allah SWT. karena sesungguhnya apa yang
di langit dan di bumi itu adalah milik Allah, dibawah kendali dan kekuasaan-Nya sehingga
bagaimana mungkin, wahai si kafir, kamu dapat mengambilnya. Karena itu, kekufuran kamu
tidak menambah sesuatu bagi kamu tidak juga mengurangi sedikitpun dari milik Allah SWT.

3. Tafsir Al-Usyr Al-Akhir


a. QS. At-Tahrim : 6
Surat at-Tahrim menerangkan tentang hubungan Rosulullah saw dengan isteri-isterinya,
diikuti dengan keharusan-keharusan bagi orang-orang mukmin untuk bertaubat, dan ditutup
dengan contoh-contoh wanita-wanita yang baik dan yang buruk.

4. Al-Haramain (Al-Qur’an Cordoba)


a. QS. At-Tahrim : 6
Allah swt berfirman yang berisi perintah kepada hamba-Nya, yaitu apabila salah satu
dari mereka menalak seorang perempuan, maka hendaklah ia menempatkannya di sebuah rumah
hingga habis masa idahnya. Firman Allah Swt {tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu
tinggal menurut kemampuanmu…} Ibnu Abbas Ra dan lainnya mengatakan,
“sekemampuanmu” , Qotadah mengatakan, “jika kamu tidak dapati kecuali samping rumahmu
maka tempatkanlah ia disana.” {…dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka…} Muqatil bin Hayyan mengatakan, “Menyempitkannya dengan
maksud supaya ia menebus dengan hartanya atau menginginkan supaya ia pergi.”
Firman-Nya, {…Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan kandungannya …}. Kebanyakan
ulama, diantaranya Ibnu Abbas Ra. dan para ulama salaf dan khalaf mengatakan bahwa ayat ini
berkaitan dengan istri yang ditalak ba’in. jika dia ditalak dalam keadaan hamil maka dia harus
diberi nafkah hingga dia melahirkan. Alasan mereka berpendapat demikian, karena istri yang
ditalak raj’I harus diberi nafkah baik dalam keadaan hamil maupun tidak.
Firman-Nya, {…kemudian, jika mereka menyusui (anak-anak)mu} yakni, apabila mereka
sudah melahirkan dan habis masa idahnya dan disaat itu juga ia mesti menyusui bayinya, maka
hendaklah ia diberi upah untuknya dan untuk bayi dengan biaya yang telah disepakati berdua.
Oleh karena itu Allah Swt berfirman, {kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)-mu maka
berikanlah imbalannya kepada mereka.}

10
Firman-Nya, {…dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya.} Jika mendapat masalah dalam penyusuan lalu ia menuntut
dengan upah yang cukup tinggi, maka bagi laki-laki tidak ada kewajiban memberikan upah
dengan nilai tinggi, berikanlah sesuai kebutuhannya. Bila penghasilan laki-laki itu sedikit, tidak
sesuai dengan permintaannya, carilah orang lain untuk menyusui anaknya, dan berikan upahnya.

b. QS. An-Nisa : 170


Hidayah (petunjuk) Allah Swt memiliki beberapa tingkatan, baik secara umum maupun
khusus, yaitu terbagi menjadi enam tingkatan, diantaranya adalah tingkatan pertama dan kedua
sebagai berikut :
Tingkatan pertama : Tingkatan pembicaraan Allah dengan hamba-Nya secara sadar dan
langsung tanpa perantara. Ini merupakan tingkatan hidayah paling tinggi, seperti saat Allah
bebicara dengan Musa bin Imran As Allah berfirman, {Dan Allah telah berbicara kepada Musa
secara langsung.} (QS. An-Nisa : 164).
Sebelum ayat ini, disebutkan wahyu Allah Swt yang diberikan kepada Nuh As dan para
Nabi sesudahnya, kemudian dikhususkan kepada Musa As, yakni Allah Swt berbicara dengannya
tanpa perantara. Ini menunjukan bahwa pembicaraan ini lebih khusus dari sekedar memberikan
wahyu seperti yang disebutkan dalam ayat sebelumnya. Lalu, hal ini ditegaskan lagi dengan
adanya keterangan Takliman (berbicara langsung). Dalam firman-Nya yang lain disebutkan,
{Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah
berfirman (langsung) kepadanya, (Musa As) berkata, “Ya Tuhanku, tampakanlah (diri-Mu)
kepadaku agaraku dapat melihat engkau.} (QS Al-A’raf : 143).
Pembicaraan ini berbeda dengan yang pertama saat Allah Swt mengutusnya kepada
Firaun. Dalam pembicaraan kali ini, Musa As meminta agar dapat melihat Allah Swt.
Pembicraan kali ini berasal dari janji Allah Swt kepadanya. Sementara itu pembicaraan yang
pertama tidak didahului dengan janji.
Tingkatan kedua : Tingkatan wahyu secara khusus diberikan kepada para Nabi. Allah
Swt berfirman, {sesungguhnya kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana kami
telah mewahyukan kepada Nuh dan Nabi-nabi setetlahnya, dan kami telah mewahyukan (pula)
kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya; Isa dan Daud.} (QS. An-Nisa : 163).
Dan firman-Nya dalam QS Asy-Syura : 51.
Allah Swt menyampaikan wahyu dalam ayat kedua ini dengan berbagai cara, sedangkan
dalam ayat yang pertama menjadi lawan bibcara. Lawan bicara secara khusus artinya tanpa ada
perantara, sedangkan maksud berbicara secara umum, berarti penyampaian makna dengan
berbagai cara.

11
5. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an
a. QS. At-Tahrim : 6
Dalam nuansa pengaruh kasus yang sangat mendalam pada jiwa-jiwa kaum muslimin ini,
Al-Qur’an mewanti-wanti orang yang beriman agar menunaikan kewajiban mereka dalam rumah
tangga baik yang menyangkut pendidikan, pengarahan, maupun peringatan. Sehingga mereka
dapat menyelamatkan diri dari api neraka. Al-Qur ’an juga menggambarkan beberapa peristiwa
yang terjadi dalam neraka dan keadaan orang kafir didalamnya. Dan dalam nuansa pengarahan
serta ajakan bertaubat yang muncul dalam arahan redaksi dalam kasus diatas, redaksi yang
menyerukan kepada orang-orang yang beriman untuk bertaubat. Ia juga menggambarkan tentang
syurga yang menanti orang-orang yang bertaubat. Kemudian ia mengajak Nabi Saw untuk
berjihad melawan orang kafir dan orang munafik. Diantara karakter mereka adalah ketaatan
mutlak terhadap perintah Allah atas mereka. Dan diantara karakter mereka adalah mampu
melaksanakan segala yang diperintahkan kepada mereka oleh Allah. Mereka dengan segala tabiat
bengis, kejam dan keras mereka diserahkan tugas untuk melaksanakan azab neraka yang keras
dan kejam. Maka hendaklah setiap mukmin melindungi dirinya dan keluarganya dari azab
neraka.

b. QS. An-Nisa : 170


Rasulullah Saw datang kepada mereka dengan membawa kebenaran dari Tuhannya.
Barang siapa yang beriman kepadanya, maka dia adalah orang yang baik; dan barang siapa yang
kafir, maka sesuangguhnya Allah tidak membeutuhkan mereka semua. Karena segala sesuatu
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Dia mengetahui semua urusan dan
memberlakukannya sesuai ilmu dan kebijaksanaan-Nya.
Inilah seruan yang didahului dengan mengikis habis aneka kebohongan ahli kitab,
menyikap karakteristik kaum Yahudi dan berbagai kemungkaran mereka sepanjang sejarah dan
melukiskan watak asli mereka yang keras kepala meskipun terhadap Musa a.s.. Seruan inipun
didahului dengan penjelasan watak risalah dan tujuannya, yaitu menghendaki Allah mengutus
para Rosul kepada setiap kaumnya dan mengutus Nabi Muhammad Saw sebagai Rosul bagi
seluruh alam sesudah semua risalah sebelumnya berubah oleh ulah kaum masing-masing rasul
itu, sehingga harus ada seruan umum didalam risalah terakhir ini untuk disampaikan kepada
semua manusia, “Agar tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya roul-rosul
itu.” Kalau tidak ada risalah yang berlaku umum bagi semua manusia, pasti ada alasan bagi
manusia untuk membantah Allah. Patahlah argumentasi itu dengan adanya risalah yang berlaku
umum bagi semua manusia dan masa. Risalah ini adalah risalah yang terakhir “Dan tiadalah
Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ” (Al-Anbiya : 107) .

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil mengenai objek pendidikan
menurut QS. An-Nisa : 170 dan QS. At-Tahrim : 6, yaitu yang dimaksud objek pendidikan adalah
orang yang menjadi pokok pembicaraan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam
dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Kemudian inti dari asbabun nuzul diatas, bahwa QS. An-Nisa : 170 menjelaskan tentang
perintah untuk beriman kepada Allah. Sedangkan QS. At-Tahrim : 6 menjelaskan tentang perintah
untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari siksa api neraka.
Dari penafsiran diatas yang dipaparkan dari berbagai kitab tafsir, bahwa objek pendidikan
yang dapat diambil dari QS. An-Nisa : 170 dan QS. At-Tahrim : 6, antara lain; objek pendidikan
menurut QS. An-Nisa : 170, yaitu manusia, sedangkan objek pendidikan menurut QS. At-Tahrim : 6,
yaitu keluarga. Inilah yang menjadi pokok pembicaraan untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
B. Saran
Demikian penjelasan mengenai objek pendidikan menurut QS. An-Nisa : 170 dan QS. At-
Tahrim : 6, semoga dapat dipahami dan bermanfaat bagi kehidupan kita semua.
Saran dari kami adalah agar bisa mengaplikasikan esensi dari pembahasan diatas dalam
kehidupan sehari-hari. Dan juga kami mohon maaf bila ada kesalahan dalam penuslisan makalah ini,
selebihnya saya ucapkan terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Purwadarminta,W.J.S. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.

Ikhsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. (2005). PT Rineka Cipta : Jakarta.

Sopiah, Opih. “Tafsir Taebawi : Objek Pendidikan diakses dari http: ///H:/OBJEK
PENDIDIKAN/ILMU AMALIAH, AMAL ILMIAH.... ) TAFSIR TAEBAWI OBJEK
PENDIDIKAN.html,.

Ebook, Tafsir Ibnu Katir. (2013). Kampungsunnah.org.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. (2002). Lentera Hati : Jakarta.

Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir, Juz (28,29,30).

Kurnia, Iyus. Spoian, Teteng. Suryana, Yayan. Makbul. Nugraha, Sobar. Abdullah, Rahman.
Mumung Maulana Al-Ghifari, Al-Haramain (Al-Qur ’an Cordoba), (2016). Cordoba Internasional
Indonesia, Bandung.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (2002). Gema Insani, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai