Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Ayat-ayat Al-Quran Tentang Obyek Pendidikan


Disusun Sebagai Salah Satu Bahan Kajian Pada Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu :
Syahruddin, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Semester III (Tiga)

Nur Lela

Yesi Andra Juita

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL AZHAR

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah tentang Ayat-ayat Al-Quran Tentang Obyek Pendidikan. Dan tidak
lupa sholawat beserta salam tetap kami curahkan kepada junjunan kita Nabi besar
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang
benderang yakni agama Islam.

Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada Bapak Syahruddin, M.Pd selaku
pembimbing pada mata kuliah Tafsir Tarbawi.

Kritik serta saran sangat terbuka bagi pembaca, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini guna perbaikan dalam pembuatan makalah kami yang selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih

Pekanbaru, Oktober 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat Ayat Al-Qur’an tentang Obyek Pendidikan..........................................3


1. QS At-Tahrim ayat 6.........................................................................................3
2. QS Asy-Syu’araa 214........................................................................................7
3. QS At-Taubah ayt 122......................................................................................9
4. QS An-Nisaa ayat 170.......................................................................................10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan.....................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek
dan sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya
sebuah pendidikan. Subyek pendidikan adalah orang ataupun kelompok
yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi
yang di ajarkan atau disampaikan dapat dipahami oleh obyek pendidikan.
Sedangkan obyek pendidikan adalah orang atau kelompok yang menerima
pendidikan tersebut, sehingga materi yang diajarkan atau disampaikan
dapat dipahami oleh obyek pendidikan. Allah Swt telah memerintahkan
kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dia
memberi peringatan kepada keluarga dan sanak kerabatnya kemudian
kepada seluruh umat manusia agar tidak seorangpun yang berprasangka
jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya.
Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam di seluruh dunia.
Bukan hanya sekedar kumpulan lembaran-lembaran yang di baca dan
mendapatkan pahala dengan membacanya. Namun lebih dari itu, Al-Quran
merupakan mukjizat yang abadi sampai akhir nanti, bahkan Al-Quran
memberikan hujjah dan sebagai penolong di hari perhitungan amal kelak.
Di dalam Al-Quran terdapat kandungan pengetahuan yang tiada tara. Baik
yang tersurat ataupun yang masih tersirat.
Untuk mengetahui makna-makna dan hikmah-hikmah yang
terdapat dalam Al-Quran, perlu adanya penafsiran-penafsiran tentang ayat-
ayatnya dan semua itu terdapat di dalam ilmu tafsir. Diantara ilmu-ilmu al-
Quran, tafsir merupakan ilmu yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Di
dalamnya terhimpun tafsir dari sudut balaghoh, nahwu, sorof, asbabu
Nuzul, munasabah, hadist, tarikh, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini
kami akan membahas terkait dengan obyek pendidikan berdasarkan Al-
Quran yang terkandung dalam Q.S. At-Tahrim Ayat 6, Asy-Syuaraa Ayat
214, At-Taubah ayat 122 dan Q.S An-Nisaa ayat 170.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsiran surat At-Tahrim ayat 6 ?
2. Bagaimana tafsiran surat Asy-Syuaraa Ayat 214 ?
3. Bagaimana tafsiran surat At-Taubah ayat 122 ?
4. Bagaimana tafsiran surat An-Nisaa ayat 170

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tafsiran surat At-Tahrim ayat 6
2. Untuk mengetahui tafsiran surat Asy-Syuaraa Ayat 214
3. Untuk mengetahui tafsiran surat At-Taubah ayat 122
4. Untuk mengetahui tafsiran surat An-Nisaa ayat 170
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Al-Quran Tentang Obyek Pendidikan


Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat ilmu pengetahuan,
adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran dan
tentunya terdapat objek pendidikan pula. Dalam objek pendidikan telah
terserat dalam Al-Quran, yaitu dalam surat At-Tahrim ayat 6, Asy-Syu’araa
ayat 214, At-Taubah ayat 122 dan An-Nisa ayat 170.

1. QS. At-tahrim ayat 6 ۤ


‫ارةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم‬
َ ‫ٰ ٓياَيُّهَا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْه ِل ْي ُك ْم نَارً ا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬
َ‫َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. ( QS. At-Tahrim : 6 )

Dalam ayat ini terdapat lafadz perintah berupa ‫ سيأ معف‬yang secara
langsung dan tegas, yakni lafadz ‫( اىق‬peliharalah/jagalah), hal ini
dimaksudkan bahwa kewajiban setiap orang Mu’min salah satunya adalah
menjaga dirinya sendiri dan keluarganya dari siksa neraka.
Dalam tafsir Jalalain proses penjagaan tersebut adalah dengan
pelaksanaan perintah taat kepada Allah swt. Merupakan tanggung jawab
setiap manusia untuk menjaga dirinya sendiri, serta keluarganya yang
nanti akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebagaimana Dari Ibnu
Umar ra. Berkata: saya mendengar Rosululloh SAW. Bersabda : Setiap
dari kamu adalah pemimpin, dan setiap dari kamu akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah
pemimpin dan akan ditanyai atas kepemimpinannya, orang laki-laki adalah
pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanyai atas kepemimpinannya
(HR. Bukhary-Muslim).
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke enam ini turun, Umar berkata:
"Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana
menjaga keluarga kami?" Rasulullah SAW. menjawab: "Larang mereka
mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah
mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu
melakukannya. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka.
Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya
berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan
penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepadanya.
Maka jelas bahwa tugas manusia tidak hanya menjaga dirinya
sendiri, namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk dapat
melaksanakan taat kepada Allah SWT, tentunya harus dengan
menjalankan segala perintahNya, serta menjauhi segala laranganNya. Dan
itu semua tak akan bisa terjadi tanpa adanya pendidikan syariat.
Maka disimpulkan bahwa keluarga juga merupakan objek
pendidikan. Dilihat dari ayat itu sendiri terdapat hubungan antar kalimat
(munasabah), bahwa manusia diharapkan seperti prilaku malaikat, yakni
mengerjakan apa yang diperintah Allah SWT. Tafsiran: ayat ini
menerangkan tentang ultimatum kepada kaum mu’minin (diri dan
keluarganya) untuk tidak melakukan kemurtadan dengan lidahnya,
meskipun hatinya tidak.
Kesimpulan: ayat ini menunjukkan perintah untuk menjaga diri dan
keluarga dari api neraka dan merupakan tarbiyah untuk diri sendiri dan
keluarga, pelajaran dari Ayat tersebut :
a. Perintah Taqwa Kepada Allah Swt Dan Berdakwah
Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang
percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan
supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya
terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan
perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan
patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api
neraka. Api neraka disediakan bagi para kafir / pendurhaka yang tidak
mau taat kepada Allah dan yang selalu berbuat maksiat.
Neraka adalah balasan setimpal bagi para pembuat kemungkaran,
kemusyrikan dan kekacauan. Bahan bakar api neraka seperti
dijelaskan dalam ayat diatas adalah manusia, sungguh mengerikan
tidak dapat kita bayangkan manusia menjadi bahan bakar dan juga
bahan bakarnya adalah batu, dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa
batu yang dimaksud adalah batu yang sering dijadikan sesembahan
oleh para musyrikin atau berhala. Oleh karena itu kita diwajibkan oleh
Allah untuk taat kepada-Nya supaya selamat daripada siksa-Nya.
Caranya membina diri kita terlebih dahulu dalam mendalami akidah
dan adab islam kemudian setelah kita mampu melaksanakan maka kita
wajib mendakwahkan kepada yang lain yaitu orang-orang terdekat
kita / keluarga yaitu orang tua, istri, anak, adik, kakak dan karib
kerabat.
Kemudian jika sudah mapan kita berdakwah dengan mereka, maka
kita dituntut untuk menyebarkan kepada pihak masyarakat setelah
berhasil maka masyarakat itu dituntut menyebarkan dakwah seluas-
luasnya keluar daerahnya. Dengan hal inilah kita akan menyebarkan
sebagian dari rahmat-Nya (kasih sayang Allah) yaitu ajaran islam
yang penuh dengan keselamatan dan kedamaian. sebagaimana
diijelaskan dengan firman-Nya:
َ‫َواَ ْن ِذرْ ع َِش ْيرَ تَكَ ااْل َ ْقرَ ِبيْن‬

Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang


terdekat. (Q.S Asy Syu'ara': 214)
1). Anjuran Menyelamatkan Diri Dan Keluarga Dari Api Neraka

Banyak sekali amalan shalih yang menjadikan seseorang masuk


surga dan dijauhkan dari api neraka, misalnya bersedekah, berdakwah,
berakhlaq baik, saling tolong menolong dalam kebaikan dan sebagainya.
Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan
shalat dan bersabar, sebagaimana firman Allah SWT.

‫َوْأ ُمرْ اَ ْهلَكَ ِبالص َّٰلو ِة َواصْ طَ ِبرْ َعلَ ْيهَ ۗا اَل نَ ْسـَٔلُكَ ِر ْزقً ۗا نَحْ نُ نَرْ ُزقُ ۗكَ َو ْال َعاقِبَةُ لِلتَّ ْق ٰوى‬

Artinya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan


bersabarlah kamu mengerjakannya . Kami tidak meminta rezeki kepadamu,
Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat)
adalah bagi orang yang bertakwa.
(Q.S Taha: 132).

a) Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini


Memang sudah menjadi fitrah dari setiap manusia yang sudah
berkeluarga senantiasa mendambakan seorang anak. Anak adalah aset
bagi orang tua dan di tangan orang tualah anak-anak tumbuh dan
menemukan jalan-jalannya, namun mungkin banyak dari kita para
orang tua yang belum menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri si
kecil terjadi perkembangan potensi yang kelak akan berharga sebagai
sumber daya manusia.
Banyak orang tua salah asuh kepada anak sehingga
perkembangan fisik yang cepat diera globalisasi ini tidak diiringi
dengan perkembangan mental dan spiritual yang benar kepada anak
sehingga banyak prilaku kenakalan-kenalakan oleh para Remaja.
Dalam lima tahun pertama seorang anak mempunyai potensi yang
sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak
sudah terbentuk. Karena itu, di masa-masa inilah anak-anak
seyogyanya mulai diarahkan. Karena saat-saat keemasan ini tidak
akan terjadi dua kali, sebagai orang tua yang proaktif kita harus
memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan
sang buah hati,
Anak pada usia 0 sampai 6 tahun bagian otak yang berfungsi
hanyalah otak bagian kiri yang berperan menangkap apa-apa yang ada
di sekitarnya (masa-masa membeo), sedangkan otak yang berperan
sebagai penyaring (otak bagian kanan) belum berfungsi, ketika anak
berusia 7-8 tahun otak bagian kanan baru mulai berfungsi, dan baru
mampu membedakan mana yang boleh dan tidak, mana yang baik dan
buruk.
Maka sebagai orang tua yang ingin anaknya menjadi anak saleh
maka tidak akan menyia-nyiakan masa ini (umur 5-9 tahun) untuk
mengajari anak disiplin, tata pergaulan, rajin sholat dan mengaji,
mengajari adab dan sopan santun, mengajari ilmu-ilmu terapan dsb.
Karena bagi anak hal itu akan lebih mudah diserap daripada
mengajari anak jika telah menginjak usia remaja hal itu tentu akan
lebih sulit tak bahkan jarang orang tua akan menemukan
pembangkangan dari anak, karena seperti pepatah belajar diwaktu
kecil seperti mengukir diatas batu dan masuknya ilmu semudah
masuknya sesuatu kedalam air, belajar diwaktu dewasa seperti
mengukir diatas air dan masuknya ilmu sesulit mengukir diatas batu.
b) Keimanan Kepada Para Malaikat
Ayat diatas mengandung pelajaran keimanan kita kepada sifat
para malaikat yang suci dari dosa dan tidak pernah membangkang apa
yang diperintahkan oleh Allah SWT. Berbeda dengan manusia dan jin
yang kadang taat kadang pula melanggar bahkan ada juga yang tidak
pernah taat sama sekali atau selalu berbuat maksiat.

2. QS. Asy-Syuaraa Ayat 214

‫َواَ ْن ِذرْ ع َِشي َْرتَكَ ااْل َ ْق َربِيْن‬

Artinya : dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,


(QS. Asy –Syu’araa : 214)

Sesuai dengan ayat sebelumnya (QS. At Tahrim: 6) bahwa terdapat


perintah langsung dengan fi’il amar (berilah peringatan). Namun
perbedaannya adalah tentang objeknya, dimana dalam ayat ini adalah
kerabat-kerabat ( ٍ‫ ) يبسقألا‬mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Muthalib,
lalu Nabi saw memberikan peringatan kepada mereka secara terang-
terangan. Demikianlah menurut keterangan hadis yang telah
dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim., namun hal ini
bukan berarti khusus untuk Nabi SAW saja kepada Bani Hasyim dan
Muthallib, tetapi juga untuk seluruh umat Islam. Sebab sesuai kaidah
ushul fiqh:...dengan umumnya lafadz, bukan dengan khususnya sebab.
Dilihat dari munasabah ayat, selanjutnya terdapat ayat ke-215 yang
artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman (QS. Asy-Syuaraa: 215).
Jadi perintah ini juga berlaku untuk seluruh umat Islam.
Asbab nuzul ayat ini, Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW
bersabda: Wahai Bani Abdul Muthalib, demi Allah aku tidak pernah
menemukan sesuatu yang lebih baik di seluruh bangsa Arab dari apa
yang kubawa untukmu. Aku datang kepadamu untuk kebaikan di dunia
dan akhirat. Allah telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka,
siapakah di antara kamu yang bersedia membantuku dalam urusan ini
untuk menjadi saudaraku dan washiku serta khalifahku?
Mereka semua tidak bersedia kecuali Ali bin Abi Thalib. Di
antara hadirin beliaulah yang paling muda. Ali berdiri seraya berkata:
Aku ya, Rasulullah Nabi. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam urusan
ini. Lalu Rasulullah SAW memegang bahu Ali seraya bersabda:
Sesungguhnya Ali ini adalah saudaraku serta khalifahku terhadap kalian.
Oleh karena itu, dengarkanlah dan taatilah ia. Mereka tertawa terbahak-
bahak sambil berkata kepada Abu Thalib: Kamu disuruh mendengar dan
mentaati anakmu.
Umat Islam adalah saudara bagi yang lain, maka harus saling
mendidik dan menasehati. Sebagaimana sabda Nabi SAW Dari Jarir Ibn
Abdillah ra. Berkata: Saya bersumpah setia kepada Rosululloh SAW
untuk mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan menasehati kepada
setiap muslim. (HR. Bukhory-Muslim). Maka kerabat-kerabat kita
terdekat merupakan juga objek dakwah dan tarbiyah. Ayat ini diturunkan
pada awal kedatangan Islam ketika Nabi Muhammad mulai
melaksanakan dakwahnya. Beliau mula-mula diperintahkan alloh agar
menyeru keluarganya yang terdekat. Setelah itu secarab berangsur-angsur
menyeru masyarakat sekitarnya, dan akhirnya kepada seluruh manusia.
Di sini jelas, perintah menjadikan keluarga terdekat terlebih dahulu
dalam arti sebagai objek pendidikan yang utama. Baru kemudian kerabat
jauh dan akhirnya seluruh manusia.

3. QS. At-Taubah ayat 122

ِ ‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُونَ لِيَ ْنفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُكلِّ فِرْ قَ ٍة ِم ْنهُ ْم طَاِئفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الد‬
َ‫ِّين َولِيُ ْن ِذرُوا قَوْ َمهُ ْم ِإ َذا َر َجعُوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون‬

Artinya : tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-
Taubah ayat 122)

Dalam ayat ini juga terdapat dua lafadz ‫ سيأ معف‬yang disertai dengan
َ ‫ســيأ‬,
‫ول‬ yakni (supaya mereka memperdalam ilmu agama) dan lafadz
(supaya mereka memberi peringatan),yang berarti kewajiban untuk
belajar dan mengajar. Adapun proses belajar dan mengajar sangat
dianjurkan oleh Nabi SAW. Sabda beliau: ”Dan darinya (Abu Hurairah
ra. Sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda: Barangsiapa yang
mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala orang yang
mengikutinya tidak dikurangi sedikitpun dari padanya. (HR. Muslim).
Asbab Nuzulnya adalah Tatkala kaum Mukminin dicela oleh Allah
bila tidak ikut ke medan perang kemudian Nabi saw. mengirimkan
sariyahnya, akhirnya mereka berangkat ke medan perang semua tanpa
ada seorang pun yang tinggal, maka turunlah firman-Nya berikut ini:
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi ke medan
perang semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan suatu
kabilah di antara mereka beberapa orang beberapa golongan saja
kemudian sisanya tetap tinggal di tempat untuk memperdalam
pengetahuan mereka yakni tetap tinggal di tempat mengenai agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan
kepada mereka hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya dari siksaan Allah, yaitu dengan
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan
penakwilannya bahwa ayat ini penerapannya hanya khusus untuk
sariyah-sariyah, yakni bilamana pasukan itu dalam bentuk sariyah
lantaran Nabi saw. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya yang juga
melarang seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut berangkat
ke medan perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi
saw. berangkat ke suatu ghazwah.
Kesimpulan:. Rosul SAW bersabda (artinya): ”Di hari kiamat kelak
tinta yang digunakan untuk menulis oleh para ulama akan ditimbang
dengan darah para syuhada (yang gugur di medan perang)” (HR.
Syaikhani).

4. QS. An-Nisaa ayat 170

ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬


‫ض‬ ِ ‫السـمٰ ٰو‬ َّ ‫ق ِم ْن َّربِّ ُك ْم فَ ٰا ِمنُوْ ا خَ يْرً ا لَّ ُك ْم َۗواِ ْن تَ ْكفُ ـرُوْ ا فَ ـاِنَّ هّٰلِل ِ َمــا فِى‬
ِّ ‫ٰ ٓياَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ُك ُم ال َّرسُوْ ُل ِب ْال َح‬
‫هّٰللا‬
‫َو َكانَ ُ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬

Artinya : Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad)


itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka
berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir,
(maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena
Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah.
Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. An-Nisaa : 170)
Allah yang mempunyai segala yang di langit dan di bumi tentu saja
tidak berkehendak kepada siapapun karena itu tentu saja kekafiranmu
tidak akan mendatangkan kerugian sedikitpun kepada-Nya. Dalam ayat
ini Allah menyeru kepada manusia untuk beriman, sebab sudah ada
Rosul (Nabi Muhammad SAW) yang diutus untuk membawa syariat
yang benar.
Dalam tafsir disebutkan bahwa lafadz An Naas pada saat turunnya
ayat adalah kepada ahli kafir Mekah. Adapun manusia, karena adanya
kesamaan jenis, ukhuwah basyariyyah, maka dakwah dan tarbiyah
kepada non muslim pun harus tetap dilakukan, tentunya dengan jalan
yang baik. Nabi SAW bersabda Dari Abdullah Ibn Amr Ibn Al Ash ra.
Berkata, sesungguhnya Nabi SAW besabda: Sampaikanlah dariku walau
satu ayat..... (HR. Bukhori).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Yang dapat kita ambil dari pembahasan di atas dapat di simpulkan Allah
memerintahkan dan Menunjukkan perintah untuk menjaga diri dan keluarga
dari api neraka dan merupakan tarbiyah untuk diri sendiri dan keluarga,
pelajaran dari Ayat tersebut :

1. Perintah taqwa kepada Allah swt dan Berdakwah


2. Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
perintah menjadikan keluarga terdekat terlebih dahulu dalam arti sebagai
objek pendidikan yang utama. Baru kemudian kerabat jauh dan akhirnya
seluruh manusia.

Maka tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi berperang (jihad),


namun harus ada juga yang harus belajar dan mengajar. Sebab proses
tarbiyah sangat penting bagi kukuhnya Islam.
Semua perintah itu ada dalam Al-Quran untuk kita sebagai umat islam
dalam menjalankan semuar perintah Allah untuk kita belajar dan mencari
ilmu pengetahuan dengan seluas luasnya menurut syariat islam.
Al-Quran yang menyakut dalam sebuah obyek pendidikan terdapat pada :
QS At-Tahrim ayat 6
QS Asy-Syuaraa 214
QS At-Taubah ayt 122
QS An-Nisaa ayat 170

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan. Kami juga berterimakasih terhadap sumber sumber yang
telah membantu dalam pembuatan makalah sehingga dapat di selesaikan.
Mudah mudahan dengan makalah ini bisa menjadi bahan bacaan dan
sumber ilmu pengetahuan yang bermanfat bagi pembaca terutama bagi
penulis sendi. Kami juga sebagai penulis meminta kritik dan sarannya
dalam pembuatan makalah ini untuk membangun dan mengembangkan
dalam penulisan makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

 Mushaf Al-Qur’an dan terjemahan


 www.aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_mukadimah.pdf
 https://ibnumajjah.wordpress.com/tag/depag/

Anda mungkin juga menyukai