Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG OBYEK DAN PESERTA DIDIK

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh :

Ainun putri ( 2021G1A002)


Nining (2021G1A0

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita semua sehingga kita dapat
melaksanakan aktivitas belajar dan mengajar Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita baginda Rasulullah SAW.
Tafsir adalah salah satu sumber belajar agama islam yang menjelaskan ayat-ayat al Qur’an dari surat al-
Baqoroh sampai surat An-nas, diantara-Nya adalah tafsir ayat-ayat al Qur’an tentang peserta didik dan
obyek pendidikan islam salah satunya.
Dalam kesempatan ini kami berusaha menyusun makalah tafsir tarbawi dengan harapan kita mampu
memahami tentang peserta didik dan obyek pendidik dalam pendidikan islam yang sesuai dengan ajaran Al-
Qur’an.

Mataram 11 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
A. Latar belakang.........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................
C. Tujuan Permasalahan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................... .........................................................................
1. Tafsir Ayat Ayat Al Quran mengenai Peserta didik dan Objek pendidikan dalam Pendidikan
Islam.........................................................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................
1. Kesimpulan.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting bagi semua umat manusia untuk menjalani kehidupan di dunia dan
akhirat.Tanpa adanya pendidikan manusia tidak dapat menjalani kehidupan dengan baik.Oleh karena itu
dalam pendidikan melibatkan sebuah peserta didik maupun obyek yang sekiranya dapat membantu untuk
memperoleh ilmu, sehingga dapat terselenggaranya sebuah pendidikan. Yang bertujuan memperoleh
manfaat di dunia maupun diakhirat.Maka dari itu setiap manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu melalui
pendidikan dengan bersungguh-sungguh sehingga tercapai tujuan untuk mendapatkan keridhaan Allah
dalam mencari ilmu.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Al-Qur’an mengandung beberapa aspek yang terkait dengan
pandangan hidup yang dapat membawa manusia ke jalan yang benar dan menuju kepada kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat. Dari beberapa aspek tersebut, secara global terkandung materi tentang kegiatan belajar-
mengajar atau pendidikan yang tentunya membutuhkan komponen- komponen pendidikan, diantara-Nya
yaitu pendidik dan peserta didik.
Pendidik dalam proses pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pendidikan. Selain pendidik, peserta didik juga mempunyai peran penting dalam proses pendidikan, tanpa
adanya peserta didik, maka pendidik tidak akan bisa menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga
proses pembelajaran tidak akan terjadi dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan antara pendidik dan
peserta didik harus sejalan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu
sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan diantara-Nya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai
dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek
pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik,
kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang
direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber peserta didik dan obyek pendidikan islam dalam tafsir ayat-ayat Al-Qur’an ?

C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk mengetahui sumber tentang tafsir ayat-ayat Al-Qur’an mengenai peserta didik dan obyek
dalam pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tafsir ayat-ayat Al-Qur’an mengenai peserta didik dan obyek dalam pendidikan islam

At Tahrim Ayat 6

َ‫ارةُ َعلَ ْيهَا َماَل ِئ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َمآ َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُون‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا قُوا َأنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬
‫َما يُْؤ َمرُون‬
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6).
Ibnu katsir
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuhri api Neraka”, Mujahid (Sufyan As-Sauri mengatakan,
“Apabila datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu”) mengatakan :
“Bertawalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”.
Sedangkan Qatadah mengemukakan : “Yakni, hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada
Allah dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menjalankan perintah Allah
kepada mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam
menjalankannya. Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah
mereka.”
Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Adh Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, dimana mereka
mengatakan : “Setiap muslim berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya,
berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah Ta’ala kepada mereka dan apa yang dilarang-
Nya.”
Dari uraian diatas, dapat kita ambil poin-poin penting yang dapat kita jadikan pegangan dalam membina
diri sendiri dan orang lain :
Proses pembinaan dimulai dari diri sendiri.
Hal ini tersurat dengan jelas dalam At Tahrim yaitu “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”.Disini dikatakan “peliharalah dirimu” terlebih dahulu baru setelah itu dikatakan “keluargamu”
.Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Mujahid : ”Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada
keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”. Disini Mujahid mengatakan bahwa kita diharuskan bertaqwa
kepada Allah terlebih dahulu, baru setelah itu kita berpesan kepada keluarga kita untuk bertaqwa kepada
Allah..

¹Abdulrahman Mas’ud dkk ,Paradigma pendidikan islam ,( pustaka pelajar: Semarang 2001),h.37
Perintah menjaga diri sendiri dengan tetap menjalankan perintah Allah SWT, menjauhi laranagn Allah, dan
bertaurat dari perkara yang menjadikan murka Allah dan mendatangkan siksa.[2]
Kemudian, untuk mendidik diri sendiri dengan cara menjalankan terlebih dahulu perintah Allah dan
rasulnya dan jauhkan larangan Allah dan rasulnya, sampai seseorang merasa senang dalam menjalankannya.

Asy Syu’ara Ayat 214

‫ الشعراء‬:214) َ‫ك اَأْل ْق َربِ ْين‬


َ َ‫َوَأ ْن ِذرْ ع َِش ْي َرت‬

Terjemahnya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S Asy Syu’ara’: 214).

Tafsir ringkasan ibnu katsir:

Allah menyuruh Rasulullah SAW, agar memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat dan
bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan para kerabat kecuali keimanannya.[3]
Sesuai dengan ayat sebelumnya (QS. At Tahrim: 6) bahwa terdapat perintah langsung dengan fi’il amar
(berilah peringatan). Namun perbedaannya adalah tentang objeknya, dimana dalam ayat ini adalah kerabat-
kerabat. ”Al Aqrobyn” mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan
peringatan kepada mereka secara terang-terangan; demikianlah menurut keterangan hadis yang telah
dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Namun hal ini bukan berarti khusus untuk Nabi SAW saja kepada Bani Hasyim dan Mutholib, tetapi juga
untuk seluruh umat Islam. Sebab sesuai kaidah ushul fiqh:

_________

²4http://,akuzamir .blogspot .com/2018/09/10.30/ Menjaga diri-sendiri-dan-keluarga.html.


³ Muhammad Nasib Ar Rifa’i ,Ringkasan tafsir ibnu katsir, jilid 3.H.610

”…dengan umumnya lafadz, bukan dengan khususnya sebab”. Dilihat dari munasabah ayat, selanjutnya
terdapat ayat ke-215
”Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” (QS.
Asy-Syu’ara: 215). Jadi perintah ini juga berlaku untuk seluruh umat Islam. Asbab nuzul ayat ini, Ketika
ayat ini turun Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Bani Abdul Muthalib, demi Allah aku tidak pernah
menemukan sesuatu yang lebih baik di seluruh bangsa Arab dari apa yang kubawa untukmu. Aku datang
kepadamu untuk kebaikan di dunia dan akhirat. Allah telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka,
siapakah di antara kamu yang bersedia membantuku dalam urusan ini untuk menjadi saudaraku dan washiku
serta khalifahku?” Mereka semua tidak bersedia kecuali Ali bin Abi Thalib. Di antara hadirin beliaulah yang
paling muda. Ali berdiri seraya berkata: “Aku ya, Rasulullah Nabi. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam
urusan ini”. Lalu Rasulullah SAW memegang bahu Ali seraya bersabda: “Sesungguhnya Ali ini adalah
saudaraku dan washiku serta khalifahku terhadap kalian. Oleh karena itu, dengarkanlah dan taatilah ia.”
Mereka tertawa terbahak-bahak sambil berkata kepada Abu Thalib: “Kamu disuruh mendengar dan mentaati
anakmu”. Umat Islam adalah saudara bagi yang lain, maka harus saling mendidik dan menasehati.
Sebagaimana sabda Nabi SAW :

“ Dari Jarir Ibn Abdillah ra. Berkata: saya bersumpah setia kepada Rosululloh SAW untuk mendirikan
sholat, menunaikan zakat, dan menasehati kepada setiap muslim”. (HR. Bukhory-Muslim). Maka kerabat-
kerabat kita terdekat merupakan juga objek dakwah dan tarbiyah.

At Taubah: 122

ْ ‫ُوا قَوْ َمهُ ْم ِإ َذا َر َجع‬


: ‫ُوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ نَ ) التوبة‬ ْ ‫ُوا فِي ال ِّد ْي ِن َولِيُ ْن ِذر‬
ْ ‫طآِئفَةٌ لِّيَتَفَقَّه‬ ْ ‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِر‬
َ ‫ُوا َكآفَّةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم‬
122)

Terjemahnya: ”Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At Taubah: 122)

Allah telah menganjurkan pembagian tugas. Seluruh orang yang beriman diwajibkan berjihad dan
diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan masing-masing.Tuhanpun menuntun hendaknya jihad itu
dibagi kepada jihad bersenjata dan jihad memperdalam ilmu pengetahuan dan agama. Setelah ada
pembagian tugas itu, sehingga ilmu dan pengetahuan agama bertambah mendalam.[4]
Mengenai ayat ini, al-‘Aufi menceritakan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Dari setiap masyarakat Arab ada
sekelompok orang yang berangkat mendatangi Rasulullah SAW, kemudian mereka menanyakan tentang
masalah agama yang mereka inginkan, sekaligus mendalami ilmu agama. Mereka berkata kepada Nabi:”
Apa yang engaku perintahkan untuk kami kerjakan? Maka beliau SAW juga memberi tahu kami hal-hal
yang harus kami perintahkan kepada keluarga kami, jika kami telah kembali kelak kepada mereka.”
Ibnu ‘Abbas mengemukakan, bahwa Nabi SAW menyuruh mereka untuk senantiasa mentaati Allah dan
Rasul-Nya. Dan beliau mengutus mereka kepada kaumnya, agar menyuruh mereka mengerjakan shalat dan
menunaikan zakat. Dan jika mereka datang kepada kaumnya, mereka berkata: “ Sesungguhnya Barang siapa
yang memeluk Islam, berarti dia termasuk golongan kami.” Mereka juga memberi peringatan, sehingga ada
seorang dari mereka yang harus berpisah ari bapak dan ibunya. Nabi SAW memberi tahu mereka dan
menyuruh agar mereka memberi peringatan kepada kaumnya. Dan jika telah kembali kepada kaum tersebut,
maka mereka menyeru mereka supaya masuk islam dan memperingatkan mereka dari api Neraka, serta
menyampaikan kabar gembira tentang Surga.[5]
Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam disamakan nilainya dengan orang-
orang yang berjuang di medan perang. Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam
bidang ilmu pengetahuan, setiap orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu,
mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Pada ayat ini memberi anjuran tegas kepada umat Islam agar ada sebagaian dari umat Islam
memperdalam agama. Seorang yang mendalami ilmunya dan selalu memiliki tanggung jawab dalam
pencarian ilmu Allah. Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi diharapkan
mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain.
Belajar mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan. Dengan belajar orang akan memiliki
pengetahuan. Oleh sebabnya belajar dapat menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktik serta
belajar dinilai sebagai ibadah kepada Allah.Pada hakikatnya, proses pembelajaran merupakan interaksi
antara guru dan siswa. Guru sebagai penyampaian materi pembelajaran dan siswa sebagai pencari ilmu
pengetahuan sekaligus sebagai penerimanya.

__________________________

4 Hamka, Tasir Al Azhar , Juz lX , ( Jakarta : pustaka Panjimas 1984 ) ,h. 89-91
5 Abdullah bin Muhammad alu syaikh ,Tafsir ibnu katsir jilid 4,( Bogor : Pustaka imam syafi’i 2008 ).h.
296 -297

An Nisaa’: 170

ِ ْ‫ت َو اَأْلر‬
: ‫ض َو َكانَ هَّللا ُ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما )النساء‬ ْ ‫وا َخ ْيرًا لَّ ُك ْم َو ِم ْن تَ ْكفُر‬
ِ ‫ُوا فَِإ َّن هَّلِل ِ َما فِي ال َّس َم َوا‬ ْ ُ‫ق ِم ْن َّربِّ ُك ْم فََأ ِمن‬
ِّ ‫يَاَأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجآ َء ُك ُم ال َّرسُوْ ُل بِ ْال َح‬
170 )

Terjemahnya : ”Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika
kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan sedikit pun kepada Allah) karena sesungguhnya apa yang
di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(Qs. An Nisa’: 170).
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul Muhammad itu kepadamu dengan (membawa)
kebenaran dari Rabb-mu.Maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Yaitu, Sungguh telah
datang kepada kalian Muhammad dengan membawa hidayah, agama yang hak dan penjelasan tuntas dari
Allah. Maka berimanlah kalian dengan apa yang dibawanya dan ikutilah dia, niscaya itu lebih baik bagi
kalian.
Kemudian Allah berfirman “jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun)”
yaitu Allah tidak membutuhkan kalian dan keimanan kalian serta tidak akan rugi dengan kekafiran kalian.
Pada ayat ini Allah SWT berfirman, ”Dan adalah Allah Maha Mengetahui.” Yaitu, bagi orang yang berhak
mendapat hidayah diantara kalian, maka Allah SWT memberinya hidayah. Sedangkan terhadap orang-orang
yang berhak mendapatkan hinaan, maka Allah SWT pun akan menghinakannya. Hakim “Maha bijaksana”.
Yaitu pada perkataan, syariat dan qadar-Nya. “karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu
adalah kepunyaan Allah.[6]
Pada surat an-Nissa ayat 170, nabi Muhammad Saw diutus dengan membawa kebenaran kepada manusia,
jadi manusia disini merupakan objek yang hendak dituju oleh Allah melalui rasulnya untuk diberikan
kebenaran. Manusia sebagai tujuan dari dakwah Muhammad yang diutus oleh Allah merupakan objek dari
dakwah Muhammad, dalam pendidikan manusia jugalah yang menjadi objek dikarenakan akal yang dimiliki
manusia hendaklah dioptimalkan dan diberdayakan sehingga menjadi sesuatu yang baik dan terhindar dari
kedzaliman

_________________________

6 Abdullah bin Muhammad, Tafsir ibnu Katsir jilid 2,(Bogor :Pustaka imam asy syafi’i 2003 ) ,h.466

BAB III
PENUTUP
1 .Kesimpulan

pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan
mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua
(pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan
yang dicita-citakan yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama.
Peserta didik adalah orang maupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan,
sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
objek pendidikan adalah orang yang mendapat pencerdasan secara utuh dalam rangka mencapai
kebahagian dunia dan akhirat atau keseimbangan materi dan religious spritual.
Dalam surah at-tahrim ayat 6 dapat kita jadikan pegangan dalam membina diri sendiri dan orang lain :
Proses pembinaan dimulai dari diri sendiri.
Perintah menjaga diri sendiri dengan tetap menjalankan perintah Allah SWT, menjauhi laranagn Allah,
dan bertaubat dari perkara yang menjadikan murka Allah dan mendatangkan siksa.
mendidik diri sendiri dengan cara menjalankan terlebih dahulu perintah Allah dan rasulnya dan jauhkan
larangan Allah dan rasulnya, sampai seseorang merasa senang dalam menjalankannya.
. Dalam surah as-Syu’ara dapat disimpulkan bahwa Allah menyuruh Rasulullah SAW, agar memberi
peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat dan bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan
para kerabat kecuali keimanannya.
Dalam surah at taubah dapat di simpulkan bahwa Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan,
oleh agama Islam disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dengan
demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan, setiap orang mukmin
mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada
orang lain.
Pada surat an-Nissa ayat 170, nabi Muhammad Saw diutus dengan membawa kebenaran kepada manusia,
jadi manusia disini merupakan objek yang hendak dituju oleh Allah melalui rasulnya untuk diberikan
kebenaran. Manusia sebagai tujuan dari dakwah Muhammad yang diutus oleh Allah merupakan objek dari
dakwah Muhammad, dalam pendidikan manusia jugalah yang menjadi objek dikarenakan akal yang dimiliki
manusia hendaklah dioptimalkan dan diberdayakan sehingga menjadi sesuatu yang baik dan terhindar dari
kedzaliman .

DAFTAR PUSTAKA

Alu Syaikh Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 ,Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I2008
Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3.
Arifin, HM. ,Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Jakarta : Bulan Bintang1976
Hamka, Tasir Al-Azhar, Juz XI, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984
Mas’ud, Abdurrahman dkk. Paradigma Pendidikan Islam.Pustaka Pelajar: Semarang 2001
Muhammad Abdullah bin , Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.2003
Tantowi, Amad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka Riski Putra 2009
http://akuzamir.blogspot.com/2018/09/10.30/menjaga-diri-sendiri-dan-keluarga.html.

Anda mungkin juga menyukai