Anda di halaman 1dari 10

IMAN KEPADA TAKDIR DAN IMPLIKASINYA

BAGI KEHIDUPAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid

Dosen pengampu: Bapak Busahwi, S.H.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Kurrotul Aini 21381012027


Lailatur Rohmah 21381012028
Maghfiratur R. 21381012029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa pertolongannya tentu kami tidak
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikam syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Iman Kepada Takdir dan Implikasinya Bagi
Kehidupan” yang diberikan oleh Bapak Busahwi, S.H.I., M.Pd.I.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih menyisakan sebuah kekurangan,
maka dari itu penulis berharap saran dan kritik dari bapak pengampu mata kuliah Ilmu
Tauhid supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Pamekasan, 20 Oktober 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Pengertian Qadha’ dan Qadar (Takdir)..................................................................2

B. Macam-Macam Qadha’ dan Qadar (Takdir)..........................................................4

C. Hikmah Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar (Takdir)...........................................6

D. Impilikasiannya Terhadap Kehidupan Sehari-Hari................................................8

BAB III............................................................................................................................12

PENUTUP.......................................................................................................................12

A. Kesimpulan...........................................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qadha’ dan Qadar (Takdir)
Banyak kaum muslim yang memaknai istilah al-qadha dan al-qadar dengan
ungkapan “takdir”, yakni sesuatu yang telah menjadi kehendak Sang Pencipta. Jika ditelaah
lebih jauh, kedua konsep ini memiliki makna yang berbeda.
Mengacu pada tulisan Al-‘Attar (2010), terdapat beberapa term yang berkaitan
dengan qadha, di antaranya qadara, qaddara, qudira, qaddir, qadīr, qādir, qadr, qudūr,
maqdūr, qadā, dan qudiyā. Sementara itu, Ibnu Manzur (1119 H, hlm 74) menganalisis kata
al-qadha dan beberapa kata turunan dari qadara yang mengarahkan maknanya pada ‘amila,
sana‘a, khalaqa, hakama, dan al-taqdīr (melakukan, membuat, menciptakan, memutuskan,
dan merancang). Di sini tampak bahwa dalam arti bahasa, qadha berarti keputusan atau
ketetapan. Secara etimologis, konsep qadha bermakna sebagai suatu ketetapan atau
keputusan Allah Swt. atas manusia yang ditetapkan sejak zaman azali.
Sedangkan qadar dalam arti bahasa bermakna sebagai ukuran atau pertimbangan.
Secara etimologis, konsep qadar bermakna sebagai suatu ketetapan Allah berdasarkan
ukuran pada setiap diri umat manusia sesuai kehendak-Nya pada zaman azali. Makna secara
luas dari konsep qadar ini adalah bahwa qadar merupakan gambaran kepastian mengenai
hukum Allah. Terkait perbedaan makna dari kedua istilah ini, Ibnu Hajar al-Asqalani (Al-
Asqalani, 1378 H, 11/477) mengungkapkan bahwa para ulama mengatakan al-qadha adalah
ketetapan global secara keseluruhan di zaman azali, sementara qadar adalah bagian-bagian
dan rincian dari ketetapan global itu.1
Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya : “Iman adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat, kitab-kitab,
para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik maupun buruk.” (HR.
Muslim)
Dan sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah yang
telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya
berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ‘ Maka ditetapkanlah
(salah satu dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya Tuhanku, apakah nanti
ia ini laki-laki ataukah perempuan?‘ Maka ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya,

1
Mulyana Abdullah, “Implementasi Iman Kepada Al-Qadha dan Al-Qadar Dalam Kehidupan Umat Muslim,”
Jurnal Pendidikan Agama Islam-Taklim, no. 1 (2020): 3, http://jurnal.upi.edu.
ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu
dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” (HR. Muslim)
Allah berfirman: Artinya : “Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu, melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-
Hadiid:22)
B. Macam-Macam Qadha’ dan Qadar (Takdir)
1. Takdir Muallaq
Takdir Muallaq merupakan suatu kejadian ataupun ketetapan, yang berhubungan
terhadap ikhtiar (usaha) dan masih bisa diubah dengan usaha dan doa. Allah telah
mengabarkan tentang sunnah dari sunnah-sunnah-Nya yang telah berjalan pada
makhluk-Nya, bahwa Dia (Allah) tidak akan menghilangkan nikmat dari suatu kaum
berupa kesehatan, keamanan, kelapangan karena keimanan dan amal saleh mereka
hingga mereka mengganti apa yang jiwa mereka miliki berupa kebersihan dan kesucian
dengan melakukan dosa dan tenggelam di dalamnya, sebagai hasil dari berpalingnya
mereka dari kitab Allah, tidak peduli dengan syariat-Nya, tidak memperhatikan batasan-
batasan-Nya, tenggelam di dalam syahwat, dan mengikuti jalan kesesatan.
Allah berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka
itu mengubah nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
Contoh :
 Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras
Allah berfirman: Artinya: “Dan katakanlah (hai Muhammad): Bekerjalah kamu
semua, maka Allah dan Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil
pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat 105)
 Bodoh Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat
Rasullulah SAW bersabda yang artinya: “Belajarlah kamu sekalian, ajarkanlah
bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada murid.” (H.R.
Tabrani)
 Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa
Allah berfirman: Artinya: “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan
mengabulkan permohonanmu.” (Al-Mu’minun ayat 60)
2. Takdir Mubram (Mutlak)
Takdir Mubram merupakan takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat
diusahakan/diubah melalui usaha manusia atau takdir atau ketetapan Allah yang tidak
dapat diubah atau tidak dapat diubah oleh siapa pun. Dalam takdir ini juga, dapat di
contohkan dengan kejadian yang akan menimpa manusia dengan besar. Kejadian ini,
juga dinamakan kiamat besar (Hidayanto, dan Khumairoh; 2018).2 Contohnya nasib
manusia, kelahiran, kematian, jodoh, rezeki, dan terjadinya kiamat dan sebagainya.
C. Hikmah Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar (Takdir)
Hikmah beriman kepada takdir (kepastian dan ketentuan Allah) memberikan output
dan implikasi yang bagus untuk maslahat dan pribadi individu, diantaranya:
1) Jika sudah memahami, pasrah dan berusaha akan qada dan qadar Allah, tentu
memberikan macam-macam kesalehan amal dan akhlaq yang baik.
2) Muslim dan mukmin yang sejati tentu mempasrahkan seluruh ketentuan yang
diberikan kepada Allah baik berupa ujian maupun kebahagiaan dikembalikan kepada
Allah.
3) Mengimani kepastian dan ketentuan Allah ini dapat menjadikan manusia terlindungi
dari akibat-akibat hal-hal yang buruk yang dapat menjadikan manusia untuk dapat
masuk kejurang kesesatan dan kematian yang buruk atau suul khotimah yang terjadi,
dengan memperbanyak berdoa dan melakukan kegiatan yang baik akan dapat
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
4) Dapat membangkitkan ke dalam jiwa orang-orang yang beriman dengan keberanian
dan mental hati yang kuat dan keyakinan yang pasti, dan pastinya dengan terus
berusaha untuk tetap sabar ketika ujian telah datang kepada kita.
5) Terdapat sebuah ketenangan hati, dengan rasa mensyukuri semua apa yang Allah
tetapkan dan tentukan.3
D. Implikasiannya Terhadap Kehidupan Sehari-Hari
Ketika benar benar mempercayai keputusan dan ketentuan dari Allah akan
menampakkan perilaku yang mencerminkan iman kepada kepastian dan ketentuan itu,
sebagaimana berikut:

2
J. Nabiel Aha Putra dan Moch Ali Mutawakkil “Qada’ dan Qadar Perspektif Al-Qur’an Hadits dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Pendidikan Agama Islam, no. 1 (Juli-Desember,
2020): 64, https://doi.org/ 10.18860/jpai.v7i1.11232.
3
Ibid., 68.
1. Mengimani Qada’ dan Qadar dengan sebenar-benarnya akan menjadikan pribadi
manusia menjadi lebih giat dan teratur dalam bekerja dengan sekuat tenaga untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Menyadari bahwa dirinya adalah insan yang dzalim dan lemah serta meyakini atas apa
yang Tuhan kehendaki dan Kuasanya agar apa yang dilakukanya lebih yakin dan
kokoh.
3. Menerima masukan, saran dan kritik dari luar diri dan menghindari sikap keras kepala
dan memperbaikinya dengan sikap tawadhu’ (rendah hati) dan meyakini bahwa semua
ini atas pertolongan Allah SWT.
4. Dalam melangkahkan kaki di setiap harinya haruslah tetap berprasangka baik kepada
Allah SWT dan menghindari rasa pesimistis dalam kehidupanya.
5. Dengan menjadikan cita-cita yang menjadi dasar kuat untuk mendapatkan kemuliaan
di waktu yang akan datang menjadikan iman lebih kokoh.
6. Menengadahkan tangan di dada dengan ucapan syukur setiap saat bahkan saat
mendapatkan peristiwa-peristiwa yang terjadi walaupun itu ujian dari Allah karena
dengan bersyukur itulah maka hidup akan terasa lebih mudah dan ringan dalam
menjalaninya.4

BAB III
4
Ibid,. 66.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah putus
asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan
kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan
sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa
musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,
sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Karena dalam kaitan dengan
takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus
berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari. Oleh karena
itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada
Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga
keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah
kita. Serta Kita harus senantiasa bersabar, berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir
Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mulyana. Implementasi Iman Kepada Al-Qadha dan Al-Qadar Dalam Kehidupan Umat
Muslim. Vol. 18. t.t.: t.p., 2020.
Putra, J. Nabiel Aha dan Moch Ali Mutawakkil. Qada’ dan Qadar Perspektif Al-Qur’an Hadits dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan Agama Islam. Vol. 7. Malang: t.p., 2020.

Anda mungkin juga menyukai