Anda di halaman 1dari 15

KONSEP TAKDIR DALAM PENGEMBANGAN MUTU

SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid


pada semester II (dua)
Dosen Pengampu: Fenty Setiawati, S.Ag.,M.A.

Disusun oleh:
Kelompok 7

Rahayu Anggaraeni 1221030326


Siti Nuraeni 1221030330

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSYUL ’ULUM
SUKABUMI
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Serta sahabat
dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama
Allah SWT. Dengan kebaikan-Nya telah membawa kita dari alam kebodohan ke
alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Manajemen Akuntasi pada
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam di STAI Syamsul ‘Ulum dengan
judul “KONSEP TAKDIR DALAM PENGEMBANGAN MUTU SUMBER
DAYA MANUSIA (SDM)”. Ucapan terimakasih kepada Ibu Fenty Setiawati,
S.Ag.,M.A. Selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas dan pengalaman
berharga ini.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesalahan. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun laporan ini
dan pada umumnya bagi para pembaca.

Sukabumi, 24 Mei 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Takdir...............................................................................3
B. Konsep Takdir dalam Pengembangan Mutu Sumber Daya
Manusia (SDM) .................................................................................6
C. Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah Tentang Takdir.........................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................10
B. Saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat
warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah
terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah. Begitu pula dengan bencana-bencana
yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah
longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda
bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah. Kematian, kelahiran,
rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-
ketentuan-Nya. Hal yang harus kita lakukan adalah mengimani apa yang telah
Allah tetapkan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang masalah takdir, konsep takdir
dan hubungannya dengan pengembangan sumber daya manusia agar manusia
tidak hanya pasrah terhadap garis kehidupan yang sudah ditentukan Allah.
Allah sebenarnya memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengubah
nasib yang bisa diubah salah satunya seperti hidup miskin menjadi kaya. Selain
itu untuk meluruskan pemahaman orang-orang tentang konsep takdir yang
sering menimbulkan perdebatan mengenai takdir. Oleh sebab itu, peranan
tauhid sangat diperlukan sebagai modal unuk mendapatkan nilai (kualitas)
ibadah. Manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di
dunia ini, maka Allah memerintahkan manusia untuk berusaha dan berdoa
untuk merubahnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat
dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Takdir?
2. Bagaimana Konsep Takdir dalam Pengembangan Mutu SDM?
3. Bagaimana Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah tentang Takidr?
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui Apa Pengertian dari Takdir
2. Mengetahui Bagaimana Konsep Takdir dalam Pengembangan Mutu SDM.
3. Mengetahui Bagaimana Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah tentang Takidr.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir
Takdir berasal dari bahasa Arab ‫ ِد ُر‬E‫ َد َر – يَ ْق‬Eَ‫ ق‬yang memiliki beberapa
makna, diantaranya adalah hukum, ketetapan, kekuatan, daya, potensi,
mengukur, ketetapan yang sesuai, dan batasan.
Memberi kadar atau ukuran, sehingga jika kita berkata, “Allah telah
menakdirkan demikian, maka itu berarti Allah telah memberi kadar atau
ukuran maupun batas tertentu di dalam diri, atau kemampuan maksimal
makluk-Nya.
Sebagaimana yang difirmankan Allah:

ٍ ‫ِإنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَاهُ بِقَد‬


‫َر‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran.” (Q.S.Al-Qomar 54:49).

Takdir tidak saja memiliki makna dan dipahami seperti apa yang nampak
dalam bahasa “takdir”, akan tetapi juga harus dimaknai dan dipahami dengan
cara mengungkap hal-hal yang tersembunyi jauh di dalam bahasa “takdir”, dan
juga realitas-realitas yang memiliki keterkaitan erat dengan takdir yang
kesemuanya berelasi membangun pengetahuan dan makna takdir.
Takdir menurut istilah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah, menurut ilmu dan kehendak-Nya, baik sesuatu yang telah terjadi
maupun sesuatu yang akan terjadi dimasa mendatang. Kata takdir juga
bermakna menyerahkan sagala sesuatu kepada Allah, yang akan terjadi
maupun yang telah terjadi. Maksudnya, mengembalikan segala sesuatu yang
akan terjadi dan yang telah terjadi seluruhnya kepada kehendak dan ketetapan
Allah. Jadi “takdir” adalah “hukum Allah”. Hukum yang ditetapkan

3
berdasarkan pada kekuatan, daya, potensi, ukuran, dan batasan yang ada pada
sesuatu yang ditetapkan hukumnya.
Percaya kepada takdir qada dan qadhar, merupakan rukun iman yng ke 6
atau terakhir. Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan
meyakini bahwa Allah telah menjadikan segala makhluk dengan kodrat dan
irodatnya dengan segala hikmahnya.
Dalam pengertian sehari-hari, qada berarti keputusan atau ketetapan,
sedangkan qadar berarti ketentuan atau ukuran. Secara rinci pengertian qada
adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah sejak zaman azali
tentang segala sesuatu yang menyangkut makhluknya, seperti bulan mengitari
matahari, api membakar, nasib baik dan buruk, manfaat dan malapetaka, sukses
dan gagal sehat dan sakit dan sebagainya. Sedangkan qadar adalah perwujudan
dari ketentuan-ketentuan Allah telah ada sejak zaman azali. Kepercayaan
kepada qada dan qadhar Allah secara ringkasnya menyatakan, bahwa segala
sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk juga yang terjadi pada diri manusia,
baik dan buruk, semuanya tidaklah terlepas dari takdir atau ketentuan ilahi.
Semuanya yaitu alam benda-benda atau masyarakat manusia, dikuasai oleh
suatu hukum yang pasti dan tetap, juga tidak tunduk kepada kemauan manusia.
Bukti adanya takdir tuhan ini dapat dilihat pada diri manusia sendiri,
sejak lahir sampai mati. Kapan dan di mana manusia lahir, ia tidak
memilihnya, dan ketika lahir ke dunia, manusia tidak memilih ibu dan bapak.
Tidak memilih bangsa dan tanah air. Bahkan juga tidak memilih jenis laki-laki
atau perempuan, dan tidak memilih bentuk dan rupa tubuhnya sendiri. Semua
itu telah ditentukan (di takdirkan) oleh Allah, dan manusia tinggal
menerimanya saja.
Pendek kata takdir atau qada dan qadhar Allah yang menguasai alam ini
tidak terbantah adanya. Segi kehidupan di alam ini membuktikannya sendiri,
karena itu orang islam wajib mempercayainya.
Allah berfirman :“Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan tidak
pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfuz).
Sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.”(Q. S Al-hadid 22).

4
Dalam al-qur`an berkali-kali disebutkan masalah kadar atau takdir,
seperti,:
a. Segala sesuatu terlaksana dengan takdir tuhan.
b. Segala sesuatu dalam perbendaharaan takdir tuhan.
Dapat di ambil kesimpulan dari yang tertera di atas itu bahwa maksud
dan makna kadar atau takdir itu ialah suatu peraturan yang tertentu yang telah
di buat oleh Allah untuk segala yangada dalam alam semesta yang maujud ini.
Imam nawawi memberikan definisi takdir sebagaimana yang dikutip oleh
Sayid Sabiq menyatakan bahwa “sesungguhnya segala sesuatu yang maujud ini
oleh Allah digariskan (ditentukan) sejak zaman dahulu. Dia mengetahui apa
saja yang akan terjadi atas segala sesuatu tadi dalam waktu-waktu yang telah di
tentukan, sesuai dengan garis yang ditetapkan oleh-Nya. Jadi terjadinya itu
nanti pasti akan cocok menurut sifat-sifat dan keberadaanya yang khusus, tepat
seperti yang di gariskan oleh Allah.”
Beriman kepada takdir adalah sebagian dari kepercayaan atau akidah
yang di tanamkan benar-benar dalam hati setiap orang muslim. Dalam hal
takdir itu tidak ada pengertian paksaan. Hal tersebut di tandaskan oleh Imam
Al-Khatahabi yang menyatakan bahwa, “Banyak orang yang mengira bahwa
arti qada dan qadar adalah pemaksaan yang dilaksanakan oleh Allah kepada
hambanya untuk mengikuti apa saja yang telah di gariskan menurut ketentuan
dan keputusannya.Padahal sebenarnya tidaklah demikian dan salah sekali apa
yang mereka sangkakan itu. Yang benar ialah bahwa arti takdir itu adalah suatu
pemberitahuan mengenai telah di ketahuinya oleh Allah perihal apa yang ada
dalam perbuatan setiap orang yang berupa apapun. Jadi timbulnya itupun
menurut takdir yang ditentukan oleh Allah sesuai dengan asli penciptaanya
yakni tentang buruk atau baiknya. Ringkasnya bahwa takdir itu adalah sebagai
nama untuk sesuatu yang timbul yang di tentukan dari perbuatan Dzat yang
Maha Menentukan.”
Dengan demikian maka keimanan kepada takdir itu adalah merupakan
suatu kekuatan yang dapat membangkitkan kegiatan bekerja dan kegiatan
berusaha, bahkan dapat merupakan dorongan yang positif untuk memperoleh
kehidupan yang layak dan pantas di dunia ini, sebagaimana juga halnya

5
keimanan kepada takdir itu akan meghubungkan manusia ini dengan Tuhan
yang maha menguasai seluruh maujud ini. Demikianlah sehingga manusia itu
akan dapat mengangkat dirinya kepada sifat-sifat yang luhur dan mulia.
Akhirnya ia akan menjadi seseorang yang tidak enggan diperintah, tabah
menghadapi kesukaran, berani membela hak, berhati baja untuk merealisasikan
hal-hal yang benar serta menetapi segala kewajiban yang dipikulkan
kepadanya.
Beriman kepada takdir itu akan memberikan pelajaran kepada manusia
bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam semesta itu hanyalah berjalan
sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digarsikan oleh Dzat yang maha tinggi.
Oleh sebab itu, jikalau ia tertimpa oleh kemadlaratan, iapun tidak akan
menyesal, tetapi sebaliknya jikalau ia dilimpahi pertolongan dan keuntungan,
ia pun tidak bergembira sehingga lupa daratan. Mana kala seseorang itu sudah
tidak bersifat kedua hal tersebut di atas yakni tidak menyesal, lemah atau
lumpuh karena timbulnya keburukan yang tidak di harapkan, juga tidak
gembira yang melampaui batas karena mendapat pertolongan dan keuntungan,
maka itulah seorang manusia yang lurus, tepuji, dapat mencapai arah keluhuran
dan ketinggian yang teratas sekali.

B. Konsep Takdir dalam Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia


(SDM)
1. Konsep Takdir
Islam mengenal takdir dengan sebutan qadha dan qadar. Sebagian
ulama menafsirkan qadha sebagai hubungan sebab akibat dan qadar sebagai
ketentuan Allah sejak zaman ajali. Jadi secara singkat qadha adalah
pelaksanaan dalam tataran operasional yang dipilih oleh manusia untuk
selanjutnya menemui qadarnya dan akhirnya menentukan nilai dari amal
perbuatannya.
Takdir adalah suatu yang sangat ghoib, sehingga kita tak mampu
mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha,
dan berusahapun telah Allah dijadikan sebagai kewajiban. ”Tugas kita
hanyalah senantiasa berusaha, biar hasil Allah yang menentukan”, itulah

6
kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang
menegaskan pentingnya mengusahakan qadha untuk selanjutnya menemui
qadarnya. Dan ada 3 hal yang sering-sering disebut sebagai takdir, yaitu
jodoh, rizky, dan kematian.

2. Konsep Takdir dalam Pengembangan Mutu SDM


Manusia adalah makhluk yang ada (maujud), diberi alat kelengkapan
yang disebut akaldan dengan berbagai alat kelengkapan lainnya, sehingga ia
mempunyai kehendak untuk melakukan perbuatannya, hal ini dapat kita
kaitkan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Sebagai mahluk Tuhan yang ditetapkan sebagai wakil Tuhan” (QS.
2:30) manusia berbeda dengan batu, tumbuhan maupun binatang. Batu
ketika menggelinding dari sebuah ketinggian bergerak berdasarkan tarikan
gravitasi bumi tanpa ikhtiar sedikitpun begitu pula halnya tumbuhan yang
tumbuh hanya dibawah kondisi tertentu atau sebagai mana binatang yang
bertindak berdasarkan naluri alamiahnya. Ketiga mahluk-mahluk ini
bergerak atau bertindak tidak berdasarkan ikhtiari. Namun bagi manusia, ia
merupakan mahluk yang senantiasa diperhadapkan pada berbagai pilihan-
pilihan, dan hanya dengan adanya sintesa antara ilmu dan kehendak yang
berasal dari tuhan ia dapat berikhtiar (memilih) yang terbaik diantara
pilihan-pilihan tersebut.
Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, sudah seharusnya
lah kita selalu berusaha dan berdo’a, dan jangan hanya mengandalkan do’a
saja ataupun cuma hanya berusaha saja. Antara usaha dan do’a haruslah
seimbang, tanpa keduanya tak ada artinya. Ketiadaan potensi ikhtiar pada
manusia meniscayakan takdir menjadi tidak bermakna/berlaku begitu pula
sebaliknya.
Kepercayaan kepada qadadan qadar bukanlah berarti bahwa, ikhtiar
dan tanggung jawab manusia dihapuskan. Manusia telah dianugrahi
kesanggupan berusaha dan ikhtiar, dan karena itu kepadanya pula dibebani
tanggung jawab dalam amal perbuatannya."

7
Pernyataan Muhammad Sholeh yang mengambil bahan dari pendapat
Al-Baijuri, menunjukkan bahwa semua makhluk, termasuk manusia tidak
dapat memiliki kekuasaan apapun. Sebab semuanya telah diciptakan oleh
Allah, dan orang dapat berbuat baik karena anugrah Allah. Namun manusia
tidak boleh menggantungkan atas pertolongan Allah semata, karena Allah
dan Rosul-Nya tidak mengajarkan yang demikian.

Pernyataan tersebut secara tegas menolak terhadap manusia yang hanya


pasrah menggntungkan ketentuan Allah, namun dengan pernyataan itu pula
berarti memberikan dorongan kepada manusia untuk melakukan perbuatan
yang disebut kasb (Perbuatan) sebagaimana kaum Asy'ariyah lainnya bahwa
semua makhluk tidak mampu menciptakan perbuatan kecuali hanya dengan
kasb beserta ikhtiyar.
Kaitan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia, takdir adalah
pengetahuan sempurna yang dimiliki Allah tentang seluruh kejadian masa
lalu atau masa depan. Kebanyakan orang mempertanyakan bagaimana Allah
dapat mengetahui peristiwa yang belum terjadi, dan ini membuat mereka
gagal memahami kebenaran takdir. "Kejadian yang belum terjadi" hanya
belum dialami oleh manusia. Allah tidak terikat ruang ataupun waktu karena
Dialah pencipta keduanya. Oleh sebab itu, masa lalu, masa mendatang, dan
sekarang, seluruhnya sama bagi Allah; bagi-Nya segala sesuatu telah
berjalan dan telah selesai.
Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, sudah seharusnya
lah kita selalu berusaha dan berdo'a, dan jangan hanya mengandalkan do'a
saja ataupun cuma hanya berusaha saja. Antara usaha dan do'a haruslah
seimbang, tanpa keduanya tak ada artinya. Ketiadaan potensi ikhtiar pada
manusia meniscayakan takdir menjadi tidak bermakna/berlaku begitu pula
sebaliknya.
Pernyataan tentang wajib kasab itu, Muhammad Salih mengambil
pendapat dari al- Baijuri, yaitu tawakkal tidak menghilangkan atau
meninggalkan kasab. Dalam kitab matan al- Hikam menunjukkan bahwa
kasab dapat menyelamatkan agama agar tetap dapat melaksanakan

8
ibadahnya. Dan manusia jangan sampai tergoda untuk meninggalkan kasab
dengan dalil agar dapat lebih dekat kepada Allah. Bahkan jika manusia
meninggalkan kasab dapat menggoncangkan iman dan hilang tauhidnya.
Manusia melaksanakan kasab (bekerja) kaitannya dengan peningkatan
SDM dalam rangka untuk dapat menghasilkan harta benda (mal). Karena
harta itu untuk menjaga kelangsungan ruh dalam badan dan harta adalah
merupakan tempat lahirnya ni'mat dan rahmat Allah. Maka dinyatakannya
tidak sempurna iman dan Islam seseorang kecuali dengan harta agar dapat
melaksanakan infaq, zakat dan shodaqoh, yang semua itu dengan harta dan
demikianlah yang bermanfaat.
Jadi, konsep takdir dalam meningkatkan SDM berarti bahwa kita
sebagai manusia haruslah tetap berusaha ini karena manusia dianugerahi
akal oleh Allah untuk melaksanakan kasab dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia tetapi tidak hanya pasrah menggantungkan ketentuan
mendapatkan kesempurnaan iman kita.

C. Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah Tentang Takdir


1. Pemikiran Jabariyah
Secara bahasa jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung
kata memaksa. Secara istilah jabariyah adalah paham yang menyebutkan
segala perbuatan manusia telah di tentukan oleh qadha dan qadar Allah.
Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia terpaksa oleh
takdir tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya.Jabariyah ini
kelompok/aliran yang hanya bertawakkal kepada Allah, namun menafikan
ikhtiar.
Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara
hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah.Artinya, manusia
tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya, Tuhanlah
yang menentukan segala-galanya.
2. Pemikiran Qadariyah
Qadariah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu qadara artinya
kemampuan dan kekuatan, sedangkan secara istilah Qadariah diartikan

9
sebagai aliran yang percaya bahwa segala tindakan atau perbuatan manusia
tidak diintervensi oleh Tuhan.
Qadariyah percaya, bahwa manusia memiliki kuasa terhadap segala
perbuatannya sendiri. Mereka juga percaya, bahwa manusia yang
mewujudkan perbuatan baik, atas kehendak serta kekuasan dirinya sendiri.
Qadariyyah ini merupakan kelompok yang menafikan takdir, hanya
melakukan ikhtiar namun melupakan tawakkal kepada Allah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Takdir merupakan suatu ketentuan yang di dalamnya termaktub
mengenai kaitan antara usaha yang diperjuangkan, kehendak manusia yang
menginginkan, dan kehendak Allah yang menetukan. Perjalanan takdir ini akan
terus berlanjut hingga ajal dari sang pemilik tubuh telah kembali kepada-Nya.
Namun penting untuk diingat bahwa adanya usaha adalah sebuah awal
bergeraknya perubahan dan Allah pun tidak menyukai orang yang hanya
bermalas-malasan dalam hidupnya. Seseorang yang mengusahakan sesuatu
untuk kebaikan dirinya dengan bersungguh-sungguh, walaupun dengan adanya
opsi jika hasilnya akan sesuai atau tidak, namun ketika ia berusaha maka ia
lebih banyak memiliki kesempatan daripada yang tidak berusaha. Kombinasi
usaha, kemauan dan daya adalah awal perantara menuju kesempatan
kesesuaian dengan takdir yang diinginkan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga
bermanfaat bagi kita semua khususnya untuk penyusun umumnya bagi para
pembaca, bila ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi. Dengan

10
segala kerendahan hati kami, kami sebagai pemakalah mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aditiya, Yoga Novan. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. N.p.: Lembaga


Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas KH. A. Wahab
Hasbullah, 2021.
Aziz, Ahmad Amir. Pembaharuan Teologi: Perspektif Modernism Muhammad
Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman . Yogyakarta: Teras, 2009.
Burhanuddin Nunu. Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan. N.p.: Prenada
Media, 2017
Murtadha Muthahhari, Pengantar Ilmu-ilmu Islam, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003.
Syukur, M. Amin. Teologi Islam terapan: upaya antisipatif terhadap hedonisme
kehidupan modern. Indonesia: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003.

12

Anda mungkin juga menyukai