Anda di halaman 1dari 8

Nama :Siti Maryanah

Semester :IV (Empat)


Prodi :Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah :Hadits Tarbawi
Berikut Adalah Lima Ayat Al-Quran Yang Menjelaskan Tentang
Pendidik Dan Peserta Didik:
1. Q.S AL-BAQARAH : 31
ۤ
ٰ ‫ء ٰهُٓؤاَل ۤ ِء اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬$ِ ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕى َك ِة فَقَا َل اَ ۢ ْنبِـُٔوْ نِ ْي بِا َ ْس َم ۤا‬
َ‫ص ِدقِ ْين‬ َ ‫ء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر‬$َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا‬
"Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian Dia
memperlihatkan kepada para malaikat lalu Allah berfirman: "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama
benda-benda itu jika kamu memang benar (dalam pengetahuanmu)." (QS. Al-Baqarah: 31)
A. Asbabun nuzul :
Ayat 31 dari Surah Al-Baqarah dalam Al-Qur'an memiliki asbabun nuzul (sebab turun) yang
berhubungan dengan kisah penciptaan Adam dan peranannya sebagai khalifah di bumi. Berikut
adalah asbabun nuzul dari ayat tersebut.
Ketika Allah SWT menciptakan Adam dan menunjukkan kepadanya kejadian-kejadian dalam langit
dan bumi, Allah memerintahkan malaikat-malaikat untuk sujud kepada Adam sebagai bentuk
penghormatan dan pengakuan terhadap kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Namun,
salah satu malaikat bernama Iblis (Satan) menolak untuk sujud karena merasa dirinya lebih baik dari
Adam.
Ayat 31 Surah Al-Baqarah menegaskan perbedaan sikap antara Iblis dan malaikat-malaikat terhadap
perintah Allah. Ayat ini juga menggambarkan kesombongan dan keangkuhan Iblis yang
menyebabkannya menentang perintah Allah. Dalam ayat ini, Allah berbicara kepada malaikat-
malaikat-Nya:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian Dia
mempersembahkannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda ini jika kamu benar (dalam pendapatmu)."
Ayat ini menyampaikan pesan bahwa Allah memberikan pengetahuan kepada Adam tentang nama-
nama seluruh benda yang ada di alam semesta. Lalu, Allah meminta malaikat-malaikat untuk
menyebutkan nama-nama tersebut jika mereka benar dalam pendapat mereka bahwa mereka lebih
baik dari Adam.Sebagai respons atas perintah Allah ini, malaikat-malaikat menyatakan
ketidaktahuan mereka dan menyatakan kepatuhan mereka terhadap Allah dengan berkata:
"Mereka (para malaikat) berkata: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui kecuali apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana."
Malaikat-malaikat dengan rendah hati mengakui ketidaktahuan mereka dan mengakui bahwa
pengetahuan mereka terbatas hanya pada apa yang Allah ajarkan kepada mereka. Mereka
menyatakan keagungan dan kebijaksanaan Allah.
Ayat ini kemudian berlanjut dengan penolakan Iblis terhadap perintah Allah dan keangkuhannya
yang mengatakan:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman kepada malaikat-malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka
sujudlah mereka, kecuali Iblis. Dia enggan dan takabur, serta menjadi seorang yang kafir."
Iblis menolak untuk tunduk dan sujud kepada Adam dengan alasan merasa lebih baik dan lebih
mulia daripada Adam. Keangkuhan dan ketidaktaatannya terhadap perintah Allah membuatnya
menjadi seorang yang kafir (ingkar).

Jadi, asbabun nuzul dari ayat 31 Surah Al-Baqarah adalah untuk menggambarkan perbedaan sikap
antara Iblis dan malaikat-malaikat terhadap perintah Allah dalam menghormati dan mengakui
kedudukan manusia sebagai khalifah di bumi.
B. Kesimpulan
Ayat 31 dari Surah Al-Baqarah tidak secara langsung membahas pendidikan, tetapi mengandung
beberapa pesan yang dapat dihubungkan dengan pendidikan. Berikut adalah beberapa kesimpulan
yang dapat diambil terkait pendidikan dari ayat ini:
1) Pengetahuan sebagai anugerah dari Allah: Ayat ini menggambarkan bagaimana Allah
mengajarkan nama-nama benda kepada Adam. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan
anugerah Allah yang diberikan kepada manusia. Dalam konteks pendidikan, ini menekankan
pentingnya menghargai dan memanfaatkan pengetahuan yang diberikan kepada kita.
2) Demut dalam belajar: Malaikat-malaikat dalam ayat ini mengakui ketidaktahuan mereka dan
rendah hati mengakui bahwa mereka hanya mengetahui apa yang Allah ajarkan kepada mereka. Ini
mengajarkan sikap rendah hati dalam belajar dan mengakui bahwa kita tidak akan pernah tahu
segalanya, sehingga kita harus selalu bersedia untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan kita.
3) Keangkuhan dan kesombongan sebagai hambatan: Ayat ini juga menyoroti kesombongan
dan keangkuhan Iblis yang menghalanginya untuk tunduk kepada perintah Allah. Ini mengingatkan
kita tentang pentingnya menghindari sikap angkuh dan sombong dalam proses pendidikan. Sikap
rendah hati dan kerendahan hati membantu kita menerima dan menghargai pengetahuan dengan
lebih baik.
4) Ketaatan terhadap perintah Allah: Ayat ini menunjukkan pentingnya ketaatan terhadap
perintah Allah. Malaikat-malaikat menaati perintah Allah untuk sujud kepada Adam, sementara Iblis
menolak. Dalam konteks pendidikan, ini menggarisbawahi pentingnya mentaati aturan dan prinsip
moral dalam belajar dan hidup sebagai seorang Muslim.
Kesimpulan tersebut mengarah pada pemahaman bahwa pendidikan harus didasarkan pada
penghormatan terhadap pengetahuan, rendah hati dalam belajar, menghindari kesombongan, dan
mentaati perintah Allah. Dalam Islam, pendidikan dianggap penting untuk pengembangan spiritual,
moral, dan intelektual individu, dan ayat ini memberikan panduan dan nilai-nilai yang relevan dalam
konteks pendidikan.
2. Q.S AS-SABA : 6
ِ ‫ي اِ ٰلى‬
‫ص َرا ِط ْال َع ِزي ِْز ْال َح ِم ْي ِد‬ َّ ۙ ‫ي اُ ْن ِز َل اِلَ ْيكَ ِم ْن َّربِّكَ هُ َو ْال َح‬
ْٓ ‫ق َويَ ْه ِد‬ ْٓ ‫َويَ َرى الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم الَّ ِذ‬
"Dan orang-orang yang diberi ilmu itu melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
adalah benar, dan itu menunjukkan jalan yang lurus kepada (mereka)." (QS. Saba: 6)
A. Asbabun Nuzul
Asbab al-Nuzul, atau sebab-sebab diturunkannya ayat-ayat Alquran, adalah peristiwa atau keadaan
sejarah yang menjadi konteks untuk memahami ayat-ayat Alquran tertentu. Namun, tidak ada
seperangkat alasan yang disepakati secara universal untuk wahyu setiap ayat dalam Al-Qur'an.
Akibatnya, informasi yang tersedia tentang alasan wahyu dapat bervariasi di antara berbagai sumber
dan ulama.
Mengenai Surat Saba , Ayat 6 (34:6) secara khusus, tidak ada peristiwa atau keadaan sejarah khusus
yang disebutkan dalam riwayat tradisional tentang alasan diturunkannya surat tersebut. Oleh karena
itu, sulit untuk memberikan konteks atau kejadian khusus untuk ayat ini.
Ayat itu sendiri menyatakan (terjemahan):
"Dan orang-orang kafir berkata, 'Kiamat tidak akan pernah datang kepada kami.' Katakanlah, 'Ya,
demi Tuhanku, itu pasti akan datang kepadamu. [Allah adalah] Yang Mengetahui yang ghaib.' Tidak
absen dari Dia adalah berat atom di langit atau di bumi atau [apa yang] lebih kecil dari itu atau lebih
besar, kecuali bahwa itu dalam daftar yang jelas.
Ayat ini membahas kekafiran orang-orang tertentu yang mengingkari datangnya Kiamat (yakni Hari
Pembalasan). Tanggapan tersebut menekankan bahwa Hari Kiamat memang akan datang dan bahwa
Allah sepenuhnya mengetahui yang gaib, termasuk detail terkecil dari alam semesta.
Meskipun ayat tersebut mungkin tidak memiliki konteks sejarah khusus yang terkait dengannya,
pesannya yang lebih luas berfungsi untuk mengatasi keraguan dan penyangkalan dari mereka yang
menolak konsep Hari Pembalasan.
B. Kesimpulan
Ayat 6 dari Surah Saba (Q.S. As-Saba) dalam Al-Quran tidak secara langsung berbicara tentang
pendidikan secara spesifik. Ayat ini membahas tentang penolakan beberapa individu terhadap
datangnya Hari Kiamat.Namun demikian, dari perspektif pendidikan, ayat ini dapat memberikan
beberapa kesimpulan yang relevan:
1) Pentingnya keimanan dan keyakinan: Ayat ini menegaskan bahwa Allah mengetahui yang
ghaib, termasuk kejadian di masa depan, seperti datangnya Hari Kiamat. Hal ini mengajarkan
pentingnya memiliki keimanan dan keyakinan yang kuat dalam agama dan ajaran Allah.
2) Tanggung jawab moral dan etika: Ayat ini juga mengajarkan pentingnya memiliki sikap yang
baik dan bertanggung jawab dalam kehidupan. Meskipun individu yang tidak percaya mungkin
merasa bahwa mereka tidak akan dimintai pertanggungjawaban, ayat ini menegaskan bahwa Allah
mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, termasuk perbuatan yang kecil sekalipun.
3) Keberadaan Tuhan dalam pendidikan: Meskipun ayat ini tidak secara khusus membahas
pendidikan, konsep Allah yang mengetahui segala sesuatu dapat diterapkan dalam konteks
pendidikan. Dalam pendidikan, kita harus menyadari bahwa Allah sebagai pencipta dan pemilik
pengetahuan yang sejati. Kita harus berusaha untuk mendapatkan pengetahuan dan memperoleh
pendidikan dengan niat yang baik dan bertanggung jawab.
Namun demikian, penting untuk memahami bahwa kesimpulan ini berdasarkan interpretasi umum
dari ayat tersebut. Setiap individu atau ahli tafsir mungkin memiliki perspektif yang berbeda terkait
dengan kesimpulan yang dapat diambil dari ayat ini
3. Q.S ALI IMRAN : 104
ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْنك‬
‫َر ۗ َوا‬
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS.
Ali Imran: 104)
A. Asbabun nuzul
Ada beberapa sumber yang membahas tentang asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 104. Berikut
poin-poin utama dari masing-masing sumber:
1) isi ayat tersebut adalah perintah Allah untuk mengambil jalan yang berbeda, yang lebar dan
lurus, dan tidak mengikuti jalan orang yang sesat.
2) menjelaskan bahwa pesan utama dari ayat tersebut adalah ajakan untuk berbuat baik dan
mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Konteks ayat tersebut adalah pembangunan
masyarakat baru oleh Nabi, dan ayat tersebut mendorong anggota pertama masyarakat ini untuk
menyeru orang lain kepada kebaikan.
3) menjelaskan bahwa ayat tersebut memerintahkan orang beriman untuk menyeru orang lain
kepada kebaikan, mendorong yang benar, dan mencegah yang salah. Ayat tersebut juga
memperingatkan agar tidak menjadi seperti mereka yang terpecah belah dan berkonflik.
4) membahas tentang arti kata “minkum” pada ayat tersebut yang artinya “di antara kamu”.
Artikel tersebut menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan peringatan terhadap mereka yang tidak
mencegah kejahatan di antara mereka sendiri, dan bahwa perilaku ini sangat buruk.
Secara keseluruhan, sumber memberikan interpretasi yang berbeda dari ayat tersebut, tetapi mereka
semua setuju bahwa itu adalah panggilan untuk berbuat baik dan mencegah kejahatan. Konteks ayat
tersebut adalah pembangunan masyarakat baru oleh Nabi, dan ayat tersebut mendorong anggota
pertama masyarakat ini untuk menyeru orang lain kepada kebaikan.
B. Kesimpulan
Ayat ini menyampaikan pesan penting mengenai peran dan tanggung jawab umat Muslim dalam
masyarakat. Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari ayat ini:
Kepentingan Membangun Masyarakat yang Berkeadilan: Ayat ini menunjukkan pentingnya
membangun masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan, kebenaran, dan keadilan. Umat
Muslim diharapkan untuk menjadi penggerak dalam memperjuangkan kebaikan dalam masyarakat,
mengingatkan orang lain akan nilai-nilai yang benar, dan mencegah perilaku yang buruk dan tidak
bermoral.
Tugas Menyampaikan Dakwah dan Perbaikan Masyarakat: Ayat ini menggarisbawahi tanggung
jawab setiap Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam dan mengajak orang lain untuk berbuat baik
serta meninggalkan yang buruk. Umat Muslim diharapkan untuk menjadi suara kebaikan dalam
masyarakat, berkontribusi dalam perbaikan dan pemulihan moral, serta mempromosikan prinsip-
prinsip yang membawa manfaat bagi semua.
Pentingnya Mengambil Inisiatif dalam Perubahan: Ayat ini mengimplikasikan pentingnya memiliki
kelompok-kelompok atau individu yang aktif dalam memperjuangkan kebaikan dan perubahan
positif dalam masyarakat. Setiap Muslim diharapkan untuk ambil bagian dalam upaya perbaikan
sosial dan moral, dengan mengambil inisiatif dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
tersebut.
Keberuntungan dan Kepuasan Batin: Ayat ini menyatakan bahwa mereka yang melaksanakan tugas
ini dengan baik adalah orang-orang yang beruntung. Hal ini mengisyaratkan bahwa orang-orang
yang berusaha menyebarkan kebaikan, mengajak kepada kebenaran, dan mencegah kemungkaran
akan meraih kebahagiaan dan kepuasan batin karena berada di jalan yang diridhai Allah.
Kesimpulan keseluruhan adalah bahwa ayat ini menggaris bawahi pentingnya peran umat Muslim
dalam membangun masyarakat yang baik dan adil. Setiap Muslim diharapkan untuk menjadi agen
perubahan yang mengajak kepada kebaikan, memperbaiki masyarakat, dan mencegah kemungkaran.
Melalui upaya ini, mereka dapat meraih keberuntungan dan kepuasan batin.
4. Q.S AL-KAHFI : 45
‫هّٰللا‬ ْ َ‫َواضْ ِربْ لَهُ ْم َّمثَ َل ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا َك َم ۤا ٍء اَ ْن َز ْل ٰنهُ ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء ف‬
ْ ‫ض فَاَصْ بَ َح ه َِش ْي ًما ت َْذرُوْ هُ ال ِّر ٰي ُح ۗ َو َكانَ ُ ع َٰلى ُك ِّل ش‬
‫َي ٍء‬ ِ ْ‫ات ااْل َر‬
ُ َ‫اختَلَطَ بِ ٖه نَب‬
‫ُّم ْقتَ ِدرًا‬
"Dan berilah perumpamaan kepada mereka tentang kehidupan dunia, seperti air yang Kami turunkan
dari langit, maka tumbuh-tumbuhan di bumi bercampur dengannya, kemudian menjadi kering yang
diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Kahfi: 45)
A. Asbabun Nuzul
Ayat 45 dari Surat Al-Kahfi dalam Al-Quran membahas tentang harta duniawi yang tidak abadi dan
hanya sementara. Berikut adalah beberapa tafsir mengenai ayat tersebut :
Ayat ini menyatakan bahwa dunia dan harta benda di dalamnya tidak akan tetap, sama seperti air
yang akan menghilang atau mengering. Oleh karena itu, manusia harus mempersiapkan diri untuk
kehidupan di akhirat yang abadi.
Menjelaskan bahwa salah satu faktor yang membuat orang enggan untuk bertauhid dan menyembah
Allah adalah kecenderungan mereka untuk terlalu memikirkan masalah dunia dan harta benda.
Padahal, harta duniawi hanya sementara dan akan hilang pada akhirnya.
Ayat ini memperingatkan manusia bahwa harta benda dan anak-anak tidak akan membawa manfaat
ketika seseorang meninggal dunia. Oleh karena itu, manusia harus berfokus pada amal kebaikan
yang akan membawa manfaat di akhirat.
Menjelaskan bahwa manusia tidak boleh tertipu oleh kemegahan dunia dan kekayaan yang besar.
Kekayaan tersebut tidak akan membawa manfaat di akhirat, dan manusia harus berusaha untuk
memperoleh kebaikan yang akan membawa manfaat di dunia dan akhirat.
Dari beberapa tafsir di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat 45 dari Surat Al-Kahfi dalam Al-Quran
mengingatkan manusia untuk tidak terlalu terikat pada harta duniawi yang hanya sementara, dan
mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat yang abadi.
B. Kesimpulan
Dalam Surat Al-Kahfi ayat 45, tidak ada pengajaran khusus tentang pendidikan. Ayat tersebut
berbunyi sebagai berikut :

"Dan sebutlah (hai Muhammad) apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Kitab Tuhanmu, tiada
yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan tidak ada pula pelindung bagi-Nya selain Dia. Dan
janganlah kamu memohon kepada apa-apa selain kepada-Nya yang sekali-kali tidak memberi
manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat. Dan jika kamu memohon petunjuk maka petunjuk itu
datangnya hanya dari Allah. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."
Ayat ini merupakan bagian dari kisah pemuda-pemuda yang beriman yang mengungsi dalam gua
dan Allah melindungi mereka dari penganiayaan. Ayat ini lebih berfokus pada pengajaran tentang
kekuasaan Allah dan pentingnya menggantungkan diri pada-Nya dalam segala hal, termasuk dalam
memohon petunjuk.
Meskipun tidak ada pengajaran khusus tentang pendidikan dalam ayat ini, dalam Islam, pendidikan
memiliki nilai yang tinggi dan ditekankan sebagai kewajiban bagi setiap Muslim. Al-Qur'an sendiri
berisi banyak ayat-ayat yang menekankan pentingnya pengetahuan, pembelajaran, dan mencari ilmu.
Oleh karena itu, kesimpulan umum yang dapat diambil adalah bahwa pendidikan di dalam Islam
dianggap sebagai suatu hal yang penting dan dianjurkan, tetapi tidak secara khusus dibahas dalam
Surat Al-Kahfi ayat 45.
5. Q.S AL-BAQARAH : 188
َ‫اس بِااْل ِ ْث ِم َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬ ‫ْأ‬ ِ َ‫َواَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِب ْالب‬
ِ َّ‫اط ِل َوتُ ْدلُوْ ا ِبهَٓا ِالَى ْال ُح َّك ِام لِتَ ُكلُوْ ا فَ ِر ْيقًا ِّم ْن اَ ْم َوا ِل الن‬
"Dan janganlah kamu membelanjakan harta yang tidak ada gunanya bagi kebaikan dan janganlah
kamu membelanjakan harta itu untuk menyuap hakim, padahal kamu (sendiri) mengetahui." (QS.
Al-Baqarah: 188)
A. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya) Surat Al-Baqarah ayat 188 terkait dengan sebuah peristiwa
pada masa Rasulullah SAW di Madinah yang melibatkan dua sahabat, Sa'd bin Rabi'ah dan Abdullah
bin Abi Hadrad. Kisah ini menceritakan peristiwa mereka yang saling berjual beli tanah, tetapi
Abdullah membeli tanah milik Sa'd yang sebenarnya sedang ditanami pohon kurma. Setelah
mengetahui hal ini, Sa'd marah dan mengeluhkan masalah ini kepada Rasulullah SAW.
Ayat 188 Surat Al-Baqarah kemudian diturunkan untuk memberikan pedoman dan aturan yang jelas
mengenai perdagangan dan transaksi. Ayat ini menegaskan larangan mengambil harta orang lain
secara tidak adil atau dengan cara yang batil. Ayat ini menekankan pentingnya integritas, kejujuran,
dan keadilan dalam urusan perdagangan dan transaksi.
Dengan demikian, Asbabun Nuzul Surat Al-Baqarah ayat 188 berkaitan dengan peristiwa konkrit di
mana seorang sahabat membeli tanah secara tidak adil, dan ayat tersebut menegaskan larangan
mengambil harta orang lain dengan cara yang batil atau tidak adil.
B. Kesimpulan
Ayat ini tidak secara khusus membahas pendidikan, namun lebih menyoroti tentang larangan
mengambil harta orang lain secara tidak adil atau dengan cara yang batil. Ayat ini menegaskan
prinsip keadilan dalam berurusan dengan harta benda.

Namun, secara umum, Al-Qur'an memiliki banyak ayat yang mendorong umat Muslim untuk
mencari ilmu dan meningkatkan pendidikan. Islam menganggap pengetahuan dan pendidikan
sebagai hal yang sangat penting. Nabi Muhammad SAW juga mendorong umatnya untuk mencari
ilmu dari ayat-ayat Al-Qur'an dan haditsnya. Dalam tradisi Islam, pencarian ilmu disambut baik, dan
umat Muslim diwajibkan untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam berbagai bidang,
termasuk agama, ilmu pengetahuan, dan kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, meskipun Surat Al-Baqarah ayat 188 tidak secara khusus membahas pendidikan,
kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Islam mendorong umat Muslim untuk mencari ilmu,
meningkatkan pendidikan, dan berlaku adil dalam urusan dunia, termasuk dalam hal harta benda.
Berikut Adalah Beberapa Hadits Yang Menjelaskan Tentang Pendidik
Dan Peserta Didik:
1. "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang
mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak." (HR
Bukhari)
2. "Barang siapa memandang wajah orang alim (guru) dengan satu pandangan lalu ia merasa
senang dengannya maka Allah Ta'ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan
ampun kepadanya sampai hari kiamat." (Kitab Lubabul Hadits)
3. "Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan
yang baik." (HR Al-Hakim)
4. "Allah tidak mengutusku sebagai orang yang kaku dan keras akan tetapi mengutusku sebagai
seorang pendidik dan mempermudah." (HR. Muslim)
5. "Tidaklah seorang muslim menanamkan tanaman atau menanam benih, kemudian burung,
manusia atau binatang makan darinya, melainkan itu akan menjadi sedekah baginya." (HR. Bukhari
dan Muslim)
6. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil ilmu itu dengan mencabutnya dari (diri) hamba-
Nya, tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mencabut nyawa orang yang berilmu, sehingga
ketika tidak ada lagi orang yang berilmu, manusia akan mengambil pemimpin-pemimpin yang
bodoh, lalu mereka ditanya dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan
menyesatkan." (HR. Bukhari)
7. "Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah
seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu
adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim)
8. "Sesungguhnya aku diberi Al-Quran dan yang semisal dengannya bersama-sama. Apabila
kalian berpegang teguh dengannya, maka kalian tidak akan sesat selama-lamanya." (HR. Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai