Anda di halaman 1dari 3

TEKS CERAMAH

Nama : Afif Muzaki


NIM : 1214020006
Kelas : 5C
Judul Ceramah : Al-qur’an Pedoman Dakwah Islam

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wabihi nasta’inu ‘alaa umuriddunya waddiin. Wassholatu
wassalamu ‘alaa asyrofil mursaliin, wa’alaa aalihi wa sohbihi ajma’iin. Amma ba’du.
Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan
puji syukur kepada Allah Swt., karena dengan nikmat-Nya, Ia masih memberikan kita
kesempatan untuk hadir dalam acara mulia ini. Semoga dalam acara mulia ini, kita semua
mendapatkan rahmat dan ampunan Allah Swt., dikarenakan Nabi Muhammad telah bersabda,
“Tidaklah suatu kaum yang duduk di rumah Allah mereka mempelajari Qur’an, mereka
mempelajarinya, kecuali malaikat mengepakkan sayapnya.”
Salah satu hal penting agar kalimat Tauhid terus berkumandang di muka bumi dan Islam tetap
bertahan hingga akhir zaman adalah dakwah. Hal ini dapat kita lihat dari ayat-ayat yang
menyuruh setaip orang muslim membaca Al-Quran untuk berdakwah. Dan ini hukumnya
wajib, firman Allah yang artinya “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Q.S. An-Nahl: 125. Dalam
surat lain Allah berfirman : “ Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Q.S. Ali Imran: 104. Dari ayat tersebut dapat
kita lihat bahwa tujuan dakwah itu mengajak manusia kepada Allah, bukan kepada kelompok
tertentu. Suatu kelompok merupakan wasilah untuk memudahkan mengorganisir, karena kata
saidina Ali : ”Kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkankan oleh kejahatan yang
terorganisir”.
Kalimat Dakwah dalam ayat tersebut dimaknai dengan “menyeru” bukan “menyuruh”.
Dakwah itu “mengajak” bukan “mengejak”. Perbedaan menyeru dengan menyuruh dapat kita
lihat contohnya padab lafazd azan yaitu “Hayya ‘alashalaah (mari shalat), Hayya ‘alal falaah
(mari menuju kemenangan)”. Seruan itu diiringi dengan penjelasan, pendidikan sehingga
mencerdaskan siapa saja yang mendengar, sehingga orang mengikuti seruan tidak terpaksa,
tapi dengan senang hati, karena ia telah mendapatkan penjelasan kenapa kita harus mengikuti
seruan, akan ada imbalam berupa kemenangan. Mengikuti seruan dalam hal ini dengan
pengetahauan kemudian menumbuhkan pemahaman dan kesadaran, bukan paksaan.
Ada beberapa cara berdakwah yang Allah Swt sampaikan dalam al-Quran, cara-cara tersebut
adalah sebagai berikut:
Cara pertama, dengan lemah lembut. Sebagaiman Firman Allah SWT: Allah berfirman yang
Artinya “ Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadapat
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. Q.S. Ali Imran ayat 159
Cara kedua, dakwah harus dengan bahasa yang dipahami. Firman Allah yang artinya:
“Dan Kami Tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya[2], agar
dia dapat memeberi penjelasan kepada mereka”. QS. Ibrahim: 4. Hal ini dapat dipahami bahwa
ketika sesorang berdakwah dikalangan intelektual, bisa menggunakan bahasa-bahasa ilmiah.
Ketika kita berdakwah di kalangan masyarakat yang tingkat pendidikannya lebih rendah
baiknya menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah mereka pahami. Kalo
menggunakan bahasa-bahasa ilmiah untuk mereka yang tingkat pengetahuannya rendah
tentunya akan sulit bagi mereka untuk memahaminya. Dengan demikian dapat menggunakan
bahasa sesuai dengan objek yang hendak kita dakwahi.
Cara ketiga, memakai perumpamaan-perumpamaan dalam berdakwah. Firman Allah
yang artinya: “ Dan sesungguhnya, telah kami buatkan dalam Al-Qur’an ini segala
perumpamaan bagi manusia agar mereka mendapat pelajaran”. Q.S Az Zumar:27. Dalam ayat
lain Allah memberi contoh bagaiamana menjelaskan sesuatu dengan perumpamaan, dalam
surat al baqarah ayat 261 yang artinya: ”perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di
jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada
seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas,
Maha Mengetahui”. Q.S Al-Baqarah: 261
Cara keempat, dengan menunjukkan bukti nyata. Firman Allah yang artinya: sungguh,
bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu, barang siapa melihat (kebenaran itu), maka
(manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka
dialah yang rugi”. Q.S Al-An’am: 104. Sebagai contoh dapat kita lihat al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 50 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu sehingga
kamu dapat Kami Selamatkan dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikut Fira’un,
sedang kamu menyaksikannya”. Q.S Al-baqarah: 50. Kemudian kita lihat surat Yunus yang
menjelaskan kelanjutan dari kisah Nabi Musa dan Raja Fira’un, bagaimana Allah
menyelamatkan jasad Fir’aun agar dapat menjadi pelajaran dan bukti nyata tentang kebenaran
al-Qur’an beserta isinya kepada semua orang sampai akhir zaman. Firman Allah yang artinya:
“maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu,[4] agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-
tanda (kekuasaan) Kami”. Q.S Yunus: 92.
Cara kelima, dengan hikmah dan nasehat yang baik. Firman Allah yang artinya: “Serulah
(manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik.” Q.S. An-Nahl: 125. Hikmah diartikan kebijakan, kearifan, makna yang
mendalam, makna yang terkandung dibalik suatu peristiwa. Penjelasan tentang hikmah dapat
memudahkan dan menjadikan seseorang tertarik mendengar, bersemangat akan sesuatu yang
disampaikan.
Saudara saudaraku kaum muslimin Rahimakumullah…
Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan
yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak
pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.
Akhirul kalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-
atuubu ilaik.
Wabillahi Taufiq Walhidayah
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Anda mungkin juga menyukai