Anda di halaman 1dari 5

Salah satu hal penting agar kalimat Tauhid terus berkumandang di muka bumi

dan Islam tetap bertahan sampe akhir zaman adalah dakwah. Hal ini dapat
kita lihat dari ayat-ayat yang menyuruh setaip orang muslim yang membaca
Al-Quran untuk berdakwah. Dan ini hukumnya wajib, firman Allah yang artinya
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Q.S. An-Nahl: 125. Dalam
surat lain Allah berfirman : “ Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan
orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” Q.S. Ali Imran: 104. Dari ayat tersebut dapat kita lihat bahwa
tujuan dakwah itu mengajak manusia kepada Allah, bukan kepada kelompok
tertentu. Suatu kelompok merupakan wasilah untuk memudahkan
mengorganisir, karena kata saidina Ali : ”Kebaikan yang tidak terorganisir
akan dikalahkankan oleh kejahatan yang terorganisir”.

Kalimat Dakwah dalam ayat tersebut dimaknai dengan “menyeru” bukan


“menyuruh”. Dakwah itu “mengajak” bukan “mengejak”. Perbedaan menyeru
dengan menyuruh dapat kita lihat contohnya padab lafazd azan yaitu “Hayya
‘alashalaah (mari shalat), Hayya ‘alal falaah (mari menuju kemenangan)”.
Pada lafazd azan tersebut kita dapat melihat seruan, seruan agar kita
melaksanakan shalat, secara halus menunjukkan perintah, karena bahasa
yang halus tidak terasa kalo hal tersebut memerintahkan kepada kita bahwa
waktu shalat sudah tiba, berarti kita sudah wajib shalat, kemudian
dibaeritahukan akan ada imbalan bagi yang melaksanakan shalat
mendapatkan kemenangan. Seruan itu diiringi dengan penjelasan, pendidikan
sehingga mencerdaskan siapa saja yang mendengar, sehingga orang
mengikuti seruan tidak terpaksa, tapi dengan senang hati, karena ia telah
mendapatkan penjelasan kenapa kita harus mengikuti seruan, akan ada
imbalam berupa kemenangan. Mengikuti seruan dalam hal ini dengan
pengetahauan kemudian menumbuhkan pemahaman dan kesadaran, bukan
paksaan. Karena itu wajib bagi seorang da’i mempunyai pengetahuan yang
utuh tentang Islam, kaidah-kaidahnya, agar ketika orang yg ingin kenal Islam
melalui dirinya lebih mendalam atau ingin mengenal Islam bagi yang belum
kenal, dari penjelasan yang diberikan da’i, dari keteladannnya akan
menampak bahwa Islam itu indah, Islam itu mudah, tapi tidak dimudah-
mudahkan, Islam itu ringan tapi tidak diringan-ringankan.

Sedangkan menyuruh sering bisa kita lihat pada kalimat “pergi kamu
sekarang!”, “tugas kamu, ini dan itu, karjakan ini, sekarang!”. Alangkah
indahnya jika kalimah tersebut diganti dengan kalimat seruan, “baiklah, kalian
semua bisa berangkat sekarang, kalo tidak berangkat sekarang, nanti
terlambat”, kalimat yang satu lagi bisa kita ganti dengan kalimat : “baiklah
semuanya, kita berbagi tugas, dan sudah bisa dikerjakan dari sekarang ya,
mengingat waktu hanya 30 menit,” saya rasa kalimat model kedua tentu lebih
enak di dengar dan lebih mudah diikuti, karena adanya penghargaan dan
penjelasan yang jelas.
Pemahaman seperti ini penting untuk menghindari adanya kesan memaksa,
karena kata Allah tidak ada paksaan dalam memeluk Islam. Firman Allah
SWT: yang artinya: “Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan
yang sesat. Barang siapa ingkar kepada tagut,[1] dan beriman kepada Allah ,
maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan putus. Allah Maha mendengar dan Mengetahui.” Q.S Al Baqarah
ayat 256.

Untuk itu sangat penting bagi para da’i berhati-hati membawa diri, bersikap
dan berucap, ketika bermaksud mendakwahi sesorang, agar objek dakwah
senang menerima ajakan sang da’i. Ada beberapa cara berdakwah yang Allah
Swt sampaikan dalam al-Quran, cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:

Caranya pertama, keteladanan dari seorang da’i. Firman Allah yang


artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik”. Q.S. Al-Ahzab: 21. Seperti apa akhlak Rasulullah sehingga patut, layak
diteladani. Aisyah ra, pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw, beliau
berkata: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”. cara ini dilakukan Rasul dengan
memberi keteladanan kepada objek dakwah, dengan keindahan akhlaknya,
tentang bagaimana beribadah, menjaga diri dan bagimana cara
bermu’amalah dengan sesama muslim atau dengan yang bukan muslim.
Rasulullah Memberi teladan bagaimana menjadi anak yang baik, ayah yang
baik, suami yang baik, saudara yang baik, pemimpin yang baik, saudara yang
baik.

Cara kedua, dengan lemah lembut. Sebagaiman Firman Allah SWT: Allah
berfirman yang Artinya “ Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad)
berlaku lemah lembut terhadapat mereka. Sekiranya engkau bersikap keras
dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. Q.S. Ali Imran ayat
159

Cara ketiga, dakwah harus dengan bahasa yang dipahami.Firman Allah


yang artinya: “Dan Kami Tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan
dengan bahasa kaumnya[2], agar dia dapat memeberi penjelasan kepada
mereka”. QS. Ibrahim: 4. Hal ini dapat dipahami bahwa ketika sesorang
berdakwah dikalangan intelektual, bisa menggunakan bahasa-bahasa ilmiah.
Ketika kita berdakwah di kalangan masyarakat yang tingkat pendidikannya
lebih rendah baiknya menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah
mereka pahami. Kalo menggunakan bahasa-bahasa ilmiah untuk mereka
yang tingkat pengetahuannya rendah tentunya akan sulit bagi mereka untuk
memahaminya. Dengan demikian dapat menggunakan bahasa sesuai
dengan objek yang hendak kita dakwahi.
Cara keempat, berbantahan dengan cara yang baik, firman Allah yang
artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah,[3] dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Q.S An-Nahl ayat: 125.

Cara kelima, membalas kejahatan dengan kebaikan, firman Allah yang


artinya: “Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya,
melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan serta
menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang baik)”. Q.S Ar Ra’du ayat: 22.

Cara keenam, memakai perumpamaan-perumpamaan dalam


berdakwah. Firman Allah yang artinya: “ Dan sesungguhnya, telah kami
buatkan dalam Al-Qur’an ini segala perumpamaan bagi manusia agar mereka
mendapat pelajaran”. Q.S Az Zumar:27. Dalam ayat lain Allah memberi
contoh bagaiamana menjelaskan sesuatu dengan perumpamaan, dalam surat
al baqarah ayat 261 yang artinya: ”perumpamaan orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui”. Q.S Al-Baqarah:
261

Cara ketujuh, larangan memaki orang yang tidak beragama Islam. Firman
Allah yang artinya: ”Dan janganlah kamu memaki sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, kami jadikan setiap
umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat
kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang
telah mereka kerjakan”. Q.S Al-An’am: 108

Cara kedelapan, dengan menunjukkan bukti nyata. Firman Allah yang


artinya: sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu, barang
siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan
barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka dialah yang rugi”. Q.S
Al-An’am: 104. Sebagai contoh dapat kita lihat al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 50 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu
sehingga kamu dapat Kami Selamatkan dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan
pengikut-pengikut Fira’un, sedang kamu menyaksikannya”. Q.S Al-baqarah:
50. Kemudian kita lihat surat Yunus yang menjelaskan kelanjutan dari kisah
Nabi Musa dan Raja Fira’un, bagaimana Allah menyelamatkan jasad Fir’aun
agar dapat menjadi pelajaran dan bukti nyata tentang kebenaran al-Qur’an
beserta isinya kepada semua orang sampai akhir zaman. Firman Allah yang
artinya: “maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu,[4] agar engkau dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami”.
Q.S Yunus: 92.

Baru- baru ini kita mendengar bahwa telah ditemukannya jasad Ramses IX
disebuah lembah diMesir dengan nama Lembah Raja, setelah diidentifikasi
oleh para ahli, ternyata jasad tersebut adalah jasad fir’aun dalam kisah Nabi
Musa as. Hal ini dapat menjadi sebuah bukti nyata apa yang Allah sampaikan
dalam al-Qur’an adalah benar adanya. Maka kisah ini dapat menjadi sebuah
bukti untuk meyakini kebenaran Islam. Dan menambah keimanan seorang
muslim kepada Allah dan kepercayaan terhadap al-Qur’an, yang tidak ada
keraguan pada al-Qur’an itu sendiri.

Cara kesembilan, mempermudah jangan mempersulit.Artinya awali


dakwah itu dari hal-hal yang mudah dan menyenangkan. Kayak dalam
hukum fiqh ada rukshah ada azimah. Azimahnya shalat wajib sehari semalam
lima waktu, jika mushafir rukhsahnya menjadi 3 waktu dengan menjamak
shalatnya. Dhuhur dijamak dengan ashar, magrib dengan isya, subuh satu
waktu. Azimahnya shalat wajib berdiri, namun jika sakit boleh sambil duduk,
tidak sanggup duduk boleh berbaring. Azimahnya shalat wajib berwudhu, jika
dalam keadaan sakit atau musafir rukshahnya boleh bertayamum dengan
debu atau partikel debu yang menempel di salah satu tempat yang diyakini
suci tidak bernajis.

Cara kesepuluh, dengan hikmah dan nasehat yang baik.Firman Allah yang
artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Q.S. An-Nahl: 125.
Hikmah diartikan kebijakan, kearifan, makna yang mendalam, makna yang
terkandung dibalek suatu peristiwa.[5] Penjelasan tentang hikmah dapat
memudahkan dan menjadikan seseorang tertarik mendengar, bersemangat
sesuatu yang disampaikan seorang da”i.

Dengan demikian antara lain ada sepuluh Pendekatan yang disampaikan


dalam al-Qur’an dalam berdakwah yaitu keteladanan dari seorang da’i,
dengan dengan lemah lembut, dakwah harus dengan bahasa yang dipahami,
berbantahan dengan cara yang baik, membalas kejahatan dengan
kebaikan ,memakai perumpamaan-perumpamaan dalam berdakwah ,
larangan memaki orang yang tidak beragama Islam ,dengan menunjukkan
bukti nyata, mempermudah jangan mempersulit, hikmah dan nasehat yang
baik
Penulis :
Ainal Mardhiah,
Dosen tetap pada Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh

[1] Togut itu adalah setan dan apa saja yang disembah selain Allah Swt.

[2] Al-Qur”an diturunkan dengan Bahasa Arab bukan berarti al-Qur’an


diturunkan hanya untuk Bangsa Arab saja. Ini bisa menjadi contoh bahwa
dakwah harus dilakukan dengan bahasa orang-orang yang akan di dakwahi.

[3] Perkataan yang tegas, jelas, dan benar dengan dalil-dali al-quran, hadit
s,dan pendapat ulama yang tidak mengikuti hawa nafsu, yang dapat
membedakan antara yang hak dan yang bathil.

[4] Menurut pendapat lain yang diselamatkan Allah adalah tubuh kasarnya.
Menurut sejarah, setelah fir’aun tenggelam, mayatnya terdampar dipantai,
oleh orang mesir di balsem sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat
dimuseum mesir. Sumber kementrian RI, al-qur’an tajwid dan terjemah,
dilengkapi dengan asbabun nuzul dan hadits sahih, bandung pt. Madina
raihan makmur, 2010. Hal. 219

[5] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi


keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 498

Anda mungkin juga menyukai