Anda di halaman 1dari 22

NAMA LAIN UNTUK AL-QURAN

DAN AUTENTISITASNYA KEBENARAN AL-QURAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Al-Quran dan Hadis Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. H. Acep, M.M. Pd

Disusun oleh:

Ababullah
Eneng Saidatussyaadah

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA LA ROIBA
SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan kehadirat Allah Swt..

Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada

terkira besarnya, sehingga kami penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

”Nama Lain Untuk Al-Quran dan Autentisitasnya Kebenaran Al-Quran”. Penyusun

memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan makalah ini, karena itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu Mata

Kuliah Kajian Al-Quran dan Hadis Pendidikan, Bapak Dr. Acep, M.M. Pdyang telah

memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar. Semoga semua ini bisa

memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi

kedepannya. Meskipun penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan

kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan

saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap

makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Sukabumi, 01 Mei 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nama merupakan simbol atau tanda pengenal yang diberikan pada segala jenis benda,

baik itu benda mati seperti batu, air, gunung, laut. Benda angkasa seperti langit, bumi,

matahari, bintang, planet. Makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, hewan; makhluk gaib

seperti malaikat, shaytan, iblis, surga dan neraka, bahkan yang menciptakan alam semesta ini

sendiri harus ada simbol atau tanda yang bisa membuat manusia dan makhluk hidup lainnya

untuk selalu menyembahnya, yaitu Allah Swt.

Allah telah menciptakan semesta alam, menjadikan Nabi Adam dan Hawa sebagai

khalifah pertama di bumi, yang dilanjutkan oleh para Nabi lainnya dengan seorang Khatam

al-Anbiya yaitu Nabi Muhammad Saw. Nabi atau Rasul yang terakhir ini telah diberikan

mu’jizat berupa Al-Quran yang pada tahapan diturunkannya, pertama Al-Quran diturunkan

ke Lauh al-Mahfuz (al-tanazul al-awwal). Kemudian tahapan kedua Al-Quran diturunkan dari

Lauh al-Mahfuz ke Baitul Izza / langit dunia ((al-tanazulu al-thaniy). Setelah itu pada tahapan

ketiga dimana dalam proses ini Al-Quran diturunkan dari Baitul Izza kepada nabi

Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril (al-tanazulu al-thalithu).1

Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman dan petunjuk

dalam kehidupan baik dunia maupun akhirat. Al-Quran diturunkan untuk dibaca, dipelajari,

difahami, diyakini dan diamalkan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan juga sebagai

kunci untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat. Itulah sebabnya Al-Quran dijadikan sebagai

kitab yang mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum muslimin,

sehingga mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik sesuai dengan yang Allah Swt.

1
Abdul Jalal.H.A, Ulumul Qur’an (Surabaya:Dunia Ilmu, 2008), 51-56
perintahkan dalam Al-Quran.2 Al-Quran disebut juga al-kitab, yaitu wahyu yang diturunkan

Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jilbril untuk mengeluarkan

manusia dari kegelapan menuju terang benderang, serta membimbing ke jalan yang lurus.3

Al-Quran yang terdiri dari 30 Juz 114 surat dan 6.217 atau 6.214 ayat (versi Al-Madani Al-

Awwal), 6.214 ayat (versi Al-Madani al-Akhir), 6.220 ayat (versi Al-Makki),

6.226 ayat (versi Asy-Syami), 6.236 ayat (versi Al-Kufi), 6.205 ayat (versi Al-Basri), atau

berjumlah 6.232 ayat (versi Al-Himsi),4 memiliki sebutan lain yang hanya Allah sendiri yang

telah menamakan apa-apa yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya itu. Seluruh nama-nama

tersebut tersimpul dalam suatu lafaz yakni Al-Quran. Keseluruhannya itu terang dan jelas,

nama ini berdasarkan dalil-dalil khusus. Oleh sebab itu lafaz Al-Quran itu banyak ditulis

orang. Untuk kitabullah ini, makna nama Al-Quran inilah yang biasa disebut orang, biasa

diucapkan oleh nabi dan nama ini dipelihara oleh kaum muslimin.

Nama-nama Al-Quran menggambarkan bahwa Al-Quran memiliki maksud, tujuan

dan fungsi tertentu pada setiap surat dan ayat-ayat yang diturunkan Allah Swt. untuk

manusia. Al-Quran adalah petunjuk bagi manusia, baik yang muslim maupun non muslim.

Al-Quran adalah petunjuk yang menjadi hidayah bagi orang yang bertaqwa, sebagaimana

firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 2:

َ‫ْب َل ْال ِكت َاب ذَلِك‬


َ ‫ِل ْلمتَّقِينَ هدًى فِي ِه َري‬

Artinya: “Itu kitab tiada terdapat keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang yang
bertakwa.” (Al-Baqarah/2 : 2).

2
Saied Al-Makhtum, Karantina Hafal Al-Quran Sebulan, (Ponorogo: CV Alam Pena, 2016),
hal. 25
3
Manna Khalil Al-Qattan, Study Ilmu-ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007)
cet. 11, hal. 1
4
Fahrur Rozy, MA Al Hafidz Pentashih LPMQ Kemenag, 2018
Dari kutipan ayat di atas (Q.S. Al-Baqarah/2 : 2) kita menjumpai kata ‫ْب َل‬
َ ‫ فِي ِه َري‬yang

mengandung arti tidak ada keraguan padanya (yakni Al-Quran), ini menunjukkan betapa

kuatnya sinyal Al-Quran sebagai kalamullah yang seluruh kandungan didalamnya dipelihara

dan dijaga oleh Allah Swt. Maka untuk itu Allah menegaskan dalam firmannya:

‫الذ ْك َر ن ََّز ْلنَا نَحْ ن ِإنَّا‬


ِ ‫لَ َحا ِفظونَ لَه َو ِإ َّنا‬

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya”. (Q.S. Al-Hijr/15: 9).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam

makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa nama lain untuk Al-Quran ?

2. Bagaimanakah otentisitas kebenaran Al-Quran ?

3. Bagaimana cara membuktikan kebenaran Al-Quran ?

4. Bagaimana menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut.

1. Menjelaskan nama lain untuk Al-Quran.

2. Menjelaskan otentisitas kebenaran Al-Quran.

3. cara membuktikan kebenaran Al-Quran.

4. Menjelaskan bagaimana menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup .


BAB II

PEMBAHASAN

A. Nama Lain Untuk Al-Quran

Sebagaimana telah dikemukakan penulis di awal bahwa sejatinya istilah nama

menjadi identitas atau simbol tentang seseorang atau sesuatu. Agama Islam memandang

nama adalah suatu hal yang penting dan terkait dengan beberapa hukum baik di dunia

maupun di akhirat.

Contohnya: panggilan nama seseorang di dunia adalah panggilannya kelak di akhirat,

sehingga apabila ada orang yang namanya jelek atau kurang indah di dunia, maka itulah

nama yang ia dipanggil di akhirat kelak. Sebagaimana sabda Nabi saw.

ْ‫ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺪْﻋَﻮْﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺳْﻤَﺎﺀِ ﺁﺑَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻓََ ﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺃَﺳْﻤَﺎﺀَﻛُﻢ‬

Artinya: “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan
nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian” [HR. Abu
Dawud dan Al-Baihaqi).

Terkait dengan itu Ibnul Qayyim menjelaskan pentingnya nama, beliau berkata5,

‫ﺇﻥ ﺍﻟﺘﺴﻤﻴﺔ ﻟﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﻘﻴﻘﺘﻬﺎ ﺗﻌﺮﻳﻒ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﺍﻟﻤﺴﻤﻰ ﻷﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﻭﻫﻮ ﻣﺠﻬﻮﻝ ﺍﻻﺳﻢ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﻣﺎ ﻳﻘﻊ‬
‫ﺗﻌﺮﻳﻔﻪ ﺑﻪ‬

Artinya: “Sesungguhnya pemberian nama pada hakikatnya berfungsi untuk menunjukkan


definisi/identitas penyandang nama (yang diberi nama), karena jika ia didapati
tanpa diketahui (tanpa nama), maka ia tidak bisa dikenali.” (Tuhfatul Maudud
hal. 61, Dar Kutub Al-‘Ilmiyyah).

5
https://muslim.or.id/45562-katanya-apalah-arti-sebuah-nama.htm. 2023
Begitu halnya dengan Al-Quran, Allah Swt. telah menyematkan beberapa nama untuk Al-

Quran, diantaranya sebagaimana disebutkan oleh Dr. H. Ahmad Suganda (2018) dalam

bukunya Studi Quran dan Hadis berikut ini:

1. Al-Quran

Dinamakan dengan nama “Al-Quran” karena Al-Quran merupakan bacaan yang di dalamnya

terkumpul hal-hal yang berkaitan dengan kisah, perintah, larangan, ayat, surah, dan lain

sebagainya. Sebagaimana dalam Q.S. al-Qiyamah (75) ayat 17:

ٗ‫ﻋلَ ْﻴﻨَﺎ َﺟ ْﻤ َﻌﻪٗ َﻭقُ ْﺮ ٰﺍﻧَﻪ‬


َ ‫ﺍ َِّﻥ‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan
membacakannya.” (Q.S. al-Qiyamah/75: 17).

2. Al-Kitab

Nama Al-Quran berikutnya yaitu “al-Kitab”, karena di dalamnya terkumpul dan terhimpun

berbagai ilmu pengetahuan, kisah-kisah terdahulu, dan Akhbar. Hal ini dikarenakan makna

bahasa dari Kitab adalah menghimpun (al-Jam’u). Sebagaimana dalam Q.S. ad-Dukhan (44)

ayat 2:

‫ب ْﺍﻟ ُﻤ ِبﻴ ِْﻦ‬


ِ ‫َﻭ ْﺍﻟ ِﻜ ٰﺘ‬
Artinya: “Demi Kitab (Al-Quran) yang jelas.” (Q.S. ad-Dukhan/44: 2).

atau juga tersirat dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 2:

َ‫ْب فِي ِه هدًى ِل ْلمتَّقِين‬


َ ‫ذَلِكَ ْال ِكت َاب َل َري‬
Artinya: “Itu kitab tiada terdapat keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang yang
bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 2).

3. Ad-Dzikru

Nama Al-Quran dengan sebutan “al-Dzikr” dikarenakan dalam Al-Quran terdapat berbagai

nasihat (mawa’idh) dan cerita akan umat-umat terdahulu. Sebagaimana firman Allah Swt.

berikut:
‫م ۡن ِكر ۡونَ لَه اَفَا َ ۡنت ۡم ؕا َ ۡنزَ ۡل ٰنه ُّم ٰب َرك ذ ِۡكر َو ٰهذَا‬
Artinya: “Dan ini (Al-Quran) adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang telah
Kami turunkan. Maka apakah kamu mengingkarinya?.” (Q.S. al-Anbiya’/21: 50).

4. Al-Furqan

Al-Quran memiliki nama “al-Furqan” yang berarti pembeda, dikarenakan Al-Quran mampu

membedakan antara yang haq dan batil, sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat al-Furqan

(25) ayat 1:

ََ ‫ع ٰلى الفُرقَانََ ن ََّز‬


ََ‫ل الَّذِيَ ت َٰب َرك‬ َ ََ‫نَذِي ًرا ِللعٰ لَ ِمينََ ِليَكُون‬
َ َ‫عبدِه‬
Artinya: “Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya
(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan
manusia).” (al-Furqan/25: 1).

5. At-Tanzil

Dinamakan dengan nama at-tanzil (yang diturunkan), karena Al-Quran merupakan wahyu

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur melalui perantara

malaikat Jibril. Sumber pengambilan nama At-Tanzil kali ini adalah Q.S. asy-Syu’ara (26)

ayat 192:

ۗ َ‫َﻭﺍِﻧَّﻪٗ ﻟَﺘ َ ْﻨ ِزﻳْل ُ َربّ ِ ْﺍﻟﻌٰ لَ ِﻤﻴْﻦ‬


Artinya: “Dan sungguh, (Al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam.”
(Q.S. asy-Syu’ara/26:192).

6. Al-Huda

Al-Quran mempunyai sebutan lain yakni “Al-huda” yang bermakna petunjuk, karena di

dalam Al-Quran terdapat petunjuk-petunjuk yang menuntun umat manusia ke jalan yang

benar (al-Haqq). Hal ini sebagaimana tertera dalam surat Al-Jin ayat 13:

‫ﺴﺎ َّﻭ َﻻ َر َﻫﻘًﺎ‬ ُ ‫ى ٰﺍ َﻣﻨَّﺎ ِﺑ ٖ ۗﻪ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻳُّؤْ ِﻣ ْۢ ْﻦ ِﺑ َﺮ ِّﺑ ٖﻪ ﻓَ ََل َﻳخ‬


ً ‫َﺎف َﺑ ْخ‬ ٓ ‫ﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ ْﺍﻟ ُﻬ ٰﺪ‬
َ ‫َّﻭﺍَﻧَّﺎ ﻟَ َّﻤﺎ‬
Artinya: “Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al-Quran), kami
beriman kepadanya. Maka barangsiapa beriman kepada Tuhan, maka tidak perlu
ia takut rugi atau berdosa”. (Q.S Al-Jin/72: 13).
7. Al- Mau’idhah
Al-Quran disebut dengan “al-Mau’idhah” (pelajaran atau nasihat), karena di dalam Al-Quran

terdapat banyak pelajaran dan nasihat yang harus diikuti oleh umat Islam. Sebagaimana

dalam Q.S. Yunus (10) ayat 57:

‫صد ْو ِر فِى ِل َما َو ِشفَ ۤاء َّربِك ْم ِم ْن َّم ْو ِعظَة َج ۤا َءتْك ْم قَدْ ال َّناس ٰيٰٓاَيُّ َها‬
ُّ ‫ِل ْلمؤْ ِمنِيْنَ َّو َرحْ َمة َوهدًى ال‬
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Quran) dari
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada.” (Q.S. Yunus (10/ 57).

8. Al-Hukm

Untuk sebutan lain dari nama Al-Quran adalah “Al-Hukm” yang berarti hukum atau

peraturan, karena Al-Quran berisikan peraturan atau hukum yang harus ditaati manusia

sebagai hamba Allah, Allah Swt. berfirman:

ٍّ ‫ﻲ ٍّ َّﻭ َﻻ َﻭﺍ‬
‫ق‬ ِ ‫ﻋ َﺮ ِﺑﻴ ًّۗﺎ َﻭﻟَ ِٕى ِﻦ ﺍﺗَّبَﻌْﺖَ ﺍ َ ْﻫ َﻮ ۤﺍ َءﻫُ ْﻢ ﺑَ ْﻌﺪَ َﻣﺎ َﺟ ۤﺎ َءكَ ِﻣﻦَ ْﺍﻟ ِﻌ ْل ِﻢ َﻣﺎ ﻟَكَ ﻣِﻦَ ه‬
ّ ‫ّٰللا ِﻣ ْﻦ َّﻭ ِﻟ‬ َ ‫َﻭ َﻛ ٰذﻟِكَ ﺍ َ ْﻧزَ ْﻟ ٰﻨﻪُ ُﺣ ْﻜ ًﻤﺎ‬
Artinya: “Dan demikianlah Kami telah menurunkannya (Al-Quran) sebagai peraturan (yang
benar) dalam bahasa Arab. Sekiranya engkau mengikuti keinginan mereka setelah
datang pengetahuan kepadamu, maka tidak ada yang melindungi dan yang
menolong engkau dari (siksaan) Allah.” (Q.S. Ar-Ra’d/13: 37).

9. Al- Hikmah
Al-Quran dinamakan sebagai “Al-Hikmah atau kebijaksanaan” dikarenakan Al-Quran

diturunkan berdasarkan Qanun al-Mu’tabar (hukum yang dapat diambil ibrah), dimana hal

tersebut berfungsi untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Selain itu, dalam Al-Quran

juga terkandung hikmah-hikmah sempurna. Hal ini tergambar dari firman Allah Swt.

ِ ‫ٰﺫﻟِكَ ِﻣ َّﻤﺎ ٓ ﺍ َ ْﻭﺣٰ ٓ ﻰ ﺍِﻟَ ْﻴكَ َرﺑُّكَ ِﻣﻦَ ْﺍﻟ ِح ْﻜ َﻤ ۗ ِﺔ َﻭ َﻻ ﺗَﺠْ ﻌَ ْل َﻣ َﻊ ه‬


ْ ِ‫ّٰللا ﺍ ِٰﻟ ًﻬﺎ ٰﺍخ ََﺮ ﻓَﺘ ُ ْل ٰﻘﻰ ﻓ‬
‫ﻲ َﺟ َﻬﻨَّ َﻢ َﻣلُ ْﻮ ًﻣﺎ َّﻣﺪْ ُﺣ ْﻮ ًرﺍ‬
Artinya: “Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu (Muhammad). Dan
janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela dan dijauhkan (dari rahmat
Allah).” (Q.S. Al-Isra/17: 39).
10. Asy-Syifa’

Nama Al-Quran berikutnya adalah “asy-Syifa’” (obat atau penyembuh), karena Al-Quran

dapat dijadikan sebagai obat untuk mengobati penyakit hati berupa kekufuran, kebodohan,

dan dengki. Serta, juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit fisik. Allah Swt.

berfirman:

ُّ ‫ﺎس قَﺪْ َﺟ ۤﺎ َءﺗْﻜُ ْﻢ َّﻣ ْﻮ ِﻋظَﺔٌ ِّﻣ ْﻦ َّر ِﺑّﻜُ ْﻢ َﻭ ِشﻔَ ۤﺎ ٌء ِّﻟ َﻤﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟ‬
َ‫صﺪ ُْﻭ ِر َﻭﻫُﺪًى َّﻭ َرﺣْ َﻤﺔٌ ِّﻟ ْل ُﻤؤْ ِﻣﻨِﻴْﻦ‬ ُ ‫ٰ ٓﻳﺎَﻳُّ َﻬﺎ ﺍﻟ َّﻨ‬
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Quran) dari
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman.” (Q.S. Yunus/10: 57).

Juga dalam surat Al-Isra’ (17) ayat 82:

‫ﺎرﺍ‬
ً ‫ﺴ‬َ ‫َﻭﻧُﻨ ِ َّز ُﻝ ِﻣﻦَ ْﺍﻟﻘُ ْﺮ ٰﺍ ِﻥ َﻣﺎ ﻫ َُﻮ ِشﻔَ ۤﺎ ٌء َّﻭ َرﺣْ َﻤﺔٌ ِّﻟ ْل ُﻤؤْ ِﻣ ِﻨﻴْﻦَ َﻭ َﻻ َﻳ ِز ْﻳﺪ ُ ﺍﻟظه ِل ِﻤﻴْﻦَ ﺍ َِّﻻ َخ‬

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Quran itu) hanya
akan menambah kerugian.” (Q.S. Al-Isra/17: 82).

11. Al-Bayan

Penamaan “al-Bayan” terhadap Al-Quran dikarenakan di dalamnya berisi penjelasan dan

keterangan yang lengkap bagi umat manusia. Sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran

(3) ayat 138 berikut:

َ‫ظة ِل ۡلمت َّ ِق ۡين‬


َ ‫اس َوهدًى َّو َم ۡو ِع‬
ِ َّ‫ٰهذَا َب َيان ِللن‬
Artinya: “Inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imron/3:
138)

12. An-Nur

Al-Quran dinamakan dengan “an-Nur” yang berarti cahaya, karena dengan cahaya Al-Quran

umat manusia mampu mengetahui hal-hal yang rumit dalam perkara halal dan haram.

Sebagaimana dijelaskan dalam surat an-Nisa’ (4) ayat 174:


ٌ ‫ﺎس قَﺪْ َﺟ ۤﺎ َءﻛُ ْﻢ ﺑ ُْﺮﻫ‬
‫َﺎﻥ ِّﻣ ْﻦ َّرﺑِّﻜُ ْﻢ َﻭﺍ َ ْﻧزَ ْﻟﻨَﺎ ٓ ﺍِﻟَ ْﻴﻜُ ْﻢ ﻧُ ْﻮ ًرﺍ ُّﻣبِ ْﻴﻨًﺎ‬ ُ ‫ٰﻳٓﺎَﻳُّ َﻬﺎ ﺍﻟ َّﻨ‬
Artinya: “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al-Quran).” (Q.S. An-Nisa/4: 174)

13. Ar-Rahmah

Al-Quran dikenal dengan nama “Ar-Rahmah” (karunia) dikarenakan Al-Quran merupakan


rahmat terbesar dari Allah yang diberikan kepada umat Islam. Sebagaimana telah disebutkan
dalam kutipan ayat berikut ini:
َ‫َﻭﺍِﻧَّﻪٗ ﻟَ ُﻬﺪًى َّﻭ َرﺣْ َﻤﺔٌ ِﻟّ ْل ُﻤؤْ ِﻣﻨِﻴْﻦ‬
Artinya: “Dan sungguh, (Al-Quran) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (Q.S. An-Naml/27: 77).

14. Al-Kalam

Al-Quran dinamakan dengan “al-Kalam”(ucapan atau firman), dikarenakan Al-Quran dapat

mempengaruhi akal orang yang mendengarkan untaian ayat-ayatnya. Sebagaimana dipertegas

Allah dalam surat At-Taubah (9) ayat 6:

ࣖ َ‫ّٰللا ث ُ َّﻢ ﺍ َ ْﺑ ِل ْغﻪُ َﻣﺄ ْ َﻣﻨَﻪٗ ٰۗﺫﻟِكَ ِﺑﺎَﻧَّ ُﻬ ْﻢ قَ ْﻮ ٌﻡ َّﻻ ﻳَ ْﻌلَ ُﻤ ْﻮﻥ‬
ِ ‫ﺎركَ ﻓَﺎ َ ِﺟ ْﺮهُ َﺣﺘهﻰ ﻳَ ْﺴ َﻤ َﻊ َﻛ ٰل َﻢ ه‬
َ ‫َﻭﺍ ِْﻥ ﺍ َ َﺣﺪ ٌ ّﻣِﻦَ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺸ ِﺮ ِﻛﻴْﻦَ ﺍ ْﺳﺘ َ َﺠ‬
Artinya: “Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah
dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka
kaum yang tidak mengetahui.” (Q.S. At-Taubah/9: 6).

15. Al-Busyra

Istilah lain untuk nama Al-Quran adalah “al-Busyra” yang mengandung arti kabar gembira,

disebutkan demikian karena dalam Al-Quran terdapat kabar gembira bagi orang-orang yang

beriman. Sebagaimana dalam tertulis dalam surat An-Nahl ayat 102::

َ‫ق ِﻟﻴُث َ ِبّﺖَ ﺍﻟَّ ِذﻳْﻦَ ٰﺍ َﻣﻨُ ْﻮﺍ َﻭﻫُﺪًى َّﻭﺑُ ْﺸ ٰﺮى ِﻟ ْل ُﻤ ْﺴ ِل ِﻤﻴْﻦ‬
ِ ّ ‫قُ ْل ﻧ ََّزﻟَﻪٗ ُر ْﻭ ُح ْﺍﻟﻘُﺪ ُِس ِﻣ ْﻦ َّر ِﺑّكَ ِﺑ ْﺎﻟ َح‬
Artinya: “Katakanlah, “Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Tuhanmu dengan
kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Q.S.
An-Nahl/16: 102).
16. Al-Balagh

Al-Quran juga dikenal dengan nama “Al-Balagh” yang artinya penyampaian atau kabar.

Alasan penamaan tersebut dalam Al-Quran disampaikan kepada umat manusia terkait

perintah-perintah yang harus dijalani, serta juga disampaikan perihal larangan-larangan yang

harus dihindari. Allah Swt berfirman:

ِ ‫ﺍﻻ ْﻟبَﺎ‬
ࣖ‫ب‬ ِ ‫ﺎس َﻭ ِﻟﻴُ ْﻨذَ ُر ْﻭﺍ ِﺑ ٖﻪ َﻭ ِﻟﻴَ ْﻌلَ ُﻤ ْٓﻮﺍ ﺍَﻧَّ َﻤﺎ ﻫ َُﻮ ﺍ ِٰﻟﻪٌ َّﻭ‬
َ ْ ‫ﺍﺣﺪ ٌ َّﻭ ِﻟﻴَذ َّ َّﻛ َﺮ ﺍُﻭﻟُﻮﺍ‬ ِ َّ‫ٰﻫذَﺍ ﺑَ ٰل ٌغ ِّﻟلﻨ‬
Artinya: “Dan (Al-Quran) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar
mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran.” (Q.S.
Ibrahim/14: 52).

17. Ar-Ruh

Al-Quran dinamakan dengan istilah “Ar-Ruh” karena Al-Quran dapat menghidupkan hati dan

jiwa seorang manusia. Sebagaimana dalam surat Asy-Syura (42) ayat 52:

ْ ‫ﺍﻻ ْﻳ َﻤﺎﻥُ َﻭ ٰﻟ ِﻜ ْﻦ َﺟ َﻌ ْل ٰﻨﻪُ ﻧُ ْﻮ ًرﺍ ﻧَّ ْﻬﺪ‬


‫ِي ِﺑ ٖﻪ َﻣ ْﻦ‬ ْ ‫َﻭ َﻛ ٰذﻟِكَ ﺍ َ ْﻭ َﺣ ْﻴﻨَﺎ ٓ ﺍِ َﻟﻴْكَ ُر ْﻭ ًﺣﺎ ِّﻣ ْﻦ ﺍ َ ْﻣ ِﺮﻧَﺎ ۗ َﻣﺎ ﻛُ ْﻨﺖَ ﺗَﺪ ِْر‬
ُ ‫ي َﻣﺎ ْﺍﻟ ِﻜ ٰﺘ‬
ِ ْ ‫ب َﻭ َﻻ‬
ِ ‫ي ﺍ ِٰﻟﻰ‬
‫ص َﺮﺍطٍّ ُّﻣ ْﺴﺘ َ ِﻘﻴ ٍّْﻢ‬ ْٓ ‫ﻧَّﺸ َۤﺎ ُء ِﻣ ْﻦ ِﻋبَﺎ ِدﻧَﺎ َۗﻭﺍِﻧَّكَ ﻟَﺘ َ ْﻬ ِﺪ‬
Artinya: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Quran) dengan
perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Quran)
dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Quran itu cahaya, dengan itu Kami
memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.”
(Q.S. Asy-Syura/42: 52).

18. Al-Qoul

Dinamakan dengan Al-Qoul karena Al-Quran benar-benar berasal dari firman Allah Swt.

sebutan Al-Qoul ini terlampir dalam surat Al-Qasas ayat 51:

ۗ َ‫ص ْلﻨَﺎ ﻟَ ُﻬ ُﻢ ْﺍﻟﻘَ ْﻮ َﻝ ﻟَ َﻌلَّ ُﻬ ْﻢ ﻳَﺘَذَ َّﻛ ُﺮ ْﻭﻥ‬


َّ ‫َﻭﻟَﻘَﺪْ َﻭ‬
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menyampaikan perkataan ini (Al-Quran) kepada mereka
agar mereka selalu mengingatnya.” (Q.S. Al-Qasas/28: 51).
19. Al-Basha’ir

Istilah lain dari nama Al-Quran adalah Al-Basha’ir yang artinya pedoman. Nama Al-Basha’ir

ini dapat kita temukan dalam surat Al-Jasiyah ayat 20:

ِ ‫ص ۤﺎ ِٕى ُﺮ ِﻟل َّﻨ‬


َ‫ﺎس َﻭﻫُﺪًى َّﻭ َرﺣْ َﻤﺔٌ ِّﻟﻘَ ْﻮ ٍّﻡ ﻳ ُّْﻮ ِقﻨُ ْﻮﻥ‬ َ ‫ٰﻫذَﺍ َﺑ‬
Artinya: “(Al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang meyakini.” (Q.S. Al-Jasiyah/45: 20).

20. Al-Burhan

Al-Burhan adalah nama lain Alquran yang berarti bukti kebenaran. Nama ini tertulis di dalam Quran

surat An-Nisa ayat 174:

‫ُّم ِب ْينًا ن ْو ًرا اِلَيْك ْم َوا َ ْنزَ ْلنَا ٰٓ َّر ِبك ْم ِم ْن ب ْرهَان َج ۤا َءك ْم قَدْ ال َّناس ٰيٰٓاَيُّ َها‬
Artinya: “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu,
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al-Quran).” (Q.S. An-Nisa/4: 174).

B. Autentisitas Al-Quran

Kata Autentisitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai

keaslian atau kebenaran. Jadi autentisitas Al-Quran adalah keaslian atau kebenaran dari

kalamullah (Al-Quran).

Terkait dengan otentisitas al-Qur’an, Syaikh Nawawi Banten dalam Qathr al-Ghaits

mengungkap bahwa Allah menurunkan sejumlah kitab kepada para nabi secara berangsur-

angsur atau dengan perantaraan malaikat Jibril. Kitab-kitab itu sendiri bukan makhluk.

Alasannya, karena bukan karangan manusia, namun karangan Allah semata.

Di samping itu, kitab-kitab itu qadim (terdahulu). Dari sisi argumen yang dibangun

menunjukkan bahwa firman Allah itu qadim (terdahulu). Apalagi terbukti kitab-kitab itu tidak

saling bertentangan satu sama lain dalam hal makna. Misalnya, firman Allah pada satu

tempat tidak membatalkan firman-Nya pada tempat lain.


Untuk itu Allah SWT tegaskan, “Maka tidakkah mereka menghayati (memahami) al-

Qur’an? Sekiranya (al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal

yang bertentangan di dalamnya” (QS al-Nisa’/4: 82). Maksudnya tidakkah mereka berpikir

mengenai al-Qur’an?

Sekiranya al-Qur’an itu perkataan manusia, pastilah mereka mendapatkan makna

yang bertentangan dan susunan yang terbalik-balik. Misalnya, sebagian informasi al-Qur’an

tidak sesuai dengan kondisi kekinian. Begitu juga sebagian susunannya bisa dipahami dengan

jelas sedangkan yang lainnya membuat bingung.

Jadi, kalau al-Qur’an itu bukan bersumber dari Allah, maka setidaknya sedikit atau

banyak dapat ditemukan sejumlah perbedaan dan pertentangan (baik makna, susunan dan

lainnya). Namun kenyataannya tidak demikian, hingga saat ini tidak ada yang mampu

menemukan suatu perbedaan dan pertentangan dalam al-Qur’an, sedikit apalagi banyak.

Berdasar semua keterangan di atas, maka siapa saja yang meragukan otentisitas dan

validitas kitab-kitab yang diturunkan kepada sejumlah rasul seperti tidak meyakini sama

sekali mengenai isi satu ayat atau satu kalimat, maka sungguh orang tersebut dapat dipastikan

telah kufur (menutupi kebenaran dan mendustakan kitab-kitab tersebut).

Pada makalah ini penulis melampirkan beberapa bukti tentang autentisitas

(kebenaran) Al-Quran.

1. Alam Semesta dalam Al-Quran

Allah Swt. menegaskan kekuasaan menciptakan manusia sebagai bagian dari alam,

mematikan dan menghidupkan.tanah yang mati pun dapat disuburkan kembali. Gunung-

gunung dapat diletuskan dan dimunculkan kembali. Pernyataan ini tersirat dalam firman-Nya:

(۳) َ‫َّر َوالَّذِي‬ َ ‫( فَ َه ٰد‬۲) َ‫ى َخلَقََ الَّذِي‬


ََ ‫ى قَد‬ َ َ‫ف‬
َ ‫س ّٰو‬

Artinya: “yang menciptakan, lalu menyempurnakan (penciptaan-Nya). ang menentukan


kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (q.s. Al-A’la/87: 2-3).
Ayat di atas menjelaskan bagaimana kekuasaan Allah Swt. yang telah menciptakan

alam semesta ini dengan sempurna. Semua makhluk-Nya pun telah ditentukan kadarnya dan

diberi petunjuk. Oleh karena itu, yang menyucikan dan bersyukur kepada Allah Swt. bukan

sekedar manusia saja, melainkan makhluk Allah yang lain pun seperti para malaikat, angin,

lautan, daratan, gunung, matahari dan juga hewan.

Peristiwa kejadian alam dalam perspektif Islam bersumber pada Al-Quran dan As-

Sunnah, sebagaimana terdapat pada surat Yunus ayat 101:

)١٠١( َ‫ﻋ ْﻦ قَ ْﻮ ٍّﻡ َّﻻ ﻳُؤْ ِﻣﻨُ ْﻮﻥ‬ ٰ ْ ‫ض َۗﻭ َﻣﺎ ﺗ ُ ْغﻨِﻰ‬
َ ‫ﺍﻻﻳٰﺖُ َﻭﺍﻟﻨُّذ ُ ُر‬ ِ ‫ﺍﻻ ْر‬ ِ ‫قُ ِل ﺍ ْﻧظُ ُﺮ ْﻭﺍ َﻣﺎﺫَﺍ ﻓِﻰ ﺍﻟﺴَّﻤٰ ٰﻮ‬
َ ْ ‫ت َﻭ‬
Artinya: “Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah
bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang yang tidak beriman.” (Q.S. Yunus/10: 101)

Ayat di atas adalah suatu perintah kepada Nabi Muhammad saw. dan seluruh ummat

manusia untuk mengadakan penelitian terhadap semua makhluk ciptaan Allah yang terdapat

di langit dan di bumi dengan tujuan agar manusia dapat mengambil hikmah dan manfaat

untuk kehidupan di dunia

Langit dan bumi bergerak atas dasar perintah Allah Swt. yang disebut dengan istilah

sunnatullah. Alam taat kepada perintah Allah dengan segala peraturan-Nya. Perintah Allah

bersifat abadi dan tidak berubah-ubah, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Fath ayat 23:

‫ّٰللاِ ﺗ َ ْب ِﺪﻳ ًَْل‬ ُ ‫ﺖ ِﻣ ْﻦ قَ ْب ُل َﻭﻟَ ْﻦ ﺗ َِﺠﺪَ ِﻟ‬


‫ﺴﻨَّ ِﺔ ه‬ ْ ‫ّٰللا ﺍﻟَّ ِﺘ‬
ْ َ‫ﻲ قَﺪْ َخل‬ ِ ‫ﺳﻨَّﺔَ ه‬
ُ
Artinya: “(Demikianlah) hukum Allah, yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali
tidak akan menemukan perubahan pada hukum Allah itu.” (Q.S. Al-Fath/48: 23).

Apabila alam selalu tunduk dan patuh kepada Allah Swt., lalu dari mana asal

terjadinya bencana alam ? tentu kita mendapat jawaban yang pasti yakni atas perintah Allah

kepada alam, baik bumi maupun lautan. Dari peristiwa tersebut sudah sepantasnya kalau

manusia untuk berfikir dan berdzikir, karena setiap perbuatan manusia akan diminta

pertanggungjawabannya atas perbuatan yang telah dilakukan di muka bumi.


2. Alam Semesta dalam Perspektif Ilmu Alamiah Modern

Alam semesta yang terbentang luas ini dapat ditinjau dari dua perspektif, yakni

perspektif Islam yang didasari Al-Quran, dan perspektif ilmu pengetahuan alam yang

dihasilkan melalui berbagai penelitian para ilmuwan barat dan ilmuwan muslim.

Berdasarkan pengamatan Hubble pada galaksi-galaksi yang tersebar di langit pada

tahun 1929 dapat dibuktikan bahwa galaksi-galaksi yang tampak dari bumi saling berjauhan

dan menjauhi bumi. Galaksi yang jauh, kecepatannya lebih besar daripada galaksi yang lebih

dekat, sehinggga dengan jaraknya masing-masing dari bumi dapat dikatakan bahwa ruang

alam ini bersama-sama dengan galaksi berekspansi sesuai dengan model kosmos yang

ditemukan Friedman dari persamaan Einstein yang asli. Hal itu merupakan kenyataan alam

yang telah diungkap dalam Al-Quran surat Az-Zariyat ayat 47:

َ‫ﺴ َﻤ ۤﺎ َء ﺑَﻨَﻴ ْٰﻨ َﻬﺎ ِﺑﺎَﻳْى ٍّﺪ َّﻭﺍِﻧَّﺎ ﻟَ ُﻤ ْﻮ ِﺳﻌُ ْﻮﻥ‬


َّ ‫َﻭﺍﻟ‬
Artinya: “Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar
meluaskannya.” (Q.S. Az-Zariyat/51: 47).

Dengan demikian, berabad-abad sebelum persamaan Einstein ditulis, firman Allah

Swt. sudah lebih awal mengkhabarkan kepada umat manusia bahwa Dia (Allah) yang telah

meluaskan atau mengekspansikan alam semesta sehingga galaksi-galaksi yang mengisinya

saling menjauhi manusia. Itulah yang disebut tingkah laku alam yang alamiah atau sudah

menjadi hukum alam yang tetap.

3. Cara Membuktikan Kebenaran Al-Quran

Menurut Quraish Sihab, kebenaran Al-Quran dapat dibuktikan melalui beberapa

aspek, Salah satunya sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw. yang termasuk bagian

dari fungsi Al-Quran. Bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan yang sifatnya

bertahap.
Pertama, menantang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-

Quran secara keseluruhan. Hal ini sebagaimana diungkapkan Al-Quran dalam surat At-Tur

ayat 34:

ٍّ ‫ﻓَ ْل َﻴﺄْﺗ ُ ْﻮﺍ ِﺑ َح ِﺪ ْﻳ‬


َ‫ث ِّﻣثْ ِل ٖ ٓﻪ ﺍ ِْﻥ َﻛﺎﻧُ ْﻮﺍ صٰ ِﺪ ِقﻴ ْۗﻦ‬
Artinya: “Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (Al-Quran) jika mereka orang-orang
yang benar.” (Q.S. At-Tur/52: 34).

Kedua, Allah menantang mereka untuk menyusun 10 surat semacam Al-Quran. Tantangan ini

Allah sampaikan dalam surat Hud ayat 13:

َ‫ّٰللا ﺍ ِْﻥ ﻛُ ْﻨﺘ ُ ْﻢ صٰ ِﺪقِﻴْﻦ‬


ِ ‫ط ْﻌﺘ ُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ د ُْﻭ ِﻥ ه‬ ٍّ ‫ﺍ َ ْﻡ ﻳَﻘُ ْﻮﻟُ ْﻮﻥَ ﺍ ْﻓﺘ َٰﺮىﻪُ ۗقُ ْل ﻓَﺄْﺗ ُ ْﻮﺍ ِﺑ َﻌ ْﺸ ِﺮ ﺳُ َﻮ ٍّر ِّﻣثْ ِل ٖﻪ ُﻣ ْﻔﺘ ََﺮ ٰﻳ‬
َ َ ‫ﺖ َّﻭﺍدْﻋُ ْﻮﺍ َﻣ ِﻦ ﺍ ْﺳﺘ‬
Artinya: “Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Quran
itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal
dengannya (Al-Quran) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu
yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Hud/11: 13).

Ketiga, Allah menantang mereka untuk menyusun satu surat saja seperti Al-Quran.

Tantangan ini termaktub dalam surat Yunus ayat 38:

َ‫ّٰللا ﺍ ِْﻥ ﻛُ ْﻨﺘ ُ ْﻢ صٰ ِﺪ ِقﻴْﻦ‬ َ َ ‫ﻋ ْﻮﺍ َﻣ ِﻦ ﺍ ْﺳﺘ‬


ِ ‫ط ْﻌﺘ ُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ د ُْﻭ ِﻥ ه‬ ُ ‫ﺍ َ ْﻡ َﻳﻘُ ْﻮﻟُ ْﻮﻥَ ﺍ ْﻓﺘ َٰﺮىﻪُ ۗ قُ ْل ﻓَﺄْﺗ ُ ْﻮﺍ ِﺑ‬
ُ ْ‫ﺴ ْﻮ َر ٍّة ِّﻣثْ ِل ٖﻪ َﻭﺍد‬
Artinya: “Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-
buatnya? Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-
Qur'an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya)
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Yunus/10: 38).

Keempat, Tantangan keempat yang Allah sampaikan kepada orang-orang yang

meragukan (tidak percaya) dengan Al-Quran, yaitu untuk menyusun sesuatu atau seperti

kurang lebih sama dengan satu surat Al-Quran. Allah Swt. berfirman:

‫ّٰللا ﺍ ِْﻥ ﻛُ ْﻨﺘ ُ ْﻢ‬ ُ ِ‫ﻋ ْب ِﺪﻧَﺎ ﻓَﺄْﺗ ُ ْﻮﺍ ﺑ‬


ِ ‫ﺴ ْﻮ َرةٍّ ِّﻣ ْﻦ ِّﻣثْ ِل ٖﻪ َﻭﺍدْﻋُ ْﻮﺍ شُ َﻬﺪَ ۤﺍ َءﻛُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ د ُْﻭ ِﻥ ه‬ َ ‫ﻋ ٰلﻰ‬
َ ‫ب ِّﻣ َّﻤﺎ ﻧ ََّز ْﻟﻨَﺎ‬ ْ ِ‫َﻭﺍ ِْﻥ ﻛُ ْﻨﺘ ُ ْﻢ ﻓ‬
ٍّ ‫ﻲ َر ْﻳ‬
َ‫صٰ ِﺪ ِقﻴْﻦ‬
Artinya: “Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Baqarah/2:
23).
Ayat-ayat di atas menjadi penegas, tantangan nyata dari Allah kepada orang-orang yang

meragukan (tidak percaya) terhadap Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw.

dan pada kenyataannya sampai saat ini belum/tidak ada yang mampu membuat ayat atau surat yang setara

dengan Al-Quran. Hal ini menjadi penegas bahwa keaslian atau kebenaran Al-Quran langsung dijaga oleh

Allah Swt.senada dengan firman-Nya:

َ‫ﺍِﻧَّﺎ ﻧَحْ ُﻦ ﻧ ََّز ْﻟﻨَﺎ ﺍﻟ ِذّ ْﻛ َﺮ َﻭﺍِﻧَّﺎ ﻟَﻪٗ ﻟَحٰ ِﻔظُ ْﻮﻥ‬
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr/15/ 9).

Al-Quran sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. menjadi bukti bahwa seluruh

informasi dan petunjuk yang disampaikan benar-benar bersumber dari Allah Swt. Hal ini

dapat dilihat dari tiga aspek berikut:

1. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya.

Tidak mudah untuk menguraikan hal ini, khususnya bagi kita yang kurang memahami

dan memiliki rasa bahasa Arab, karena keindahan diperoleh melalui perasaan bukan

melalui nalar. Sekalipun demikian, ada satu atau dua hal yang berkaitan dengan redaksi

Al-Quran yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini.

2. Aspek pemberitaan gaibnya.

Salah satu yang mendukung aspek ini adalah tentang Firaun yang mengejar-ngejar Nabi

Musa as. yang disebutkan dalam surat Yunus ayat 92 dimana didalamnya ditegaskan

bahwa badan Firaun akan diselamatkan Allah untuk menjadi pelajaran bagi generasi

berikut. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena itu terjadi sekitar 1200 tahun

SM. Pada awal abad ke 19, tepatnya tahun 1896, Loret sebagai ahli purbakala

menemukan satu mumi di lembah Raja-raja Luxor Mesir yang dari data-datanya dia

adalah Firaun. Setelah mendapat izin dari pemerintahan Mesir, Loret membuka pembalut-

pembalut Firaun dan ternyata ditemukannya satu jasad utuh seperti yang telah diberitakan

Al-Quran melalui Nabi Muhammad saw..


3. Isyarat Ilmiah

Diisyaratkan bahwa cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya

bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari). Pernyataan ini dapat kita temukan dalam

surat Yunus ayat 5

َ‫ّٰللاُ ٰﺫﻟِك‬
‫ﺎب َﻣﺎ َخلَقَ ه‬ َ ‫ﺴﻨِﻴْﻦَ َﻭ ْﺍﻟ ِح‬
َۗ ‫ﺴ‬ َ ‫ض َﻴ ۤﺎ ًء َّﻭ ْﺍﻟﻘَ َﻤ َﺮ ﻧُ ْﻮ ًرﺍ َّﻭقَﺪ ََّر ٗه َﻣﻨ َِﺎز َﻝ ِﻟﺘَ ْﻌلَ ُﻤ ْﻮﺍ‬
ّ ِ ‫ﻋﺪَدَ ﺍﻟ‬ ِ ‫س‬ َ ‫ﺸ ْﻤ‬َّ ‫ِي َﺟ َﻌ َل ﺍﻟ‬ ْ ‫ﻫ َُﻮ ﺍﻟَّذ‬
َ‫ﺖ ِﻟﻘَ ْﻮ ٍّﻡ ﻳَّ ْﻌلَ ُﻤ ْﻮﻥ‬ ٰ ْ ‫ص ُل‬
ِ ‫ﺍﻻ ٰﻳ‬ ّ ِ َ‫ق ﻳُﻔ‬ِ ّ ۗ ‫ﺍ َِّﻻ ِﺑ ْﺎﻟ َح‬
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan
benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.” (Q.S. Yunus/10: 5)

4. menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup

Al-Quran berfungsi sebagai pedoman hidup bagi umat Islam. Al-Quran juga

mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua

pertiga ayat-ayat Al-Quran mengandung motivasi kependidikan bagi umat Islam. Al-Quran

sebagai minhajul hayah (pedoman hidup), konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat

mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak

bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia.

‫ﺎرﺍ‬
ً ‫ﺴ‬َ ‫َﻭﻧُﻨ ِ َّز ُﻝ ِﻣﻦَ ْﺍﻟﻘُ ْﺮ ٰﺍ ِﻥ َﻣﺎ ﻫ َُﻮ ِشﻔَ ۤﺎ ٌء َّﻭ َرﺣْ َﻤﺔٌ ِّﻟ ْل ُﻤؤْ ِﻣ ِﻨﻴْﻦَ َﻭ َﻻ َﻳ ِز ْﻳﺪ ُ ﺍﻟظه ِل ِﻤﻴْﻦَ ﺍِ َّﻻ َخ‬
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya
akan menambah kerugian.” (Q.S. Al-Isra/17: 82).

Sebagai pedoman hidup Al-Quran memiliki keistimewaan, yaitu:

1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia sepanjang masa

2. Ajaran Al-Quran mencangkup seluruh aspek kehidupan manusia seperti aspek ekonomi,

politik, hukum, budaya, seni dan lain-lain.


3. Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah swt. dari segala bentuk penambah

pengurangan dan pemalsuan.

4. Allah Swt. menjadikan Al-Quran mudah untuk dipahami, dihapalkan dan diamalkan.

5. Al-Quran berfungsi sebagai nasikh, muhaimin dan mushaddiq terhadap kitab-kitab

sebelumnya.

6. Al-Quran sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw.


BAB III

KESIMPULAN

Al-Quran yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. dengan

perantara Malaikat Jibril secara mutawatir dan menjadi ibadah serta pahala bagi mereka yang

membaca dan mengamalkkannya, memiliki nama atau sebutan lain yang jumlahnya tidak

sedikit. Untuk nama-nama tersebut diantaranya:

1. Al-Quran
2. Al-Kitab
3. Ad-Dzikru
4. Al-Furqan
5. At-Tanzil
6. Al-Huda
7. Al- Mau’idhah
8. Al-Hukm
9. Al- Hikmah
10. Asy-Syifa’
11. Al-Bayan
12. An-Nur
13. Ar-Rahmah
14. Al-Kalam
15. Al-Busyra
16. Al-Balagh
17. Ar-Ruh
18. Al-Qoul
19. Al-Basha’ir
20. Al-Burhan.
Selain memiliki sebutan lain, Al-Quran berfungsi sebagai mukjizat bagi Rasulullah saw.

dengan autentisitas (kebenaran) yang mutlak karena langsung dijaga oleh Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. H. Ahmad Suganda, M. Ag . 2018 Studi Quran dan Hadis.


Pustaka Setia Bandung.
2. Abdul Jalal.H.A, 2008 Ulumul Qur’an Dunia Ilmu, Surabaya
3. Saied Al-Makhtum, 2016 Karantina Hafal Al-Quran Sebulan. CV Alam Pena
Ponorogo.
4. Manna Khalil Al-Qattan, 2007 Study Ilmu-ilmu Quran, Pustaka Litera
AntarNusa, Bogor
5. Fahrur Rozy, MA 2018 Al Hafidz Pentashih LPMQ Kemenag.

6. https://muslim.or.id/45562-katanya-apalah-arti-sebuah-nama. 2023

Anda mungkin juga menyukai