Anda di halaman 1dari 26

PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN AL-QUR'AN SERTA HIKMAH AL-QUR’AN

DITURUNKAN SECARA BERANGSUR-ANGSUR


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT itu tidak ada yang sia-sia, dan
segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti mempunyai definisi dan tujuan untuk apa
mereka diciptakan, begitu juga sama halnya dengan Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada baginda Rasulullah SAW pasti mempunyai definisi, fungsi dan juga tujuan.
Banyak sekali perbedaan-perbedaan pendapat dari para ulama dan pakar-pakar mengenai
definisi Al-Qur’an baik secara etimologi maupun terminologi. Tapi pada kesimpulannya Al-
Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada baginda Rasulullah SAW, yaitu
Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril As, yang di situ Al-Qur’an merupakan kitab suci
bagi umat Islam yang resmi. Sama halnya seperti Nashrani dengan Injilnya ataupun Yahudi
dengan Tauratnya.
Selain itu Al-Qur’an juga mempunyai banyak sekali fungsi dan tujuan. Salah satu tujuan
dan fungsi Al-Qur’an adalah menjadi petunjuk bagi umat manusia, sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 9.
﴾۹﴿ ‫ت أَ َّن لَهُ ْم أَجْ رًا َكبِيرًا‬ Fَ ِ‫إِ َّن هَ َذا ْالقُرْ آنَ يَ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي أَ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْال ُم ْؤ ِمن‬
ِ ‫ين الَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ الصَّالِ َحا‬
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholih, bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).
Karena banyaknya perbedaan-perbedaan pendapat mengenai definisi Al-Qur’an dan juga
karena banyaknya fungsi dan tujuan Al-Qur’an. Maka hal ini membutuhkan pemaparan dan
penjelasan yang lebih detail.
Oleh karena itu penulis dengan segala keterbatasannya mencoba menguraikan masalah
yang sudah tidak asing lagi dan sudah sangat populer ini, khususnya bagi umat Islam yang
merupakan pemilik resmi kitab suci Al-Qur’an ini, ke dalam sebuah karya ilmiah yang dalam hal
ini penulis memilih sebuah bentuk makalah.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk proses pembelajaran bagi penulis dalam
membuat karya ilmiah dan sekaligus juga untuk mencoba mengamalkan ilmu yang Allah SWT
berikan pada penulis, walaupun hanya sedikit tapi semoga bermanfaat. Karena Nabi SAW
pernah bersabda: “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Maka dari
itu penulis membuat makalah yang diberi judul PENGERTIAN, FUNGSI DAN TUJUAN AL-
QUR’AN.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah diuraikan penulis di dalam latar belakang
masalah, maka penulis mencoba untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dibahas di
dalam makalah ini. Yang tujuannya agar dalam membahas makalah ini, penulis tidak keluar dari
konteks yang telah ditentukan. Yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud Al-Qur’an itu?
2. Apa saja fungsi Al-Qur’an bagi kehidupan umat manusia pada umumnya?
3. Apa saja tujuan diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT untuk umat manusia ini?
4. Mengapa Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia?
5. Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
6. Apa hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur?
7.  Apa faedah turunnya Al-Qur’an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran?
8. Apa hikmah diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur?
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Al-Qur’an
Menurut etimologi: Al-Qur’an berasal dari kata Qa-ra-a (‫ )قرأ‬artinya membaca, maka
perkataan itu berarti “bacaan”. Maksudnya, agar ia menjadi bacaan atau senantiasa dibaca oleh
segenap bangsa manusia terutama oleh para pemeluk agama Islam.1[1]
Para ulama berbeda pendapat mengenai lafadz Al-Qur’an. Sebagian berpendapat,
penulisan lafadz tersebut dibubuhi huruf hamzah (dibaca Al-Qur’an). Pendapat lain mengatakan
penulisannya Zdari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah
di tengahnya, jadi dibaca Al-Qur’an). Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam
pengertiannya kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi menurut Al-
Syafi’i, lafadz tersebut bukan berasal dari akar kata Qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar
katanya Qa-ra-a, maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Lafadz
tersebut memang nama khusus bagi Al-Qur’an, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.
a. Al-Fara’ berpendapat, lafadz Al-Qur’an adalah pecahan (musytaq) dari kata Qara’in
(kata jamak Qarinah) yang berarti bermakna: kaitan, karena ayat-ayat Al-Qur’an satu
sama lain saling berkaitan. Karena itu jelaslah bahwa huruf “nun” pada akhir lafadz Al-
Qur’an adalah huruf asli, bukan huruf tambahan.
b. Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafadz Al-Qur’an adalah musytaq
(pecahan) dari akar kata Qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat Qarnusy-syai bisy-syai
(menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Jadi kata Qarn dalam hal itu bermakna:
gabungan atau kaitan, karena surat-surat dan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an saling
bergabung dan saling berkaitan.
Tiga pendapat di atas (Al-Syafi’i, Al-Fara’, dan Al-Asy’ari) cukuplah sebagai contoh
untuk menarik kesimpulan bahwa lafadz Al-Qur’an (tanpa huruf hamzah di tengahnya) jauh dari
kaidah pemecahan kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab. Di antara para ulama yang berpendapat
bahwa lafadz Al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah di tengahnya ialah Al-Zajjaj2[2],
Al-Lihyani3[3] serta jama’ah lainnya.
c. Al-Zajjaj: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola-
kata (Wazn) Fu’lan. Lafadz tersebut pecahan (musytaq) dari akar kata Qar’un yang
1
2
3
berarti Jam’un. Ia mengetengahkan contoh kalimat Quri’al Ma’u fil-Haudhi yang berarti:
air dikumpulkan dalam kolam. Jadi dalam kalimat itu kata Qar’un bermakna Jam’un
yang dalam bahasa Indonesia bermakna “kumpul”. Alasannya Al-Qur’an
“mengumpulkan” atau menghimpun intisari kitab-kitab suci terdahulu.
d. Al-Lihyani: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan
pola-kata Ghufran dan merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata Qa-ra-a yang
bermakna Tala’ (membaca). Lafadz Al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang
dibaca, yakni objek, dalam bentuk mashdar.
Pendapat yang belakangan lebih kuat (pendapat Al-Lihyani, red) dan lebih tepat karena
dalam bahasa Arab, lafadz Al-Qur’an adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan
Qira’ah, yakni “bacaan”. Sebagai contoh, firman Allah SWT dalam QS. Al-Qiyamah: 17-18.
﴾۱٨﴿ ُ‫﴾ فَإ ِ َذا قَ َر ْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ آنَه‬۱۷﴿ ُ‫إِ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُرْ آنَه‬
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya (17). Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu”(18). (Al-Qiyamah: 17-18).4[4]
Sedangkan menurut terminologi Al-Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan
mukjizat5[5], yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam kalbu Rasulullah
SAW, sebagaimana Firman Allah SWT:
﴾۲۳﴿ ً‫ك ْالقُرْ آنَ تَ ْن ِزيال‬
َ ‫إِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan
berangsur-angsur.” (Al-Insan: 23)
Dan dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:
﴾۲﴿ َ‫إِنَّا أَ ْن َز ْلنَاهُ قُرْ آنًا َع َربِيًّا لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (QS. Yusuf: 2).
dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal pengakuannya
sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia,
yang abadi, untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat,6[6] di samping merupakan amal
ibadah jika membacanya. Al-Qur’an juga di-tadwin-kan di antara dua ujung, yang dimulai dari
4
5
6
surat Al-Fatihah, dan ditutup dengan surat Al-Nas, dan sampai kepada Kita secara tertib dalam
bentuk tulisan (Mushaf) maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan
pergantian, sekaligus dibenarkan oleh Allah SWT, di dalam firman-Nya. 7[7] Definisi ini selaras
dengan apa yang diberikan oleh Ahli Ushul.8[8]
Dalam Kitab Manna’ul-Qaththan mabahits fi ulumil-Qur’an9[9], yang dimaksud Al-
Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya adalah
ibadah.10[10]
Definisi lain mengenai Al-Qur’an juga dikemukakan oleh Al-Zarqani. Menurut Al-
Zarqani, Al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari
permulaan surat Al-Fatihah sampai akhir surat Al-Naas.11[11]
Sedangkan Abdul Wahhab Khallaf memberikan definisi mengenai Al-Qur’an, yaitu
firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah; Muhammad bin Abdullah melalui Al-
Ruhul Amin (Jibril As) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar,
agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang
bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah
kepada Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan
surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara
mutawatir12[12] dari generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari
perubahan atau pergantian.13[13]
B. Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah dokumen untuk umat manusia. Bahkan kita ini sendiri menamakan
dirinya petunjuk bagi manusia.14[14] Allah SWT berfirman Dalam QS: Al-Baqarah [2]: 185 & 2:
﴾۲﴿ َ‫ْب فِي ِه هُدًى لِ ْل ُمتَّقِ ْين‬
َ ‫َذلِكَ ْال ِكتَابُ الَ َري‬

7
8
9
10
11
12
13
14
“kitab15[15] (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan pada isinya, petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa16[16]”. (QS: Al-Baqarah [2]: 2).17[17]
ْ‫ا أَو‬F‫يض‬
ً ‫انَ َم ِر‬F‫ ْمهُ َو َم ْن َك‬F‫ص‬ ُ َ‫ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
﴿ َ‫ ُكرُون‬FF‫َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُخَ َر ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َوال ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم ت َْش‬
﴾۱٨۵
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang
siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS: Al-Baqarah [2]: 185).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain
sedemikian rupa sehingga jelas bagi umat manusia dengan petunjuk itu manusia bisa
membedakan mana yang hak dan bathil. Inilah sesungguhnya fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai
pedoman hidup umat manusia. Karena itu bila Al-Qur’an dipelajari dengan benar dan sungguh-
sungguh maka isi kandungannya akan membantu Kita menemukan nilai-nilai yang dapat
dijadikan pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup.18[18]
Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya adalah:
1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT.
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan.
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu.
4. Sebagai Obat penawar (syifa’) bagi segala macam penyakit, baik penyakit rohani maupun
jasmani. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Yunus: 57, Al-Isra’: 82, dan Fushilat: 44.
﴾۵۷﴿ َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬
ِ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬

15
16
17
18
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57).
﴾٨۲﴿ ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َوال يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ إِال َخ َسارًا‬
Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman, dan (Al-Quran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian”. (QS. Al-Isra' [17]: 82).
‫ونَ فِي آ َذانِ ِه ْم‬FFُ‫فَا ٌء َوالَّ ِذينَ اَل ي ُْؤ ِمن‬F‫دًى َو ِش‬Fُ‫وا ه‬FFُ‫ َو لِلَّ ِذينَ آ َمن‬Fُ‫لْ ه‬FFُ‫ت آيَاتُهُ أَأَ ْع َج ِم ٌّي َو َع َربِ ٌّي ق‬ ِّ ُ‫ًّا لَقَالُوا لَوْ ال ف‬Fّ‫َولَوْ َج َع ْلنَاهُ قُرْ آنًا أَ ْع َج ِمًي‬
ْ َ‫صل‬
﴾٤٤﴿ ‫ك يُنَادَوْ نَ ِم ْن َم َكا ٍن بَ ِعي ٍد‬ َ ِ‫َو ْق ٌر َوهُ َو َعلَ ْي ِه ْم َع ًمى أُولَئ‬
“Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa lain selain bahasa Arab
tentulah Mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al-
Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?. Katakanlah: “Al-Qur’an itu
adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak
beriman pada telinga Mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi
Mereka19[19]. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.”
(QS. Fushshilat [41]: 44).
5. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam QS. Fathir: 31 dan Al-Maidah: 48.
ِ َ‫ص ِّدقًا لِ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه إِ َّن هَّللا َ بِ ِعبَا ِد ِه لَ َخبِي ٌر ب‬
﴾۳۱﴿ ‫صي ٌر‬ ُّ ‫ب هُ َو ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ ِ ‫ك ِمنَ ْال ِكتَا‬
َ ‫َوالَّ ِذي أَوْ َح ْينَا إِلَ ْي‬
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) adalah Al-Kitab (Al Qur’an)
itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.” (QS. Fathir: 31).
َ ‫ ْع أَ ْه‬Fِ‫زَ َل هَّللا ُ َوال تَتَّب‬F‫ا أَ ْن‬F‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َم‬
َ‫ ا َءك‬F‫وا َءهُ ْم َع َّما َج‬F ِ ‫ص ِّدقًا لِ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِكتَا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوأَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬
ِ ‫ت ِإلَى هَّللا‬ َ ‫تَبِقُوا ْالخَ ي‬F‫اس‬
ِ ‫را‬Fْ ْ َ‫ا ُك ْم ف‬Fَ‫ا آت‬F‫ َو ُك ْم فِي َم‬Fُ‫ َدةً َولَ ِك ْن لِيَ ْبل‬F‫اح‬ ِ ‫ا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُ َّمةً َو‬F‫وْ َش‬FFَ‫ق لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا َول‬
ِّ ‫ِمنَ ْال َح‬
﴾٤٨﴿ َ‫م بِ َما ُك ْنتُ ْم فِي ِه ت َْختَلِفُون‬Fْ ‫َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَبِّئُ ُك‬
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi

19
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Ma’idah: 48).
6. Sebagai pelajaran dan penerangan. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. Yasin: 69.
ٌ ْ‫َو َما َعلَّ ْمنَاهُ ال ِّش ْع َر َو َما يَ ْنبَ ِغي لَهُ إِ ْن ه َُو إِال ِذ ْك ٌر َوقُر‬
ٌ ِ‫آن ُمب‬
﴾٦۹﴿ ‫ين‬
“Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” (QS. Yaa Siin:
69).
7. Sebagai pembimbing yang lurus. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Kahfi: 1-2, Al-
An’am: 126 & 153, Al-Isra’: 9, dan Al-Baqarah: 2.
ْ F‫ َر ْال ُم‬F‫هُ َويُبَ ِّش‬F‫ ِديدًا ِم ْن لَ ُد ْن‬F‫ا َش‬F‫ ِذ َر بَأْ ًس‬F‫ا لِيُ ْن‬FF‫﴾ قَيِّ ًم‬۱﴿ ‫ ا‬F‫َاب َولَ ْم يَجْ َعلْ لَهُ ِع َو َج‬
َ‫ون‬FFُ‫ؤ ِمنِينَ الَّ ِذينَ يَ ْع َمل‬F َ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي أَ ْن َز َل َعلَى َع ْب ِد ِه ْال ِكت‬
﴾۲﴿ ‫ت أَ َّن لَهُ ْم أَجْ رًا َح َسنًا‬
ِ ‫الصَّالِ َحا‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan
Dia tidak mengadakan kebengkokan20[20] di dalamnya {1}; Sebagai bimbingan yang lurus,
untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita
gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat pembalasan yang baik {2}.” (QS. Al-Kahfi: 1-2).
ِ ‫ك ُم ْستَقِي ًما قَ ْد فَص َّْلنَا اآليَا‬
﴾۱۲٦﴿ َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ َّذ َّكرُون‬ َ ِّ‫ص َراطُ َرب‬
ِ ‫َوهَ َذا‬
“Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-
ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-An’am: 126).
﴾۱۵۳﴿ َ‫ق بِ ُك ْم ع َْن َسبِيلِ ِه َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫َوأَ َّن هَ َذا‬
َ ‫ص َرا ِطي ُم ْستَقِي ًما فَاتَّبِعُوهُ َوال تَتَّبِعُوا ال ُّسبُ َل فَتَفَ َّر‬
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)21[21], karena jalan-jalan itu mencerai-
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153).
﴾۹﴿ ‫ت أَ َّن لَهُ ْم أَجْ رًا َكبِيرًا‬ Fَ ِ‫إِ َّن هَ َذا ْالقُرْ آنَ يَ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي أَ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْال ُم ْؤ ِمن‬
ِ ‫ين الَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ الصَّالِ َحا‬
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholih, bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).
﴾۲﴿ َ‫ْب فِي ِه هُدًى لِ ْل ُمتَّقِ ْين‬
َ ‫َذلِكَ ْال ِكتَابُ الَ َري‬

20
21
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 2).
8. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Seperti Firman
Allah SWT dalam QS. Al Jatsiyah: 20, Ibrahim: 1, Al-hadid: 9, Al-thalaq: 10-11, Al-Maidah: 15-
16, dan Al-Ankabut: 51.
﴾۲٠﴿ َ‫اس َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِقَوْ ٍم يُوقِنُون‬
ِ َّ‫صائِ ُر لِلن‬
َ َ‫هَ َذا ب‬
“Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakininya.” (QS. Al Jatsiyah: 20).
﴾۱﴿ ‫يز ْال َح ِمي ِد‬
ِ ‫ص َرا ِط ْال َع ِز‬
ِ ‫ور بِإ ِ ْذ ِن َربِّ ِه ْم إِلَى‬ ُّ َ‫اس ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ َّ‫الر ِكتَابٌ أَ ْنز َْلنَاهُ إِلَ ْيكَ لِتُ ْخ ِر َج الن‬
“Alif laam raa22[22]. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1).
ٌ ‫ور َوإِ َّن هَّللا َ بِ ُك ْم لَ َر ُء‬
﴾۹﴿ ‫وف َر ِحي ٌم‬ ُّ َ‫ت لِي ُْخ ِر َج ُك ْم ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ ٍ ‫ه َُو الَّ ِذي يُنَ ِّز ُل َعلَى َع ْب ِد ِه آيَا‬
ٍ ‫ت بَيِّنَا‬
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya Dia
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.”(QS. Al-Hadid: 9).
ِ ‫ا‬FFَ‫و َعلَ ْي ُك ْم آي‬FFُ‫وال يَ ْتل‬F‫﴾ َر ُس‬۱٠﴿ ‫ رًا‬F‫ َز َل هَّللا ُ ِإلَ ْي ُك ْم ِذ ْك‬F‫ب الَّ ِذينَ آ َمنُوا قَ ْد أَ ْن‬
ٍ ‫ا‬FFَ‫ت هَّللا ِ ُمبَيِّن‬
‫ت‬ ْ ‫أَ َع َّد هَّللا ُ لَهُ ْم َع َذابًا َش ِديدًا فَاتَّقُوا هَّللا َ يَا أُولِي‬
ِ ‫األلبَا‬
ٍ ‫هُ َجنَّا‬F‫الِحًا يُ ْد ِخ ْل‬F‫ص‬
‫ا‬FFَ‫ ِري ِم ْن تَحْ تِه‬Fْ‫ت تَج‬ َ ْ‫ل‬FF‫ؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ َويَ ْع َم‬Fْ Fُ‫ور َو َم ْن ي‬ ُّ َ‫ت ِمن‬
ِ ‫ا‬FF‫الظلُ َم‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ ِ ‫الِ َحا‬F‫الص‬َّ ‫وا‬FFُ‫وا َو َع ِمل‬FFُ‫لِي ُْخ ِر َج الَّ ِذينَ آ َمن‬
﴾۱۱﴿ ‫األ ْنهَا ُر خَ الِ ِدينَ فِيهَا أَبَدًا قَ ْد أَحْ َسنَ هَّللا ُ لَهُ ِر ْزقًا‬
“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-
orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah
menurunkan peringatan kepadamu {10}, (Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan
kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia
mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari
kegelapan kepada cahaya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal
yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah
memberikan rezeki yang baik kepadanya {11}.” (QS. Al-Thalaq: 10-11).
ٌ ِ‫ابٌ ُمب‬FFَ‫و ٌر َو ِكت‬FFُ‫ير قَ ْد َجا َء ُك ْم ِمنَ هَّللا ِ ن‬
﴿ ‫ين‬ ٍ ِ‫ب َويَ ْعفُو ع َْن َكث‬ ِ ‫ب قَ ْد َجا َء ُك ْم َرسُولُنَا يُبَيِّنُ لَ ُك ْم َكثِيرًا ِم َّما ُك ْنتُ ْم تُ ْخفُونَ ِمنَ ْال ِكتَا‬
ِ ‫يَا أَ ْه َل ْال ِكتَا‬
﴾۱٦﴿ ‫ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم‬ ِ ‫ور بِإ ِ ْذنِ ِه َويَ ْه ِدي ِه ْم إِلَى‬ ُّ َ‫َّالم َوي ُْخ ِر ُجهُ ْم ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ‫ت إِلَى ال ُّن‬ ِ ‫﴾ يَ ْه ِدي بِ ِه هَّللا ُ َم ِن اتَّبَ َع ِرضْ َوانَهُ ُسبُ َل الس‬۱۵

22
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan (15).
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus (16).” (QS. Al-Maidah: 15-16).
﴾۵۱﴿ َ‫ك لَ َرحْ َمةً َو ِذ ْك َرى لِقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمنُون‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ِ‫َاب يُ ْتلَى َعلَ ْي ِه ْم إِ َّن فِي َذل‬ َ ‫أَ َولَ ْم يَ ْكفِ ِه ْم أَنَّا أَ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي‬
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab
(Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ankabut:
51).
9. Sebagai pengajaran. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Qalam: 52, dan Ali Imran: 138.
﴾۵۲﴿ َ‫َو َما ه َُو إِال ِذ ْك ٌر لِ ْل َعالَ ِمين‬
“Dan tiadalah ia (Al Qur-an), melainkan pengajaran untuk semesta alam.” (QS. AI-Qalam:52).
﴾۱۳٨﴿ َ‫اس َوهُدًى َو َموْ ِعظَةٌ لِ ْل ُمتَّقِين‬
ِ َّ‫ان لِلن‬
ٌ َ‫هَ َذا بَي‬
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 138).
10. Sebagai petunjuk dan kabar gembira. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Nahl:
89.
ً‫ ة‬F‫دًى َو َرحْ َم‬Fُ‫ ْي ٍء َوه‬F‫َاب تِ ْبيَانًا لِ ُكلِّ َش‬ َ ِ‫ث فِي ُك ِّل أُ َّم ٍة َش ِهيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِج ْئنَا ب‬
َ ‫ك َش ِهيدًا َعلَى هَؤُال ِء َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيكَ ْال ِكت‬ ُ ‫َويَوْ َم نَ ْب َع‬
﴾٨۹﴿ َ‫َوبُ ْش َرى لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas
seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (QS. Al-Nahl: 89).
11. Sebagai pembanding atau pembeda (Furqan) antara yang haq dan bathil. Seperti Firman
Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]: 185.
ْ‫ا أَو‬F‫يض‬
ً ‫انَ َم ِر‬F‫ ْمهُ َو َم ْن َك‬F‫ص‬ ُ َ‫ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
﴿ َ‫ ُكرُون‬FF‫َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُخَ َر ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َوال ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم ت َْش‬
﴾۱٨۵
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang
siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
12. Sebagai pengajaran/pembentang/penjelas (tibyan) segala sesuatu akan ilmu pengetahuan dan
rahasia-rahasia alam dunia dan akhirat. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 138,
dan QS. Yusuf: 111.
ِ ‫ ِه َوتَ ْف‬F‫ق الَّ ِذي بَ ْينَ يَ َد ْي‬
ً‫ ة‬F‫دًى َو َرحْ َم‬Fُ‫ ْي ٍء َوه‬F‫لِّ َش‬FF‫ي َل ُك‬F‫ص‬ َ ‫ب َما َكانَ َح ِديثًا يُ ْفت ََرى َولَ ِك ْن تَصْ ِدي‬ ْ ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ ألولِي‬
ِ ‫األلبَا‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِي ق‬
ِ ‫ص‬
﴾۱۱۱﴿ َ‫لِقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمنُون‬
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan rahmat bagi kaum yang
beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).
﴾۱۳٨﴿ َ‫اس َوهُدًى َو َموْ ِعظَةٌ لِ ْل ُمتَّقِين‬
ِ َّ‫ان لِلن‬
ٌ َ‫هَ َذا بَي‬
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali-Imran: 138).
13. Sebagai tali Allah yang harus diikat kuat dan digenggam teguh dalam hati dan kehidupan,
khususnya bersama-sama agar tidak bercerai-berai. Seperti dalam Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Zukhruf: 43, dan Ali Imran: 102-103.
َ ‫فَا ْستَ ْم ِس ْك بِالَّ ِذي أُو ِح َي إِلَ ْي‬
ِ ‫ك إِنَّكَ َعلَى‬
﴾٤۳﴿ ‫ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم‬
“Maka berpeganglah teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Al-Zukhruf [43]: 43).
َ‫ ة‬F‫ رُوا نِ ْع َم‬F‫وا َو ْاذ ُك‬FFُ‫َص ُموا بِ َح ْب ِل هَّللا ِ َج ِميعًا َوال تَفَ َّرق‬ ِ ‫﴾ َوا ْعت‬۱۰۲﴿ َ‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن ِإال َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
‫ َذلِكَ يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ْم‬F‫ا َك‬FFَ‫ َذ ُك ْم ِم ْنه‬F َ‫ار فَأ َ ْنق‬
ِ َّ‫ َر ٍة ِمنَ الن‬F‫ه إِ ْخ َوانًا َو ُك ْنتُ ْم َعلَى َشفَا ُح ْف‬Fِ ِ‫هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُك ْنتُ ْم أَ ْعدَا ًء فَأَلَّفَ بَ ْينَ قُلُوبِ ُك ْم فَأَصْ بَحْ تُ ْم بِنِ ْع َمت‬
﴾۱۰۳﴿ َ‫آيَاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (102). Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk (103).” (QS. Ali Imran: 102-103).
14. Sebagai tadzkirah (peringatan) bagi orang-orang yang takut kepada Allah dan terhadap
kepemimpinan Al-Qur’an. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Thaha: 1-4 & 123-124.
﴾٤﴿ َ‫ت ْال ُعال‬ َ َ‫﴾ تَ ْن ِزيال ِم َّم ْن خَ ل‬۳﴿ ‫﴾ إِاَّل ت َْذ ِك َرةً لِ َم ْن يَ ْخ َشى‬۲﴿ ‫زَلنَا َعلَ ْيكَ ْالقُرْ آنَ لِتَ ْشقَى‬
َ ْ‫ق األر‬
َ ‫ض َوال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬ ْ ‫﴾ َما أَ ْن‬۱﴿ ‫طه‬
“Thaahaa23[23]{1}. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah
{2}; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) {3}. Yaitu diturunkan dari
Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi {4}.” (QS. Thaha: 1-4).
َ ‫ َر‬F‫﴾ َو َم ْن أَ ْع‬۱۲۳﴿ ‫قَى‬F‫لُّ َوال يَ ْش‬F‫ض‬
‫ض ع َْن‬ َ ‫دَا‬Fُ‫ْض َع ُد ٌّو فَإ ِ َّما يَأْتِيَنَّ ُك ْم ِمنِّي هُدًى فَ َم ِن اتَّبَ َع ه‬
ِ َ‫ي فَال ي‬ ُ ‫قَا َل ا ْهبِطَا ِم ْنهَا َج ِميعًا بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم لِبَع‬
﴾۱۲٤﴿ ‫ض ْن ًكا َونَحْ ُش ُرهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة أَ ْع َمى‬ َ ً‫ِذ ْك ِري فَإ ِ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬
“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi
musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka (123).” Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (124).” (QS.
Thaha: 123-124).
15. Sebagai pengawas (Muhaiminun) dan penjaga atas kitab-kitab samawi lainnya, tidak hanya
membenarkan masalah aqidah, akan tetapi masalah syariat alamiyah juga. Al-Qur’an juga
menetapkan sebagian hukum-hukum dari kitab sebelumnya dan mengganti serta mengubah
sebagian lainnya.24[24] Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah: 48.

23
24
َ ‫ ْع أَ ْه‬Fِ‫زَ َل هَّللا ُ َواَل تَتَّب‬F‫ا أَ ْن‬F‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َم‬
َ‫ ا َءك‬F‫وا َءهُ ْم َع َّما َج‬F ِ ‫ص ِّدقًا ِل َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِكتَا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوأَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬
ِ ‫ت ِإلَى هَّللا‬ َ ‫تَبِقُوا ْالخَ ي‬F‫اس‬
ِ ‫را‬Fْ ْ َ‫ا ُك ْم ف‬Fَ‫ا آَت‬F‫ َو ُك ْم فِي َم‬Fُ‫ َدةً َولَ ِك ْن لِيَ ْبل‬F‫اح‬ ِ ‫ا َء هَّللا ُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُ َّمةً َو‬F‫وْ َش‬FFَ‫ق لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا َول‬
ِّ ‫ِمنَ ْال َح‬
﴾٤٨﴿ َ‫م بِ َما ُك ْنتُ ْم فِي ِه ت َْختَلِفُون‬Fْ ‫َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَبِّئُ ُك‬
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian25[25]
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,26[26] Kami berikan aturan
dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah: 48).
16. Sebagai Mukjizat bagi Rasulullah SAW yang bertujuan untuk melemahkan musuh-musuh
Allah dan Rasul-Nya yang meragukan kenabian dan kerasulan-Nya.
Selain itu fungsi Al-Qur’an yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi
Muhammad SAW, dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti
kedua fungsinya yang terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al-Qur’an itu sendiri: 1)
Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna; 2) Keindahan bahasa dan ketelitian
redaksinya: 3) Kebenaran berita-berita ghaibnya; dan 4) Isyarat-isyarat ilmiahnya.
C. Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an
Sebagai pedoman hidup yang benar, Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu petunjuk
hidup yang benar, mendasar dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan yang kokoh
dalam menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an tidak lain
kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang harus ditempuh demi
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat27[27]. Adapun petunjuk yang diberikan oleh Al-
Qur’an pada pokoknya ada tiga:
1. Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam
keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.

25
26
27
2. Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma
keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara
individual dan kolektif.
3. Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum
yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.28

D. Proses Turunnya Al-Qur’an


Dalam pembahasan proses turunnya Al-Qur’an kali ini, kita hanya akan mengulas sedikit
materi sebelumnya, karena telah dibahas oleh kelompok sebelumnya.
Proses turunnya ada 2 tahap, yaitu:
1. Dari Lauhil Mahfuz ke sama’ (langit) dunia secara sekaligus pada malam Lailatul
Qadar.
‫ت ِمنَ ْالهُدَى‬ ُ
ِ َّ‫نز َل فِي ِه ْالقُرْ َءانُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ ِ ‫ضانَ الَّ ِذي أ‬
َ ‫َش ْه ُر َر َم‬ .4
Artinya:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang haq dan yang batil) (Q.S. Al-Baqarah : 185). 

2.Dari sama’ dunia ke bumi secara bertahap


Al-Qur’an dalam satu riwayat diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu
dari malam 17 Ramadhan tahun 41 Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari
kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Firman Allah dalam surat Al Isra’:

Artinya :
Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril, tidak
secara langsung melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Sering pula wahyu turun untuk
menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau membenarkan tindakan

28
Nabi SAW. Banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan
atau kejadian tertentu.
D. Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-Angsur

Turunnya Al-Qur’an secara bertahap, tidak hanya disebabkan karena Al-Qur’an itu lebih
besar dari kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah sebelumnya, melainkan ada beberapa hikmah
lainnya.29[2]

Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu mengandung hikmah yang nyata serta
rahasia mendalam yang hanya diketahui oleh orang-orang yang alim atau pandai. 30[3] Dari
penjelasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-
angsur, diantaranya:

1. Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW


Ketika berdakwah, Nabi kerap kali berhadapan dengan para penentang yang memiliki
sikap dan watak begitu keras. Meraka senantiasa mengganggu dengan berbagai macam gangguan
dan kekerasan. Mereka senantiasa melemparkan berbagai ancaman dan gangguan kepada Nabi.
Wahyu turun kepada Rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan
hatinya terhadap kebenaran dan memperkokoh zamannya untuk tetap melangkahkan kaki dijalan
dakwahnya tanpa ambil peduli akan perlakuan jahiliyah yang beliau hadapinya dari
masyarakatnya sendiri, karena yang demikian itu hanyalah kabut dimusim panas yang segera
lenyap.31[4]
Dalam surat Al-An’am Allah berfirman

Artinya:
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan
hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu,
akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah
didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan
penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada
29[2] Drs. H. Ahmad Syadali, M. A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I, hal. 59
30[3] Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal 68
31 [4] Syaikh Manna’ Al-Qatthan diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, Pengantar Studi Ilmu Al-
Qur’an, hal 134
mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan
sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.(Al-An’am: 33-34)
Allah menjelaskan kepada Rasulullah tentang sunnah-Nya yang terjadi kepada para nabi
terdahulu yang didustakan dan dianiaya oleh kaum mereka, tetapi mereka tetap bersabar
sehingga datang pertolongan Allah. Kaum Rasulullah itu pada dasarnya, mendustakannya hanya
karena kesombongan mereka. Disini beliau menemukan suatu “Sunnah Ilahi” dalam perjalanan
para nabi sepanjang sejarah, yang dapat menjadi hiburan dan penerang baginya dalam
menghadapi gangguan, cobaan, dan sikap mereka yang selalu mendustakan dan menolaknya.
Al-Qur’an juga memerintahkan Nabi Muhammad agar bersabar seperti para rasul
sebelumnya,

Artinya:
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul
telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari
mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di
dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak
dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Al-Ahqaf : 35)

Hati beliau menjadi tenang, sebab Allah telah menjamin akan melindunginya dari
gangguan orang-orang yang mendustakannya, dan setiap kali penderitaan Rasulullah bertambah
karena didustakan oleh kaumnya dan merasa sedih karena penganiayaan mereka, maka Al-
Qur’an turun untuk melepaskan derita dan menghiburnya serta mengancam orang-orang yang
mendustakan bahwa Allah mengetahui dan akan membalas apa yang mereka lakukan itu.

Contoh lain ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sebagai penenang dan penghibur Rasulullah
misalnya:
Artinya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Maidah:67)
Artinya:
Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).(Q.S. Al-Fath: 3)

Artinya:
Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.(Q.S.Al-Mujadilah: 21)
Demikianlah, ayat-ayat Al-Qur’an itu turun kepada Rasulullah secara berkesinambungan
sebagai penghibur dan pendukung sehingga beliau tidak dirundung kesedihan dan dihinggapi
rasa putus asa. Didalam kisah para Nabi itu terdapat teladan baginya. Dalam nasib yang
menimpa orang-orang yang mendustakan terdapat hiburan baginya. Dan dalam janji akan
memperoleh pertolongan Allah terdapat berita gembira baginya. Setiap kali ia merasa sedih
sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaannya, ayat-ayat penghibur pun datang berulang kali,
sehingga hatinya mantap untuk melanjutkan dakwah, dan merasa tentram dengan pertolongan
Allah.
2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an
Dalam dakwahnya nabi seringkali menerima pertanyaan-pertanyaan sulit dari orang-
orang kafir dengan tujuan melemahkan dan menguji kenabian Rasullullah. Maka turunlah Al-
Qur’an yang menjelaskan kebenaran dan jawaban yang amat tegas.

Artinya:
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya ( Al-Furqan:
33)
Turunnya wahyu secara berangsur-angsur tidak hanya menjawab pertanyaan bahkan
menentang mereka untuk membuat satu surat saja yang sebanding dengannya. Dan ternyata
mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung
satu kitab.
3. Meringankan Nabi dalam menerima wahyu
Hal ini karena kedalaman dan kehebatan Al-Qur’an sebagaimana firman Allah:
Artinya:
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. (Q.S. Al-Muzzamil: 5)
Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah merupakan sabda Allah yang
mempunyai keagungan dan keluhuran. Ia adalah sebuah kitab yang andaikata diturunkan kepada
gunung niscaya gunung tersebut akan hancur dan merata karena begitu hebat dan agungnya kitab
tersebut.32[5] Bagaimana dengan hati Nabi yang begitu lembut, mampukah beliau menerima Al-
Qur’an secara langsung tanpa merasakan kebingungan dan keberatan.
4. Mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin
Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat yang ummi yakni yang tidak
memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur
memudahkan mereka untuk memahami dan menghapalkannya.33[6]

Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata (Q.S.Al-Jumu’ah: 2)
Umat yang ummi akan kesulitan menghafal jika Al-Qur’an diturukan sekaligus
dan tidak mudah bagi mereka untuk memahami maknanya. Jadi dengan diturunkannya Al-
Qur’an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan yang terbaik bagi mereka untuk
menghafal dan memahaminya. Setiap turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segera
menghafalkannya, merenungkan maknanya dan mempelajari hukum-hukumnya.
5. Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi
Hikmah yang selanjutnya adalah tadarruj (berangsur-angsur) dalam penetapan hukum.
Hikmah Allah memutuskan demikian ini dengan tujuan mengalihkan dari beberapa aqidah
menjadi satu aqidah, mengeluarkan mereka dari berhala kepada agama, dari sangkaan dan
dugaan kepada kebenaran serta dari tidak iman menjadi keimanan.34[7]
32[5]Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal. 73
33[6]Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ulumul Qur’an. Hal. 37
34[7] Ibrahim Al-Abyari, Sejarah Al-Qur’an, hal. 64
Setelah itu langkah pemantapan dan pelestarian iman diteruskan dengan ibadah. Ibadah
yang mula-mula ditekankan adalah shalat, yaitu pada masa sebelum hijrah, kemudian diikuti
dengan puasa dan zakat, yaitu pada tahun yang kedua hijrah dan yang terakhir adalah ibadah haji
yaitu pada tahun keenam hijrah.35[8]
Demikian pula halnya dengan kebiasaan yang sudah membudaya dikalangan mereka, Al-
Qur’an pun menggunakan metode yang sama. Pertama-tama dititik beratkan kepada masalah
dosa-dosa besar, kemudian menyusul dosa-dosa kecil (hal-hal yang disepelehkan). Selanjutnya
selangkah demi selangkah, mengharamkan perbuatan yang sudah mendarah daging bagi mereka
seperti : khamar, judi, dan riba.
Sebagai contoh yaitu dalam penetapan dalam kasus pengharaman minuman keras,
a.       Tahap pertama

Artinya:
Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang
baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang memikirkan. (An- Nahl 67)
Dalam ayat ini, menyebutkan tentang nikmat atau karunia Allah. Allah menjelaskan
bahwa Dia telah memberi kaunia dua jenis pohon kepada manusia, yaitu anggur dan kurma. Dan
dari keduanya dapat diperoleh minuman keras dan rezeki yang baik bagi manusia yaitu berupa
makanan dan minuman. Para Ulama sepakat bahwa pemberian predikat baik adalah pada rezeki
bukan pada mabuknya. Dengan demikian, pujian Allah hanya ditujukan pada rezeki bukan pada
mabuknya. Dari perbandingan diatas, orang-orang yang befikir akan mengetahui perbedaannya
dengan jelas.
b.      Tahap kedua
Turun firman Allah.

Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat
dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari

35[8] Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal. 74


manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang
lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir, (Q.S. Al-Baqarah: 219)
Dalam ayat ini, membadingkan antara manfaat khamr seperti kesenangan , kegairahan,
atau keuntungan karena memperdagangkannya, dengan bahaya yang berupa dosa, bahaya
kesehatan tubuh, merusak akal, menghabiskan harta dan membangkitkan dorongan untuk berbuat
dosa. Ayat ini merupakan cara halus untuk menjauhkan khamr dengan menonjolkan bahayanya.
c.       Tahap ketiga
Dalam tahap ini terdapat larangan tegas berupa diharamkannya khamr terhadap mereka
dalam waktu shalat saja agar mereka sadar dari mabuknya.

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha
Pengampun. (Q.S. An-Nisa: 43)
d.      Tahap terakhir
Dalam tahap ini sudah ada larangan tegas dan pasti akan pengharaman khamr dalam
segala waktu.

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al-Maidah: 90-91)
Dengan demikian sempurnalah pengharaman Khamr secara berangsur-angsur. Itulah
langkah-langkah dalam penanggulangan penyelewengan masyarakat yang ditempuh oleh Islam.
6. Sejalan dengan kisah-kisah yang terjadi dan mengingatkan atas kejadian-kejadian itu
Al-Qur’an turun berangsur-angsur sesuai dengan keadaan saat itu sekaligus
memperingatkan kesalahan yang dilakukan tepat pada waktunya. Dengan demikian turunnya Al-
Qur’an lebih mudah tertanam dalam hatidan mendorong orang-orang Islam untuk mengambil
pelajaran secara praktis. Bila ada peersoalan baru, maka turunlah ayat yang sesuai. Bila terjadi
kesalahan dan penyelewengan maka turunlah ayat yang memberi batasan serta pemberitahuan
kepada mereka tentang masalah mana yang harus ditinggalkan dan patut dikerjakan. Contohnya
ketika Perang Hunain, orang Islam bersikan sombong dan optimis karena jumlah pasukan
mereka berlipat ganda melebihi pasukan kafir. Mereka merasa yakin dapat mengalahkan orang
kafir. Namun kenyataan yang terjadi mereka justru berantakan dan mundur kocar-kacir. Pada
peristiwa terbebut Allah menegaskan:

Artinya:
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang
banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang
dengan bercerai-berai.
Contoh lain dalam permasalahan pengambilan harta tebusan tawanan dalam perang
badar, turunlah ayat pengarahan dari Allah yang begitu tajam.

Artinya:
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya
di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki
(pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. Al-Anfal: 67)
Dari dua kisah diatas, kita dapat menyimpulkan, jika Al-Qur’an diturunkan sekaligus,
maka umat Islam tidak akan mengetahui kesalahan dan menemukan jawaban yang tepat akan
permasalahannya.
7. Petunjuk terhadap asal (sumber) Al-Qur’an bahwasanyan Al-Qur’an diturunkan dari zat yang
maha bijaksana lagi terpuji
Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah dalam waktu yang
lebih dari dua puluh tahun ini, ayat-ayatnya turun dalam waktu-waktu tertentu, orang-orang
membacanya dan mengkajinya surat demi surat. Ketika itu mereka mendapati rangkaiannya yang
tersusun cermat sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan gaya redaksi yang begitu teliti,
ayat demi ayat, surat demi surat, yang saling terjalin bagaikan untaian mutiara yang indah yang
belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia.

Artinya:
Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, (Q.S.
Huud: 1)
Hadist-hadist Rasulullah SAW sendiri yang merupakan puncak kefasihan sesudah Al-
Qur’an, tidak mampu membandingi keindahan bahasa Al-Qur’an, apalagi ucapan dan perkataan
manusia biasa.36[9]
“Katakanlah; sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
dengan Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun sebagian dari mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Israa’: 88)
Seperti yang telah dikemukakan oleh oleh Syekh Muhammad Abdul Azhim Az-Zarqani
dalam kitabnya Manahilul Irfan, beliau mengemukakan secara tegas ”memberi petunjuk
terhadap sumber Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an adalah kalm Allah semata, dan bukan merupakan
kata-kata nabi Muhammad atau makhluk lainnya” beliau menjelaskan bahwa: “Kami telah
membaca Al-Qur’an hingga tamat ternyata rangkaian kata-katanya begitu teratur jalinannya,
lembut susunan bahasanya, begitu kuat kaitannya. Satu sama lainnya saling berhubungan, baik
antara satu surat dengan yang lainnya, ayat-ayat yang satu dengan yang lainnya mampu dilihat
dari secara keseluruhan dari mulai alif sampai dengan ya’ mengalir darah kemukjizatannya,
seolah-olah Al-Qur’an merupakan suatu gumpalan yang tidak dapat terpisahkan. Di antara
bagian-bagiannya tidak terpisah-pisah, Al-Qur’an tidak ubahnya bagaikan untaian mutiara atau
sepasang kalung yang menarik perhatian. Huruf-huruf dan kata-kata kalimatnya, dan ayat-
ayatnya tersusun secara sistematis.

36 [9] Syaikh Manna’ Al-Qatthan diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, Pengantar Studi Ilmu Al-
Qur’an, hal. 147
Semua makhluk termasuk Nabi Muhammad pun tidak akan dapat membuat sebuah kitab
yang baik dan rapi antara satu dengan yang lainnya, kokoh rangkaian kalimatnya, saling
berkaitan dari awal hingga akhir serta sesuai susunannya dengan berbagai faktor di luar
Kemampuan manusia, yaitu beberapa peristiwa dan kejadian, yang masing-masing dari uraian
kitab ini bisa mengiringi dan menceritakan kejadian tersebut, sebab demi sebab, faktor demi
faktor sejalan dengan berbagai faktor yang berbeda latar belakangnya padahal masa penyusunan
ini berjauhan dan masa turunya cukup lama.
Usaha untuk menyamai kerapian dan keserasian susunan Al-Qur’an tidak mungkin dapat
berhasil dan bahkan sedikitpun tidak dapat mendekati pola ini, baik sabda Rasulullah sendiri
ataupun perkataan para sastrawan maupun lainnya. Hal itu tidak mungkin terjadi dan tidak akan
terjadi. Siapa saja yang berusaha ke arah itu, ia akan sia-sia belaka. Oleh karena itu Al-Qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur karena merupakan Kalam Allah yang Maha Esa. Itulah
hikmah yang sungguh agung yang secara tegas menunjukkan kepada makhluk-Nya tentang
sumber Al-Qur’an.
E. Faedah Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap dalam Pendidikan dan Pengajaran
Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran
sisiwa dan pengembangan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya dengan apa yang dapat
membawanya kearah kebaikan dan kebenaran.37[10]
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode
yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan
pengembangan potensi akal, sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat
islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan
perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya, sehingga jiwa itu
tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi
kebaikan umat manusia seluruhnya dengan izin Tuhan.
Pentahapan turunnya Al-Qur’an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia
dalam upaya mengahafal Al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya da
mengamalkan apa yang dikandungnya. Petunjuk ilahi tentang huikmah turunnya Al-Qur’an
secara bertahap merupakan contoh yang baik dalam menyusun kurikulum pengajaran, memilih
metode yang baik dan menyusun buku pelajaran.

37[10] Manna’ Al-Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, hal 175


PENUTUP
Kesimpulan
Itulah Al-Qur’an karya yang sangat orisinil. Di dalamnya tidak ada keraguan sama sekali,
tidak mengada-ada, tiada kebohongan. Di dalamnya tidak terdapat khayalan seorang penyair,
penggubah, musisi dan lain-lain. Gaya bahasanya sangat khas dan memukau, tiada bandingannya
dan sangat berbeda dengan syair-syair, tulisan-tulisan atau apapun yang merupakan hasil buatan
dan karya cipta dari manusia, jin, malaikat, hewan maupun tumbuhan.
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada baginda Rasulullah SAW
sebagai petunjuk, pedoman, pengingat, perintah, kabar baik, peringatan, dan bahkan mukzijat
dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan kenabian dan kerasulan-
Nya. isi Al-Qur’an itu bersifat universal, bahkan semua ilmu pengetahuan secara garis besar
terkandung di dalam isi Al-Qur’an tersebut.
Dan Al-Qur’an, sama sekali bukanlah hasil ciptaan atau rekaan Nabi Muhammad SAW,
yang semata-mata merupakan hasil karya cipta Nabi Muhammad SAW yang kemudian beliau
akui sebagai firman dari Allah SWT yang di mana tujuannya hanya untuk menguntungkan
kepentingan pribadi Nabi Muhammad SAW, maupun menguntungkan kepentingan Umat-Nya,
seperti tuduhan kaum kafir selama ini. Padahal Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang al-
um (buta huruf), sehingga mana mungkin orang yang buta huruf yang tidak bisa membaca dan
menulis mampu menciptakan sebuah karya agung seperti Al-Qur’an ini, melainkan Al-Qur’an itu
murni merupakan wahyu-wayu dari Allah SWT yang berisi firman-firman yang berasal dari-
Nya. Jadi tuduhan kaum kafir bahwa Al-Qur’an adalah hasil karya cipta nabi Muhammad SAW
selama ini tidak masuk akal sama sekali. Bahkan Allah SWT menantang manusia dan jin untuk
membuat yang seperti Al-Qur’an. Terkandung dalam firman Allah SWT pada surat ke-17 yaitu
surat Al-Isra’ ayat 88:
﴾۸۸﴿‫ْض ظَ ِهيرًا‬ ُ ‫آن ال يَأْتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ْ‫ت اإل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى أَ ْن يَأْتُوا بِ ِم ْث ِل هَ َذا ْالقُر‬
ِ ‫قُلْ لَئِ ِن اجْ تَ َم َع‬
“Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-
Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya (Al-Qur’an),
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (QS. Al-Isra’: 88).
Al-Qur’an itu murni 100% firman yang berasal dari Allah azza wajala’. Al-Qur’an juga
bukan duplikat dari wahyu-wahyu Ilahi (Taurat, Zabur, dan Injil) yang turun sebelumnya,
bahkan Al-Qur’an justru melengkapi wahyu-wahyu ilahi yang turun sebelumnya. Bahkan ada
juga syari’at-syari’at sebelumnya yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada hamba-
hamba-Nya (Umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW) yang termaktub melalui wahyu-
wahyu ilahi (selain Al-Qur’an) yang terkandung di dalamnya yang diganti. Pergantian ini
disebabkan karena syari’at-syari’at tersebut sudah tidak relevan diterapkan pada zaman Nabi
Muhammad SAW hidup. Sehingga Al-Qur’an menghapuskan syari’at-syari’at tersebut dan
menggantikannya dengan syari’at-syari’at yang baru yang sesuai dengan zaman Nabi
Muhammad SAW hidup.
Al-Qur’anul-Karim juga merupakan kitab suci umat Islam yang di dalamnya berisi
firman-firman yang berasal dari Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur sebagai
pedoman hidup bagi manusia untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada umat Manusia khususnya
kepada umat Baginda Rasulullah SAW yaitu umat Islam yang sekaligus merupakan umat
terakhir dan penutup dari umat-umat sebelumnya.
1.      Al-Qur’an diturunkan dalam 2 tahap, yaitu :
a.       Dari Lauhil Mahfuz ke sama’ (langit) dunia secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar.
b.      Dari sama’ dunia ke bumi secara bertahap
2.      Ada banyak hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, diantaranya: Meneguhkan
hati Nabi Muhammad SAW, menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an,
meringankan Nabi dalam menerima wahyu, mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an dan
memberi pemahaman bagi kaum muslimin, Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam
menetapkan hukum samawi, sejalan dengan kisah-kisah yang terjadi dan mengingatkan atas
kejadian-kejadian itu, dan petunjuk terhadap asal (sumber) Al-Qur’an bahwasanyan Al-Qur’an
diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi terpuji.
3.  Dengan mempelajari cara turunnya Al-Qur’an kita dapat mengetahui hikmah dan kita dapat
menerapkan cara tersebut dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Diposting 21st July 2012 oleh Irzan Fachrozi
Label: Makalah Pengantar Studi Islam Tugas Kuliah
http://www.alquran-indonesia.com
Diposting oleh Nurani Rahmania di 19.38
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai