Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

REFERENSI TENTANG HUKUM ALAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

Disusun oleh
Nama : Rida Fadilah
Kelas : IX

MTs. MA’RIFA PASANGGRAHAN


Kp. Pasanggrahan RT. 08 RW. 03 Desa Pusparaja
Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Al-Quran Hadits tentang Referensi Hukum Alam.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Tasikmalaya, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Takdir ..................................................................................... 2
B. Hubungan Takdir dan Hukum Alam ...................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................. 6
B. Saran ....................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap
orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan
akhir. Hal ini dinyatakan dalam Qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi
terhadap diri seorang sudah tertulis dalam induk kitab. Namun pemahaman
seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap, karena dengan hanya
memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang bingung
untuk menjalani hidup dan mensikapinya.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan
kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan
manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa
yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat
membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang
canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan
keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi
dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan
berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu,
kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk
menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Maka dari itu saya tertarik
untuk membahas Hubungan Takdir dan   Hukum Alam dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa itu takdir?
2. Apa hubungan takdir dengan hukum alam
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian tadir
2. Mengetahui hubungan takdir dengan hukum alam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Takdir
Kata takdir (taqdir) terambil dan kata qaddara yang berasal dari akar
kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran,
sehingga jika kita berkata, "Allah telah menakdirkan demikian," maka itu
berarti, "Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat,
atau kemampuan maksimal makhluk-Nya."
Islam mengenal takdir dengan sebutan qadha dan qadar. Sebagian
ulama menafsirkan qadha sebagai hubungan sebab akibat dan qadar sebagai
ketentuan Allah sejak zaman ajali. Jadi secara singkat qadha adalah
pelaksanaan dalam tataran operasional yang dipilih oleh manusia untuk
selanjutnya menemui qadarnya dan akhirnya menentukan nilai dari amal
perbuatannya.
Takdir adalah suatu yang sangat ghoib, sehingga kita tak mampu
mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha,
dan berusahapun telah Allah dijadikan sebagai kewajiban. ”Tugas kita
hanyalah senantiasa berusaha, biar hasil Allah yang menentukan”, itulah
kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang
menegaskan pentingnya mengusahakan qadha untuk selanjutnya menemui
qadarnya. Dan ada 3 hal yang sering-sering disebut sebagai takdir, yaitu
jodoh, rizky, dan kematian.
Jodoh
Kisah percintaan yang dialami setiap insan manusia selalu unik dan
berbeda-beda. Banyak orang yang berharap untuk segera dipertemukan
dengan jodohnya, namun kadang kala hingga diusia senja tak pula kunjung
mendapatkan jodoh. Hingga banyak cara yang dilakukan orang untuk dapat
menggapai jodoh yang dia inginkan, seperti ke biro jodoh, reality show
bertajuk mencari pasangan, ataupun ke paranormal.

2
Biasanya, jodoh tak kunjung datang itu akibat dari pribadi yang tidak
mau berusaha dan berbenah diri untuk mencari alasan mengapa jodoh tak juga
menghampiri kita. Padahal, sesuai dengan yang telah di janjikan oleh Allah
bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, artinya Allah memang telah
mempersiapkan seseorang untuk dijodohkan dengan kita. Tidak mungkin
Allah ingkar, karena Allah maha menepati janji. Jadi, seandainya jodoh itu tak
kunjung datang juga, mungkin saja ada yang salah dengan diri kita.
Rizky
Menurut ar-Razi dan al-Baydhawi, secara bahasa ar-rizqu juga berarti
al-hazhzhu (bagian/porsi), yaitu nasib (bagian) seseorang yang dikhususkan
untuknya tanpa orang lain.Karena itu, Abu as-Saud mengartikan ar-rizqu
dengan al-hazhzhu al-mu’thâ (bagian/porsi yang diberikan).
Banyak orang menduga, merekalah yang mendatangkan rezeki mereka
sendiri. Mereka menganggap kondisi-kondisi mereka meraih harta, barang
atau jasa sebagai sebab datangnya rezeki; meskipun mereka menyatakan,
bahwa Allah lah Yang memberikan rezeki. Profesi atau usaha yang
dicurahkan mereka anggap sebagai sebab datangnya rezeki.
Fakta yang ada sebenarnya cukup jelas menunjukkan kesalahan
anggapan itu. Banyak orang yang telah berusaha dengan segenap tenaga dan
pikirannya, tetapi rezeki tidak datang, bahkan tidak jarang justru merugi.
Sebaliknya, sangat banyak fakta bahwa rezeki datang kepada
seseorang tanpa dia melakukan usaha apapun. Ini menunjukkan bahwa usaha
bukan sebab bagi datangnya rezeki. Rezeki tidak berada di tangan manusia.
Allahlah yang menentukan rezeki itu datang kepada manusia dan Dia
memberinya kepada manusia menurut kehendak-Nya.
Kematian
Dari sini ajal al-insân (ajal manusia) adalah akhir kehidupan seseorang
atau habisnya umur seseorang. Artinya, saat ajal seseorang itu tiba, saat itu
pulalah kematian datang menjemputnya.
Datangnya ajal adalah pasti, tidak bisa dimajukan ataupun
dimundurkan. Berjihad, berdakwah, amar makruf nahi mungkar, mengoreksi

3
penguasa, dsb, tidak akan menyegerakan ajal atau mengurangi umur. Begitu
pula berdiam diri, tidak berjihad, tidak berdakwah, tidak mengoreksi
penguasa, tidak beramar makruf nahi mungkar, dan tidak melakukan
perbuatan yang disangka berisiko mendatangkan kematian, sesungguhnya
tidak akan bisa memundurkan kematian dan tidak akan memperpanjang umur.
Semua itu jelas dan tegas dinyatakan oleh ayat-ayat al-Quran seperti di atas.
Taqdir itu memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani,
yaitu :
a. Al-`Ilmu, bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui
segala sesuatu baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa
yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu
diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik
makhluknya. Sebagaimana firman Allah :
َ‫ا َوال‬NNَ‫ ٍة إِالَّ يَ ْعلَ ُمه‬N َ‫قُطُ ِمن َو َرق‬N ‫ا ت َْس‬NN‫ب الَ يَ ْعلَ ُمهَا إِالَّ ه َُو َويَ ْعلَ ُم َما فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َم‬
ِ ‫َو ِعن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬
ْ ‫ض َوالَ َر‬
ٍ ‫س إِالَّ فِي ِكتَا‬
‫ب ُّمبِي ٍن‬ ٍ ِ‫ب َوالَ يَاب‬
ٍ ‫ط‬ ِ ْ‫ت األَر‬
ِ ‫َحبَّ ٍة فِي ظُلُ َما‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan
Dia mengetahuinya , dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata "(QS. Al-an`am 59)
b. Al-Kitabah, Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz,
sebagaimana firman-Nya :
‫ك َعلَى هَّللا ِ يَ ِسي ٌر‬
َ ِ‫ب إِ َّن َذل‬ ِ ْ‫أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي ال َّس َماء َواأْل َر‬
َ ِ‫ض إِ َّن َذل‬
ٍ ‫ك فِي ِكتَا‬
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang
demikian itu terdapat dalam sebuah kitab . Sesungguhnya yang demikian
itu amat mudah bagi Allah.(QS. Al-Hajj : 70)
c. Al-Masyiah (kehendak), Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak
ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan
iradat / masyiah (kehendak /keinginan) Allah SWT. Maka tidak ada dalam

4
kekuasaannya yang tidak diinginkannya selamanya. Baik yang berkaitan
dengan apa yang dilakukan oleh Zat Allah atau yang dilakukan oleh
makhluq-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya :
َ ُ‫إِنَّ َما أَ ْم ُرهُ إِ َذا أَ َرا َد َشيْئا ً أَ ْن يَق‬
ُ‫ول لَهُ ُك ْن فَيَ ُكون‬
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS. Yasin:
82)
d. Al-Khalqu, Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan
Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya,
dalam firman-Nya dijelaskan :
ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ‫ق فَا ْعبُ ِد هَّللا َ ُم ْخلِصا ً لَّهُ ال ِّدين‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫إِنَّا أَن َز ْلنَا إِلَ ْي‬
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-
Nya”. (QS. Az-Zumar : 2)
B. Hubungan Takdir dengan Hukum Alam
Takdir adalah Ketentuan Tuhan yg diberlakukan pd alam semesta
(hukum alam). Segala kehendak Tuhan telah diwujudkan dlm bentuk
takdir/hukum alam. Kemudian Tuhan mengikatkan kehendakNya pd
takdir/hukum alam ini. Takdir tidak pernah keluar dari hukum
alam/sunnatullah (35:43). Hukum ini berlaku juga untuk mukjizat, ia tidak
akan menyimpang dari hukum alam. Ada hadist yang menerangkan bahwa
umur, rizki, dan jodoh sudah ditentukan. Tuhan menentukan hukum kematian,
hukum mendapat rizki dan hukum mendapat jodoh sama pd
manusia.  Tentang kapan kita mati, berapa rizki kita, dan siapa jodoh kita
tergantung seperti apa kita menerapkan hukum yg ditentukan Tuhan pada
alam ini.
Prof Quraish shihab berpendapat bahwa sunnahtullah dan takdir itu
berbeda, karena sunnahtullah digunakan dalam al-Quran untuk hukum-
hukum Tuhan yang pasti berlaku bagi masyarakat, sedangkan takdir
mencangkup hukum-hukum  kemasyarakatan dan hukum-hukum alam. Dalam
al-Quran sunahtullah terulang sebanyak 8 kali ‘sunnatina’ sekali, sunnatul

5
awwalin’ terulang tiga kali, kesemuanya mengacu pada hukum-hukum tuhan
yang berlaku pada masyarakat (QS. Al-Ahzab (33): 38, 62 atau father 35, 43
atau ghafir 40, 85)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Takdir adalah pengetahuan abadi kepunyaan Allah, Dia yang
memahami waktu sebagai kejadian tunggal dan Dia yang meliputi
keseluruhan ruang dan waktu. Bagi Allah, segalanya telah ditentukan dan
sudah selesai dalam sebuah takdir. Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan
dalam Al Quran, kita juga dapat memahami bahwa waktu bersifat tunggal
bagi Allah. Kejadian yang bagi kita terjadi di masa mendatang, digambarkan
dalam Al Quran sebagai kejadian yang telah lama berlalu.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dan sisi kejadiannya,
dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, dan itulah
yang disebut takdir. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa takdir, termasuk
manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan
ketentuan Tuhan, yang keduanya menurut sementara ulama dapat disimpulkan
dalam istilah sunnatullah, atau yang sering secara salah kaprah disebut
"hukum-hukum alam."
Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang
diberikan oleh Allah kepadanya. Makhluk ini, misalnya, tidak dapat terbang.
Ini merupakan salah satu ukuran atau batas kemampuan yang dianugerahkan
Allah kepadanya.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi
dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan
berdoa untuk merubahnya.
B. SARAN
Kekurangan dalam makalah ini jelas masih ada, oleh sebab itu dengan
hati yang tulus dan lapang dada, penulis memohon masukan unuk lebih

6
menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan
makalah inimemberi manfaat bagi siapa saja yang membaca dan bernilai
ibadah di sisi Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA

A.Toto Suryana, dkk.1984.Pendidikan Agama Islam pada perguruan Tinggi


Umum.Bandung: Tiga Mutiara.
Murtadha Muthahhari, Pengantar Ilmu-ilmu Islam, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003.
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.
Nurholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina, 1994.

Anda mungkin juga menyukai