1. Alasan-alasan mengapa Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) perlu dipelajari di era digital ini
diantaranya yaitu:
1) Alasan geografis
Sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, pemukiman yang berpindah-pindah, dan
adanya mata pencaharian khusus seperti menangkap ikan, menebang kayu dan sebagainya,
mendorong penggunaan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR).
2) Alasan demografis
Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apalagi tinggal di daerah pemukiman yang
jarang, maka Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) dinilai sebagai pendekatan pengajaran
yang praktis.
3) Kurang guru
Walaupun jumlah guru secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk mencari guru yang
dengan suka cita siap mengajar di daerah terpencil. Hal tersebut yang menyebabkan jumlah
guru yang tidak mencukupi, sehingga Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) diperlukan.
4) Terbatasnya ruang kelas
Di beberapa daerah menununjukan, walaupun jumlah muridnya cukup besar, jumlah ruang
kelas yang tersedia jauh lebih kecil daripada jumlah rombongan belajar. Salah satu jalan
untuk mengatasi masalah ini adalah menggabungkan 2 atau lebih rombongan yang diajar
oleh seorang guru, tentu saja Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) diperlukan.
5) Adanya guru yang tidak hadir
Alasan ini tidak hanya berlaku bagi daerah terpencil, di kota besar pun juga berlaku. Karena
pasti ada saja hal yang dapat menghambat guru untuk datang mengajar seperti sakit,
musibah dan lain sebagainya.
Contoh kasus:
Sumber : Jawa Pos Jombang
https://radarjombang.jawapos.com/pendidikan/01/08/2022/nasib-sd-negeri-di-pinggiran-
jombang-kelas-disekat-guru-rangkap-rangkap/
Ruang kelas yang ada di SDN Ngrimbi 2 juga sangat minim. Hanya ada lima ruang kelas. Kayu
triplek menjadi solusi agar kegiatan pembelajaran terus berlangsung.
Jumlah guru juga sangat minim. Dalam satu sekolah hanya ada empat guru kelas. Satu
pembimbing mulok keagamaan dan satu pembimbing pendidikan diniyah serta kepala sekolah.
Ruang kelas pertama untuk siswa kelas I dan kelas II. Ruang ini tidak ada sekat, semua campur
jadi satu, hanya dipisahkan bangku. Begitu juga dengan gurunya, hanya satu guru untuk dua
kelas. Setelah mengajar kelas I, ganti mengajar materi kelas II.
Hanya kelas III yang mendapatkan porsi ideal. Satu guru dan satu ruang kelas utuh. Kelas IV
dan V juga berbagi guru. Ruangannya disekat menggunakan kayu triplek.
Kelas VI memiliki satu guru kelas. Namun ruang kelasnya harus dibagi dengan ruang kepala
sekolah. ’’Kita berbagi kelas karena jumlah ruang kelas terbatas. Lahan juga tidak ada,’’ kata
Turyanti. Kalaupun harus dibangun, maka menurutnya yang paling masuk akal adalah
bangunan dua lantai.
Dikonfirmasi terpisah, Senen, kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Jombang
mengatakan, idealnya dalam satu sekolah SD memiliki enam ruang kelas. Itu jumlah paling
minim, jika kelas tidak ada yang pararel. Ditambah dengan ruang guru, ruang kepala sekolah,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, dan ruang UKS. Jika ada siswa inklusif, maka harus
ada ruang inklusif.
Senen mengatakan, sekolah yang kekurangan ruang kelas bisa mengajukan DAK (Dana
Alokasi Khusus) dari pemerintah pusat melalui aplikasi krisna. Atau melalui dana APBD
dengan mengajukan proposal.
Namun, sekolah yang memiliki siswa dibawah 50 optomatis terhapus dari krisna, dan tidak
bisa menerima bantuan dari pemerintah pusat. ’’SDN Ngrimbi 2 yang siswanya satu kelas
hanya lima, tidak bisa menerima DAK untuk penambahan ruang kelas,’’ ucap Senen.
Kalau ditambah ruang kelas, lalu setelah ditambah jumlah siswa tetap sedikit, padahal di sisi
yang lain masih ada sekolah yang membutuhkan ruangan tambahan karena jumlah siswanya
banyak. ’’Itu yang jadi prioritas,’’ tegasnya.
Sekolah yang siswanya dibawah 50 dan kekurangan ruang kelas, masih bisa mengajukan
proposal dari P-APBD. ’’Kalau dari APBD masih bisa, akan kita kaji dulu dari jumlah siswa
dan sarana prasarana yang lain,’’ ungkap Senen. (wen/jif/riz)
3. Pada model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) 221, seorang guru mengajar dua tingkat kelas
misalnya kelas 3 dan kelas 4 dengan dua mata pelajaran yang berbeda yaitu Bahasa Indonesia
dan IPS dalam satu ruangan kelas. Pada penerapan model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
ini, berdasarkan rencana pembelajaran kegiatan yang dilaksanakan diantaranya:
1) Kegiatan pendahuluan, kurang lebih 10 menit pertama guru memberikan pengantar dan
pengarahan dalam satu ruangan kelas. Guru menggunakan dua papan tulis atau satu papan
tulis dibagi dua. Guru menuliskan topik dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dari
kelas 3 dan kelas 4. Selanjutnya guru mengikuti langkah-langkah untuk masing-masing
kelas yang akan ditempuh selama kegiatan pembelajaran.
2) Kegiatan inti, kurang lebih 40 menit guru menerapkan aneka metode yang sesuai dengan
tujuan masing-masing kelas. Selama kegiatan berlangsung, guru mengadakan pemantapan,
bimbingan, balikan sesuai dengan keperluan serta keterampilan dasar mengajar yang
dikuasai.
3) Kegiatan penutup, kurang lebih 20 menit terakhir guru berdiri di depan kelas menghadapi
kedua kelas untuk mengadakan ulasan atas materi dan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Kemudian guru memberikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Selanjutnya
berikan evaluasi serta tindak lanjut bila diperlukan.
Pada model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) 222, seorang guru mengajar dua tingkat kelas
misalnya kelas 2 dan kelas 3 dengan dua mata pelajaran yang berbeda yaitu Matematika dan
Bahasa Indonesia di dua ruangan kelas berbeda yang berdekatan. Pada penerapan model
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) ini, berdasarkan rencana pembelajaran kegiatan yang
dilaksanakan diantaranya:
1) Kegiatan pendahuluan, kurang lebih 10 menit pertama, guru memberikan pengantar dan
pengarahan seperti dilakukan pada model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) 221 ke
kelas 2 selanjutnya ke kelas 3, tetapi jika memungkinkan bisa dilaksanakan bersamaan
contohnya bila ada fasilitas pintu atau skat kelas yang dibuka, guru bisa berdiri di tengah
tengah antara dua kelas. Selanjutnya guru mengikuti langkah-langkah untuk masing-
masing kelas yang akan ditempuh selama kegiatan pembelajaran.
2) Kegiatan inti, kurang lebih 40 menit guru menerapkan aneka metode yang sesuai dengan
tujuan masing-masing kelas. Yang perlu diperhatikan pada saat guru sedang menghadapi
kelas yang satu, kelas yang lain tidak ada kegiatan sehingga siswa dikelas tersebut berbuat
gaduh. Atur kepindahan guru dari ruang kelas yang satu ke ruang kelas yang lain secara
seimbang, artinya tidak banyak menggunakan waktu di satu ruang kelas. Atau guru bisa
berdiri diantara pintu atau skat yang terbuka untuk mengawasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
4) Kegiatan penutup, kurang lebih 20 menit terakhir guru melaksanakan kegiatan penutup
seperti dilakukan pada model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) 221 ke kelas yang satu
selanjutnya ke kelas lainnya. Atau guru berdiri di tengah-tengah pintu atau skat yang
terbuka antara dua kelas.
Pada model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) 222, kegiatan pembelajaran lebih efisien bila
dilaksanakan pada sekolah yang ruangan kelasnya memiliki pintu atau skat yang dibuka antara
ruang kelas yang satu dengan yang lainnya. Karena apabila ruang kelas yang tidak memiliki
pintu atau skat yang bisa dibuka antara ruang kelas yang satu dengan ruang kelas yang lainnya,
guru akan lebih kesulitan karena harus bolak-balik dari ruang kelas yang satu ke ruang kelas
lainnya.