Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

FITRAH BERAGAMA II

“QADHA DAN QADAR”

Disusun Oleh :

Kelompok 13 (M-6)

1. Dina Laila Wulandari (22201081231)

2.

3. Khairul Anam (22201081232)

4. Tio Oky Saputra (22201081226)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang ia berikan

sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul tentang

“QADHA DAN QADAR” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran FITRAH BERAGAMA.

Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami dan segenap yang

membacanya.

Pemakalah mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhammad Arifin , Dr. M.P .

Selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini, yang telah memberikan tugas ini sehingga

dapat menambah wawasan sesuai bidang studi yang pemakalah tekuni.

Pemakalah juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membagi

sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sangat

menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah

ini.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada kita semua. AMIN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................

B. Rumusan Masalah .............................................................................................

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir ...............................................................................................

B. Tingkatan Takdir ...............................................................................................

C. Macam Takdir ...................................................................................................

D. Manusia Dan Takdir .........................................................................................

E. Sikap Manusia Menghadapi Takdir ..................................................................

F. Hikmah Beriman Kepada Qadha Dan Qadar ...................................................

G. Fungsi Beriman Kepada Qadha Dan Qadar ......................................................

H. Ciri-Ciri Beriman Kepada Qadha Dan Qadar ..................................................

BAB 3 PENUTUP

A. Kesmplan .....................................................................................................

B. Saran .............................................................................................................

C. Penutup ..........................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beriman kepada Takdir (Qadha’ dan Qadar) Allah adalah rukun iman ke enam.

Masalah takdir mungkin tidak habis untuk dibahas, maksudnya takdir ini merupakan hal yang

berkaitan tentang hal yang ada di muka bumi ini bahkan alam semesta yang akan datang.

Sehingga pembahasan takdir itu sangatlah luas. Semua itu telah diatur oleh Allah yang

menjadi suatu ketentuan dan ketetapan sejak penciptaannya. Percaya kepada qadavdan

Sunatullah adalah mempercayai bahwa segala yang berlaku adalah ketentuan Allah semata.

Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir

lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan akhir. Hal ini dinyatakan

dalam al-quran bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis dalam

induk kitab. Namun pemahaman seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap,

karena dengan hanya memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang

bingung untuk menjalani hidup dan menyikapinya.

Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya.

Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya

akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan

berpikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi, dan perencanaan

yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan

keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.

Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni

kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab

“Lauhul Mahfudz“ yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang
mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT.

Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita.

Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal

keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak

pernah mengenal kata frustasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa

yang telah diberikan Allah SWT.

Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai

ketentuan-ketentuan Ilahi yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya

pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba

menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi

yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir

adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir

yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan

batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh

setiap muslim terkait masalah takdir ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1 .Apa yang dimaksud dengan takdir?

2. Apa saja tingkatan-tingkatan takdir?


3. Apa saja macam-macam takdir?

4. Apa fungsi beriman kepada qadha’ dan qadar Allah SWT?

5. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar?

6. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar?

7. Bagaimana hubungan manusia dan takdir?

C. TUJUAN MAKALAH

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar

2. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir

3. Untuk memahami fungsi iman kepada qada’ dan qadar

4. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar

5. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAKDIR

-Pengertian Qadha dan Qadar

Qadha’ secara bahasa adalah ketetapan hukum, firman Allah, Qadha’ berarti hukum

atau keputusan, mewujudkan atau menjadikan, kehendak atau perintah. Qadar secara bahasa

adalah takdir (ukuran, kadar dan ketentuan), Qadar juga berarti perwujudan kehendak Allah

terhadap semua makhluknya.

Iman kepada Qadha’ dan Qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala

sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai suatu hukum Allah yang pasti dan tetap dan tidak

tunduk pada kemauan manusia. Iman kepada Qadha dan Qadar biasa disebut Takdir. Jadi

Qadha adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu telah menjadi

kenyataan disebut Qadar.

-Menurut istilah, kata Qadha bisa diartikan sebagai suatu ketetapan Allah SWT sejak

zaman azali atau diartikan juga sebagai segala sesuatu hal yang akan terjadi suatu saat

nantinya, dan berkaitan dengan makhluk ciptaan Allah SWT. Sementara Qadar, menurut

bahasa diartikan sebagai suatu ketetapan, perintah, hukum, pemberitahuan, penciptaan, dan

juga kehendak.Qadha akan mencakup seluruh hal baik maupun buruk, hidup dan mati, serta

berbagai hal lainnya lagi. Qadha itu ada sesudah Qadar.

Qadha masih bisa diubah melalui adanya suatu usaha, tawakal, ikhtiar secara sungguh-

sungguh supaya memperoleh hasil sesuai dengan apa yang kamu inginkannya. Sebagaimana

yang telah tercantum pada kitab suci Allah SWT, Bahwasannya tak ada yang bisa merubah

nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang merubahnya sendiri. Jadi, Qadha merupakan

suatu ketetapan Allah SWT yang telah terjadi atau diputuskan oleh Allah SWT.

- Menurut istilah, kata Qadar bisa diartikan sebagai bentuk perwujudan atas ketetapan
Allah SWT atau Qadha mengenai keseluruhan yang berhubungan dengan makhluk-

makhluknya yang telah ada sejak di dalam kandungan. Sedangkan berdasarkan bahasa, kata

Qadar diartikannya sebagai suatu peraturan, atau kepastian, atau juga ukuran.

Qadar bisa mencakup takdir yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi di

kemudian hari nantinya.Berbeda halnya dengan Qada, Qadar ini sudah tidak bisa diubah lagi,

bagaimanapun caranya. Sebab Qadar sudah tertulis di Lauhul Mahfudz sejak kamu di dalam

kandungan. Contohnya jodoh, maut, dan lain sebagainya.Tak ada satu dari makhluk Allah

SWT yang bisa mengetahui mengenai segala sesuatu yang sudah Allah SWT tetapkannya di

Lauhul Mahfudz, yang sudah tidak bisa diubah lagi. Jadi, Qadar adalah suatu ketetapan Allah

SWT yang belum terjadinya. Sehingga, kesimpulan dari Qada, dan Qadar yaitu Qada bisa

dipahami sebagai sebuah putusan Allah kepada azali, atau diartikan juga sebagai segala

sesuatu hal yang akan terjadinya suatu saat nanti. Sementara, Qadar merupakan sebuah

realisasi Allah atas Qadha pada diri manusia sesuai kehendak Allah SWT.

Dengan begitu bisa dipahami bahwa qada adalah suatu kehendak Allah yang akan terjadi di

suatu saat nanti. Sedangkan Qadar adalah bentuk realisasi atau nyatanya dari kehendak yang

sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebelumnya.

Qadha merupakan suatu ketentuan Allah SWT atas segala sesuatunya yang di dalamnya

terdapat suatu kehendak Allah SWT. Sedangkan, Qadar merupakan sebuah perwujudan atas

kehendak, ketentuan maupun ukuran Allah SWT atas segala sesuatunya.

-Perbedaan Qadha dan Qadar

Secara garis besar, perbedaan Qadha dan Qadar bisa di beda kan nya menjadi 4 (empat)
diantaranya adalah pengertian, ketetapan, contoh, dan ayat-ayat Al-Quran yang memberikan

penjelasan mengenai Qadha dan Qadar.

1. Berdasarkan Pengertian

Perbedaan Qadha dan Qadar akan bisa kamu ketahuinya lewat kedua pengertian dari masing-

masing nya. Berdasarkan istilahnya, kata “Qadha” adalah suatu ketetapan Allah yang telah

ada sejak kamu berada di dalam kandungan, dan ketetapan itu berkaitan dengan makhluk

yang diciptakannya. Sementara itu, kata “Qadar” merupakan sebuah bentuk perwujudan dari

suatu ketetapan Allah SWT atau Qadha mengenai segala yang berhubungan dengan makhluk

yang telah ada pada zaman azali.

Sedangkan, berdasarkan bahasa “Qadha” diartikannya sebagai suatu hukum,

penciptaan, ketetapan, perintah, pemberitahuan, maupun kehendak. Sementara, berdasarkan

bahasa “Qadar” merupakan suatu peraturan, atau kepastian, atau juga ukuran.

2. Berdasarkan Ketetapan

Perbedaan Qada dan Qadar selanjutnya yaitu dilihat berdasarkan ketetapan. Allah

SWT sudah menetapkan bahwasannya Qadar adalah sebuah takdir yang masih bisa dirubah

oleh seseorang dengan berbagai cara, diantaranya yaitu berusaha secara sungguh-sungguh,

berikhtiar, supaya segala sesuatu bisa tercapai sesuai dengan keinginan. Sedangkan Qadar

adalah suatu ketetapan Allah SWT yang sudah tidak bisa lagi diubah oleh makhluknya.

3. Berdasarkan Contohnya

Perbedaan Qada dan Qadar yang ketiga ini dilihat berdasarkan contoh yang ada di

dalam kehidupan seorang manusia. Contoh dari Qada yaitu apabila seseorang menginginkan

suatu rezeki yang melimpah atau banyak, dan berkah maka seseorang perlu untuk berusaha

secara sungguh-sungguh dengan diiringi berdoa, Lalu berikhtiar, dan kemudian bertawakal

kepada Allah SWT. Hal itu dilakukannya supaya bisa mengubah nasib seseorang, sehingga
seseorang dapat memperoleh keinginan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Selain itu,

contoh lainnya yaitu orang yang tidak pandai akan menjadi orang pandai, manakala dia mau

untuk belajar secara sungguh-sungguh, dan diiringi dengan berdoa.

Sementara itu, contoh dari Qadar adalah ajal seorang manusia. Seseorang itu tidak akan

pernah tahu kapan dirinya akan meninggal dunia, sebab itu merupakan suatu ketetapan Allah

SWT yang sudah tidak bisa lagi diubahnya, bagaimanapun caranya. Hal itu dikarenakan

semuanya telah ditulis di Lauhul Mahfudz yang mana tak ada seorang pun yang tahu selain

Allah SWT. Contoh lainnya yakni hari kiamat, jenis kelamin, dan masih banyak lagi lain

sebagainya.

4. Berdasarkan Ayat-Ayat Al-quran

Perbedaan Qada dan Qadar yang terakhir ini dilihat berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an

yang menjelaskan tentang Qada dan Qadar. Ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan

penjelasan mengenai Qada ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

– Qs. Al-Isra ayat 23 mengenai perintah. Artinya yaitu “Dan Tuhanmu telah

memerintahkan kepadamu supaya kamu janganlah menyembah selain Tuhan, dan hendaklah

selalu berbuat baik terhadap Ibu dan Bapak. Apabila salah satu dari keduanya itu, atau

keduanya tersebut sudah berusia lanjut, dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali

kamu mengatakan kepada keduanya dengan kata “ah”, dan jangan pula kamu membentak

keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan baik-baik.” Pada ayat Al-

Qur’an itu telah dijelaskan bahwa kamu diperintahkan untuk menyembah hanya kepada

Tuhan saja, dan kamu diperintahkan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua.

– Qs. Ali Imran ayat 47 mengenai kehendak. Artinya yakni “Maryam, berkata: Ya

Tuhanku, bagaimana aku akan memiliki seorang anak, sedangkan tak ada diantara seorang

lelaki yang berani menyentuhku? Allah SWT pun berfirman, demikianlah Allah SWT yang

menciptakan segala sesuatu pada apa yang Allah SWT kehendakinya. Jika Allah SWT
berkehendak untuk menetapkan sesuatu, maka Dia akan berkata kepadanya, yakni Jadilah!

Maka jadilah segala sesuatunya.” Pada ayat Al-Qur’an itu dijelaskan bahwa ketika Allah

SWT telah berkehendak, maka segala sesuatunya akan terjadi semuanya.

– Qs. Fussilat ayat 12 mengenai menjadikan, dan mewujudkan. Artinya yaitu Maka

Allah menjadikan tujuh langit dalam dua masa. Allah mewahyukan kepada tiap-tiap langit

urusannya itu. Dan kami hiasi langit itu dekat bersama bintang-bintang yang cemerlang dan

kami merawatnya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi

Yang Maha Mengetahui. Pada ayat Al-Qur’an itu menjelaskan bahwa Allah menjadikan

langit menjadi tujuh langit dalam dua masa, dan Dia mewujudkan supaya tiap-tiap langit itu

dihiasi dengan bintang-bintang yang cemerlang.

– Qs. An-Nisa ayat 65 mengenai keputusan atau hukum. Artinya yakni Maka demi

Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sampai mereka menjadikan kamu sebagai

hakim pada perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa dalam hati mereka

sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan

sepenuhnya. Pada ayat itu menjelaskan bahwa Allah SWT sudah bersumpah dengan Dzat

yang Maha Mulia, yaitu mereka itu tidak beriman dengan sebetulnya hingga mereka mau

menjadi kamu sebagai hakim penengah dalam perselisihan yang sedang terjadi antara mereka

ketika kamu masih hidup, dan berhukum dengan pedoman sunnahmu sesudah kematianmu,

lalu mereka tidak mendapati perasaan sesak di dalam hati mereka terhadap ketetapan yang

menjadi keputusan akhir kamu. Dan mereka patuh pada hal itu dengan kepatuhan yang

sempurna. Berhukum sesuai dengan apa yang dibawakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi

wasallam yang bersumber dari kitab Allah SWT dan sunnah dalam semua perkara kehidupan

yang termasuk intisari keimanan dengan disertai keridhaan dan penyerahan diri.

Sedangkan ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan penjelasan mengenai Qadar,

diantaranya adalah sebagai berikut:


- Qs. Fussilat ayat 10 mengenai mengatur, atau menentukan sesuatu berdasarkan

batas-batasnya. Artinya yaitu Dan Allah telah menciptakan bumi ini dengan gunung-gunung

yang kokoh diatasnya. Dan Allah berkahi, dan tentukannya kepada kadar makanan bagi

penghuni dalam empat masa. Penjelasan tersebut merupakan jawaban untuk orang-orang

yang bertanya. Pada ayat itu dijelaskan bahwa Allah SWT telah menempatkan permukaan

bumi ini dengan gunung-gunung kokoh, Allah memberkahinya sehingga Allah tetap

memberikan kebaikan kepada para penghuninya, dan menetapkan rizki penduduknya yang

berupa makanan, serta sarana kehidupan yang dibutuhkan dalam empat hari sempurna.

Terdiri dari dua hari untuk menciptakan bumi, dan dua hari untuk menetapkan makanan bagi

penduduknya yang memadai untuk orang-orang yang bertanya mengenai hal tersebut untuk

mengetahuinya.

– Qs. Al-Mursalat ayat 23 mengenai kepastian dan ketentuan. Artinya yakni Lalu

kami telah tentukan bentuknya, maka kami yang sebaik-baiknya menentukannya. Pada ayat

itu menjelaskan bahwa kami sanggup untuk menciptakan dan membentuk, serta

mengeluarkan. Maka sebaik-baiknya pihak yang berkuasa adalah kami.

– Qs. Ar-Ra’d ayat 17 mengenai ukuran. Artinya Allah sudah menurunkan air hujan

dari langit. Maka mengalirlah air pada lembah-lembah berdasarkan ukurannya, maka arus ini

akan membawa buih-buih yang mengambang. Dan dari logam yang mereka lebur dalam api

guna membuat sebuah perhiasan atau alat-alat, terdapat pula buihnya serupa dengan buih arus

itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan itu bagi yang benar-benar bathil. Adapun

buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya, adapun yang memberikan

manfaat kepada manusia, maka ia selalu di bumi. Demikianlah Allah membuat

perumpamaan-perumpamaan.

– Qs. Al-Baqarah ayat 236 mengenai kemampuan dan kekuasaan. Artinya yakni tidak

ada kewajiban membayar mahar atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istri kamu sebelum
kamu bercampur dengan mereka, dan sebelum kamu menentukan maharnya. Maka hendaklah

kamu berikan mereka suatu mut’ah atau pemberian kepada mereka. Orang-orang yang

sanggup berdasarkan kemampuannya dan orang yang miskin berdasarkan kemampuannya

juga, yaitu pemberian yang selayaknya. Demikianlah adalah ketentuan untuk orang-orang

yang berbuat kebaikan.

-Contoh-Contoh Qadha Dan Qadar

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa contoh Qada dan Qadar. Nah apa sajakah itu? Mari

ketahui pembahasan berikut ini.

1. Surat Al-Qamar : 49

Artinya: Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. Dalam ayat ini,

dengan jelas dikatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran

(kadar) masing-masing.

2. Surat Yasin : 38

َ ِ‫َوال َّش ْمسُ تَجْ ِريْ لِ ُم ْستَقَرٍّ لَّهَا ٰۗذل‬


٣ – ‫ك تَ ْق ِد ْي ُر ْال َع ِزي ِْز ْال َعلِي ۗ ِْم‬

Artinya: dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan

(Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan

bahwa matahari berjalan ditempat peredarannya.

3. Surat Ar-Ra’d : 11

‫… اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum

mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Ayat ini menyatakan bahwa Allah SWT tidak

akan mengubah keadaan pada diri seseorang sebelum sebelum berusaha dengan sendirinya.

-Persamaan Qadha Dan Qadar


1. Qadha Dan Qadar Menentukan Kehidupan Tiap Manusia

Sesuai penjelasan artinya, qada dan qadar merupakan takdir manusia yang tak

terelakkan. Sejak lahir hingga ajal menjemput, lika-liku kehidupan kita yang kita pikir

merupakan pilihan dan kerja keras kita sendiri, bahwa kita bahagia atau menderita selama

hidup, sesungguhnya telah diketahui oleh Yang Mahakuasa sebelum segala sesuatunya

terjadi. Baik qada maupun qadar, Allah membimbing kita untuk berjalan di atas suratan

takdir kita sendiri.

2. Qadha Dan Qadar Disetarakan Dan Disebut Bersama Dalam Rukun Iman

Mengapa kita harus beriman kepada qada dan qadar secara bersama-sama? Karena

mustahil bagi seorang hamba untuk hanya beriman pada qada saja atau beriman pada qadar

saja. Qada merupakan kehendak Allah yang berkaitan langsung dengan qadar, ketentuan

Allah yang tentu saja telah Dia tentukan sebelumnya.

Dengan beriman kepada qada dan qadar, kita akan merasakan kebesaran Allah yang tak dapat

kita pungkiri, yaitu keputusan-Nya atas seluruh kehidupan kita. Kita akan merasa kecil dan

tak berdaya. Namun, dengan kasih-Nya, Allah menyuruh kita untuk berusaha dan berdoa

sehingga Dia bisa saja berkehendak lain di jalan takdir yang kita tempuh. Ketika kita

mengerti akan kekuasaan-Nya, kita dapat berserah diri pada-Nya. Kita akan meyakini bahwa

apa yang telah tertulis merupakan keputusan Allah yang paling baik untuk hamba-Nya.

B. TINGKATAN-TINGKATAN TAKDIR

Berikut ini adalah tingkatan-tingkatan takdir :

1. Al-Ilmu

Allah maha mengetahui atas segala sesuatu, mengetahui apa yang telah terjadi dan

yang akan terjadi. Tidak satupun yang luput dari ilmu-Nya. Seperti yang ditulis dalam Qs.
Al-Haj (22):70, yang terjemahannya:“apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesunggunya

Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi ?, bahwasanya demikian itu

terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah

bagi-Nya”.

2. Al-Kitabah

Allah yang mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di lauhin mahfudz dan tulisan

itu tetap ada sampai dunia kiamat. Apa yang telah, sedang dan akan terjadi telah dituliskan

oleh Allah dalam Qs. Al-Hadid (57):22, yang terjemahannya:“tiada suatu bencana yang

menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab

(Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah

mudah bagi Allah”.

3. Al-Masyi’ah

Mempunyai kehendak atas segala sesuatu baik di langit maupun di bumi. Tidak

satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Seperti yang ditulis dalam Qs. Al-Takwir

(81):28-29, yang terjemahannya:“dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali

bilah dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui lagi maha

bijaksana”.

4. Al-Khalq

Segala sesuatu diciptakan oleh-Nya. Dialah maha pencipta dan diluar diri-Nya, semua

adalah ciptaan-Nya. Seperti yang dituliskan dalam Qs. Al-Zumar (39): 62, yang

terjemahannya:”Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala

sesuatu”.

C. MACAM-MACAM TAKDIR
1. Takdir Mubram

Pengertian dari takdir mubram adalah takdir yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah

lagi meskipun dengan menggunakan segala cara. Pasalnya, takdir mubram merupakan

ketentuan mutlak yang berasal dari Allah SWT. Artinya, manusia tidak bisa menolak atau

mengganti terhadap terciptanya takdir mubram ini. Beberapa contoh yang termasuk dalam

golongan takdir mubram di antaranya adalah proses kelahiran manusia dari orang tuanya.

Seorang anak tidak dapat menentukan tentang bapak atau ibunya karena hal tersebut sudah

merupakan ketetapan dari Allah. Selain itu, waktu kelahiran juga tidak bisa dipilih karena

merupakan kehendak dari Yang Maha Kuasa. Demikian pula mengenai kematian manusia.

Umat manusia tidak bisa mengetahui tentang waktu saat mengalami proses kematian karena

hal tersebut merupakan ketetapan Allah SWT.

2. Takdir Muallaq

Takdir Muallaq adalah takdir atau ketetapan dari Allah SWT yang dapat diubah oleh umat

manusia dengan wujud adanya ikhtiar atau semacam usaha. Artinya, manusia masih

diberikan peran dalam mengganti atau merubah terhadap adanya takdir tersebut. Salah satu

hal yang dapat dipakai sebagai contoh semisal masalah kemiskinan. Ketika seorang manusia

ditakdirkan menjadi miskin, maka ia masih bisa merubah takdir yang sedang dialami tersebut.

Yakni dengan jalan bekerja keras agar tidak menjadi miskin seperti sebelumnya. Contoh

lainnya adalah sakit. Sakit datangnya dari Allah SWT. Sebagai Maha Pencipta, Allah pasti

yang menciptakan adanya penyakit tersebut. Tatkala manusia ditakdirkan kedapatan sakit

atau mengalami sebuah musibah dengan adanya penyakit tersebut, maka masih ada

kesempatan untuk menghindar dari rasa sakit alias sembuh, caranya yaitu dengan berobat.

Kasus lain yang masuk dalam jenis takdir muallaq yakni kesuksesan seorang siswa dalam

proses belajar. Ketika ia tekun dalam belajar di sekolah atau dengan sistem daring seperti

sekarang, maka prestasi yang diinginkan bisa saja terwujud di kemudian hari.
Cara menyikapi macam takdir Allah SWT

1. Percaya

Sebagai orang yang beriman, kita harus percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah

memiliki rencana yang terperinci dan terbaik untuk semua hambaNya, termasuk manusia.

manusia wajib percaya bahwa Allah tidak akan memberikan takdir baik itu takdir baik

maupun buruk tanpa menyimpan hikmah di baliknya. Percaya adalah kunci utama dari

ketenangan hati. Jika percaya akan rencana Allah yang terbaik maka tidak akan ada khawatir

ataupun rasa sedih dalam cara menyikapi takdir Allah dan merupakan cara meningkatkan

akhlak sebagai umat mukmin.

2. Mengimani

Keutamaan iman dalam islam diantaranya iman pada qodar (takdir) termasuk rukun

iman tidak sah keiman seseorang jika tidak menerima takdir. “Tidaklah seorang hamba itu

beriman kepada takdir yang baik dan buruk dari Allah, hingga ia mengetahui bahwa apa

yang menimpanya bukan karena kesalahnnya dan kesalahannya itu tidaklah akan

menimpanya”. (HR Tirmidzi).

3. Membenarkan

Manusia tidak boleh ragu akan takdir Allah, wajib untuk membenarkan bahwa Allah

tidak pernah merencanakan sesuatu tanpa hikmah yang mulia dan tanpa rencana yang lebih

indah ke depannya. Manusia harus membenarkan bahwa hidup selalu berputar, sikapi takdir

Allah dengan cara membenarkannya baik itu takdir baik ataupun takdir buruk sebab hal

demikian termasuk keutamaan berbaik sangka kepada Allah.

4. Tawakal

“Sekali kali tidak akan menimpa apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami, Dialah

pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang orang yang beriman akan bertawakal”. (QS
At Taubah : 51). Cara menyikapi takdir Allah adalah dengan bertawakal, yaitu dengan

berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu harapan di waktu

terbaik yang ditentukan olehNya. Tawakal dalam Islam akan senantiasa mendekatkan dan

menjadi jalan ridho Allah.

Tawakal bukan hanya menyerah dan berdiam diri, tetapi wajib disertai dengan usaha yang

sungguh sunguh untuk mengubah keadaan atau takdir yang dialaminya. Wajib selalu percaya

bahwa Allah akan memberikan segalanya yang terbaik sesuai usaha yang dilakukan hamba

Nya. Jika berusaha baik, maka akan menerima hasil yang baik, jika belum mendapatkan hasil

yang diinginkan, tetap wajib terus berusaha dan berdoa.

5. Tidak Menyerah

Rasulullah selalu memerintahkan umatnya untuk berusaha semaksimal mungkin

sesuai kemampuannya, cara menyikapi takdir Allah ialah dengan berusaha dan tidak boleh

menyerah, putus asa adalah tanda bahwa orang tersebut tidak percaya pada kebesaran Allah.

“Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah

pertolongan kepada Allah dan jangan sekali kali kamu merasa tidak berdaya”. (HR Abu

Hurairah).

6. Jauhi Berandai-Andai

Takdir, apapun itu ialah yang terbaik, cara menyikapi takdir Allah tidak boleh

diterima dengan penyesalan atau harapan untuk bisa mengubah takdir yang telah terjadi.

Maksudnya ialah dengan berandai andai untuk dapat kembali ke masa lalu dan mengubah

peristiwanya agar menerima hasil sesuai yang diinginkan, hal demikian tidak diperbolehkan

dalam agama. “Janganlah engkau berkata seandainya aku berbuat begini tentu begini dan

begitu tentu akan seperti ini dan seperti itu”. (HR Muslim).

7. Mohon Pertolongan Allah

Takdir ialah bagain dari kuasa Allah, untuk menghadapinya sebagai makhluk yang
lemah wajib untuk memohon pertolongan Allah agar dapat menjalani dan mengambil

keputusan sesuai petunjukNya. “Dan sekali kali tidaklah Rabb mu menganiaya hamba

hamba Nya”. (QS Fushshilat : 46).

8. Instropeksi Diri

“Musibah yang menimpa kalian adalah hasil dari perbuatan tangan kalian sendiri”.

(QS As Syuuraa : 30). Sebagai manusia tentu pernah berbuat kesalahan secara sadar,

contohnya ialah sudah mengetahui tentang perbuatan yang termasuk dosa tetapi tetap

melakukan perbuatan tersebut, akibatnya takdir Allah akan mengikuti sesuai perbuatan yang

dilakukan.

9. Mohon Rahmat Allah

Cara menyikapi takdir ialah dengan memohon rahmat Allah agar mendapat hikmah

yang  terbaik dan diberi takdir yang lebih baik pula ke depannya. Allah maha pemurah, setiap

manusia yang memohon dengan kesungguhan pasti akan dikabulkan. “Dan rahmat ku

meliputi segala sesuatu”. (QS Al A’raf : 156). Jelas dari firman tersebut bahwa Allah

memberikan rahmat untuk hambaNya dalam setiap urusan.

10. Allah Tempat Kembali

“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara

main main dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS Al Mu’minum :

115). Ingat bahwa Allah menciptakan manusia di dunia ini hanyalah sebagai ujian untuk

bekal kehidupan di akherat, begitu pula dengan takdir, apapun yang dikehendaki Allah akan

menjadi jalan untuk manusia sebagai jalannya untuk beribadah dan mendekat padaNya.

11. Ingat Kehidupan Di Akherat

Bagaimana cara kita menyikapi takdir Allah, itulah yang akan menentukan kehidupan

di akherat kelak,  jika selalu percaya dan berprasangka baik pada takdir yang Allah berikan,

maka pada masa ke depannya orang tersebut akan mendapat petunjuk dan takdir yang lebih
baik untuknya, baik takdir yang aan diterima di dunia maupun di akherat. “Apakah manusia

mengira akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban?”. (QS Al Qiyamah : 36).

12. Ujian Dari Allah

Setiap umat mukmin tentu paham bahwa hidup di dunia adalah sementara, kehidupan

di dunia hanya perhiasan dan ujian belaka, begitu pula takdir yang diberikan Allah,

merupakan ujian untuk tingkat keimanan dan kesabarannya. Ketika menghadapi ujian berupa

hal yang menyenangkan ataupun kurang menyenangkan tentunya tetap wajib diterima dengan

sabar dan berusaha melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya.

13. Mohon Perlindungan Allah

Cara menyikapi takdir Allah adalah dengan memohon perlindungan dariNya dari hal

hal yang berbahaya atau hal yang tidak baik untuk kita menurutNya, mohon perlindungan

dari godaan syetan dan hawa nafsu yang dapat melemahkan iman dan mengarahkan ke hal

yang maksiat. sebagai makhluk Allah yang lemah, wajib selalu mohon perlindungan agar

tidak memiliki hati yang mudah terombang ambing. “Tidak ada seorangpun di langit dan

bumi kecuali akan datang kepada Tuhan yang maha pemurah selaku seorang hamba”. (QS

Maryam : 93).

14. Mohon Keselamatan

Jangan lupa memohon keselamatan di setiap shalat sebagai wujud pasrah dan

memohon perlindungan dari segala mara bahaya dari takdir yang telah terjadi tersebut. Hal

tersebut telah dilakukan oleh orang orang sholeh terdahulu, ketika menerima suatu takdir baik

ataupun buruk mereka akan memohon keselamatan dari segala sesuatu yang buruk. “Mereka

mengucapkan kata kata yang mengandung keselamatan”. (QS Al Furqon : 63).

15. Berfikir Positif

Berfikir positif dapat menjadi cara menyikapi takdir Allah yang akan memberikan

ketenangan pada hati orang yang melakukannya. Berfikir positif membuat hati menjadi lebih
semangat dan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat dalam setiap urusan yang

dihadapi. Sedangkan Allah memberikan sesuatu sesuai prasangka hambaNya, jika berfikir

positif pada Allah, maka Allah juga memberikan hal yang positif pula.

16. Ikhlas

Ikhlas adalah sikap menerima dan pasrah akan ketentuan Allah. Ikhlas dilakukan

semata karena Allah, bukan karena urusan duniawi atau karena orang lain. ikhlas menjadi

jalan untuk mendapat kebaikan dan ridho Allah. Ikhlas dalam menyikapi takdir Allah

dilakukan dengan cara menyadari bahwa setiap takdir ialah hakNya sebagai pencipta. Dan

setiap manusia wajib menerima dan menjalani takdir yang ditetapkanNya dengan ikhlas.

17. Mohon Ampunan Allah

Sebagaimana firman Allah, takdir yang terjadi atau yang menimpa manusia adalah

sesuai perbuatan manusia itu sendiri. jika mendapatkan takdir yang baik, wajib bersyukur dan

memperbaiki diri leb baik lagi. Begitu pula jika menerima takdir yang menurut kita kurang

membahagiakan, mohon ampun pada Allah jika hal tersebut mungkin adalah kesalahan dari

kita sendiri.

“Dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan kesalahan kalian”. (QS As Syuura :

30). Allah menyukai hambaNya yang senantisa memperbaiki diri dan memohon ampunan

kepadaNya, ampunan Allah akan membawa manusia dalam urusan dunia dan akherat yang

lebih berkah sehingga akan mendapat takdir dan jalan hidup yang terbaik pula.

D. MANUSIA DAN TAKDIR

Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait

dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan
takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya

memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang

canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya.

Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.

Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di

dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha

perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka

Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya

usahanya itu dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap

dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang

dilarang juga (QS. Al Hadiid:23).

Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka

diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya

yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup

berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

E. SIKAP MANUSIA MENGHADAPI TAKDIR BAIK DAN BURUK

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan hidup yang

dialaminya. Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan terkadang negatif, seperti :

 ada yang memuaskan ada yang tidak,

 ada yang menyenangkan ada yang menyusahkan,

 ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.
Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang

dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang tidak

beriman kepada qadha dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima

secara negatif.

Contoh :

 Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan kesabaran dan

ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang dinilai Allah SWt

dengan pahala. Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu pula pahalanya terus

mengalir.

 Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan merasa bahwa

semua itu karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang lain dengan

menafkahkan sebagian keuntungannya tersebut.

 Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak berguna

lagi. Dia merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan berbagai macam

perbuatan yang merusak, seperti melamun, merokok, mengkonsumsi narkoba, bahkan ada

yang bunuh diri.

 Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah malah

menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya itu semata-

mata merupakan prestasi yang harus diraakan dan dia berhak dan bebas menggunakan

sesuka hatinya.

Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman kepada qadha

dan qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan? Kalau yakin, tentu kamu ingin

meningkatkan keimananmu kepada qadha dan qadar. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman
kepada qadha dan qadar? Berikut ini merupakan ciri orang yang beriman kepada qadha dan

qadar:

1. Selalu menyadari dan menerima kenyataan.

2. Senantiasa bersikap sabar.

3. Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah.

4. Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.

5. Senantiasa menerapkan sikap tawakal.

F. HIKMAH BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

Bagi umat Islam beriman pada qada dan qadar Allah SWT memiliki sejumlah hikmah.

Berikut adalah hikmah dari beriman kepada qada dan qadar Allah SWT dalam kehidupan.

1. Menjadi Orang Yang Lebih Banyak Bersyukur

Umat Islam yang beriman kepada Allah SWT akan lebih banyak bersyukur dalam menjalani

kehidupannya.

2. Termasuk Orang Yang Beriman

Tidak mudah memiliki rasa iman yang kuat terhadap takdir dan ketentuan Allah SWT. Maka

dari itu, jika kamu beriman kepada qada dan qadar Allah SWT maka kamu termasuk ke

dalam golongan orang yang beriman.

3. Meningkatkan Kesabaran

Hikmah beriman kepada qada dan qadar Allah SWT adalah dapat meningkatkan kesabaran

seseorang. Iya akan pasrah terhadap apapun yang terjadi dalam kehidupannya, karena Allah

SWT lah yang mengetahui apa yang terbaik bagi hambanya.


4. Pantang Menyerah Dan Selalu Berusaha

Orang yang beriman kepada qada dan qadar Allah SWT akan selalu berusaha melakukan

yang terbaik dalam kehidupannya. Pasalnya, Allah SWT akan memberikan jalan bagi

seseorang sesuai dengan usahanya.

5. Dijauhkan Dari Sifat Sombong

Beriman kepada qada dan qadar membuat seseorang dijauhkan dari sifat sombong lho.

Pasalnya apa yang terjadi dalam kehidupannya terlepas itu baik maupun buruk sudah menjadi

takdir dan ketetapan dari Allah SWT. Jadi sudah sepantasnya kita tidak bersifat sombong.

6. Menjadi Orang yang Berjiwa Tenang dan selalu Berharap Kepada Allah SWT

Orang yang beriman kepada Allah SWT cenderung memiliki jiwa yang tenang dan selalu

mengharapkan rahmat dari Allah SWT. Sejumlah ujian dalam kehidupan yang mereka hadapi

tidak akan membuatnya gusar karena keyakinannya terhadap takdir dan ketetapan Allah SWT

selalu membuat hatinya tenang dan damai.

7. Menjadi Lebih Tawakkal

Hikmah lain yang didapat dari beriman kepada qada dan qadar Allah SWT adalah membuat

seseorang menjadi lebih tawakkal. Beriman kepada qada dan qadar Allah SWT membuat

seseorang menjadi lebih ikhlas terhadap seluruh ketetapan dan takdir Allah SWT.

G. FUNGSI BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

Beriman kepada Qadha dan Qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Diantaranya:

A). Mempuyai Semangat Ikhtiar

Ikhtiar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan

keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah, seseorang
murid akan bekerja keras agar bisa sukses, pedagang akan hidup hemat agar usahanya

berkembang, dan sebagainya.

B). Mempunyai Sifat Sabar Dalam Menghadapi Cobaan

Dengan percaya Qadha dan Qadar, manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah

ujian-ujiann yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh

pendirian, berani menghadapi tantangan, tahan uji, dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh

pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memegang prinsip atau pedoman hidup, berani

menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan, penderitaan, kesakitan dan

kesengsaraan. Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan

keluarnya tanpa menyerah pada kesulitan, dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT.

C). Sabar Bahwa Cobaan Adalah Qadha Dan Qadar Dari Allah SWT

Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat

akan kembali kepada Allah SWT.

D). Tawakal

Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama,

tawakal artinya berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau

menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha. Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya

menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini,

tawakal kepada Allah SWT bukan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak,

melainkan penyandaran diri yang harus didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar

berdasarkan kemampuan maksimal.


H. CIRI-CIRI BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

Beriman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang ke enam yang harus kita yakini

dengan penuh di dalam hati dan tidak ada keraguan kepada apa-apa yang telah di tetapkan

Allah.

adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar sebagi berikut:

1. Semua yang terjadi pada dirinya selalu di terima

segala sesuatu apapun yang terjadi, baik itu urasan nasib baik dan urusan nasib jelek pada

haketnya merupakan  pemberian dari   Allah SWT.

2. Bersabar ketika mendapat ujian dari Allah

Selalu bersabar ketika mendapat suatu ujian dari Allah SWT seperti di timpa musibah

kekeringan, bencana alam di tinggal mati oleh anak dan istri dsb.

3. Apabila di bacakan tanda- tanda kebesaran Allah hatinya selalu bergetar

Ciri orang yang beriman kepada qodo dan qodar  ketika mendengan ayat – ayat cuci alqur’an

hatinya selalu bergetar dan getaran tersebut berasal dari keimanan kita yang kuat dalam hati.

4. Tidak mengeluh dan putus asa

Orang yang beriman kepada qodo dan qodar tidak pernah pustus asa ketiga dia berniaga

mendapatkan suatu kerugian yang besar

5. Tidak takabur dan sombong

Tidak pernah merasa sombong dan takabur ketika di angkat derajatnya dengan harta maupun

dengan ilmu karena dia yakin itu hanya semata- mata pemberian dari  Allah

6. Selalu optimis

Setiap pekerjaan yang di kerjakannya dirinya selalu mempunyai rasa optimis kerena allah

akan mengabulkan semua doa dan usahanyawalaun  sekecil mungkin.

7. Tawakal dan selalu berdoa pada Allah


Orang tersebut selalu berdoa kepada allah meskipun ia telah berusaha dengan keras sebab

tetap yang memberikan kepustusan hasl akhir dari usahanya adalah Allah

8. Tidak meminta pertolongan selain kepada Allah

Tidak mau meminta pertolongan orang lain karena ia tidak mau membebankan masalahnya

kepada orang lain.cukup kepada Allah semata yang mampu menolongNya .


BAB III

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. KESIMPULAN

Beriman kepada Qadha dan Qadar akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah putus

asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan

kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan

sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa

musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,

sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Karena dalam kaitan dengan

takdir ini lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha

sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.

B. SARAN

Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya seahri-hari. Oleh karena

itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan Iman dan takwa kita kepada

Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga

keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah

kita. Serta kita harus senantiasa besabar, berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir

Allah.

C. PENUTUP

Demikian makalah saya, saya menyadari makalah saya ini jauh dari kesempurnaan,

maka dari itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian

beserta dosen mata kuliah. Sehingga saya bisa memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/imankepadaqadadanqadar

http://riski2989.blogspot.com/2010/03/iman-kepada-qada-dan-qadar-allh-awt.html

http://www.indoquran.com/index.php?option=com_muslim&action=viewayat&surano=47

Bazir,Mulyono,2007.LKS Pendidikan Agama Islam Jawa Tengah: CV. Media Karya Putra

Anda mungkin juga menyukai