FITRAH BERAGAMA II
Disusun Oleh :
Kelompok 13 (M-6)
2.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang ia berikan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul tentang
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran FITRAH BERAGAMA.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami dan segenap yang
membacanya.
Selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini, yang telah memberikan tugas ini sehingga
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sangat
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada kita semua. AMIN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesmplan .....................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
C. Penutup ..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beriman kepada Takdir (Qadha’ dan Qadar) Allah adalah rukun iman ke enam.
Masalah takdir mungkin tidak habis untuk dibahas, maksudnya takdir ini merupakan hal yang
berkaitan tentang hal yang ada di muka bumi ini bahkan alam semesta yang akan datang.
Sehingga pembahasan takdir itu sangatlah luas. Semua itu telah diatur oleh Allah yang
menjadi suatu ketentuan dan ketetapan sejak penciptaannya. Percaya kepada qadavdan
Sunatullah adalah mempercayai bahwa segala yang berlaku adalah ketentuan Allah semata.
Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap orang lahir
lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan akhir. Hal ini dinyatakan
dalam al-quran bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis dalam
induk kitab. Namun pemahaman seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap,
karena dengan hanya memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang
Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya
akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan
berpikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi, dan perencanaan
yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni
kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab
“Lauhul Mahfudz“ yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang
mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT.
Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita.
Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal
keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak
pernah mengenal kata frustasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai
ketentuan-ketentuan Ilahi yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya
pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba
menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi
yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir
adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan
batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh
B. RUMUSAN MASALAH
6. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar?
C. TUJUAN MAKALAH
4. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
5. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAKDIR
Qadha’ secara bahasa adalah ketetapan hukum, firman Allah, Qadha’ berarti hukum
atau keputusan, mewujudkan atau menjadikan, kehendak atau perintah. Qadar secara bahasa
adalah takdir (ukuran, kadar dan ketentuan), Qadar juga berarti perwujudan kehendak Allah
Iman kepada Qadha’ dan Qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala
sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai suatu hukum Allah yang pasti dan tetap dan tidak
tunduk pada kemauan manusia. Iman kepada Qadha dan Qadar biasa disebut Takdir. Jadi
Qadha adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu telah menjadi
-Menurut istilah, kata Qadha bisa diartikan sebagai suatu ketetapan Allah SWT sejak
zaman azali atau diartikan juga sebagai segala sesuatu hal yang akan terjadi suatu saat
nantinya, dan berkaitan dengan makhluk ciptaan Allah SWT. Sementara Qadar, menurut
bahasa diartikan sebagai suatu ketetapan, perintah, hukum, pemberitahuan, penciptaan, dan
juga kehendak.Qadha akan mencakup seluruh hal baik maupun buruk, hidup dan mati, serta
Qadha masih bisa diubah melalui adanya suatu usaha, tawakal, ikhtiar secara sungguh-
sungguh supaya memperoleh hasil sesuai dengan apa yang kamu inginkannya. Sebagaimana
yang telah tercantum pada kitab suci Allah SWT, Bahwasannya tak ada yang bisa merubah
nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang merubahnya sendiri. Jadi, Qadha merupakan
suatu ketetapan Allah SWT yang telah terjadi atau diputuskan oleh Allah SWT.
- Menurut istilah, kata Qadar bisa diartikan sebagai bentuk perwujudan atas ketetapan
Allah SWT atau Qadha mengenai keseluruhan yang berhubungan dengan makhluk-
makhluknya yang telah ada sejak di dalam kandungan. Sedangkan berdasarkan bahasa, kata
Qadar diartikannya sebagai suatu peraturan, atau kepastian, atau juga ukuran.
Qadar bisa mencakup takdir yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi di
kemudian hari nantinya.Berbeda halnya dengan Qada, Qadar ini sudah tidak bisa diubah lagi,
bagaimanapun caranya. Sebab Qadar sudah tertulis di Lauhul Mahfudz sejak kamu di dalam
kandungan. Contohnya jodoh, maut, dan lain sebagainya.Tak ada satu dari makhluk Allah
SWT yang bisa mengetahui mengenai segala sesuatu yang sudah Allah SWT tetapkannya di
Lauhul Mahfudz, yang sudah tidak bisa diubah lagi. Jadi, Qadar adalah suatu ketetapan Allah
SWT yang belum terjadinya. Sehingga, kesimpulan dari Qada, dan Qadar yaitu Qada bisa
dipahami sebagai sebuah putusan Allah kepada azali, atau diartikan juga sebagai segala
sesuatu hal yang akan terjadinya suatu saat nanti. Sementara, Qadar merupakan sebuah
realisasi Allah atas Qadha pada diri manusia sesuai kehendak Allah SWT.
Dengan begitu bisa dipahami bahwa qada adalah suatu kehendak Allah yang akan terjadi di
suatu saat nanti. Sedangkan Qadar adalah bentuk realisasi atau nyatanya dari kehendak yang
Qadha merupakan suatu ketentuan Allah SWT atas segala sesuatunya yang di dalamnya
terdapat suatu kehendak Allah SWT. Sedangkan, Qadar merupakan sebuah perwujudan atas
Secara garis besar, perbedaan Qadha dan Qadar bisa di beda kan nya menjadi 4 (empat)
diantaranya adalah pengertian, ketetapan, contoh, dan ayat-ayat Al-Quran yang memberikan
1. Berdasarkan Pengertian
Perbedaan Qadha dan Qadar akan bisa kamu ketahuinya lewat kedua pengertian dari masing-
masing nya. Berdasarkan istilahnya, kata “Qadha” adalah suatu ketetapan Allah yang telah
ada sejak kamu berada di dalam kandungan, dan ketetapan itu berkaitan dengan makhluk
yang diciptakannya. Sementara itu, kata “Qadar” merupakan sebuah bentuk perwujudan dari
suatu ketetapan Allah SWT atau Qadha mengenai segala yang berhubungan dengan makhluk
bahasa “Qadar” merupakan suatu peraturan, atau kepastian, atau juga ukuran.
2. Berdasarkan Ketetapan
Perbedaan Qada dan Qadar selanjutnya yaitu dilihat berdasarkan ketetapan. Allah
SWT sudah menetapkan bahwasannya Qadar adalah sebuah takdir yang masih bisa dirubah
oleh seseorang dengan berbagai cara, diantaranya yaitu berusaha secara sungguh-sungguh,
berikhtiar, supaya segala sesuatu bisa tercapai sesuai dengan keinginan. Sedangkan Qadar
adalah suatu ketetapan Allah SWT yang sudah tidak bisa lagi diubah oleh makhluknya.
3. Berdasarkan Contohnya
Perbedaan Qada dan Qadar yang ketiga ini dilihat berdasarkan contoh yang ada di
dalam kehidupan seorang manusia. Contoh dari Qada yaitu apabila seseorang menginginkan
suatu rezeki yang melimpah atau banyak, dan berkah maka seseorang perlu untuk berusaha
secara sungguh-sungguh dengan diiringi berdoa, Lalu berikhtiar, dan kemudian bertawakal
kepada Allah SWT. Hal itu dilakukannya supaya bisa mengubah nasib seseorang, sehingga
seseorang dapat memperoleh keinginan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Selain itu,
contoh lainnya yaitu orang yang tidak pandai akan menjadi orang pandai, manakala dia mau
Sementara itu, contoh dari Qadar adalah ajal seorang manusia. Seseorang itu tidak akan
pernah tahu kapan dirinya akan meninggal dunia, sebab itu merupakan suatu ketetapan Allah
SWT yang sudah tidak bisa lagi diubahnya, bagaimanapun caranya. Hal itu dikarenakan
semuanya telah ditulis di Lauhul Mahfudz yang mana tak ada seorang pun yang tahu selain
Allah SWT. Contoh lainnya yakni hari kiamat, jenis kelamin, dan masih banyak lagi lain
sebagainya.
Perbedaan Qada dan Qadar yang terakhir ini dilihat berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan tentang Qada dan Qadar. Ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan
– Qs. Al-Isra ayat 23 mengenai perintah. Artinya yaitu “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan kepadamu supaya kamu janganlah menyembah selain Tuhan, dan hendaklah
selalu berbuat baik terhadap Ibu dan Bapak. Apabila salah satu dari keduanya itu, atau
keduanya tersebut sudah berusia lanjut, dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali
kamu mengatakan kepada keduanya dengan kata “ah”, dan jangan pula kamu membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan baik-baik.” Pada ayat Al-
Qur’an itu telah dijelaskan bahwa kamu diperintahkan untuk menyembah hanya kepada
Tuhan saja, dan kamu diperintahkan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua.
– Qs. Ali Imran ayat 47 mengenai kehendak. Artinya yakni “Maryam, berkata: Ya
Tuhanku, bagaimana aku akan memiliki seorang anak, sedangkan tak ada diantara seorang
lelaki yang berani menyentuhku? Allah SWT pun berfirman, demikianlah Allah SWT yang
menciptakan segala sesuatu pada apa yang Allah SWT kehendakinya. Jika Allah SWT
berkehendak untuk menetapkan sesuatu, maka Dia akan berkata kepadanya, yakni Jadilah!
Maka jadilah segala sesuatunya.” Pada ayat Al-Qur’an itu dijelaskan bahwa ketika Allah
– Qs. Fussilat ayat 12 mengenai menjadikan, dan mewujudkan. Artinya yaitu Maka
Allah menjadikan tujuh langit dalam dua masa. Allah mewahyukan kepada tiap-tiap langit
urusannya itu. Dan kami hiasi langit itu dekat bersama bintang-bintang yang cemerlang dan
kami merawatnya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi
Yang Maha Mengetahui. Pada ayat Al-Qur’an itu menjelaskan bahwa Allah menjadikan
langit menjadi tujuh langit dalam dua masa, dan Dia mewujudkan supaya tiap-tiap langit itu
– Qs. An-Nisa ayat 65 mengenai keputusan atau hukum. Artinya yakni Maka demi
Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sampai mereka menjadikan kamu sebagai
hakim pada perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. Pada ayat itu menjelaskan bahwa Allah SWT sudah bersumpah dengan Dzat
yang Maha Mulia, yaitu mereka itu tidak beriman dengan sebetulnya hingga mereka mau
menjadi kamu sebagai hakim penengah dalam perselisihan yang sedang terjadi antara mereka
ketika kamu masih hidup, dan berhukum dengan pedoman sunnahmu sesudah kematianmu,
lalu mereka tidak mendapati perasaan sesak di dalam hati mereka terhadap ketetapan yang
menjadi keputusan akhir kamu. Dan mereka patuh pada hal itu dengan kepatuhan yang
sempurna. Berhukum sesuai dengan apa yang dibawakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam yang bersumber dari kitab Allah SWT dan sunnah dalam semua perkara kehidupan
yang termasuk intisari keimanan dengan disertai keridhaan dan penyerahan diri.
batas-batasnya. Artinya yaitu Dan Allah telah menciptakan bumi ini dengan gunung-gunung
yang kokoh diatasnya. Dan Allah berkahi, dan tentukannya kepada kadar makanan bagi
penghuni dalam empat masa. Penjelasan tersebut merupakan jawaban untuk orang-orang
yang bertanya. Pada ayat itu dijelaskan bahwa Allah SWT telah menempatkan permukaan
bumi ini dengan gunung-gunung kokoh, Allah memberkahinya sehingga Allah tetap
memberikan kebaikan kepada para penghuninya, dan menetapkan rizki penduduknya yang
berupa makanan, serta sarana kehidupan yang dibutuhkan dalam empat hari sempurna.
Terdiri dari dua hari untuk menciptakan bumi, dan dua hari untuk menetapkan makanan bagi
penduduknya yang memadai untuk orang-orang yang bertanya mengenai hal tersebut untuk
mengetahuinya.
– Qs. Al-Mursalat ayat 23 mengenai kepastian dan ketentuan. Artinya yakni Lalu
kami telah tentukan bentuknya, maka kami yang sebaik-baiknya menentukannya. Pada ayat
itu menjelaskan bahwa kami sanggup untuk menciptakan dan membentuk, serta
– Qs. Ar-Ra’d ayat 17 mengenai ukuran. Artinya Allah sudah menurunkan air hujan
dari langit. Maka mengalirlah air pada lembah-lembah berdasarkan ukurannya, maka arus ini
akan membawa buih-buih yang mengambang. Dan dari logam yang mereka lebur dalam api
guna membuat sebuah perhiasan atau alat-alat, terdapat pula buihnya serupa dengan buih arus
itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan itu bagi yang benar-benar bathil. Adapun
buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya, adapun yang memberikan
perumpamaan-perumpamaan.
– Qs. Al-Baqarah ayat 236 mengenai kemampuan dan kekuasaan. Artinya yakni tidak
ada kewajiban membayar mahar atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istri kamu sebelum
kamu bercampur dengan mereka, dan sebelum kamu menentukan maharnya. Maka hendaklah
kamu berikan mereka suatu mut’ah atau pemberian kepada mereka. Orang-orang yang
juga, yaitu pemberian yang selayaknya. Demikianlah adalah ketentuan untuk orang-orang
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa contoh Qada dan Qadar. Nah apa sajakah itu? Mari
1. Surat Al-Qamar : 49
Artinya: Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. Dalam ayat ini,
dengan jelas dikatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran
(kadar) masing-masing.
2. Surat Yasin : 38
(Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan
3. Surat Ar-Ra’d : 11
… اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Ayat ini menyatakan bahwa Allah SWT tidak
akan mengubah keadaan pada diri seseorang sebelum sebelum berusaha dengan sendirinya.
Sesuai penjelasan artinya, qada dan qadar merupakan takdir manusia yang tak
terelakkan. Sejak lahir hingga ajal menjemput, lika-liku kehidupan kita yang kita pikir
merupakan pilihan dan kerja keras kita sendiri, bahwa kita bahagia atau menderita selama
hidup, sesungguhnya telah diketahui oleh Yang Mahakuasa sebelum segala sesuatunya
terjadi. Baik qada maupun qadar, Allah membimbing kita untuk berjalan di atas suratan
2. Qadha Dan Qadar Disetarakan Dan Disebut Bersama Dalam Rukun Iman
Mengapa kita harus beriman kepada qada dan qadar secara bersama-sama? Karena
mustahil bagi seorang hamba untuk hanya beriman pada qada saja atau beriman pada qadar
saja. Qada merupakan kehendak Allah yang berkaitan langsung dengan qadar, ketentuan
Dengan beriman kepada qada dan qadar, kita akan merasakan kebesaran Allah yang tak dapat
kita pungkiri, yaitu keputusan-Nya atas seluruh kehidupan kita. Kita akan merasa kecil dan
tak berdaya. Namun, dengan kasih-Nya, Allah menyuruh kita untuk berusaha dan berdoa
sehingga Dia bisa saja berkehendak lain di jalan takdir yang kita tempuh. Ketika kita
mengerti akan kekuasaan-Nya, kita dapat berserah diri pada-Nya. Kita akan meyakini bahwa
apa yang telah tertulis merupakan keputusan Allah yang paling baik untuk hamba-Nya.
B. TINGKATAN-TINGKATAN TAKDIR
1. Al-Ilmu
Allah maha mengetahui atas segala sesuatu, mengetahui apa yang telah terjadi dan
yang akan terjadi. Tidak satupun yang luput dari ilmu-Nya. Seperti yang ditulis dalam Qs.
Al-Haj (22):70, yang terjemahannya:“apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesunggunya
Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi ?, bahwasanya demikian itu
terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah
bagi-Nya”.
2. Al-Kitabah
Allah yang mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di lauhin mahfudz dan tulisan
itu tetap ada sampai dunia kiamat. Apa yang telah, sedang dan akan terjadi telah dituliskan
oleh Allah dalam Qs. Al-Hadid (57):22, yang terjemahannya:“tiada suatu bencana yang
menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
3. Al-Masyi’ah
Mempunyai kehendak atas segala sesuatu baik di langit maupun di bumi. Tidak
satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Seperti yang ditulis dalam Qs. Al-Takwir
(81):28-29, yang terjemahannya:“dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali
bijaksana”.
4. Al-Khalq
Segala sesuatu diciptakan oleh-Nya. Dialah maha pencipta dan diluar diri-Nya, semua
adalah ciptaan-Nya. Seperti yang dituliskan dalam Qs. Al-Zumar (39): 62, yang
terjemahannya:”Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala
sesuatu”.
C. MACAM-MACAM TAKDIR
1. Takdir Mubram
Pengertian dari takdir mubram adalah takdir yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah
lagi meskipun dengan menggunakan segala cara. Pasalnya, takdir mubram merupakan
ketentuan mutlak yang berasal dari Allah SWT. Artinya, manusia tidak bisa menolak atau
mengganti terhadap terciptanya takdir mubram ini. Beberapa contoh yang termasuk dalam
golongan takdir mubram di antaranya adalah proses kelahiran manusia dari orang tuanya.
Seorang anak tidak dapat menentukan tentang bapak atau ibunya karena hal tersebut sudah
merupakan ketetapan dari Allah. Selain itu, waktu kelahiran juga tidak bisa dipilih karena
merupakan kehendak dari Yang Maha Kuasa. Demikian pula mengenai kematian manusia.
Umat manusia tidak bisa mengetahui tentang waktu saat mengalami proses kematian karena
2. Takdir Muallaq
Takdir Muallaq adalah takdir atau ketetapan dari Allah SWT yang dapat diubah oleh umat
manusia dengan wujud adanya ikhtiar atau semacam usaha. Artinya, manusia masih
diberikan peran dalam mengganti atau merubah terhadap adanya takdir tersebut. Salah satu
hal yang dapat dipakai sebagai contoh semisal masalah kemiskinan. Ketika seorang manusia
ditakdirkan menjadi miskin, maka ia masih bisa merubah takdir yang sedang dialami tersebut.
Yakni dengan jalan bekerja keras agar tidak menjadi miskin seperti sebelumnya. Contoh
lainnya adalah sakit. Sakit datangnya dari Allah SWT. Sebagai Maha Pencipta, Allah pasti
yang menciptakan adanya penyakit tersebut. Tatkala manusia ditakdirkan kedapatan sakit
atau mengalami sebuah musibah dengan adanya penyakit tersebut, maka masih ada
kesempatan untuk menghindar dari rasa sakit alias sembuh, caranya yaitu dengan berobat.
Kasus lain yang masuk dalam jenis takdir muallaq yakni kesuksesan seorang siswa dalam
proses belajar. Ketika ia tekun dalam belajar di sekolah atau dengan sistem daring seperti
sekarang, maka prestasi yang diinginkan bisa saja terwujud di kemudian hari.
Cara menyikapi macam takdir Allah SWT
1. Percaya
Sebagai orang yang beriman, kita harus percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah
memiliki rencana yang terperinci dan terbaik untuk semua hambaNya, termasuk manusia.
manusia wajib percaya bahwa Allah tidak akan memberikan takdir baik itu takdir baik
maupun buruk tanpa menyimpan hikmah di baliknya. Percaya adalah kunci utama dari
ketenangan hati. Jika percaya akan rencana Allah yang terbaik maka tidak akan ada khawatir
ataupun rasa sedih dalam cara menyikapi takdir Allah dan merupakan cara meningkatkan
2. Mengimani
iman tidak sah keiman seseorang jika tidak menerima takdir. “Tidaklah seorang hamba itu
beriman kepada takdir yang baik dan buruk dari Allah, hingga ia mengetahui bahwa apa
yang menimpanya bukan karena kesalahnnya dan kesalahannya itu tidaklah akan
3. Membenarkan
Manusia tidak boleh ragu akan takdir Allah, wajib untuk membenarkan bahwa Allah
tidak pernah merencanakan sesuatu tanpa hikmah yang mulia dan tanpa rencana yang lebih
indah ke depannya. Manusia harus membenarkan bahwa hidup selalu berputar, sikapi takdir
Allah dengan cara membenarkannya baik itu takdir baik ataupun takdir buruk sebab hal
4. Tawakal
“Sekali kali tidak akan menimpa apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami, Dialah
pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang orang yang beriman akan bertawakal”. (QS
At Taubah : 51). Cara menyikapi takdir Allah adalah dengan bertawakal, yaitu dengan
berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu harapan di waktu
terbaik yang ditentukan olehNya. Tawakal dalam Islam akan senantiasa mendekatkan dan
Tawakal bukan hanya menyerah dan berdiam diri, tetapi wajib disertai dengan usaha yang
sungguh sunguh untuk mengubah keadaan atau takdir yang dialaminya. Wajib selalu percaya
bahwa Allah akan memberikan segalanya yang terbaik sesuai usaha yang dilakukan hamba
Nya. Jika berusaha baik, maka akan menerima hasil yang baik, jika belum mendapatkan hasil
5. Tidak Menyerah
sesuai kemampuannya, cara menyikapi takdir Allah ialah dengan berusaha dan tidak boleh
menyerah, putus asa adalah tanda bahwa orang tersebut tidak percaya pada kebesaran Allah.
pertolongan kepada Allah dan jangan sekali kali kamu merasa tidak berdaya”. (HR Abu
Hurairah).
6. Jauhi Berandai-Andai
Takdir, apapun itu ialah yang terbaik, cara menyikapi takdir Allah tidak boleh
diterima dengan penyesalan atau harapan untuk bisa mengubah takdir yang telah terjadi.
Maksudnya ialah dengan berandai andai untuk dapat kembali ke masa lalu dan mengubah
peristiwanya agar menerima hasil sesuai yang diinginkan, hal demikian tidak diperbolehkan
dalam agama. “Janganlah engkau berkata seandainya aku berbuat begini tentu begini dan
begitu tentu akan seperti ini dan seperti itu”. (HR Muslim).
Takdir ialah bagain dari kuasa Allah, untuk menghadapinya sebagai makhluk yang
lemah wajib untuk memohon pertolongan Allah agar dapat menjalani dan mengambil
keputusan sesuai petunjukNya. “Dan sekali kali tidaklah Rabb mu menganiaya hamba
8. Instropeksi Diri
“Musibah yang menimpa kalian adalah hasil dari perbuatan tangan kalian sendiri”.
(QS As Syuuraa : 30). Sebagai manusia tentu pernah berbuat kesalahan secara sadar,
contohnya ialah sudah mengetahui tentang perbuatan yang termasuk dosa tetapi tetap
melakukan perbuatan tersebut, akibatnya takdir Allah akan mengikuti sesuai perbuatan yang
dilakukan.
Cara menyikapi takdir ialah dengan memohon rahmat Allah agar mendapat hikmah
yang terbaik dan diberi takdir yang lebih baik pula ke depannya. Allah maha pemurah, setiap
manusia yang memohon dengan kesungguhan pasti akan dikabulkan. “Dan rahmat ku
meliputi segala sesuatu”. (QS Al A’raf : 156). Jelas dari firman tersebut bahwa Allah
“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main main dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS Al Mu’minum :
115). Ingat bahwa Allah menciptakan manusia di dunia ini hanyalah sebagai ujian untuk
bekal kehidupan di akherat, begitu pula dengan takdir, apapun yang dikehendaki Allah akan
menjadi jalan untuk manusia sebagai jalannya untuk beribadah dan mendekat padaNya.
Bagaimana cara kita menyikapi takdir Allah, itulah yang akan menentukan kehidupan
di akherat kelak, jika selalu percaya dan berprasangka baik pada takdir yang Allah berikan,
maka pada masa ke depannya orang tersebut akan mendapat petunjuk dan takdir yang lebih
baik untuknya, baik takdir yang aan diterima di dunia maupun di akherat. “Apakah manusia
mengira akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban?”. (QS Al Qiyamah : 36).
Setiap umat mukmin tentu paham bahwa hidup di dunia adalah sementara, kehidupan
di dunia hanya perhiasan dan ujian belaka, begitu pula takdir yang diberikan Allah,
merupakan ujian untuk tingkat keimanan dan kesabarannya. Ketika menghadapi ujian berupa
hal yang menyenangkan ataupun kurang menyenangkan tentunya tetap wajib diterima dengan
Cara menyikapi takdir Allah adalah dengan memohon perlindungan dariNya dari hal
hal yang berbahaya atau hal yang tidak baik untuk kita menurutNya, mohon perlindungan
dari godaan syetan dan hawa nafsu yang dapat melemahkan iman dan mengarahkan ke hal
yang maksiat. sebagai makhluk Allah yang lemah, wajib selalu mohon perlindungan agar
tidak memiliki hati yang mudah terombang ambing. “Tidak ada seorangpun di langit dan
bumi kecuali akan datang kepada Tuhan yang maha pemurah selaku seorang hamba”. (QS
Maryam : 93).
Jangan lupa memohon keselamatan di setiap shalat sebagai wujud pasrah dan
memohon perlindungan dari segala mara bahaya dari takdir yang telah terjadi tersebut. Hal
tersebut telah dilakukan oleh orang orang sholeh terdahulu, ketika menerima suatu takdir baik
ataupun buruk mereka akan memohon keselamatan dari segala sesuatu yang buruk. “Mereka
Berfikir positif dapat menjadi cara menyikapi takdir Allah yang akan memberikan
ketenangan pada hati orang yang melakukannya. Berfikir positif membuat hati menjadi lebih
semangat dan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat dalam setiap urusan yang
dihadapi. Sedangkan Allah memberikan sesuatu sesuai prasangka hambaNya, jika berfikir
positif pada Allah, maka Allah juga memberikan hal yang positif pula.
16. Ikhlas
Ikhlas adalah sikap menerima dan pasrah akan ketentuan Allah. Ikhlas dilakukan
semata karena Allah, bukan karena urusan duniawi atau karena orang lain. ikhlas menjadi
jalan untuk mendapat kebaikan dan ridho Allah. Ikhlas dalam menyikapi takdir Allah
dilakukan dengan cara menyadari bahwa setiap takdir ialah hakNya sebagai pencipta. Dan
setiap manusia wajib menerima dan menjalani takdir yang ditetapkanNya dengan ikhlas.
Sebagaimana firman Allah, takdir yang terjadi atau yang menimpa manusia adalah
sesuai perbuatan manusia itu sendiri. jika mendapatkan takdir yang baik, wajib bersyukur dan
memperbaiki diri leb baik lagi. Begitu pula jika menerima takdir yang menurut kita kurang
membahagiakan, mohon ampun pada Allah jika hal tersebut mungkin adalah kesalahan dari
kita sendiri.
“Dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan kesalahan kalian”. (QS As Syuura :
30). Allah menyukai hambaNya yang senantisa memperbaiki diri dan memohon ampunan
kepadaNya, ampunan Allah akan membawa manusia dalam urusan dunia dan akherat yang
lebih berkah sehingga akan mendapat takdir dan jalan hidup yang terbaik pula.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait
dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan
takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya
memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang
canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di
dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha
perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka
Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya
usahanya itu dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap
dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang
Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka
yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan hidup yang
dialaminya. Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan terkadang negatif, seperti :
ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.
Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang
dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang tidak
beriman kepada qadha dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima
secara negatif.
Contoh :
Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan kesabaran dan
ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang dinilai Allah SWt
dengan pahala. Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu pula pahalanya terus
mengalir.
Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan merasa bahwa
semua itu karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang lain dengan
Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak berguna
lagi. Dia merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan berbagai macam
perbuatan yang merusak, seperti melamun, merokok, mengkonsumsi narkoba, bahkan ada
Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah malah
menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya itu semata-
mata merupakan prestasi yang harus diraakan dan dia berhak dan bebas menggunakan
sesuka hatinya.
Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman kepada qadha
dan qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan? Kalau yakin, tentu kamu ingin
meningkatkan keimananmu kepada qadha dan qadar. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman
kepada qadha dan qadar? Berikut ini merupakan ciri orang yang beriman kepada qadha dan
qadar:
Bagi umat Islam beriman pada qada dan qadar Allah SWT memiliki sejumlah hikmah.
Berikut adalah hikmah dari beriman kepada qada dan qadar Allah SWT dalam kehidupan.
Umat Islam yang beriman kepada Allah SWT akan lebih banyak bersyukur dalam menjalani
kehidupannya.
Tidak mudah memiliki rasa iman yang kuat terhadap takdir dan ketentuan Allah SWT. Maka
dari itu, jika kamu beriman kepada qada dan qadar Allah SWT maka kamu termasuk ke
3. Meningkatkan Kesabaran
Hikmah beriman kepada qada dan qadar Allah SWT adalah dapat meningkatkan kesabaran
seseorang. Iya akan pasrah terhadap apapun yang terjadi dalam kehidupannya, karena Allah
Orang yang beriman kepada qada dan qadar Allah SWT akan selalu berusaha melakukan
yang terbaik dalam kehidupannya. Pasalnya, Allah SWT akan memberikan jalan bagi
Beriman kepada qada dan qadar membuat seseorang dijauhkan dari sifat sombong lho.
Pasalnya apa yang terjadi dalam kehidupannya terlepas itu baik maupun buruk sudah menjadi
takdir dan ketetapan dari Allah SWT. Jadi sudah sepantasnya kita tidak bersifat sombong.
6. Menjadi Orang yang Berjiwa Tenang dan selalu Berharap Kepada Allah SWT
Orang yang beriman kepada Allah SWT cenderung memiliki jiwa yang tenang dan selalu
mengharapkan rahmat dari Allah SWT. Sejumlah ujian dalam kehidupan yang mereka hadapi
tidak akan membuatnya gusar karena keyakinannya terhadap takdir dan ketetapan Allah SWT
Hikmah lain yang didapat dari beriman kepada qada dan qadar Allah SWT adalah membuat
seseorang menjadi lebih tawakkal. Beriman kepada qada dan qadar Allah SWT membuat
seseorang menjadi lebih ikhlas terhadap seluruh ketetapan dan takdir Allah SWT.
Beriman kepada Qadha dan Qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam
Ikhtiar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan
keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah, seseorang
murid akan bekerja keras agar bisa sukses, pedagang akan hidup hemat agar usahanya
Dengan percaya Qadha dan Qadar, manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah
ujian-ujiann yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh
pendirian, berani menghadapi tantangan, tahan uji, dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh
pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memegang prinsip atau pedoman hidup, berani
kesengsaraan. Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan
keluarnya tanpa menyerah pada kesulitan, dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT.
C). Sabar Bahwa Cobaan Adalah Qadha Dan Qadar Dari Allah SWT
Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat
D). Tawakal
Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama,
tawakal artinya berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau
menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha. Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya
menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini,
tawakal kepada Allah SWT bukan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak,
melainkan penyandaran diri yang harus didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar
Beriman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang ke enam yang harus kita yakini
dengan penuh di dalam hati dan tidak ada keraguan kepada apa-apa yang telah di tetapkan
Allah.
adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar sebagi berikut:
segala sesuatu apapun yang terjadi, baik itu urasan nasib baik dan urusan nasib jelek pada
Selalu bersabar ketika mendapat suatu ujian dari Allah SWT seperti di timpa musibah
kekeringan, bencana alam di tinggal mati oleh anak dan istri dsb.
Ciri orang yang beriman kepada qodo dan qodar ketika mendengan ayat – ayat cuci alqur’an
hatinya selalu bergetar dan getaran tersebut berasal dari keimanan kita yang kuat dalam hati.
Orang yang beriman kepada qodo dan qodar tidak pernah pustus asa ketiga dia berniaga
Tidak pernah merasa sombong dan takabur ketika di angkat derajatnya dengan harta maupun
dengan ilmu karena dia yakin itu hanya semata- mata pemberian dari Allah
6. Selalu optimis
Setiap pekerjaan yang di kerjakannya dirinya selalu mempunyai rasa optimis kerena allah
tetap yang memberikan kepustusan hasl akhir dari usahanya adalah Allah
Tidak mau meminta pertolongan orang lain karena ia tidak mau membebankan masalahnya
A. KESIMPULAN
Beriman kepada Qadha dan Qadar akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah putus
asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan
kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan
sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa
musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,
sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Karena dalam kaitan dengan
takdir ini lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha
sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. SARAN
itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan Iman dan takwa kita kepada
Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga
keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah
kita. Serta kita harus senantiasa besabar, berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir
Allah.
C. PENUTUP
Demikian makalah saya, saya menyadari makalah saya ini jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian
beserta dosen mata kuliah. Sehingga saya bisa memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/imankepadaqadadanqadar
http://riski2989.blogspot.com/2010/03/iman-kepada-qada-dan-qadar-allh-awt.html
http://www.indoquran.com/index.php?option=com_muslim&action=viewayat&surano=47
Bazir,Mulyono,2007.LKS Pendidikan Agama Islam Jawa Tengah: CV. Media Karya Putra