Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menghantarkan kami dari
zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang.
Makalah yang berjudul “Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah” ini disusun
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Aqidah dan juga untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi terhadap iman kepada qadha
dan qadar dengan baik.
Kami sering menemukan kekeliruan yang sering menghambat kami dalam
proses penulisan. Oleh karenanya kami sebagai tim penulis mohon maaf apabila
terdapat begitu banyak kekeliruan dalam makalah ini. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun, demi penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 12 Desember 2015

Tim penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................
Bab II Pembahasan.............................................................................................................
2.1 Beriman Kepada Qadha dan Qadar........................................................................
2.2 Teori Kedudukan Qadha dan Qadar.......................................................................
2.3 Fungsi Ikhtiar dan Do’a..........................................................................................
2.4 Hikmah iman kepada Qadha dan Qadar................................................................
Bab III..................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................
3.2 Daftar Pustaka......................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Islam merupakan agama yang paling sempurna yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Kesempuranaan akan agama Islam tidak dapat diragukan lagi
karena agama ini telah di jelaskan secara terperinci dalam Alquran. Tapi dalam
pembahasan makalah ini kita tidak akan membahas pengertian Islam tetapi akan lebih
kepada persoalan keyakinan atau iman. Iman kepada Qadha dan Qadar terdapat dalam
rukun iman yang keenam.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan hidup
yang dialaminya. Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan negatif. Bagi
orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang
dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang
tidak beriman kepada qadha dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi
dan diterima secara negatif. Seperti Firman Allah SWT yang artinya : “Katakanlah:
“Siapakah yang mampu melindungi diri dari (takdir) Allah jika Allah menghendaki
siksa atau menghendaki rahmat untuk dirimu? Dan mereka tidak akan memperoleh
pelindung dan penolong selain Allah” (QS. al-Ahzab : 17).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu beriman kepada qadha dan qadar?
2. Apa teori kedudukan qadha dan qadar?
3. Apa fungsi ikhtiar dan doa?
4. Apa hikmah iman kepada qadha dan qadar?

1.4 Tujuan
1. Mampu memahami beriman kepada qadha dan qadar
2. Mampu memahami teori kedudukan qadha dan qadar
3. Mampu memahami fungsi ikhtiar dan doa
4. Mampu memahami hikmah iman kepada qadha dan qadar

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Beriman Kepada Qadha dan Qadar


Menurut bahasa Indonesia, qadha artinya menyempurnakan sesuatu (perkara),
melaksanakan dan menyelesaikannya, baik perkara itu berupa ucapan, amalan,
kehendak (kemauan) ataupun yang lainnya. Qadha menurut bahasa Arab berarti
ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Qadha menurut istilah, yaitu
ketetapan Allah yang tercatat di Lauh Mahfuz (papan yang terpelihara) sejak zaman
azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak-Nya dan berlaku untuk seluruh makhluk
atau alam semesta. Adapun qadar atau takdir yaitu ketetapan yang telah terjadi.
Qadar berasal dari kata qaddara yang berarti menentukan atau membuat
ukuran. Akar kata dari qadar adalah qaddara yang bermakna kuasa, mampu atau
mengukur. Ditinjau dari segi maknanya, takdir dapat diartikan sebagai kuasa Allah
untuk menentukan segala urusan, baik di dunia maupun di akhirat. Maksudnya Allah 
Maha Kuasa menentukan apa saja yang diinginkan. Kekuasaan Allah dalam
melakukan segala sesuatu terhimpun dalam salah satu sifatnya, yaitu Qudrah,
sehingga Dia dinamakan Qadir (Yang Maha Kuasa). Adapun makna qadar sebagai
mengukur adalah memberi kadar atau ukuran. Qadar ini juga bisa disebut takdir, yaitu
menertibkan dan mengatur segala sesuatu serta menentukan batas-batas
penghujungnya.
Adapun yang menjadi landasan atau dasar hukum kewajiban beriman kepada
qadha dan qadar Allah Saw adalah bersumber dari firman Allah dalam Al-Qur’an,
diantaranya adalah sebagai berikut:
‫الذي له ملك السماوات واألرض ولم يتخذ ولدا ولم يكن له شريك في الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا‬
(٢ :‫)الفرقان‬                                       
Artinya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-
rapinya. (QS. Al-Furqan: 2).

Berkaitan dengan ayat di atas, dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman
sebagai berikut:

4
)٦٢ :‫هللا خالق كل شيء وهو على كل شيء وكيل (الزمر‬                   
Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (Qs.
Azzumar: 62)
)٩٦ :‫وهللا خلقكم وما تعملون (الصفات‬                                          
Artinya: “Allah yang menjadikan kamu sekalian dan apa-apa yang kamu perbuat.”
(Ash-Shaffat: 96).
Manusia merupakan pelaku perbuatan yang sebenarnya, akan tetapi Allah Swt
yang mempunyai kehendak, kekuasaan dan kemauan. Hal tersebut sebagaimana
terdapat dalam berfirman Allah Swt sebagai berikut:
-٢٨ :‫ وما تشاءون إال أن يشاء هللا رب العالمين (التكوير‬٠‫لمن شاء منكم أن يستقيم‬
)٢٩                                                               
Artinya: “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan
kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 28-29).
Berdasarkan beberapa ayat di atas, dapat diketahui bahwa seorang mukmin
harus benar-benar mengimani qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk, manis
maupun pahit. Dia juga harus percaya bahwa semua yang ada dan yang terjadi dari
sejak awal sampai hari kiamat kelak sudah menjadi ketetapan Allah. Tidak ada
seorang manusia pun dapat melarikan diri dari takdir yang telah ditetapkan di dalam
Lauh al-Mahfudz. Selain itu, dia juga harus percaya seandainya ada orang yang
berusaha sekuat tenaga untuk dapat mengambil manfaat dari orang lain yang tidak
ditakdirkan oleh Allah, niscaya dia tidak akan pernah mendapatkannya. Demikian juga
jika orang itu berusaha keras untuk mencelakai orang lain yang tidak ditakdirkan oleh
Allah, niscaya dia tidak akan pernah dapat mencelakainya.

2.2 Teori Kedudukan Qadha dan Qadar


Diriwiyatkan dari Zaid bin Wahab dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a, dia
menceritakan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya penciptaan salah seorang
diantara kalian adalah dimulai dengan dikumpulkan di dalam rahim ibunya selama
empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal
daging, kemudian diutus kepadanya malaikat untuk menetapkan empat hal, yaitu :
rezeki, ajal, amalnya, serta apakah dia sengsara atau bahagia. Demi zat yang tiada
Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang di antara kalian akan mengerjakan

5
amalan penghuni surga, hingga antara dirinya dengan surga tinggal satu hasta, lalu
takdir telah menetapkannya bahwa dia akan mengerjakan amalan penghuni neraka
sehingga dia pun masuk neraka.”(Muttafaq ‘alaih)
Sedangkan dalam Shahih Bukhari, dari jalan lain yang disebutkan, “Mengapa
kita tidak bersandar pada kitab (catatan) kita saja dan meninggalkan amal, karena
orang yang termasuk golongan yang berbahagia akan diarahkan kepada amal orang-
orang yang berbahagia. Sedangkan orang yang termasuk golongan sengsara akan
diarahkan kepada amal orang-orang yang sengsara.”
Diriwiyatkan dari Abu Zubair bin ‘Abdullah, dia menceritakan bahwa Suraqah
bin Malik bin Ju’syam datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepada kami
tentang agama kami, sehingga seolah-olah kami diciptakan sekarang. Lalu untuk apa
amal kami sekarang, apakah untuk sesuatu yang telah dituliskan (ditetapkan) oleh pena
dan telah menjadi ketetapan takdir unutk amal yang aka dikerjakan ?” Lebih lanjut dia
bertanya, “Lalu untuk apa amal perbuatan ?” Beliau menjawab, “Berbuatlah, karena
masing-masing akan diberikan kemudahan.”(HR Muslim)

A.      Hubungan antara qadha dan qadar


Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan
qadar selalu berhubungan erat. Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah
sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi
hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam
surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, ”Dan tidak sesuatupun melainkan disisi Kami-
lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang
tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu
Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan,
”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar.

B.      Kewajiban beriman kepada qadha dan qadar


Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki
yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang
Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya:
Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,

6
rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun
yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim). Lelaki itu adalah
Malaikat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat
Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaikat Jibril itu
berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan
qadar. Dengan demikian, bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati
kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri
kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas
kehendak Allah.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri
kita. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ”Siapa yang tidak
ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku
timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)
Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak
selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan
keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang
diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau
merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus
yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum
mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.

C.      Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar


Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya.
Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai
berikut yang artinya ”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya
selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari
menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh
ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal
perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim
dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah
sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak
berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar.

7
Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan
sendirinya.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama
berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :
1.      Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh
seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-
citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi
kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.
2.      Takdir mubram: yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat
diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang
dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan
bapaknya kulit putih dan sebagainya.

2.2 Fungsi Ikhtiar dan Doa


Ikhtiar yang kita lakukan juga tidak akan ada artinya jika tidak disertai dengan
doa, begitu juga dengan doa yang kita panjatkan, tidak akan ada artinya jika kita tidak
berikhtiar. Fungsi berdoa adalah agar kita yakin bahwa Allah lah yang menentukan
segala hasil dari setiap ikhtiar kita. Pentingnya ikhtiar adalah sebagai bentuk total
action agar kita bisa meraih keinginan dan harapan, karena ikhtiar itu bergerak bukan
diam dan membutuhkan action yang riil dan sungguh-sungguh. Man Jadda Wa Jadda
(siapa yng bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil).
Dianjurkan kita berdoa kepada Allah, bukan berarti kita hanya berdoa saja
sambil menunggu datangnya pertolongan dari Allah tanpa dibarengi dengan usaha dan
ikhtiar. Umpamanya, kita memohon rizqi tanpa dibarengi usaha mencari rizqi dengan
bekerja serta mencurahkan segala kemampuan, maka tidak mungkin rizqi itu akan
datang dengan sendirinya. Jadi, doa dan ikhtiar itu adalah satu- satunya jalan untuk
mencapai sesuatu yang salah satunya tidak boleh kita tinggalkan.
Berdoa tanpa dibarengi dengan ikhtiar adalah salah besar, begitu pula dengan
ikhtiar tanpa dibarengi dengan d’a. Tentunya kita ingat akan cerita Qarun yang kaya.
Dia menjadi sombong karena beranggapan bahwa kekayaan yang diperolehnya itu
adalah hasil dari usahanya sendiri tanpa bantuan yang lain. Akibatnya, dia tidak
memikirkan nasib orang miskin, karena itu lalu Allah menumpasnya. Qarun dan harta
kekayaannya ditenggelamkan ke dalam bumi, hingga sampai sekarang bila ada orang

8
menemukan harta dari perut bumi disebut harta karun (Qarun).
Hendaknya kita berdoa sambil berusaha. Di samping itu hendaklah ia
menyadari, bahwa manusia hanyalah berusaha, tetapi Tuhanlah yang menentukan.
Kesudahannya dari segala sesuatu ada di ”Tangan” Allah Yang Maha Kuasa.
Kewajiban manusia hanyalah berusaha dan berdo’a. Doa merupakan manifestasi atau
perwujudan sikap tawakkal manusia kepada Allah. Sebab di dalam doa terdapat ikhtiar
manusia, ketergantungan hati terhadap Allah, penyerahan diri, kepercayaan dan
keyakinan terhadap janji-Nya.
Fungsi dari doa adalah sebagai berikut :
a) Allah menyertai hamba-hambanya yang berdoa. Muhammad SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah berfirman: “Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku
kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku.” (HR.
Bukhori Muslim dari Abu Huroiroh ra)
b) Sebagai senjata orang mukmin. Muhammad SAW bersabda, “Doa adalah
senjata orang mukmin, dan tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.” (HR.
Hakim dari Ali Bin Abi Tholib ra.). Memanjatkan doa kepada Allah SWT
pertanda beriman kepada-Nya. Itulah sebabnya doa dikatakan sebagai tiang
agama. Doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang beriman tersebut, jika
diawali atau diakhiri dengan bacaan sholawat, akan dibawa naik oleh para
malaikat. Maka, tidak salah jika doa itu diibaratkan cahaya oleh langit dan
bumi.
c) Datangkan keselamatan. Muhammad SAW bersabda, “Janganlah engkau
merasa lemah untuk berdoa, sebab sesungguhnya tidak seorangpun yang binasa
selama ia tetap berdoa.” (HR. Ibnu Hiban dan Hakim dari Anas ra.)
d) Menolak bencana dan menolak tipu daya musuh. Muhammad SAW bersabda,
“Doa berguna terhadap apa saja yang telah menimpa seseorang, dan hal-hal
yang belum turun kepadanya. Sesungguhnya bencana pasti akan turun, dan
akan ditemui oleh doa. Lalu keduanya saling bersaingan sampai hari kiamat.”
(HR. Bazaar dan Thobroni dari Aisyah ra.). maksudnya bencana senantiasa
mengintai manusia, dan semua itu dapat ditolak hanya dengan doa.

Ikhtiar berarti berusaha atau melakukan sebab. Sebagai manusia, kita


diperintahkan untuk melakukan usaha atau sebab-sebab dalam segala hal. Tentunya
hal ini berhubungan dengan sikap tawakkal.

9
Fungsi dari ikhtiar adalah sebagai berikut :
a) Merasakan kepuasan batin karen atelah berusaha dengan sekuat tenaga.
b) Terhormat di hadapan Allah dan sesama manusia.
c) Dapat berhemat karena telah merasakan susahya bekerja.
d) Tidak mudah berputus asa.
e) Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.
f) Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.

Kita tahu bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa sebab. Allah
telah menetapkan bahwa alam ini akan berjalan sesuai dengan hukum sebab akibat,
karena hidup itu hukum timbal balik dari semua hal, juga karena Allah menciptakan
semua hal secara berpasang-pasangan, walaupun terkadang ada sebagian hal yang
dapat berjalan tanpa sebab kebiasaan, dan itu untuk menunjukkan kekuasaan-Nya.
Seperti contoh, untuk mencapai tingkat bahagia, kita harus sedih dahulu, karena rasa
senang dan sedih itu selalu melekat pada hidup, absurd kalau tidak ada.
Doa bukanlah sekadar proses meminta. Doa pada hakikatnya merupakan cara
untuk mempertemukan antara kehendak makhluk dengan kehendak-Nya. Jika ada dua
kehendak yang berlainan, maka Tuhan akan menunjukkan pilihan yang terbaik buat
hamba-hamba-Nya. Termasuk pilihan untuk tidak mendapat apapun dari apa yang kita
minta. Tidak ada doa yang sia-sia. Karena itu, doa tidak bisa berdiri sendiri. Doa baru
merupakan satu sisi, dari dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Untuk melengkapi sisi
tersebut, diperlukan sisi yang lainnya yaitu ikhtiar. Melalui proses ikhtiar inilah
seseorang dapat memperoleh jawaban Allah, apakah doanya akan memberikan makna
atau tidak bagi kehidupannya.

2.4 Hikmah Iman Kepada Qadha dan Qadar


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga
bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan
akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

a).     Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar


Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan,
maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang
harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal
tersebut merupakan ujian.

10
Firman Allah: 
‫ ث ّم إذامسّكم الض ّر فإليه تجئرون‬. ‫ومابكم من نعمة فمن هللا‬
Artinya: ”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah
kamu meminta pertolongan. ” ( QS. An-Nahl ayat 53).

b).    Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia
mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu
sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT: 

‫ إنه ال ييئس من روح هللا إالّ القوم الكافرون‬. ‫ٰيبن ّي اذهبوا فتحسّسوا من يوسف وأخيه والتيئسوا من روح هللا‬

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)

Sabda Rasulullah SAW yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam
hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)

c).    Memupuk sifat optimis dan giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadla dan
qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan
itu.

d). Menenangkan jiwa


Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan
jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau
gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
11
Allah berfirman :
‫ وادخلي جنتى‬. ‫ فادخلي في عبادي‬. ‫ إرجعي إلى ربك را ضية مر ضية‬. ‫يا ايّتها النفس المطمئنة‬

Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah kedalam sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr : 27-30)

BAB III
PENUTUP

12
3.1   Kesimpulan
Seorang mukmin harus benar-benar mengimani qadha dan qadar, yang baik
maupun yang buruk, manis maupun pahit. Dia juga harus percaya bahwa semua yang
ada dan yang terjadi dari sejak awal sampai hari kiamat kelak sudah menjadi ketetapan
Allah. Tidak ada seorang manusia pun dapat melarikan diri dari takdir yang telah
ditetapkan di dalam Lauh al-Mahfudz.
Teori kedudukan qadha dan qadar ialah hubungan antara qadha dan qadar,
kewajiban beriman kepada qadha dan qadar, dan hubungan antara qadha dan qadar
dengan ikhtiar.
Fungsi dari ikhtiar adalah merasakan kepuasan batin karena telah berusaha dengan
sekuat tenaga, terhormat di hadapan Allah dan sesama manusia, dapat berhemat karena
telah merasakan susahya bekerja, tidak mudah berputus asa, menghargai jerih
payahnya dan jerih payah orang lain, tidak menggantungkan orang lain dalam
hidupnya. Dan fungsi dari doa adalah Allah menyertai hamba-hambanya yang berdoa,
sebagai senjata orang mukmin, datangkan keselamatan, menolak bencana dan menolak
tipu daya musuh.
Hikmah iman kepada qadha dan qadar adalah melatih diri untuk banyak bersyukur
dan bersabar, menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa, memupuk sifat
optimis dan giat bekerja, menenangkan jiwa.

3.2 Daftar Pustaka

13
http://afifrahma.blogspot.com/2012/12/teori-kedudukan-qadla-dan-qadar.html, ditulis
oleh Afif Rahma Eka Putra. Diakses tanggal 11 Desember 2015 pukul 21.37.
http://m.pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/doa/allsub/931/pengertian -doa-dan-
fungsi-doa.html&ei. Diakses tanggal 11 Desember 2015 pukul 20.00.
http://infodakwahislam.wordpress.com/2013/03/05/pengertian-ikhtiar-dan-tawakal/.
Diakses tanggal 11 Desember pukul 21.30.

14

Anda mungkin juga menyukai