Anda di halaman 1dari 11

TAKDIR MU’ALLAQ DAN MUBRAM

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : RISAN M.Pd

Khalid Ibnu Sina

PAI 2B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI


AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIKMAH JAKARTA
Jl.Jeruk Purut No. 10 Cilandak Timur Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12650, Telp/Fax: (021)7890521

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat, yang
berjudul :

”TAKDIR MU’ALLAQ DAN MUBRAM”


Kami mengucapkan terima ksih kepada para pembimbing yang telah
menyelesaikan tugas makalah ini, dan teman-teman yang telah membantu kami juga,
kami ucapkan banyak teriam kasih.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semoga dengan makalah yang belum begitu sempurna ini bisa menambah wawasan
dan ilmu kita. Aamiin ya Rabbal’Alamiin.karna sesungguhnya manusia tak luput fdari
salah dan dosa.Maka, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
perbaikan meniju arah yang lebih baik.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam makalh ini, semoga
bermanfaat bagi kita semua.Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Penyusun

2
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Percaya kepada takdir termasuk salah satu rukun iman yang ke 6. Iman kepada
takdir merupakan sesuatu kekuatan yang dapat membangkitkan kegiatan bekerja dan
kegairahan berusaha, bahkan dapat merupakan dorongan yang positif untuk
memperoleh kehidupan yang layak dan pantas di dunia ini, sebagaimana keimanan
kepada takdir akan menghubungkan manusia dengan tuhannya, yang akhirnya
seorang hamba akan menjadi seorang yang tidak enggan diperintah , tabah
menghadapi kesukaran, berani membela ynag hak, dan berhati baja untuk
merealisasikan hal-hal yang benar serta menetapi segala kewajiban yang dipikul
padanya.
Banyak orang mengsalah artikan tentang takdir, sebagian orang menganggap
bahwa dengan kita percaya pada takdir semua urusan kita kita serahkan pada Allah
Swt, sedangkan kita sebagai hambanya hanya tnggal bersandar pada Allah Swt saja.
Disini kami akan memaparkan makalah yang kami buat yang bertemakan takdir
Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya para pembaca dan
kami berharap agar masyarakat awam yang belum terlalu mengerti tentang takdir bisa
memahami apa arti takdir yang sebenarnya agar tidak mengsalah artikan apa itu takdir
yang sebenarnya.
b. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian takdir ?


2. Apa empat prinsip beriman pada takdir ?
3. Apa macam-macam takdir ?
4. Bagaimana keberadaan takdir ?
c. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian takdir ?


2. Untuk mengetahui empat prinsip beriman pada takdir ?
3. Untuk mengetahui macam –macam takdir ?
4. Untuk mengetahui keberadaan takdir ?

3
II.PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir
Secara etimologis pengetian takdir berasal dari bahasa arab, qadara,
yaqduru-qadran yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Dan ketika membentuk
kata takdir mempunyai makna yang ditakdirkan, ditentukan Allah. Kata tersebut
juga mempunyai arti dugaan, perkiraan, hipotesis, berdasarkan atau perkiraan1.
Percaya kepada takdir atau qadha dan qadar merupakan rukun iman yang ke-
6, atau terakhir. Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan
menyakini bahwa Allah telah menjadikan segala makhluk dengan kodrat dan
irodat-Nya dan segala hikmah-Nya. 2
Dalam pengertian sehari-hari, qadha dan qadar disebut juga takdir, yang
biasanya diartikan sebagai ketentuan Tuhan. Dari segi bahasa, qadha berarti
kepuusan, atau ketetapan. Sedangkan qadar berarti ketentuan atau ukuran. Secara
rinci pengertian qadha adalah ketentuan—ketentuan yang telah ditetapkan allah
sejak zaman azali. Seperti: bulan mengitari matahari, api sifatnya membakar,
nasib baik dan buruk, kamatian, jodoh, dan sebagainya. Sedangkan qadhar adalah
sesuatu yang dapat diubah atau perwujudan dari ketentuan Allah yang telah ada
sejak zaman azali.
Kepercayaan kepada qadha dan qadar allah secara ringkasnya adalah bahwa
segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk juga yang terjadi pada diri
manusia, baik dan buruk, suka dan duka, dan segala gerak gerik hidup ini,
semuanya tidaklah terlepas dari takdir atau ketentuan Illahi.
Pendek kata takddir atau qadha dan qadar Allah yang menguasai ala mini
tidak terbantah adanya. Segi kehidupan di alam ini membuktikannya sendiri,
karena itu orang Islam wajib mempercayainya. Allah berfirman dalam surah
Al-Hadiid: 22 .
.“ Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu

sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

1
A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progresif,
Surabaya,1997,hlm 1096.
2
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu kalam, Pustaka Setia, bandung,1998, hlm. 136

4
Dalam Al-Qur’an berkali-kali disebutkan masalah kadar atau takdir, seperti: 3
a. Segala sesuatu terlaksana dengan takdir Allah.
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan

kandungan rahim yang kurang Sempurna dan yang bertambah. dan segala
sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya”.
b. Segala sesuatu dalam perbendaraaan takdir Allah.
“ Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya[795];

dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.


c. Segala sesuatu diciptakan dengan takdir.
“ Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

Yang dapat diambil kesimpulan dari ayat-ayat yang tertera di atas itu bahwa
maksud dan makna kadar atau takdir itu ialah sesuatu peraturan tertentu yang telah
dibuat oleh Allah untuk segala yang ada dalam alam semesta yang maujud.
Beriman kepada takdir adalah sebagian dari kepercayaan atau akidah yang
ditanamkan benar-benar dalam hati setiap muslim. Dalam hal ini takdir itu tidak ada
pengertian paksaan. Hal tersebut dilandaskan oleh Imam Al-Khaththabi yang
menyatakan bahwa : “ Banyak orang mengira bahwa arti qadha dan qadar adalah
pemaksaan yang dilaksanakan Allah kepada hamban-Nya untuk mengikuti apa saja
yang telah digariskan menurut ketentuan dan keputusan-Nya. Padahal tidaklah
demikian dan salah sekali apa yang mereka sangkakan itu. yang benar ialah bahwa
arti takdir itu adalah sebagai nama untuk sesuatu yang telah ditakdirkan oleh pembuat
Dzat yang maha menentukan.

B. Empat Prinsip Beriman pada Takdir4


Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat
prinsip . keempat prinsip ini harus diimani oleh setiap muslim.
1. Ilmu
Kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah
mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, termasuk juga proses

3
Sayid sabiq, Aqidah islam ( ilmu Tauhid), Diponegoro, Bandung, 1989, hlm. 150.
4
Mubarok zaky, Aqidah Islam dan Ilmu kalam,Jogyakarta,UII Press Jogyakarta,2001.hlm.138-142.

5
kejadiannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt sebagai berikut: .QS
Al-Hajj (22):70.
“ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa
saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat
dalam sebuah Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat
mudah bagi Allah”
2. Kitabah
Kita mempercayai bahwa Allah Swt telah menulis segala sesuatu di Lauh
Mahfudz., dan tulisan itu akan tetap ada sampai hari kiamat. Allah telah
menuliskan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi.
dalam firman Allah QS Al-Hadiid (57):22.
. “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu

sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”
3. Masyiah
Kita percaya bahwa Allah Swt telah menentukan segala sesuatu baik di
langit maupun di bumi sesuai dengan kehendaknya, sesuatu akan terjadi bila
Allah menghendaki-Nya, dan pasti tidak akan terjadi jika Alllah tidak
menghendaki. Hal ini dengan firman Allah QS Al-Insan (76):30.
.”Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki
Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
4. Al-Khilq
Kita percaya bahwa Allah Swt telah menjadikan segala seauatu, selain
Allah adalah makhluk, sedangkan Allah Swt adalah khaliq, Allah Swt
Berfirman dalam QS Al-Furqan (25):2.
“ Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak

mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan
dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya”.
Keempat prinsip di atas meliputi perkataan, perbuatan, dan apa-apa yang tidak
dilakukan hamba-Nya telah diketahui Allah , telah ditulis disisi-Nya, telah
dikehendaki-Nya serta diciptakan-Nya.

6
C. Macam-Macam Takdir
Menurut para ulama, takdir itu ada dua macam:
a. Takdir Mu’allaq yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.
Contoh: Seorang siswa yang ingin menjadi insinyur pertanian. untuk mencapai
cita-cita nya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang dia cita-citakan
menjadi kenyataan. Dalam hal ini Allah berfirman QS Ar-Ra’d ayat 11.
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan Allah
menghendaki adanya keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
b. Takdir Mubram, yaitu takdir yang terjadi pada diri mamnusi itu sendiri dan
tidak dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar lagi oleh manusia.
Contohnya: Orang dilahirkan dengan mata sipit. Kematian, jodoh dan jenis
kelamin ketika kita lahir baik laki-laki atau perempuan kita tidak dapat
memilihnya.

D. Hubungan Takdir Dengan Ikhtiar


Banyak pendapat berkaitan dengan keterlibatan usaha manusia dalam
mewarnai takdir. Di antaranya adalah Al-jubba’I menerangkan bahwa manusialah
yang menciptakan perbuatan-perbuatannya, manusia berbuat baik dan buruk,
patuh dan tidak patuh kepada atas kehendak dan kemauan nya sendiri. Adapun
daya untuk mewujudakan kehendak itu telah terdapat dalam diri manusia sebelum
adanya perbuatan. doktrin Jabariyah berdasar atas suatu premis bahwa manusia
dengan kreasinya karena Allah telah dianugerahi kapasitas atau kehendak. Oleh
karena itu, istilah qadar ( kekuasaan) menghasilkan perbuatan-perbuatannya
sendiri dank karena itu harus bertanggung jawab atasnya.
Menurut Doktrin Qadariyah bahwa perbuatan manusia bukanlah
diciptakan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan
perbuatan. manusia adalah makhluk yang dapat memilih, artinya kehendak untuk
berbuat adalah kehendak manusia,. Hal tersebut perlu ditegaskan bahwa untuk
7
mewujudkan perbuatan, harus ada kemauan atau kehendak dan daya untuk
melaksanakan kehendak itu dan kemudian barulah terwujud perbuatan itu.5
Berbeda dengan pendapat di atas manusia tidak memiliki kemampuan
untuk memilih, segala gerak dan perbuatan yang dilakukan manusia pada
hakikatnya adalah dari Allah semata, manusia menurut mereka sama dengan
wayang yang digerakkan oleh Ki-dalang, karena itu manusia tidak mempunyai
bagian sama sekali dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Pendapat inilah
yang terkenal dengan Jabbariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Shafwan
Menurut Asy’ary lebih memandang bahwa manusia adalah makhluk yang
lemah, karena manusia bergantung pada kehendak dan kekuasaan Tuhan.6 Akan
tetapi, manusia mempunyai peluang untuk memilih bergerak dan berusaha.
Dengan demikian, timbul pertanyaan apa tidak berarti bahwa manusia itu serba
terpaksa dalam perbuatannya sehinggan manusia tidak lagi merdeka dalm berbuat.
kebebasan manusia itu ada, akan tetapi kebebasan yang terbatas. Contohnya saja
tidak jarang pula manusia gagal dalam usahanya, sekalipun dikerjakan dengan
sekuat tenaga. Ini semua membuktikan bahwa manusia mempunyai kebebasan/
kemerdekaan dalam perbuatan-perbuatannya, akan tetapi kebebasan yang terbatas,
jadi kebebasan manusia ialah kebebasan yang tidak mutlak,..karena itu usaha
suatu usaha yang direncanakan manusia dapat berhasil, kalau hanya hal itu
bersesuain dengan rencana yang lebih tinggi kedudukannya dan kekuatannya,
yaitu rencana Tuhan.
Ikhtiar dan usaha manusia, tidak musti secara mutlak berhasil, Namun hal
itu perlu dan wajib dilakukan. Dan sesudah ikhtiar, hendaknya orang juga berdo’a
dan bertawakkal secara ikhlas kepada Allah, kalau ikhtiar kita bergasil. Allah
yang punya karunia, kalau tidak berhasil Allah yang punya kuasa. Walaupun
demikian, penempatan tawakkal tidak boleh keliru, Tawakkal letaknya ialah
sesudah ikhtiar. Orang tidak dapat disebut tawakkal jika belum ikhtiar lebih dulu
Kepercayaan yang salah kepada Qadha dan Qadar menyebabkan terbunuhnya
ikhtiar, tidak lagi orang mau bekerja, tetapi hanya berpangku tangan
mengharapkan jatuhnya sesuatu dari langit. Segala sesuatu digantungkan kepada
takdir, tanpa ada usaha. Akan tetapi, sebaliknya apabila ajaran qadha dan qadar

55
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Alitan Sejarah Analisis Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986,
hlm. 102
6
Harun Nasution, op cit, hlm. 108

8
dipercayai sebagaimana mestinya, tentulah ia menjadi sumber bagi bangkitnya .
amal-amal ikhtiar manusia, bahkan menjadi sumber militansi untuk tidak
menyerah.
Oleh karenanya ikhiar dan usaha membuat diri bertambah dekat kepada
Tuhan, mengasah budi pekerti, akal, sehingga menjadi manusia yang mencapai
derajat yang sempurna dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
Kebangkitan Islam sebagian besar adalah kepercayaan kepada takdir. Umat Islam
yang telah mendapatkan siraman rohani ajaran Islam dengan sendirinya akan
percaya akan adanya takdir. Percaya kepada takdir menjadikan pendorong dan
semangat. Manusia ditakdirkan untuk hidup hanya satu kali, sehingga
dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya nasib kaum muslimin
terletak dibawah kilatan pedangnya, sehingga harus berjihad, agama tanpa jihad
adalah agama yang mati. Umat Islam menyerbu ke tengah-tengah musuh dengan
gagah perkasa. Mereka tidak takut mati, karena mati di tangan Tuhan, kalau
Tuhan menakdirkan celaka. Tidaklah ada suatu kecelakaaan menimpa diri.
Ketika kita kita sudah berusaha dan bertawakkal kepada Allah. hal
tersebut bukan berarti langsung menyerahkan diri semuanya kepada Allah. karena
tawakkal bukan berarti menghilangkan dan meninggalkan sarana dan usaha.
Bahkan tawakkal tidak sah manakala tidak disertai dengan upaya untuk mencapai
apa yang dibutuhkan manusia. Sarana-sarana yang ada dengan dengan disertai
upaya merupakan perantaraan tawakkal yang sebenarnya. Ini artinya usaha dan
sarana adalah modal utama, setelah hal tersebut dilakukan baru tawakkal
dikerjakan.
Beriman kepada takdir bagi setiap orang islam bukan dimaksudkan untuk
menjadikan manusia lemah, pasif atau manusia yang menyerah tanpa usaha.
Bahkan dengan beriman kepada takdir mengharuskan manusia untuk berbangkit
dan berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai dengan kehendak atau yang
diinginkan.7
Berkaitan dengan hal tersebut Allah Berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

7
Muhammad ahmad , op,cit 137.

9
BAB III

A. Kesimpulan
Secara etimologis pengetian takdir berasal dari bahasa arab, qadara, yaqduru-
qadran yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Dan ketika membentuk kata takdir
mempunyai makna yang ditakdirkan, ditentukan Allah. Kata tersebut juga mempunyai
arti dugaan, perkiraan, hipotesis, berdasarkan atau perkiraan. Takdir itu ialah sesuatu
peraturan tertentu yang telah dibuat oleh Allah untuk segala yang ada dalam alam
semesta yang maujud.
B. Saran
Tentunya kita sebagai manusia, yang semua perihal hidupnya sudah diatur
oleh Allah SWT harus menjalankan itu semua dengan perasaan ikhlas dan diiringi
dengan ikhtiar, karena Allah tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum tersebut
tidak mengubahnya sendiri dengan usahanya.

10
DAFTAR PUSAKA

Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Alitan Sejarah Analisis Perbandingan, Jakarta:


UI Press, 1986.
Sayid sabiq, Aqidah islam ( ilmu Tauhid), Diponegoro, Bandung, 1989.
Mubarok zaky, Aqidah Islam dan Ilmu kalam,Jogyakarta,UII Press Jogyakarta, 2001.

11

Anda mungkin juga menyukai